MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

34
MODUL PRAKTIKUM MANAJEMEN AGROEKOSISTEM Adi Setiawan Tomy Marmadion Muhammad Raditya Sowan Vani Risky Ramadan Agni Dhewangga Adwar Ardhi Pradana UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN MALANG

Transcript of MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

Page 1: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

MODUL PRAKTIKUM

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

Adi Setiawan

Tomy Marmadion

Muhammad Raditya Sowan

Vani Risky Ramadan

Agni Dhewangga

Adwar Ardhi Pradana

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

MALANG

2013

Page 2: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

JADWAL KEGIATAN PRAKTIKUM MANAJEMAN AGROEKOSISTEM SEMESTER

GANJIL 2012-2013

N

oKegiatan

April Sasaran Keterangan

III IV

1 UTS     Praktikan

2

Materi Tinjauan

Manajemen

Agroekosystem pada

aspek Produksi tanaman    

3

Tugas penyusunan system

terpadu produksi tanaman

pada suatu wilayah

dengan memaparan

konsep manajemen

agroekosytem untuk

menunjang produksi.    

Praktikan

4

Materi penjelasan

kuisioner untuk

mengetahui mekanisme

manajemen

agroekosystem

5Rekapitulasi nilai akhir

praktikum    Asisten

Page 3: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

PERATURAN PRAKTIKUM MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

1. Praktikum Manajemen Agroekosistem me miliki bobot 1 sks.

2. Praktikum Manajemen Agroekosistem merupakan kegiatan praktikum integrasi dari

jurusan BP, Tanah, dan HPT.

3. Nilai praktikum Manajemen Agroekosistem memberikan kontribusi 25% untuk nilai akhir

MK Manajemen Agroekosistem.

4. Praktikum dimulai tepat waktu yang telah ditentukan. Keterlambatan 15 menit nilai

kehadiran dikurangi 50%.

5. Presensi kehadiran peserta praktikum minimal 80% (dilampirkan surat dokter jika

ijin/sakit).

6. Absensi dilakukan 1 kali untuk praktikum.

7. Pada waktu pelaksanaan praktikum assisten menilai kemampuan mahasiswa secara

kelompok dan individu.

8. Penilaian selama praktikum ada 2 macam, yaitu kelompok dan individu. Unsur-unsur

penilaian meliputi: kognitif, psikomotorik, dan afektif dengan rincian sbb:

- kehadiran 10 %

- penguasaan materi praktikum (pre/post test) 20 %

- assistensi 10 %

- tugas 30 %

- keaktifan 10%

- laporan 20%

Page 4: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

Tujuan praktikum manajemen agroekosistem pada aspek Budidaya Pertanian ialah praktikan

mengetahui proses manajeman lahan basah dan kering secara terukur dengan memahami

semua aspek yang terkait

INDIKATOR CAPAIAN PELAKSANAN

Tahap 1. Mahasiswa mengetahui Proses budidaya yang ideal dan proses budidaya yang lebih

adaptif artinya sebuah proses manajemen lahan dimana praktek budidaya yang dilakukan dan

pengelolannya menyesuiakan dengan lingkunganya (dibangun secara sengaja dan sadar).

bertujuan melaksanakan praktek budidaya yang efisien dan berlanjut.

Tahap 2. Mahasiswa mampu menganalisis kondisi lingkungan yang sudah di manage

kemudian dikaji apakah sesui dan ideal berdasarkan pada aspek syarat tumbuh suatu

tanaman. Proses menganalisis kondisi lingkungan mengunakan alat-alat yang tersedia untuk

sejauh ini pada aspek kebutuhan cahaya/intensitas (lux Meter), unsur hara (BWD), air

(Humidity), ketinggian tempat (GPS), pH (pH meter).

Tahap 3. Mahasiswa mengetahui dan menterjemakan data dilapang dengan melakukan

wawancara atau dept interview berdasar kuisioner pada berbagai aspek. Ketidak sesuaian

suatu tanaman dengan syarat budidaya dan cara budidaya harus dibahas sebagi temuan yang

perlu dikaji dengan kesimpulan diarahkan untuk menjawab apa yang dilakukan oleh petani

dalam praktek budidaya merupakan proses budidaya yang adaptif atau ideal?

Page 5: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

Materi I

TINJAUAN MANAJEMEN AGROEKOSYSTEM PADA ASPEK PRODUKSI

TANAMAN

Sistematika Mahasiswa dikenalkan bagaimana Melaksanakan Manajemen Agroekosistem

pada tataran lapang dalam luasan tertentu (kecil atau besar) meliputi;

1. Pengelolaan elemen penyusun agroekosistem, fungsi, hirarki (food & energy chain)

dan nilai ekonomi.

2. Proses manajemen pada faktor-faktor lingkungan biotis – abiotis lahan basah dan

kering (pengertian, masalah dan pengelolaan tanaman).

3. Proses budidaya atau manajemen tanaman mencakup Kriteria dan indikator dalam

skala hamparan-dalam agroekosistem yang sama meliputi aspek aspek tanaman, pola

pertumbuhan tanaman, biodiversitas tumbuhan dan pola tanam dan aspek ekonomi.

4. Output manajemen agrosistem berupa penigkatan produksi, stabulitas produksi,

Keberlanjutan lingkungan dan pemeratan produk.

Sub Materi I

PENGELOLAAN ELEMEN PENYUSUN AGROEKOSISTEM

1.1 Manajemen Agroekosystem

Manajemen Produksi Tanaman Terpadu didefiniskan sebagai kombinasi dari berbagai

input dimana komponen ekonomi dan ekologi dikombinasikan. Dalam proses produksi

tanaman hasil ialah kombinasi genetik dan Lingkungan tersebut. Secara spesifik dapat

digambarkan bahawa masukan tersebut ialah Lokasi budidaya meliputi jenis tanah, struktur

tanah, iklim dan cuaca; Perlindungan tanaman meliputi bagaiaman perlindungan secara \

mecanik, secara biologi dan kimia; Pemupukan meliputi pupuk organik, pupuk kimia sisntetis

(N, P, K) berfungsi meningkatkan kesuburan tanah; Rotasi tanaman meliputi waktu rotasi,

waktu tanam dan sistem bero; Varietas Benih meliputi spresifik lokasi, ketahanan hama dan

produktifitas; Tanaman pakan ternak meliputi cara budidaya, teknik perkecambahan dan cara

panen.

Dasar dan fungsi agroekosystem ialah untuk mewujudkan kebijakan pangan nasional

menyangkut:

Page 6: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

• terjaminnya pangan (food availability),

• ketahanan pangan (food security),

• akses pangan (food accessibility),

• kualitas pangan (food quality) dan

• keamanan pangan (food safety).

Disamping itu ada empat hal yang menjadi bagian penting dalam menjalankan

mengevaluasi suatu agekosystem meliputi Produktifitas; yang berarti bahwa pengelolaan

agroekosystem salah satunya harus bisa diukur dari produksi panen per Ha dibandingkan

dengan masukan yang diberikan. Stability; diukur dari konsistensi produksi.Sustainability;

kemampuan suatu agroekosyestem dalam menjaga produktifitas sebagi respon perubahan

lingkungan. Equitability; menunjukan bagiamana pada poduk dari agroekosystem ialah untuk

mengubah kesejahteraan petani dalam hal ini agroekosystem meningkatkan kesejahteraan.

1.2 Sistematika Pendekatan Agroekosystem

a. Penentuan Lokasi

Budidaya mengambarkan ketersedian dan kebutuhan untuk melaksanakan produksi

dengan target tinggi, efisien dan murah selanjutnya dekat pada askes pasar.

b. Data Bio-Fisik, Sosial, Ekonomi Demografi

Pada aspek ini perlu diketahui kondisi lingkungan biotic dan abiotik suatu kawasan

Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik yang

mempengaruhi ekosistem antara lain Suhu, Sinar matahari, Air, Tanah, Ketinggian, Angin

Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik

tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan

berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.

Pada aspek Sosial dan ekonomi demografi data menunjukkan dengan pertumbuhan

penduduk 1,49 % pertahun, Indonesia harus mampu menyediakan pangan untuk 230 juta

penduduknya saat ini dan pertambahan setidaknya 3 juta konsumen baru setiap tahun. Pada

saat yang sama ditengarai sekitar 100.000 hektar lahan pertanian umumnya pangan

terkonversi setiap tahunnya untuk berbagai kepentingan non-pertanian. Juga telah semakin

seriusnya penurunan kesediaan air dan meningkatnya kompetisi penggunaan air tersebut

antara keperluan konsumsi rumah tangga dan industri dengan keperluan pertanian. Kondisi

ini perlu dilihat sebagai peluang untuk mengembangkan pola konsumsi beraneka ragam bagi

“konsumen baru”yang cukup besar, sekaligus tantangan yang besar karena sumber daya alam

untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut semakin terbatas. Masyarakat Indonesia adalah

Page 7: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

masyarakat yang beragam. Keragaman sosial ekonomi tersebut sekaligus juga menjadi

peluang dan potensi untuk mengembangkan pangan yang beragam. Kebutuhan tersebut tidak

hanya dari jenis pangannya tetapi juga dari pengolahan, tambahan kandungan nutrisi,

penampilan, pengemasan, dan sebagainya.

c. Penentuan Dan Pemetaan Kawasan

Dalam praktek budidaya perlu dilakukan Analisis Erosi Tanah, Analisis Kesesuaian

lahan, Analisis Pendapatan, Usaha Tani, Daya Dukung dan Analisis Agroteknologi agar

kemudian tercapai kondisi yang ideal dan adaptif terhadap perkembangan kondisi lahan dan

factor budidaya

d. Melakukan Analisis Agroekosistem

Pelaksananan point ini meliputi Produktivitas, Pemeratan, Stabilitas produksi, dan

keberlanjutan dengan tujuan sasaran yang akan dicapai pada proses manajemen

agroekosystem tidak salah dengan point diatas maka akan tercapai Alternatif pemanfaatan

yang optimal dan berwawasan lingkungan.

Sub Materi II

PROSES MANAJEMEN PADA FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN BIOTIS –

ABIOTIS LAHAN KERING DAN BASAH

2.1 Lahan Kering

Satari (1977)

Adalah lahan yang dalam keadaan alamiah,lapisan atas dan bawah tubuh tanah(topsoil

dan sub soil) sepanjang tahun tidak jenuh air dan tidak tergenang,serta kelembaban

tanah sepanjang tahun erada dibawah kapasitas lapang.

Muliadi (1977)

Adalah lahan yang hampir sepanjang tahun tidak tergenang secara permanen.

Ahli Tanah Indonesia

Adalah lahan dimana kebutuhan air tanaman tergantung sepenuhnya air hujan dan

tidak pernah tergenang secara tetap

Luas lahan kering di Indonesia 51,7 juta Ha sedang di Jawa 6,1 juta Ha. Ini berarti di

Indonesia 86,24 % lahan pertanian berupa lahan kering,sedang di Jawa 63,54% berupa lahan

kering.

Ciri-ciri lahan kering:

Terbatasnya air

Peka terhadap erosi

Page 8: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

Makin menurunnya produktifitas lahan

Tingginya variabilitas kesuburan tanah

Macam species yang ditanam

Adopsi teknologi maju masih rendah

Ketersediaan modal sangat terbatas

Infrastruktur kurang baik

Manajemen Lahan Kering:

1. Alley cropping (Budidaya Lorong)

Adalah suatu sistem di mana tanaman pangan ditanam pada lorong (alley) di

antara barisan tanaman pagar yang sebenarnya alley cropping ini merupakan salah

satu sistem agroforestry yang menanam tanaman semusim atau tanaman pangan

diantara lorong-lorong yang dibentuk oleh pagar tanaman pohonan atau semak (Kang

et al., 1984) .

Sebagian besar lahan pertanian di Indonesia berupa lahan kering yang

umumnya tersebar di daerah aliran sungai (DAS) bagian hulu yang bentuk

wilayahnya berombak sampai berbukit dengan curah hujan yang tinggi. Hal ini akan

memicu terjadinya erosi, sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas lahan.

Keuntungan alley cropping:

Dapat menyumbangkan bahan organik dan hara terutama nitrogen untuk

tanaman lorong

Mengurangi laju aliran permukaan dan erosi apabila tanaman pagar ditanam

secara rapat menurut garis kontur

2. Mulsa Vertikal

Merupakan upaya penyempurnaan teknik budidaya lorong, dikembangkannya paket

teknologi konservasi yang lebih tepat guna, yaitu secara teknik lebih sederhana, lebih

ekonomis, lebih efektif dalam mengendalikan aliran permukaan dan erosi serta dapat diterima

masyarakat yaitu mulsa vertikal.

Page 9: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

Keuntungan mulsa vertikal:

Barisan tanaman pagar berperakaran dalam yang ditanam pada guludan dapat

memperkuat guludan untuk menahan aliran permukaan dan menyerap unsur

hara dari subsoil untuk pendaur-ulangan unsur hara yang lebih efisien

Saluran bermulsa sangat penting untuk menampung dan meresapkan air aliran

permukaan, sekaligus dapat membatasi persaingan air dan unsur hara oleh

perkembangan akar tanaman pagar ke bidang pertanaman budidaya

Saluran juga berfungsi untuk mengumpulkan sisa tanaman dan hasil

pangkasan tanaman pagar yang bermanfaat untuk : (1) sebelum mengalami

pelapukan sisa tanaman dapat mencegah longsornya dinding saluran serta

melindungi permukaan resapan dari tumbukan air hujan dan penyumbatan pori

oleh sedimen halus, (2) aktivitas organisme yang membantu proses pelapukan

sisa tanaman dapat memperbaiki kondisi fisik tanah sekitar saluran dan

meningkatkan daya resap saluran, (3) unsur hara yang dilepaskan selama

proses pengomposan akan diserap oleh tanaman pagar yang kemudian dapat

dikembalikan dalam bentuk sisa tanaman

2.2 Lahan Basah

Adalah wilayah-wilayah dimana tanahnya jenuh dengan air, baik yang bersifat

permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang-

kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal. Merupakan wilayah yang memiliki tingkat

keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan kebanyakan ekosistem.

Page 10: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

Luas lahan basah di Indonesia sekitar 20% dari luas daratannya atau mencapai 40 juta

hektar. Semua tipe ekosistem lahan basah di dunia tercakup di Indonesia, seperti kawasan

laut (marin), muara ( estuarin), rawa (palustrin) danau (lakustrin) dan sungai (riverin).

Digolongkan ke dalam lahan basah ini diantaranya adalah rawa-rawa (termasuk rawa

bakau), dan gambut. Air yang menggenangi lahan basah dapat tergolong ke dalam air tawar,

payau atau asin. Sebagian besar kawasan lahan basah merupakan lahan yang subur, sehingga

kerap dibuka, dikeringkan dan dikonversi menjadi pertanian, baik sebagai lahan persawahan,

lokasi pertambakan, maupun sebagai wilayah transmigrasi.

1. Sawah Irigasi

Sawah Irigasi Teknis

Sawah yang memperoleh pengairan dimana saluran pemberi, terpisah dari

saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian irigasi dapat sepenuhnya

diatur dan diukur dengan mudah.

Jaringan seperti ini biasanya terdiri dari saluran induk, sekunder dan tersier.

Saluran induk, sekunder serta bangunannya dibangun, dikuasai dan dipelihara

oleh pemerintah.

Sawah Irigasi Setengah Teknis

Merupakan sawah berpengairan teknis, akan tetapi pemerintah hanya

menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur

pemasukan air, sedangkan jaringan selanjutnya tidak diukur dan dikuasai

pemerintah.

Sawah Irigasi Sederhana

Adalah sawah yang memperoleh pengairan dimana cara pembagian dan

pembuangan airnya belum teratur, walaupun pemerintah sudah ikut

membangun sebagian dari jaringan tersebut (misalnya biaya membuat

bendungannya)

2. Sawah Non-irigasi/ Tadah hujan

Sawah Pasang Surut

Sawah Pasang Surut adalah sawah yang pengairannya tergantung pada air

sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.

Sawah Lebak

Sawah Lebak adalah sawah yang sumber airnya berasal dari reklamsi rawa

bukan pasang surut. Sawah Lebak dapat diartikan juga sebagai sawah

rendahan yang tergenang secara periodik sekurang-kurangnya tiga sampai

Page 11: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

enam bulan secara kumulatif dalam setahun, dan dapat kering atau lembab tiga

bulan secara komulatif dalam setahun.

Lahan lebak yang berpotensi sebagai sawah lebak banyak dijumpai di seluruh

nusantara, tersebar di pulau sumatera dan Kalimatan yang mempunyai banyak

sungai dan berpeluang baik.

Kendala:

Alih fungsi lahan

Alih fungsi lahan pertanian juga berdampak pada hilangnya investasi yang

telah dilakukan untuk membangun irigasi dan prasarana lainnya. Berdampak

pula pada hilangnya hamparan efektif untuk menampung kelebihan air

limpahan yang dapat membantu mengurangi banjir, serta mengakibatkan

hilangnya kesempatan kerja dan pendapatan bagi petani penggarap, buruh tani,

penggilingan padi, serta sektor pedesaan lainnya.

Degradasi lahan

Degradasi lahan basah disebabkan oleh input pupuk anorganik secara terus-

menerus yang mengakibatkan tanah menjadi masam, kemudian disusul oleh

pengolahan tanah yang intensif secara terus-menerus yang mengakibatkan

tanah menjadi lebih padat. Dan penyebab yang terakhir adalah rotasi tanaman

yang jarang dilakukan. Solusi sederhananya adalah aplikasi bahan organik

yang dapat memperbaiki sifat fisik, maupun kimia pada tanah.

Sub Materi III

PROSES DAN MANAJEMEN PRODUKSI TANAMAN

3.1 Proses budidaya pertanian pada lahan basah meliputi;

1. Pembukaan lahan dan pengelolaan air

Pembukaan lahan hutan merupakan awal dari pengelolaan lahan dan sekaligus

merupakan upaya pertama pengelolahan air. Langkah yang pertama yang dilakukan

dalam pembukaan lahan meliputi pembukaan suatu jalur hutan dimana sebuah parit

sempit akan digali sehingga lahan didrainase secara buatan. anjir dibuat untuk

memperluas pengaruh pasang surut air, yang akhirnya dimanfaatkan untuk

kepentingan pertanian.

2. Pengolahan tanah

Page 12: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

Pengolahan tanah di persawahan lahan basah yang dilakukan adalah pembersihan

lahan dengan cara pengendalian gulma yang dominan pada lahan rawa.

3. Dari persemaian hingga panen

Pada lahan gambut atau pasang surut umumnya permukaan air cukup tinggi sehingga

tidak memungkinkan untuk menyebarkan benih secara langsung di areal pertanaman.

Untuk mengatasi hal ini, para petani lahan basah melakukan persemaian (tanam

pindah, transplantasi) yang ada kalanya dilakukan sampai tiga kali persemaian.

a. Persemaian Taradakan / Tugal (Dry Bed Nursery)

Persemaian dengan cara taradakan/ tugal paling banyak dilakukan petani.

Persemaian ini dilakukan pada permulaan musim hujan (Oktober-November).

Lahan persemaian dipilih pada daerah yang cukup tinggi agar tidak terndam

ketika air pasang datang. Setelah dibersihkan dari rerumputan, pada lahan itu

dibuat lubang dengan tugal atau alat penumbuk lainnya untuk memasukkan benih

pada tanah yang telah disiapkan. Setelah dua kali pemindahan (transplantasi)

tanaman persemaian itu cukup untuk menanam 1 hektar sawah (Noorsyamsi dan

Hidayat, 1974; Noorsyamsi et al., 1984).

b. Palaian (dapong”, raft nursery)

Cara lain untuk melakukan persemaian adalah palaian, suatu versi Kalimantan

dari persemaian “dapog” yang dilakukan di Filipina. Benih disiapkan dengan cara

memasukkannya ke dalam Ember dan menutupnya. Ember tersebut ditempatkan

pada lokasi yang lembab (dekat pencucian alat dapur atau di pemandian) atau

direndam di sungai. Benih yang telah tumbuh (akarnya telah keluar) kemudian

disemaikan di palaian yang telah disiapkan sebelumnya. Dibandingkan dengan

bibit “taradakan”, bibit “palaian” tumbuh lebih cepat namun umumnya lebih

lemah. “Palaian” dapat dianggap sebagai persemaian darurat (Noorsyamsi dan

Hidayat, 1974; Noorsyamsi et al, 1984).

c. Ampakan (first transplanted seedlings)

Bibit taradakan dipelihara di persemaian selama 40 hari kemudian bibit palaian

selama 15 hari. Sampai tahap ini, air terus meninggi, sehingga bibit belum bisa

ditanam langsung di sawah. Bibit dari persemaian “taradakan” atau “palaian” itu

kemudian dipindahkan (transplantasi) ke bagian lahan yang lain. Bibit yang

pertama dipindahkan ini disebut “ampakan”, dilakukan antara bulan Desember –

Januari. Alasan untuk dilakukan pemindahan ini terutama untuk meningkatkan

kemampuan tumbuh bibit dan mendorong perbanyakan anakan tanaman. Luasan

Page 13: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

areal persemaian “ampakan” ini sekitar 20 % dari luas areal pertanaman yang

sesungguhnya, atau dengan cara membagi bibit dari persemaian I menjadi 4 – 5

bagian. Pada “ampakan” ini tanaman dipertahankan sampai berumur 35-45 hari

(Noorsyamsi dan Hidayat, 1974; Noorsyamsi et al., 1984). Selama tahap

persemaian ampakan, lahan lainya dipersiapkan untuk memindah bibit untuk

kedua kalianya. Pada saat ini curah hujan sudah sangat tinggi dan lahan tempat

bibit akan dipindahkan sudah penuh tergenang. Persemaian lahan untuk

memindahkan kedua ini mencangkup penebasan vegetasi. Vegetasi yang ditebas

dibiarkan untuk terdekomposisi dalam air dan setelah itu dipergunakan dilahan

sebagai sebaghai pupuk hijau. Sepertiga total lahan yang akan ditanami disiapkan

menurut pola berjalur (strips). Persemaian ampakan dipindahkan pada bulan

januari dan memindahkan yang kedua kali disebut lacakan.

d. Penyimpanan Lahan Untuk Transplanting Terakhir

Sekitar sebulan setelah bibit lacakan ditanam, lahan yang tersisa disiapkan untuk

penanaman terakhir. Pekerjaan ini biasanya dilkukan pada bulan februari

mengikuti hala yang sama sebagaimana untuk transpalanting terdahulu.

e. Penanaman Dilahan Utama

Permukaan air dilahan sawah cukup rendah untuk penanaman terakhir.

Persemaian lacakan yang kini mempunyai anakan melimpah digali dan ditanam,

setelah bagaian atas dan akarnya dipangkas. Tak ada batasan mengenai jarak

tanam yang diperlukan. Metoda yang sering dikenal senagai “sedepa lima”.

Lubnang tanam di Tanami dengan 2-3 bibit/lubang tergantung varietas. Pada

pertanian lahan basah ini kecuali pupuk hijau tak ada pupuk lain digunakan.

Permukaan tinggi selama pertumbuhan vegetative dari tanaman padi dan pengruh

penutupan (shading) dari verietas tradisiomal tinggi. Karena itu populasi gulama

relative sedikit dan taj dilakukan penyiangan gulma.

f. Panen

Panen biasanya dilakukan pada bulan agustus-september dengan memotong

tangkal pada dasarnya dengan alat ani-ani (ranggaman). Sabit tidak umum

digunakan didaerah ini. Padi itu dikumpulkan dan dirontokkan dengan kaki.

Dibersihkan dengan gumbaan, sebuah mesin penampi yang dioperasikan dengan

tangan. Padi kemudian dijemur sebelum disimpan di limbung kecil.

3.2 Proses Budidaya pada Lahan kering

Page 14: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

Secara umum, proses budidaya pada lahan kering tidak jauh berbeda dengan teknik

budidaya di lahan basah, yakni sebagai berikut:

1. Pemilihan bibit atau benih  

Bibit atau benih merupakan salah satu persyaratan teknik budidaya yang

menentukan keberhasilan usahatani, bibit atau benih yang cocok digunakan pada

budidaya dilahan kering yaitu benih atau bibit yang sudah cukup tua selain itu

pilih bibit atau benih yang secara genetis memiliki ketahan terhadap cekaman

kekeringan.

2. Persiapan lahan 

Lahan kering/tegalan perlu diolah terlebih dahulu. Pengolahan tanah dilakukan

secara sempurna, yakni diolah sedalam sekitar 30 cm, digemburkan, dan sisa-sisa

tanaman sebelumnya dibersihkan. dibuat system Bedengan dan di bagian luar

bedengan dibuat guludan keliling untuk mengurangi tingkat erosi pada lahan

nantinya. Setelah pembuatan bedengan selesai, taburkan pupuk kandang (sebagai

pupuk dasar) untuk menambah serapan unsure hara pada lahan kering .

3. Penanaman  

Penanaman sebaiknya dilakukan setelah tujuh hari pemberian pupuk kandang,

Teknis penanaman sama dengan teknik penanaman yang dilakukan pada

umumnya yaitu dengan membenamkan 2/3 bagian bibit ke dalam tanah.

Penyiraman tanah perlu dilakukan sebelum maupun sesudah tanam.

4. Pemupukan

Pemupukan perlu dilakukan untuk mengembalikan dan menambah asupan unsure

hara yang dibutuhkan oleh tanaman pada lahan. pada umumnya lahan kering

memiliki kandungan unsure hara yang kurang sehingga perlu ditambahkan lagi

pasokan hara melalui system pemupukan.

5. Penyiraman dan Penyiangan  

Untuk penyiraman pada lahan kering pada awal tanam dilakukan 2 (dua) kali

yakni pagi dan sore hari, sedangkan sesudah umur tersebut  penyiraman cukup

dilakukan sekali sehari (sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Cara penyiraman

lainnya yakni cara ”leb” (memasukkan air ke bedengan hingga merata). Apabila

digunakan cara ini (”leb”), sebaiknya dilakukan setelah tanaman berumur lebih

dari 10 hari.  Pengairan secara ”leb” dapat dilakukan setiap 3 -4 hari sekali.

Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma di sekitar tanaman.

Sub Materi IV

Page 15: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

KOMPONEN DALAM MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

Agroekosistem ialah ekosistem yang dimodifikasi dan dimanfaatkan secara langsung

atau tidak langsung oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan akan pangan dan atau sandang

(Conway, 1985). Pengembangan sumber daya alam harus didekati secara komprehensif

sehingga harus menekankan pada hubungan satu sama lain antara pengaruh suatu

sumberdaya alam terhadap sumberdaya lain (Sorianegara, 1977).

4.2 Komponen Penting Agroekosistem

Terdapat 4 komponen penting dalam manajemen agroekosistem. Ke empat komponen

tersebut ialah:

1. Produktivitas (Productivity)

2. Stabilitas (Stability)

3. Keberlanjutan (Sustainability)

4. Kemerataan (Equitability)

1. Produktivitas (Productivity)

Def : produksi atau pendapatan bersih yang diperoleh setiap satuan sumberdaya

2. Stabilitas (Stability)

Kemantapan produktivitas akibat gangguan kecil yang disebabkan oleh gejolak

normal setiap waktu tertentu seperti iklim dan harga.

Page 16: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

3. Keberlanjutan (Sustainability)

Kemampuan sistem mempertahankan produktivitas dalam jangka waktu panjang

meskipun mengalami goncangan seperti banjir, serangan hama atau erosi.

4. Kemerataan (Equitability)

Menggambarkan sejauh mana hasil suatu agroekosistem terbagi diantara orang-orang

dalam suatu sistem.

Page 17: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

Kriteria yang digunakan dalam karakteristik agroekosistem :

1. Ekosistem

2. Ekonomi

3. Sosial

4. Teknologi konservasi yang sesuai

4.3 Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Berupa data primer (wawancara) dan data sekunder (pustaka, peta, laporan, data cuaca, dll)

2. Jenis Data

Berupa data biofisik (iklim, hidrologi, topografi, vegetasi, sifat tanah) dan sosial ekonomi

Jenis data

A. Data biofisik

1. Iklim : curah hujan, hari hujan, suhu

2. Hidrologi : sistem irigasi

3. Topografi : kemiringan dan panjang lereng

4. Vegetasi : tanaman budidaya dan non budidaya (didalam plot utama & plot

pendukung)

5. Sifat tanah : tekstur, struktur, kedalaman, permeabilitas

B. Data Sosial Ekonomi

1. Kependudukan (demografi & wilayah pertanian)

2. Latar belakang pendidikan & engalaman berusaha tani

3. Kelembagaan dan persepsi petani tentang teknologi konservasi

4. Produktivitas tenaga kerja, status lahan dan luas garapan

5. Pemahaman petani tentang pola usaha tani

6. Biaya input (teknologi,saprodi, tenaker) dan output (produksi)

7. Rata-rata penggunaan sarana produksi dan tenaga kerja

8. Rata-rata jenis tanaman pada lahan pengamatan

Page 18: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

Contoh pola pergiliran tanaman dan penggunaan sarana prasarana pertanian

Contoh penggunaan sarana

Page 19: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

Contoh total produksi, konsumsi dan penjualan usaha tani

Contoh penerimaan, biaya dan pendapatan usaha tani

Page 20: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

TUGAS PRAKTIKUM

RINCIAN TUGAS

Pada praktikum ini mahasiwa menyusun sebuah rencangan kegiatan manajemen

agroekosistem dengan melaksanakannya di lokasi tempat tinggal atau lokasi yang secara

historis dikenal. Posisikan anda sebagai seorang pengembang suatu wilayah untuk praktek

produksi tanaman. Pahami semua aspek yang dilakukan untuk meningkatkan produksi

tanaman melaului manajeman agroekosystem.

PETUNJUK PENULISAN

Halaman sampul

Daftar isi

Ringkasan

Bab 1 Pendahuluan

Uraikan analisis situasi dimana anda akan melaksanakan kegiatan tersebut.

Bab 2. Problematikan wilayah

Rincikan atau diskripsikan permasalahan atau Kendal-kendala dalam praktek budidaya di

wilayah tersebut (jika mungkin analisis SWOT wilayah tempat tinggal dan spesifik pada

tinjauan Analisis Erosi Tanah, Analisis Kesesuaian lahan, Analisis Pendapatan, Usaha Tani,

Daya Dukung dan Analisis Agroteknologi)

Bab 3. Pelaksanan atau praktek budidaya

- Analisis kesesuian lokasi untuk tanaman yang akan ditanam berdasar komponen biotic

dan abiotik suatu kawasan

- Sertakan metode yang akan anda gunakan untuk paktek budidaya dan kemukanan alasan

mengapa anda mengunakan metode tersebut

- Bila ada kearifan local atau parktek budidaya yang anda anggap Khas dan Spesifik

ceritakan dan jelaskan.

Bab 4. Analisis Usahatani

Susun secara ringkas usahatani di wilayah yang anda kembangkan

Bab 5. Kesimpulan

Simpulkan visibelitas proses produksi tersebut

Page 21: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

PERSENTASI

Mahasiwa menyampaikan tulisanya dalam bentuk persentasi setelah diberikan tugas

minggu sebelumnya dengan melakukan proses manajeman produksi tanaman di wilayah

tempat tinggalnya (memaparkan dengan jelas proses manajemen agroekositem sehingga

memunculkan output berupa penigkatan produksi, stabulitas produksi, keberlanjutan

lingkungan dan pemeratan produk)

Materi 2.

PENJELASAN KUISIONER UNTUK MENGETAHUI MEKANISME MANAJEMEN

AGROEKOSYSTEM

Mekanisme wawancara mengunakan kuisioner yang sudah disiapkan bertujuan untuk

mengetahui sejauhmana suatu lingkungan yang sudah dilakukan manajemen memberikan

hasil dan bagaimana proses manajemen lingkungan tersebut.

A. INDIKATOR PRODUKTIVITAS

Nama petani :

Luas lahan yang dikelola dalam satu hamparan :

Jenis tanah :

Isilah pertanyaan di bawah ini berdasarkan pengamatan di lapangan atau wawancara

dengan petani!

1. Sistem tanam yang digunakan:

a. Monokultur

b. Tumpangsari

c. Agroforestry

2. Apabila monokultur, isilah table di bawah ini:

No Uraian Keterangan

1. Varietas2. Asal benih (produksi sendiri atau beli,

bersertifikat?)3. Jarak tanam4. Sistem tanam (jajar legowo, SRI, konvensional)

(khusus padi)5. Jumlah benih/ha6. Jenis pupuk yang digunakan

a. Pupuk organic (Nama kg/ha)

Page 22: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

b. Pupuk N (Nama kg/ha)c. Pupuk K (Nama kg/ha)

7. Umur panen (hst)8. Cara panen9. Hasil panen per ha10. Harga jual11. Harga pasaran rata-rata12. Keuntungan petani (Rp/ha)

3. Apabila tumpangsari, isilah tabel di bawah ini!

No Uraian Jenis Komoditas

1. Varietas2. Asal benih (produksi

sendiri atau beli, bersertifikat?)

3. Jarak tanam4. Jumlah benih/ha5. Jenis pupuk yang

digunakana. Pupuk organic (Nama kg/ha)b. Pupuk N (Nama kg/ha)c. Pupuk K (Nama kg/ha)

6. Umur panen (hst)

7. Produksi

4. Apabila agroforestri, isilah table di bawah ini!

No Jenis Komoditas Produksi1.2.3.4.5.6.

5. Sistem pengairan yang digunakan:

a. Tadah hujan b. Irigasi teknis c. Campuran

6. Apabila dalam satu tahun musim tanam melakukan rotasi tanaman, isilah dengan

mengarsir dan mengisi jenis tanaman yang ditanam.

Page 23: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

Rotasi tanaman (jenis tanaman dan bulan)Bulan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

IkomoditasIIkomoditasIIIkomoditas

+ produktifitas7. Masalah-masalah utama yang dihadapi (lingkari yang terdapat dilapang dan isilah

keterangan sebagai tingkat masalah - urutkan dari masalah yang dianggap paling serius

dan berdampak paling besar menggagalkan produksi/sulit ditangani)

No Uraian Keterangan

1. Kekurangan modal2. Mahalnya tenaga kerja3. Langkanya ketersediaan pupuk (harga? Ketepatan

waktu)4. Tingginya serangan Hama5. Tingginya serangan Penyakit6. Rendahnya harga jual7. Rendahnya kesuburan tanah8. Air terkena limbah9. Bencana alam (longsor, banjir, dll)

8. Peluang untuk penanaman baru (berdasarkan kondisi lahan iklim, dan

pasar): a. pola tanam (tumpangsari/monokultur) b. Jenis komoditas

9. Lengkapi dengan dokumentasi!

B. INDIKATOR STABILITAS & KEBERLANJUTAN (STABILITY&

SUSTAINABILITY)

1. Kecukupan dan ketersediaan pangan dan gizi seimbang:

□ tersedia di tempat itu (3) □ dapat diakses dengan mudah (3) □ bisa diusahakan (3)

2. Pangan yang diproduksi di dalam masyarakat:

□ 12% (1) □ 13-25% (3) 026-40% atau lebih

(5) Diperoleh dari produsen pangan local di luar masyarakat :

□ 25% (1) □ 40% (3) □ 55% atau lebih (5)

Tumbuh secara organik:

□ 25% (1) □ 50% (3) □ 65% atau lebih (5)

Dari tanaman indigenous/asli:

Page 24: MODUL PRAKTIKUM MAES BP.docx

□ 25% (1) □ 50% (3) □ 65% atau lebih (5)

3. Produksi surplus pangan:

□ dalam masyarakat (12)

□ dalam wilayah (6)

□ tidak ada surplus (0)

□ pangan harus dibawa dari luar wilayah untuk memenuhi kebutuhan gizi (-1)

4. Penggunaan rumah kaca untuk produksi pangan:

□ besar (6) □ beberapa (3) □ sedikit (2) □ tidak ada (0)

□ tidak perlu-produksi pangan di lapangan sudah cukup (4)

5. Kelebihan pangan:

□ disimpan untuk penggunaan masa depan (1) □ dijual (1) □ didermakan (1)

□ diberikan untuk makanan ternak (1) □ dikomposkan (1)

□ dibuang seperti sampah (-3)

6. Penggunaan pestisida, herbsida, pupuk kima dalam produksi pangan/pertanian:

□ biasa digunakan (-3) □ beberapa (-1) □ secara minimal (1) □ tidak pernah (6)

7. Penggunaan benih dalam produksi makanan:

□ benih diserbukkan terbuka (6) □ benih hibrida (-2)

SKORING

50+ menunjukkan kemajuan sempurna kea rah keberlanjutan

25-49 menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan

0-24 menunjukkan perlunya tindakan untuk melakukan keberlanjutan

C. INDIKATOR KEMERATAAN

1. Pendapatan petani setiap musim tanam :

O < Rp 1.000.000 O Rp 1.000.000 - Rp 5.000.000 O > Rp 5.000.000

2. Sifat kepemilikan lahan petani :

O Lahan sendiri O Lahan orang lain O Lahan sewa

3. Luas lahan yang dimiliki setiap petani :

a. < 0,25 ha b. 0,25 – 1 ha c. > 1 ha