Makalah Linguistik (Repaired)

11
FONEMIK 1. Darya Anindhita Aryunani (135110601111001) 2. Lavitta Yulia (135110601111004) 3. Denny Al Farisi (135110601111036) 1. Pendahuluan Ilmu linguistik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Dalam ilmu linguistik terdapat beberapa tataran yang dipelajari. Diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, wacana, dan pragmatik. Fonologi merupakan satuan bahasa terkecil dari beberapa tataran ilmu linguistik. Secara etimologi, fonologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fonologi merupakan tataran linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi memiliki beberapa bidang kajian yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik (KBBI, 2013) tentang sistem bunyi suatu bahasa yang meliputi tiga cabang yaitu akustik, artikulatoris dan auditoris. Fonemik adalah sistem fonem suatu bahasa. Dalam makalah ini, penulis akan membahas salah satu bidang kajian dari fonologi, yaitu fonemik. 1

description

apapun

Transcript of Makalah Linguistik (Repaired)

FONEMIK1. Darya Anindhita Aryunani(135110601111001)2. Lavitta Yulia(135110601111004)3. Denny Al Farisi(135110601111036)

1. PendahuluanIlmu linguistik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Dalam ilmu linguistik terdapat beberapa tataran yang dipelajari. Diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, wacana, dan pragmatik. Fonologi merupakan satuan bahasa terkecil dari beberapa tataran ilmu linguistik. Secara etimologi, fonologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fonologi merupakan tataran linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi memiliki beberapa bidang kajian yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik (KBBI, 2013) tentang sistem bunyi suatu bahasa yang meliputi tiga cabang yaitu akustik, artikulatoris dan auditoris. Fonemik adalah sistem fonem suatu bahasa. Dalam makalah ini, penulis akan membahas salah satu bidang kajian dari fonologi, yaitu fonemik.

2. Pembahasan2.1 FonemikFonemik adalah bidang kajian fonologi yang menyelidiki masalah bunyi-bunyi yang fungsional (sudah memiliki fungsi pembeda arti). Objek penelitian dalam fonemik yakni fonem. Fonem merupakan satuan bunyi bahasa terkecil yang mampu membedakan arti (Kridalaksana, 1984:41).Fonemik meneliti perbedaan bunyi pada suatu kata dengan kata yang lain mempunyai fungsi sebagai pembeda makna ataukah tidak. Apabila bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut disebut fonem, dan jika tidak membedakan makna maka bukan fonem.

2.1.1 Identifikasi FonemLangkah awal yang harus dilakukan ketika mengidentifikasi sebuah bunyi termasuk dalam fonem atau bukan adalah mencari sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi tersebut. Lalu membandingkan satuan bahasa tersebut dengan satuan bahasa lain yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama. Apabila kedua satuan bahasa tersebut berbeda makna, berarti bunyi tersebut merupakan sebuah fonem, karena berfungsi membedakan makna kedua satuan bahasa tersebut. Contoh : 1. LABA [L], [A], [B], [A] 2. RABA[R], [A], [B], [A]Kedua kata tersebut mirip. Masing-masing terdiri dari empat buah bunyi. Kata pertama memiliki bunyi [L], [A], [B], [A] dan kata kedua memiliki bunyi [R], [A], [B], [A]. Perbedaannya terletak pada bunyi pertama yaitu [L] dan [R]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bunyi [L] dan [R] adalah dua buah fonem yang berbeda. 2.1.2 AlofonMenurut (KBBI, 2013) alofon adalah varian fonem berdasarkan posisi di dalam kata. Contoh fonem /o/ setidaknya memiliki dua buah alofon yakni bunyi [] seperti pada kata tokoh, dan bunyi [o] seperti pada kata toko. Alofon-alofon dari sebuah fonem mempunyai kemiripan fonetis. Artinya, banyak mempunyai kesamaan dalam pengucapannya. Distribusi alofon bersifat komplementer atau bisa juga bersifat bebas. Yang dimaksud distribusi komplementer adalah distribusi yang tempatnya tidak bisa ditukarkan, meskipun ditukarkan tidak akan menimbulkan makna yang berbeda. Disribusi komplementer bersifat tetap pada lingkungan tertentu. Sedangkan dalam distribusi bebas, alofon-alofon dapat digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu. Misal bunyi [o] dan []adalah alofon dari fonem /o/. Namun, dalam hal ini kata obat dapat dilafalkan [obat] dan bisa juga [bat]. Begitu juga kata orang dapat dilafalkan [orang] dan bisa juga [rang]. 2.1.3 Klasifikasi FonemFonem terdiri dari dua jenis, yaitu :1. Fonem segmentalDisebut juga fonem primer, utama. Fonem inilah yang menjadi sebuah unsur dasar sebuah kata. Realisasi dari fonem ini adalah huruf (vokal dan konsonan). Misal kata lupa terdiri dari empat fonem segmental.2. Fonem suprasegmentalAdalah bunyi-bunyi yang mengiringi fonem segmental. Bunyi diklasifikasikan berdasar ciri-ciri waktu diucapkan, terdiri dari :a. Panjang (kuantitas)Lama atau tidaknya pengucapan bunyib. Nada (pitch)Tinggi rendah bunyi. Nada terdiri atas : nada naik, turun, datar, naik turun, turun naik. Intonasi adalah variasi nada yang menyertai bunyi segmental dalam kalimat, misalnya : nada rendah (1), nada sedang (2), nada tinggi (3), sangat tinggi (4)c. Tekanan (stress)Keras lunak (lemah) bunyi. Bunyi keras, bila diucapkan dengan ketegangan arus udara hingga amplitudo melebar. Bunyi lunak, bila diucapkan tanpa ketegangan arus udara, hingga menyempit.d. Jeda/persendian (juncture)Perhentian bunyi dalam bahasa. Tanda yang digunakan : jeda antar suku kata: +, antar kata: /, antar frasa: //, dan antar kalimat: #.

2.1.4 Perubahan Fonem1. Asimilasi dan DisimilasiAsimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya, sehingga bunyi itu menjadi sama atau mempunyai ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Contoh kata Sabtu dalam bahasa Indonesia lazim diucapkan [saptu], dimana terlihat bunyi [b] berubah menjadi [p] sebagai akibat pengaruh bunyi [t]. Bunyi [b] adalah bunyi hambat bersuara sedangkan bunyi [t] adalah bunyi hambat tak bersuara. Oleh karena itu, bunyi [b] berubah menjadi bunyi [p] karena pengaruh bunyi [t].Kalau perubahan itu meyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem, maka perubahan tersebut disebut asimilasi fonemis. Namun, jika perubahan tersebut tidak menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem, maka perubahan tersebut bukan perubahan itu bukan asimilasi fonemis, melainkan asimilasi fonetis atau asimilasi alomorfemis. Asimilasi biasanya dibedakan adanya asimilasi progresif, asimilasi regresif, dan asimilasi resiprokal. Pada asimilasi progresif, bunyi yang diubah terletak di belakang bunyi yang mempengaruhinya. Pada asimilasi regresif, bunyi yang diubah terletak di muka bunyi yang mempengaruhinya. Sedangkan pada asimilasi resiprokal perubahan terjadi pada kedua bunyi yang saling mempengaruhi tersebut sehingga menjadi fonem atau bunyi yang lain. Kalau perubahan dalam proses asimilasi menyebabkan dua bunyi yang berbeda menjadi sama, baik seluruhnya atau sebagian dari cirinya, maka dalam proses disimilasi perubahan itu menyebabkan dua buah fonem yang sama menjadi berbeda atau berlainan. 2. Netralisasi dan ArkifonemBunyi [sabtu] dan [saptu] atau [lembab] dan [lembap], kedua bunyi itu tidak membedakan makna. Dalam hal ini, fungsi pembeda makna menjadi hilang. Bahasa Indonesia menuliskan bunyi-bunyi tersebut sesuai dengan keterangan yang benar, maksudnya ditulis sesuai dengan bahasa aslinya. Misal pada bunyi sabtu penulisan yang benar adalah [sabtu] karena sesuai dengan bahasa asalnya, yaitu bahasa Arab. Sedangkan bunyi lembap penulisan yang benar adalah [lembap] sesuai dengan bahasa asalnya, bahasa Melayu.Dalam kata jawab, fonem /b/ dapat berwujud /b/ atau /p/ , dalam linguistik hal tersebut dinamakan arkifonem. Kata jawab apabila diucapkan akan terdengar [jawab] atau [jawap], tetapi bila diberi akhiran an bentuknya menjadi jawaban. Jadi, disini terdapat arkifonem /B/, yang jika diucapkan bias menjadi /b/ atau /p/.3. Umlaut, Ablaut, dan Harmoni VokalKata umlaut berasal dari bahasa Jerman. Dalam fonologi, kata ini berarti perubahan vokal sedemikian rupa sehungga vokal itu diubah menjadi vokal yang lebih tinggi sebagai akibat dari vokal berikutnya yang tinggi. Ablaut adalah perubahan vokal yang ditemukan dalam bahasa-bahasa Indo Jerman utnuk menandai berbagai fungsi gramatikal. Harmoni vokal terdapat pada bahasa Jawa. Misal perubahan vocal /o/ menjadi vokal /a/ dalam proses pengimbuhan akhiran -e atau akhiran ne. missal kata amba ucapannya [o-mbo] lebar menjadi ambane lafalnya[a-mbane] lebarnya. 4. KontraksiMenurut (KBBI, 2013) kontraksi adalah proses atau hasil pemendekan suatu bentuk kebahasaan. Dalam percakapan atau dalam situasi yang informal seringkali pembicara menyingkat atau memperpendek perkataannya. Misal ungkapan tidak tahu diucapkan menjadi ndak tahu; ungkapan yang itu tadi diucapkan menjadi yang tu tadi. 5. Metatesis dan EpentesisProses metatesis merupakan perubahan urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata. Misalnya dalam kata sapu, selain bentuk sapu, ada bentuk apus dan usap.Menurut (KBBI, 2013) epentesis adalah penyisipan bunyi ubah atau huruf ke dalam kata, terutama kata serapan, tanpa mengubah arti untuk menyesuaikan dengan pola fonologis bahasa peminjam. Misal dalam kata jumblah dan jumlah terdapat bunyi [b] yang disisipkan di tengah kata. 3. SimpulanBerdasarkan uraian dalam pembahasan, dapat disimpulkan bahwa fonemik adalah bidang kajian fonologi yang menyelidiki masalah bunyi-bunyi yang fungsional (sudah memiliki fungsi pembeda arti). Objek penelitian dalam fonemik yakni fonem. Fonem merupakan satuan bunyi bahasa terkecil yang mampu membedakan arti (Kridalaksana, 1984:41).Langkah awal yang harus dilakukan ketika mengidentifikasi sebuah bunyi termasuk dalam fonem atau bukan adalah mencari sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi tersebut. Lalu membandingkan satuan bahasa tersebut dengan satuan bahasa lain yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama. Apabila kedua satuan bahasa tersebut berbeda makna, berarti bunyi tersebut merupakan sebuah fonem, karena berfungsi membedakan makna kedua satuan bahasa tersebut. Fonem sendiri terdiri dari dua macam yaitu fonem segmental dan fonem suprasegmental. Dan dalam perubahnnya, fonem memiliki beberapa jenis, yaitu asimilasi dan disimilasi, netralisasi dan arkifonem, umlaut, ablaut, dan harmoni vokal, kontraksi, serta metatesis dan epentesis.

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Yogyakarta: Rineka Cipta.Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. GramediaSetiawan, Ebta. 2013. KBBI Offline Versi 1.5.1. Jakarta: Pusat BahasaVerhaar, J.WM. 2010. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.Mulyana. 2005. Linguistik Umum, (Online), (https://staff.uny.ac.id/system/files/pendidikan/Drs.%20Mulyana,%20M.Hum./Linguistik%20Umum.pdf), diakses pada 2 Maret 2015.

7