makalah maes kelompok 3. Agroforestri.docx

download makalah maes kelompok 3. Agroforestri.docx

of 14

Transcript of makalah maes kelompok 3. Agroforestri.docx

MAKALAH MANAJEMEN AGROEKOSISTEMKEBUN CAMPURAN

Oleh:Kelas: BLailatul Munawaroh 125040200111029Agung Fickry125040200111104Kristyaphine Ambarita 125040200111191Wahidatun 125040200111226M. Asad Iskandar S.125040201111062Wening Tiara D.125040201111143Elda Kurniawati125040201111261Fia Rizky Amalia 125040201111330 Ega Fay Putro W.125040207111007

UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS PERTANIANPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIMALANG2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGPengertian dari Agroforestri adalah budidaya tanaman kehutanan (pohon-pohon) bersama dengan tanaman pertanian (tanaman semusim). Pengertian agroforestri seperti di atas merupakan pengertian sederhana karena agroforestri dapat diartikan lebih luas lagi dengan pengabungan sistem budidaya kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan. Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi areal pertanian merupakan kenyataan yang terjadi sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Tujuan akhir program agroforestri adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat petani, terutama yang di sekitar hutan, yaitu dengan memprioritaskan partisipasi aktif masyarakat dalam memperbaiki keadaan lingkungan yang rusak dan berlanjut dengan memeliharanya. Program-program agroforestri diarahkan pada peningkatan dan pelestarian produktivitas sumberdaya, yang akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat.1.2 TUJUAN Tujuan darimakalahini adalahuntukmengetahui seberapa jauh peran agroforestri terhadap produktivitas dan perlindungan tanah.

1.3 MANFAATDengan adanya makalah ini secara tidak langsung adalah untuk mengetahui tentang agroforesti. Oleh karena itu dengan adanya makalah ini di harapkan setiap mahasiswa pertanian Universitas Brawijaya dapat lebih memahami apa itu agroforestri.

BAB IITAHAP PROSEDURING

a. Waktu dan Tempat SurveiPengamatan dilakukan pada hari Jumat, 7 Maret 2014 di lahan Kebun Campuran, Joyo Green, Kota Malang, dengan luasan lahan 20 m x 20 m.b. Alat dan Bahana. Lapangb. Laboratorium0. Alat:Uji fisik tanah (BI) Mangkok tanah : wadah tanah saat di oven Timbangan analitik : mengukur berat tanah sampel Oven tanah: mengeringkan tanahUji biologi Timbangan analitik : mengukur berat sampel Oven tanah : mengeringkan seresah0. Bahan : Tanah: Untuk sampel tanah objek pengamatan Seresah : Sebagai Objek pengamatan

c. Langkah Kerjaa. Menentukan lokasi surveiProsedur Kerja Lapang

Datang ke tempat survei

Menyiapkan alat dan bahan

Membuat frame pada lokasi agroekosistem ukuran 20 m x 20 m

Membuat frame kecil di dalam frame pada agroekosistem ukuran 50 cm x 50 cm pada tiga titik.

Mengukur ketebalan seresah

Mengambil seresah yang ada

Mencari biomassa dan nekromassa pada tanah, serta mengambil untuk di uji laboratorium

Dokumentasikan

b. Langkah Kerja di Laboratorium Pengujian Fisika Tanah BI

Pengujian Biologi Tanaha. Seresah

b. Cacing Tanah

d. Analisa Perlakuana. Perlakuan di LapangHal yang pertama kali dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam praktikum. Setelah itu , mulai membuat frame besar berukuran 20 m x 20 m pada lokasi agroekosistem menggunakan tali rafia. Kemudian, menyiapkan frame kecil yang juga menggunakan tali rafia yang berukuran 50 cm x 50 cm sebanyak tiga buah yang kemudian akan diletakkan pada tiga titik di dalam frame besar. Selanjutnya melakukan pengamatan pada titik pertama. Hal yang dilakukan yaitu mengukur ketebalan seresah. Caranya adalah menekan seresah yang ada kemudian ukur tebalnya menggunakan penggaris lalu catat hasilnya kemudian ambil seresah tersebut yang kemudian akan dilakukan pengamatan di laboratorium untuk mengetahui beratnya.Kemudian mengamati biomas dan nekromas yang ada di tanah tersebut. Biomas berupa organisme tanah yaitu cacing tanah beserta kascingnya, serta nekromas atau bagian tanaman yang telah kering dan mati seperti cabang dan ranting pohon. Sama halnya dengan seresah, hal yang dilakukan selanjutnya ialah mengambil biomas dan nekromas tersebut yang kemudian akan dilakukan pengamatan di laboratorium. Pengamatan-pengamatan tersebut diulang pada ketiga titik yang telah ditentukan di awal. Setelah pengamatan selesai, catat semua hasilnya kemudian dilakukan dokumentasi baik pada lokasi agroekosistem maupun pada titik-titik pengamatan.

b. Perlakuan di Laboratorim1 . Pengujian Fisika Tanah (Berat Isi)Menyiapkan alat dan bahan, kemudian menimbang nampan dan cawan. Setelah itu, ukur diameter pipa dan panjang pipa. Kemudian, keluarkan tanah dari pipa lalu menimbang berat pipa, dan mengambil sampel tanah sebanyak 50 gram untuk di oven. Sampel tanah di masukkan ke dalam cawan, kemudian di masukkan ke dalam oven 1100 C selama 24 jam. Selanjutnya, sampel tanah yang telah di oven dikeluarkan, lalu ditunggu 10 menit agar sesuai dengan suhu ruangan, kemudian menimbang berat kering oven sampel tanah tersebut. Kemudian, catat hasil dan hitung BI.

2. Pengujian Biologi Tanaha. Seresah Menyiapkan alat dan bahan, kemudian menimbang seresah. Setelah itu, seresah yang telah ditimbang di masukkan ke dalam amplop. Kemudian, amplop tersebut di masukkan ke dalam oven 1100 C selama 24 jam. Selanjutnya, seresah yang telah di oven dikeluarkan, lalu ditunggu 10 menit agar sesuai dengan suhu ruangan, kemudian menimbang berat kering oven sampel tanah tersebut. Kemudian, catat hasil.b. Cacing TanahMenyiapkan alat dan bahan, kemudian menimbang berat cacing tanah yang telah ditemukan pada setiap frame, dan kemudian mencatat hasil timbangan.

BAB IIIHASIL dan PEMBAHASAN3.1 Seresah

PlotBerat Basah (gr)Berat Kering (gr)

1131.281.0

247.639.7

397.455.6

Berat kertas 1 = 9.9 grBerat kertas 2 = 10.0 grBerat kertas 3 = 11.2 grBerat nampan = 61.1 gr

Dari data aspek biologi tanah untuk tanaman kebun campuran atau agroforestri pada lahan di Joyogrand, hanya didapatkan data seresah dan biota tanah. Tingkat seresah yang lebih tinggi terdapat pada plot 1 yaitu 131.2 gram untuk berat basah dan 81.0 gram untuk berat kering. Seresah yang didapatkan umumnya berasal dari sisa tanaman tahunan, yakni pohon jati yang tumbuh di lahan kebun campuran tersebut.Sistem agroforestri dapat mempertahankan kandungan bahan organik tanah di lapisan atas melalui pelapukan seresah yang jatuh ke permukaan tanah sepanjang tahun. Pemangkasan tajuk pepohonan secara berkala yang di tambahkan ke permukaan tanah juga mempertahankan atau menambah kandungan bahan organik tanah. Kondisi demikian dapat memperbaiki struktur dan porositas tanah serta lebih lanjut dapat meningkatkan laju infiltrasi dan kapasitas menahan air (Widianto, dkk., 2003).Sistem agroforestri pada umumnya memiliki kanopi yang menutupi sebagian atau seluruh permukaan tanah dan sebagian akan melapuk secara bertahap. Adanya seresah yang menutupi permukaan tanah dan penutupan tajuk pepohonan menyebabkan kondisi di permukaan tanah dan lapisan tanah lebih lembab, temperatur dan intensitas cahaya lebih rendah. Kondisi iklim mikro yang sedemikian ini sangat sesuai untuk perkembangbiakan dan kegiatan organisme. Kegiatan dan perkembangan organisme ini semakin cepat karena tersedianya bahan organik sebagai sumber energi. Kegiatan organisme makro dan mikro berpengaruh terhadap beberapa sifat fisik tanah seperti terbentuknya pori makro (biopores) dan pemantapan agregat. Peningkatan jumlah pori makro dan kemantapan agregat pada gilirannya akan meningkatkan kapasitas infiltrasi dan sifat aerasi tanah (Widianto, dkk., 2003). Dengan demikian, adanya seresah dan aktivitas organisme ini dapat menjaga kesuburan dan kualitas tanah.Selain seresah tanah, pada lahan yang kita amati juga terdapat cacing tanah. Pada plot 1 cacing yang kita temuai sebanyak 2 ekor yaitu seberat 5,4 gram, pada plot 2 terdapat 4 ekor cacing dengan berat seluruhnya 9,5 gram dan pada plot 3 terdapat 6 cacing dengan berat keseluruhan 14,5 gram. Para petani seringkali menggunakan indikator cacing tanah sebagai penciri tanah sehat. Petani berasumsi bahwa lahan yang banyak cacing tanahnya akan gembur sehingga mudah diolah dan tanaman tumbuh baik. Pendapat tersebut diperkuat oleh Jongmans et al. (2003) bahwa kualitas pori makro dan mikro tanah, tingkat kepadatan tanah, dekalsifikasi dan dinamika bahan organic ditentukan oleh aktivitas cacing tanah. Cara yang paling cepat untuk mengetahui ada/tidaknya cacing tanah di lahan adalah melalui pengamatan casting. Oleh karena itu, lahan kebun campuran atau agrofoesti yang kita amati bisa dikatakan sebagai tanah yang sehat karena terdapat organisme yang beraktivitas di dalamnya.

3.2 Berat isi tanahDIAMETERTINGGITOTALCAWAN + TANAH SUB (BB)CAWAN + TANAH OVEN (BK)CAWAN ( C )

11 cm10 cm1917,84 gr56,56 gr43,89 gr6,56 gr

KA = = gr = = 0,35 grVt = .. d2 . t = cm2Vt = .. 112 . 10 = 3799,4 cm2BI = = gr/cm3BI = = 3 3799,4Dari hasil perhitungan, diperoleh BI sebesar 1,49 gr/cm3 .Berat isi menunjukkan berat tanah kering persatuan volume tanah. Berat isi berguna untuk evaluasi terhadap kemungkinan akarmenembus tanah. Berat isi juga dapat memberi petunjuk kepadatan tanah. Karena semakin tinggi berat isi maka semakin tinggi pula kepadatan tanah tersebut dan semakin susah akar dapat menembus tanah. Dengan diketahui berat isi pada kebun campuran sebesar 1,49 gr/cm3 , hal tersebut menunjukkan bahwa akar tanaman yang ada pada kebun campuran tersebut mampu menembus tanah.. Menurut Hardjowigeno (2003) pada umumnya bobot isi berkisar dari 1,1-1,6 g cm-3, namun beberapa jenis tanah mempunyai nilai bobot isi kurang dari 0,90 g cm-3, salah satunya adalah tanah Andisol.Menurut Sarief ( 1989 ) Nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pengolahan tanah, bahan organik, tekstur, stuktur, pemadatan oleh alat-alat pertanian, dan kandungan air tanah. Nilai bobot isi penting dipergunakan untuk perhitungan-perhitungan kebutuhan air irigasi, pemupukan, pengolahan tanah, dan lain-lain.

BAB IVPENUTUP4.1 Kesimpulan Agroforestri adalah budidaya tanaman kehutanan (pohon-pohon) bersama dengan tanaman pertanian (tanaman semusim). Sistem agroforestri dapat mempertahankan kandungan bahan organik tanah di lapisan atas melalui pelapukan seresah yang jatuh ke permukaan tanah sepanjang tahun. Agroforestri sebaiknya dijadikan bagian yang tidak terpisahkan dari program pembangunan di pedesaan, agar dapat berperan secara efektif dan dapat lebih banyak mencukupi keperluan petani, baik untuk tujuan subsisten, pendapatan tunai, maupun untuk jasa. Keberhasilan agroforestri hendaknya dinilai dengan mengingat berbagai faktor, termasuk jangka waktu, imbalan ekonomi, pencukupan keperluan hidup, produktivitas biologi dan keberlanjutan. Kecocokan jenis tanaman perlu dinilai sebaik-baiknya. Keperluan tanaman akan cahaya, unsur hara, dan air dapat sangat berbeda-beda. Respon tanaman terhadap cara pengelolaan yang berbeda hasilnya juga tidak sama.

DAFTAR PUSTAKAHardjowigeno, 2003. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Presindo.Jongmans, A. G., Pulleman, M. M., Balabane, M., Van Oort, F., Marinissen, J. C. Y. 2003. Soil structure and characteristics of organic matter in two orchards differing in earthworm activity. Applied Soil Ecology, 24: 219 - 232. Sarief, E. S.,1989. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Bandung : Pustaka Buana.Widianto, dkk. 2003. Fungsi dan Peran Agroforestri. Bogor:World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Office.

DOKUMENTASI