Makalah Managemen

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Praktek keperawatan profesional yang diterapkan di rumah sakit diharapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan untuk pasien dimana lebih diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar individu. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan ciri- ciri dari pelayanan keperawatan profesional yaitu memiliki otonomi, bertanggung jawab dan bertanggung gugat (accountability), menggunakan metode ilmiah, berdasarkan standar praktik dan kode etik profesi, dan mempunyai aspek legal. MPKP merupakan suatu praktek keperawatan yang sesuai dengan kaidah ilmu menejemen modern dimana kaidah yang dianut dalam pengelolaan pelayanan keperawatan di ruang MPKP adalah pendekatan yang dimulai dengan perencanaan. Perencanaan di ruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh personil (perawat) ruang MPKP mulai dari kepala ruang, ketua tim dan anggota tim (perawat asosiet). Dalam menerapkan praktek keperawatan profesional karena bisa memberikan asuhan keperawatan yang terbaik kepada klien namun karena berbagai kendala terutama reward yang belum didapatkan dan dirasakan oleh perawat MPKP maka menjadikan motivasi dari perawat menurun dan tidak bersemangat dalam menerapkan MPKP.

description

Analisa SWOT

Transcript of Makalah Managemen

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGPraktek keperawatan profesional yang diterapkan di rumah sakit diharapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan untuk pasien dimana lebih diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar individu. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan keperawatan profesional yaitu memiliki otonomi, bertanggung jawab dan bertanggung gugat (accountability), menggunakan metode ilmiah, berdasarkan standar praktik dan kode etik profesi, dan mempunyai aspek legal. MPKP merupakan suatu praktek keperawatan yang sesuai dengan kaidah ilmu menejemen modern dimana kaidah yang dianut dalam pengelolaan pelayanan keperawatan di ruang MPKP adalah pendekatan yang dimulai dengan perencanaan. Perencanaan di ruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh personil (perawat) ruang MPKP mulai dari kepala ruang, ketua tim dan anggota tim (perawat asosiet). Dalam menerapkan praktek keperawatan profesional karena bisa memberikan asuhan keperawatan yang terbaik kepada klien namun karena berbagai kendala terutama reward yang belum didapatkan dan dirasakan oleh perawat MPKP maka menjadikan motivasi dari perawat menurun dan tidak bersemangat dalam menerapkan MPKP.Pelayanan keperawatan yang diberikan di ruang MPKP memiliki pedoman dan dasar yang dapat dipertanggungjawabkan bukan atas dasar kehendak perawat sendiri dimana pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan masalah pasien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat efektif dan efisien sesuai sasaran masalah yang terjadi pada pasien. Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien yaitu meliputi pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual jadi meliputi segala aspek kehidupan dari pasien tersebut baik dari kesehatan fisik/jasmaninya, pikirannya, interaksi sosialnya maupun keagamaannya.Peningkatan mutu pelayanan keperawatan pada klien secara profesional dapat membantu klien dalam mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi. Salah satu bentuk penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan adalah melalui pengembangan model praktik keperawatan yang ilmiah dan sering disebut sebagai model praktik keperawatan profesional (MPKP), (Sitorus, R & Nurachmah, 2005). Salah satu metode yang diterapkan pada MPKP adalah dengan memperhatikan seluruh kebutuhan maupun keluhan yang dirasakan klien kemudian mendiskusikannya dengan tim keperawatan untuk merencanakan pemecahan masalahnya.Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat, maupun antar perawat dengan tim kesehatan lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan keefektivitasannya adalah saat pergantian shift atau operan. Di dalam shift atau operan juga terdapat conference untuk membicarakan permasalahan atau kondisi yang terjadi kepada pasien selam shift sebelumnya. Conference sendiri dilaksakan sebelum dan sesudah operan.Selain itu, pelayanan keperawatan lain yang perlu dikembangkan adalah dengan ronde keperawatan. Dimana ronde keperawatan merupakan sarana bagi perawat baik perawat primer maupun perawat assosiate untuk membahas masalah keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan termasuk konsultan keperawatan. Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa Di ruang Flamboyan pernah dilakukan ronde keperawatan oleh mahasiswa praktek manajemen dari institusi lain namun perawat di Ruang Flamboyan belum pernah melakukan ronde keperawatan.Melalui ronde keperawatan perawat dapat meningkatkan kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotor. Salah satu tujuan dari kegiatan ronde keperawatan adalah meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH1.2.1 Bagaimana peran perawat saat operan keperawatan dilakukan ?1.2.2 Bagaimana peran perawat saat pre post conference ?1.2.3 Bagaimana peran perawat saat ronde keperawatan ?

1.3 TUJUAN 1.3.1 Tujuan UmumMahasiswa mampu memahami operan, pre post conference dan ronde dalam keperawatan dengan menggunakan fungsi manajemen sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara profesional

1.3.2 Tujuan Khusus1.3.2.1 Menjelaskan konsep operan, pre post conference dan ronde dalam keperawatan1.3.2.2 Menjelaskan tujuan operan, pre post conference dan ronde dalam keperawatan1.3.2.3 Menejlaskan manfaat operan, pre post conference dan ronde dalam keperawatan1.3.2.4 Menjelaskan alur atau pedoman pelaksanaan operan, pre post conference dan ronde dalam keperawatan1.3.2.5 Menjelaskan evaluasi atau hasil yang diharapkan setelah melakukan operan, pre post conference dan ronde dalam keperawatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 OPERAN KEPERAWATAN1. Pengertian operan jagaOperan jaga adalah cara untuk menyampaikan dan menerima laporan yang berkaitan tentang informasi tentang pasien. Dilaksanakan dengan seefektif mungkin dengan singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, kolaboratif yang sudah dan belum dilakukan serta perkembangan pasien pada saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna (Nursalam, 2012).Operan adalah komunikasi yang terjadi diantara dua shift keperawatan yang secara spesifik bertujuan untuk memberikan informasi seputar kondisi pasien yang sedang dalam perawatan. Pada banyak Rumah Sakit, operan dilakukan sebanyak 3 kali sehari dan dianggap penting untuk menjaga kontinuitas dan kualitas perawatan yang pasien terima (Lamond,2000).Menurut STEPPS (2006, Friesen et all, 2008) operan jaga mempunyai banyak istilah antara lain handover, handoff, sign-over, cross-coverage dan shift report, tetapi semuannya memiliki makna sama yaitu transfer informasi (bersama antara perawat yang digantikan dengan yang mengantikan) selama pergantian, proses operan jaga memberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, mengklarifikasi dan mengkonfirmasi semua informasi tentang pasien.Informasi yang dikomunikasikan dalam operan meliputi nama pasien, umur, diagnosis (Sherlock,1995), pergerakan pasien, eliminasi, medikasi dan terapi medis (Lamond,2000). Rata rata lama operan untuk masing masing shift adalah : dari shift malam ke shift pagi 21 menit, dari shift pagi ke shift sore 42 menit dan dari shift sore ke shift malam adalah 38 menit (Lamond, 2000).

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi operan jagaYuliyanto (2005, Yuliastuti 2009) menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan dengan operan jaga perawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung yaitu jenis kelamin menunjukkan kecenderungan yang nyata dimana kebanyakan perawat perempuan melaksanakan operan pasien dengan baik, jadi lebih banyak perempuan yang menerapkan operan dengan baik dibandingkan laki-laki, tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan melaksanakan operan jaga dengan baik, dukungan pimpinan yang baik maka akan menghasilkan operan jaga yang baik, pengetahuan dan sikap yang baik akan meningkatkan pelaksanaan operan jaga dengan baik, ketersediaan protap akan meningkatkan pelaksaan operan dengan baik serta dukungan teman sejawat yang baik akan meningkatkan operan jaga dengan baik. Faktor yang terkuat dari enam faktor ada empat yaitu jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan ketersediaan protap.Penelitian Yuliastuti (2009) menyebutkan hal yang berlawanan dengan penelitian yuliyanto (2005) yang menjelaskan tidak ada hubungan yang bermakna antara karakteristik responden dengan pelaksanaan operan jaga yaitu jenis kelamin, pendidikan, ditambahkan lagi perawat yang pernah mendapatkan pelatihan operan jaga, usia, status perkawinan, masa kerja dan umur. Faktor yang mempengaruhi lainnya menurut Riesenberg, et al. (2010) dalam penelitiannya menyebutkan hambatan yang dialami perawat dalam melaksanakan operan jaga adalah hambatan komunikasi yaitu ketidakpahaman perawat terhadap informasi yang seharusnya disampaikan, kurangnya pendidikan, tidak adanya standar, kurangnya pelatihan terkait operan jaga dan faktor manusia dinama emosi seseorang akan mempengaruhi perilaku.

1. Tujuan operan jagaOperan jaga dalam tatanan pelayanan kesehatan dan pelayanan keperawatan mempunyai mempunyai tujuan utama yaitu memberikan informasi yang akurat mengenai pengobatan, perawatan, pelayanan pasiean, kondisi terkini pasien, perubahan yang sedang terjadi dan perubahan yang dapat diantisipasi (Cahyono, 2008). Friesen et all (2008) menambahkaan tujuan dilakukan operan jaga adalah dalam upaya memberikan perawatan yang berkelanjutan dan meningkatkan keselamatan pasien salah satunya dalam pemberian obat selama perawatanMenurut Nursalam (2012) tujuan umum operan adalah mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi penting. Sedangkan tujuan khususnya adalah: Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus). Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada klien. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

1. Tipe operan pasienPelayanan keperawatan merupakan pelayanan yang kompleks sehingga aktivitas operan pasien dalam pelayanan kesehatan memiliki berbagai bentuk yang saling berhubungan dengan tujuan meningkatkan keselamatan pasien yang akan didapat selama dalam perawatan. Joint Commission Resources atau JCS (2007); Cahyono (2008) menyebutkan Beberapa tipe operan pasien antara lain :1. On call responsibility merupakan operan dalam bentuk pertanggungjawaban terhadap informasi melalui telepon atau informasi lisan.1. Critical report yaitu bentuk pencatatan dari informasi hasil pemeriksaan penunjang, seperti catatan laboratorium.1. Hospital to community handover yaitu bentuk operan dari fasilitas pelayanan rumah sakit ke rumah atau fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat.1. Perpindahan pasien pada tingkat perawatan merupakan bentuk operan yang ditujukan pada perpindahan pasien dari suatu level perawatan ke level perawatan lainnya.1. Nursing shift merupakan bentuk operan yang berhubungan dengan pergantian shift dalam pelayanan keperawatan seperti pergantian dari dinas pagi ke dinas sore.1. Other transition in care yang merupakan perpindahan dalam kegiatan pelayanan yang bersifat sementara seperti ke pemeriksaan radiologi, fisiotherapy atau ruang operasi.

Tahap dan kegiatan dari operanTAHAPKEGIATANWAKTUTEMPATPELAKSA-NA

Persiapan 1. Operan dilaksanakan setiap pergantian shift1. Prinsip operan terutama pada pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan operan kususnya pasien yang memiliki permasalahan yang belum/dapat teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut.1. PP menyampaikan operan pada PP berikutnya. Hal yang perlu disampaikan: Jumlah pasien; Identitas klien dan diagnosa medis Data objektif subjektif Masalah keperawatan yang masih muncul Intervensi yang sudah dan belum dilakukan Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan5 menitNurse stationPP dan PA

Pelaksanaan1. Kedua kelompok shift sudah siap1. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan1. Karu membuka acara operan1. Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan validasi mengenai hal yang dirasa kurang jelas1. Karu atau PP menanyakan kebutuhan dasar pasien1. Penyampaian yang jelas, singkat, padat1. Perawat yang melaksanakan operan mengkaji secara penuh terhadap masalah keperawatan, kebutuhan dan tindakan yang belum/sudah dilaksanakan1. Hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan pada petugas berikunya1. Lama operan tiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus.20 menitNers stationKaru, PP dan PA

Post Operan1. Diskusi1. Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada format operan yang ditandatangani PP diketahui oleh Karu1. Ditutup oleh Karu5 menitNurse stationKaru, PP, PA

Hal-hal yang perlu diperhatikan: 1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift. 2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab atau penanggung 3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas 4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien. 5. operan harus berorientasi pada permasalahan pasien. 6. Pada saat operan di kamar pasien, menggunakan volume yang cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat klien. 7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan di nurse station (Nursalam, 2012)

Skema 1. Alur pelaksanaan operan jaga perawatPasien

Diagnosis medis dan masalah kolaboratifDiagnosis keperawatan(didukung oleh data subjektif dan objektif)TindakanTelah dilakukanBelum dilakukanPerkembangan (keadaan pasien)Masalah:1. Teratasi1. Belum teratasi1. Teratasi sebagian1. Muncul masalah baru

1. Evaluasi1. StrukturPada operan, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain : catatan operan, status klien, dan kelompok sift operan. Kepala ruang selalu memimpin kegiatan operan yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu malam ke pagi, pagi ke sore. Kegiatan operan pada shift sore ke malam di pimpin perawat primer yang bertugas saat itu.1. ProsesProses operan dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh sluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer mengoperkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift. Operan pertama dilakukan di nurse station kemudian ke ruang perawatan pasien dan kembali lagi ke nurse station. Isi operan mencakup jumlah pasien, diagnosis keperawatan, intervensi yang belum atau sudah dilakukan. Setiap pasien tidak lebih dari lima menit saat klarifikasi ke pasien.1. Hasil Operan dapat dilaksanakan tiap pergantian shift. Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan baik.2.2 PRE POST CONFERENCE2.2.1 Konsep Pre Post ConferenceConference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan kegiatan konsultasi. Conference dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien.Conference merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Conference dilakukan sebelum atau setelah melalukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. Conference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.Pre conference merupakan komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shif tersebut yang dipimpin oleh ketua tim ketua penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan penaggung jawab (MPKP, 2006).Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shif dan sebelum shif berikutnya. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawat dan hal penting untuk overan (tindak lanjut). Post conference di pimpin oleh katim atau penaggung jawab tim (Modul MPKP, 2006).

2.2.2 Tujuan Pre Post Conference2.2.2.1 Tujuan UmumSecara umum tujuan dari conference adalah unutk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternative penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan unutk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif ( McKeachie, 1962).Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan ( T.M. Marelli, et. Al, 1997).2.2.2.2 Tujuan Pre Conference1. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil.2. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan.3. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien.2.2.2.3 Tujuan Post ConferenceUntuk memberikan kesempatan, mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalh yang di jumpai.

2.2.3 Waktu Pelaksanaan Pre Post Conference2.2.3.1 Pre ConferenceWaktu: Setelah overanTempat : Meja / Nurse StationPj: Kepala tim atau penanggung jawab timKegiatan:1. Kepala tim atau penanggung jawab tim membuka acara.2. Kepala tim atau penaggung jawab tim menanyakan rencana harian masing-masing perawat pelaksana.3. Kepala tim atau penaggung jawab tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat ini.4. Kepala tim atau penaggung jawab tim membersihkan reinforcement.5. Kepala tim atau penaggung jawab tim menutup acara.2.2.3.2 Post ConferenceWaktu: Sebelum overran ke dinas berikutnyaTempat: Meja / Nurse StationPj: Kepala tim atau penaggung jawab timKegiatan :1. Kepala tim atau penaggung jawab tim membuka acara.2. Kepala tim atau penanggung jawab tim menayakan kendala asuhan yang telah diberikan.3. Kepala tim atau penaggung jawab tim menanyakan tindakan lanjutan tentang keadaaan pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan.4. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim.

2.2.4 Syarat Pelaksanaan Pre Post Conference2.2.4.1 Kepala tim atau penaggung jawab tim membuka acara.2.2.4.2 Kepala tim atau penanggung jawab tim menayakan kendala asuhan yang telah diberikan.2.2.4.3 Kepala tim atau penaggung jawab tim menanyakan tindakan lanjutan tentang keadaaan pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan.2.2.4.4 Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim.

2.2.5 Pedoman Pelaksanaan Pre Post Conference2.2.5.1 Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan.2.2.5.2 Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok.2.2.5.3 Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga focus diskusi tanpa mendominasi dan member umpan balik.2.2.5.4 Pemimpin harus merencanakan topic yang penting secara periodik2.2.5.5 Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan mengambil tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang berbeda2.2.5.6 Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi2.2.5.7 Pada saat menyimpulkan conference ringkasan diberikan oleh pemimpin dan kesesuaiannya dengan situasi lapangan

2.3 RONDE KEPERAWATAN 2.3.1 Konsep Ronde KeperawatanRonde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2002).

2.3.2 Tujuan Ronde Keperawatan2.3.2.1 Tujuan UmumMenyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis.2.3.2.2 Tujuan KhususSetelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu :1. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan masalah keperawatan klien.2. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan klien3. Meningkatkan kemampuan validitas data klien4. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan5. Meningkatkan kemampuan justifikasi6. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

2.3.3 Manfaat Ronde KeperawatanManfaat dari Ronde Keperawatan adalah sebagai berikut :2.3.3.1 Masalah pasien dapat teratasi 2.3.3.2 Kebutuhan pasien dapat terpenuhi2.3.3.3 Terciptanya komunitas perawatan yang profesional2.3.3.4 Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan2.3.3.5 Perawat dapat melaksanakan model keperawatan dengan tepat dan benar

2.3.4 Kriteria Pasien untuk Ronde KeperawatanPasien yang dipilih untuk yang dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut :2.3.4.1 Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan.2.3.4.2 Pasien dengan kasus baru atau langka.

2.3.5 Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan

PPvalidasi dataPenetapan PasienPersiapan Pasien : Inform Concernt Hasil Pengkajian/ Validasi dataKesimpulan dan rekomendasi solusi masalahPenyajianMasalahLanjutan-diskusi di Nurse StationDiskusi PP-PP, Konselor,KARUTAHAP RONDE PADA BED KLIENTAHAP PRA RONDETAHAP PASCA RONDETAHAP PELAKSANAAN DI NURSE STATION Apa diagnosis keperawatan? Apa data yang mendukung? Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? Apa hambatan yang ditemukan?

2.3.6 Hasil yang Diharapkan dari Ronde Keperawatan2.3.6.1 Struktur1. Persyaratan administratif (informed consent, alat, dll)2. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan3. Persiapan dilakukan sebelumnya2.3.6.2 Proses1. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir2. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan2.3.6.3 Hasil 1. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan2. Masalah pasien dapat teratasi3. Perawat dapat :a. Menumbuhkan cara berfikir yang kritisb. Meningkatkan cara berfikir yang sistematisc. Meningkatkan kemampuan validitas data pasiend. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatane. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah klien.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 OPERAN KEPERAWATAN3.1.1 Peran Perawat secara Spesifik saat Operan KeperawatanKaru : Memimpin dan membuka acara yang didahului dengan doa dan kemudian mempersilahkan PP dinas sebelumnya untuk melaporkan keadaan pasien selama bertugas kepada PP yang akan berdinas selanjutnyaPerawat Primer dan perawat pelaksana : Memberikan klarifikasi keluhan, intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan, intervensi kolaboratif dan independen, rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan serta hal yang belum jelas atas laporan yang telah disampaikan. Setelah operan, perawat primer menandatangani laporan operan dengan diketahui oleh karu

3.2 PRE POST CONFERENCEAplikasi Pre Post conference sudah dilaksanakan di sebagian rumah sakit di Indonesia. Namun, bagi beberapa rumah sakit, hal tersebut belum dapat dilakukan. Seperti di RSUD Blambangan Banyuwangi, selama menjalankan MPKP, pre post conference belum dilaksanakan. Kendalanya adalah keterbatasan tenaga perawat, sarana, dan prasarana. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Sigit Di RSUD Blambangan Banyuwangi diterapkan kegiatan MPKP jiwa yaitu operan, pre post conference, iklim motivasi, supervisi, delegasi dengan memberikan metode pelatihan, pembimbingan, dan pendampingan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kepuasan kerja perawat. Perawat yang bekerja di institusi yang menerapkan sistem MPKP kepuasan kerjanya terpenuhi karena adanya kontinuitas perawatan,lebih bertanggungjawab, lebih memiliki akuntabilitas terhadap pasien, dan meningkatkan kemampuan komunikasi. Iklim motivasi kerja sangat dipengaruhi oleh kepala ruangan dalam menciptakan kepuasan kerja. Kepuasan kerja dapat dicapai seiring dengan peningkatan kemampuan pendelegasian.Hasil penelitian adalah peningkatan kepuasan kerja perawat pelaksana yang mendapat pengarahan dari kepala ruang dan kepala tim yang dilatih fungsi pengarahan lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana yang mendapat pengarahan dari kepala ruang dan ketua tim yang tidak dilatih fungsi pengarahan. Fungsi pengarahan bila dilaksanakan secara konsisten oleh kepala ruang dan ketua tim, berpeluang meningkatkan kepuasan kerja.

3.2.1 Peran Perawat secara Spesifik saat Pre Post ConferenceAdapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah sebagai berikut : (ratna sitorus, 2006)1. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana1. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing masing1. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam1. Hal-hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi:1. Utama klien1. Keluhan klien1. TTV dan kesadaran1. Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostic terbaru1. Masalah keperawatan1. Rencana keperawatan hari ini1. Perubahan keadaan terapi medis1. Rencana medis1. Perawat pelaksana mendiskusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meluputi :1. Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan ,kesalahan, pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan1. Keteapan pemberian infuse1. Ketetapan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan1. Ketetapan pemberian obat/ injeksi1. Ketetapan pelaksanaan tindakan lain1. Ketetapan dokumentasi1. Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan1. Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan,ketelitian,kejujuran dan kemajuan masing-masing perawatan asosiet1. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan

3.3 RONDE KEPERAWATAN3.3.1 Peran Perawat secara Spesifik saat Ronde Keperawatana. Peran perawat primer dan perawat assosiate Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien. Menjelaskan diagnosis keperawatan. Menjelaskan intervensi yang dilakukan. Menjelaskan hasil yang didapat Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkajib. Peran perawat konselor Memberikan justifikasi Memberikan reinforcement Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional tindakan Mengarahkan dan koreksi Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

3.4 Aplikasi Kasus

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN0. Operan merupakan penyampaian dan penerimaan laporan yang berkaitan dengan pasien antara dua shift dengan tujuan penyampaian diantaranya tindakan mandiri perawat yang sudah dilakukan, tindakan kolaboratif serta perkembangan pasien. Operan dilakukan secara efektif dan biasanya dilaksanakan 3 kali dalam sehari dengan rata-rata estimasi waktu yang berbeda setiap shift dan dipengaruhi oleh beberapa faktor.0. Pre-post conference merupakan pertemuan tim atau diskusi kelompok yang dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas pagi, sore atau malam. Conference biasany dilakukan di suatu tempat khusus yang dimpimpin oleh ketua tim. Preconference dilakukan setelah operan untuk rencana kegiatan shift selanjutnya, post conference tentang hasil kegiatan sepanjang shift. Tujuannya adalah untuk menganalisa masalah dan menjabarkan alternatif penyelesainnya.0. Ronde keperawatan merupakan kegiatan dengan tujuan mengatasi masalah keperawatan dengan melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Ronde keperawatan memiliki tujuan untuk menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis.4.2 SARANTindakan keperawatan berupa operan, pre-post conference dan ronde keperawatan sangat berperan penting dalam keberlangsungan kualitas pelayanan dan keberlangsungan kesehatan dari pasien. Oleh karena itu, akan lebih baik jika seluruh rumah sakit melakukan kegiatan tersebut dan dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar agar kualitas perawatan dapat terjaga stabilitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin.2001. Dasar-dasar keperawatan professional. Jakarta : widya MedikaCahyono. (2008). Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktek Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius.Friesen, A.M., White, V. S., & Byers, F.J. (2008). Handoffs : Implications For Nurses. Dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2649/. Diperoleh 27 Februari 2014Joint Commission Resources. 2007. Improving hand-off communication. Ed: Pillow M. JCR:U.S.A. http://store.jointcommissioninternational.org/assets/1/14/VNM10_Sample_Pages.pdf. Diperoleh 27 Februari 2014Lamond, Dawn. (2000). The Information Content of the Nurse Change of Shift Report. Journal of Advance Nursing. http://www.york.ac.uk/res/dec/resources/papers/JAN2000.pdf. Diperoleh 27 Februari 2014Nursalam .2002.Manajemen keperawatan : aplikasi dalam praktek keperawatan professional. Jakarta:salemba medikaNursalam. (2012). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika.Riesenberg, A, L., Leitzsch, J., & Cunningham, M. (2010). Nursing handoffs : A systemic review of the literature : surprisingly little is known about what constitutes best practice. American Journal of Nursing, 110(4), 24-34.Yuliastuti, K. 2009. Penerapan problem solving for better health (PSBH) untuk mengembangkan proaktifitas perawat dalam melaksanakan operan pasien di RSUD Tugurejo Semarang. Bogor: Program Pascasarjana Magister Ilmu Keperawatan. (Dipublikasikan).