Makalah Linguistik

63
LINGUISTIK Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Menulis yang dipimpin oleh Dani Hermawan, S.Pd * MAKALAH * Oleh : NAMA : ANI NURHAYATI NIM : Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Transcript of Makalah Linguistik

Page 1: Makalah Linguistik

LINGUISTIKDisusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Menulis yang

dipimpin oleh Dani Hermawan, S.Pd

* MAKALAH *

Oleh :

NAMA : ANI NURHAYATI

NIM :

Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS BALE BANDUNG

2012

Page 2: Makalah Linguistik

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Ilmu Linguistik sampai saat ini masih dianggap sulit oleh sebagian

besar manusia. Padahal Ilmu Linguistik bersifat umum yang hanya mengkaji

sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya. Hal

ini disebabkan oleh kenyataan bahwa Ilmu Linguistik umum merupakan media

komunikasi penting yang bersifat komunikatif.

Banyak yang beranggapan bahwa Ilmu Linguistik itu sulit dan perlu

segera ditepis. Masalahnya sekarang, sampai saat ini panduan Ilmu Linguistik

umum yang benar-benar dan detai masih sangat sulit untuk ditemukan. Padahal

buku jenis Ilmu Linguistik akan sangat membantu para penulis pemula untuk

mulai mengasah kemampuan.

Problematika diatas perlu segera dipecahkan, salah satu langka yang

dapat ditempuh adalah menyajikan makalah tentang ke Ilmuan Linguistik Umum..

Secara umum makalah ini dapat dikategorikan kedalam bagian besar yakni begian

awal berupa pembahasan objek keilmuan Linguistik dalam bahasa dan bagian

akhir yang membahasa tatanan dan sejarah Linguistik. serta menyajikan tatanan

sejarah keilmuan Linguistik sampai saat ini belum banyak ditemukan.

Page 3: Makalah Linguistik

Rumusan Masalah

Apakah hakikat bahasa dan hakikat linguistik?

Bagaimanakah prinsip-prinsip fonologi dan morfologi?

Bagaimanakah prinsip sintaksis dalam menjelaskan gejala sintaksis suatu bahasa?

Bagaimanakah prinsip semantik dalam menerangkan gejala makna satuan bahasa?

Bagaimanakah  prinsip wacana dalam menjelaskan gejala kewacanaan suatu bahasa

Bagaimanakah prinsip-prinsip sosiolinguistik?

 C.     Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:

Hakikat bahasa dan hakikat linguistik;

Prinsip-prinsip fonologi dan morfologi;

Prinsip sintaksis dalam menjelaskan gejala sintaksis suatu bahasa;

Prinsip semantik dalam menerangkan gejala makna satuan bahasa;

Prinsip wacana dalam menjelaskan gejala kewacanaan suatu bahasa;

Prinsip-prinsip sosiolinguistik

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Hakikat Bahasa Dan Hakikat Linguistik

Sesungguhnya, para penyelidik hingga saat ini masih belum mencapai

kesepakatan tunggal tentang asal-usul bahasa. Diskusi tentang asal-usul bahasa

sudah dimulai ratusan tahun lalu, Malahan masyarakat linguistik Perancis pada

tahun 1866 sempat melarang mendiskusikan asal-usul bahasa. Menurut mereka

mendiskusikan hal tersebut tidak bermanfaat, tidak ada artinya karena hanya

Page 4: Makalah Linguistik

bersifat spekulasi.Penelitian Antropologi telah membuktikan bahwa kebanyakan

kebudayaan primitif meyakini keterlibatan Tuhan atau Dewa dalam permulaan

sejarah berbahasa. Teori-teori ini dikenal dengan istilah divine origin (teori

berdasarkan kedewaan/kepercayaan) pada pertengahan abad ke-18. Namun teori-

teori tersebut tidak bertahan lama. Teori yang agak bertahan adalah Bow-wow

theory, disebut juga onomatopoetic atau echoic theory Menurut teori ini kata-kata

yang pertama kali adalah tiruan terhadap bunyi alami seperti nyanyian ombak,

burung, sungai, suara guntur, dan sebagainya. Ada pula teori lain yang disebut

Gesture theory yang menyatakan bahwa isyarat mendahului ujaran.Teori-teori

yang lahir dengan pendekatan modern tidak lagi menghubungkan Tuhan atau

Dewa sebagai pencipta bahasa. Teori-teori tersebut lebih memfokuskan pada

anugerah Tuhan kepada manusia sehingg dapat berbahasa. Para ahli Antropologi

menyoroti asal-usul bahasa dengan cara menghubungkannya dengan

perkembangan manusia itu sendiri.

Dari sudut pandang para antropolog disimpulkan bahwa manusia dan

bahasa berkembang bersama. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

manusia menjadi homo sapiens juga mempengaruhi perkembangan bahasanya.

Dengan kata lain, kemampuan berbahasa pada manusia berkembang sejalan

dengan proses evolusi manusia. Perkembangan otak manusia mengubah dia dari

agak manusia menjadi manusia sesungguhnya. Hingga akalnya manusia

mempunyai kemampuan berbicara. Pembicaraan tentang asal-usul bahasa dapat

dibicarakan dari dua pendekatan, pendekatan tradisional dari modern para ahli

dari beberapa disiplin ilmu masing-masing mengemukakan pandangannya dengan

Page 5: Makalah Linguistik

berbagai argumentasi. Diskusi tentang hal ini hingga sekarang belum menemukan

kesepakatan, pendapat mana dan pendapat siapa yang paling tepat.

Banyak definisi tentang konsep bahasa yang dinyatakan para ahli bahasa.

Pada umumnya definisi tersebut berpendapat bahwa bahasa adalah alat

komunikasi yang bersifat arbitrer dan konvensional, merupakan lambang bunyi.

Hal inilah yang kemudian disebut sebagai

ciri-ciri bahasa, yaitu (1) bahasa itu adalah sebuah sistem, (2) bahasa itu berwujud

lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa

itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu bersifat unik, (8)

bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu

bervariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, (12) bahasa itu bersifat manusiawi.

Linguistik berarti ilmu bahasa. Kata linguistik berasal dari kata Latin

lingua yang berarti bahasa. Orang yang ahli dalam ilmu linguistik disebut linguis.

Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum (general linguistic) karena

tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja. Ferdinand de Saussure seorang sarjana

Swiss dianggap sebagai pelopor linguistik modern. Bukunya yang terkenal adalah

Cours de Linguistique Generale (1916). Buku tersebut dianggap sebagai dasar

linguistik modern. Beberapa istilah yang digunakan olehnya menjadi istilah yang

digunakan dalam linguistik. Istilah tersebut adalah langue, language, dan parole.

Langue mengacu pada suatu sistem bahasa tertentu yang ada dalam benak

seseorang yang disebut competence oleh Chomsky. Langue ini akan muncul

dalam bentuk parole, yaitu ujaran yang diucapkan atau yang didengar oleh kita.

Jadi, parole merupakan performance dari langue. Parole inilah yang dapat diamati

Page 6: Makalah Linguistik

langsung oleh para linguis. Sedangkan language adalah satu kemampuan

berbahasa yang ada pada setiap, manusia yang sifatnya pembawaan. Pembawaan

ini pun harus dikembangkan melalui stimulus-stimulus. Jika dikaitkan dengan

istilah-istilah dari Ferdenand de Saussure, maka yang menjadi objek dalam

linguistik adalah hal-hal yang dapat diamati dari bahasa yakni parole dan yang

melandasinya yaitu langue.

Bagi linguis, pengetahuan yang luas tentang linguistik tentu akan sangat

membantu dalam menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya. Seorang linguis

dituntut untuk dapat menjelaskan berbagai gejala bahasa dan memprediksi gejala

berikutnya. Bagi peneliti, kritikus, dan peminat sastra, linguistik akan membantu

mereka dalam memahami karya-karya sastra dengan lebih baik. Bagi guru bahasa

pengetahuan tentang seluruh subdisiplin linguistik fonologi, morfologi, sintaksis,

dan semantik) akan sangat diperlukan. Sebagai guru bahasa, selain dituntut untuk

mampu berbahasa dengan baik dan benar mereka juga dituntut untuk dapat

menjelaskan masalah dan gejala-gejala bahasa. Pengetahuan tentang linguistik

akan menjadi bekal untuk melaksanakan tugas tersebut.

Bagi penyusun kamus, pengetahuan tentang linguistik akan sangat membantu

dalam menjalankan tugasnya. Penyusun kamus yang baik harus dapat memahami

fonem-fonem bahasa yang akan dikamuskan, penulisan fonem tersebut, makna

seluruh morfem yang akan dikamuskan, dan sebagainya. Para penyusur buku

pelajaran tentu banyak membutuhkan konsep-konsep linguistik dalam benaknya.

Buku pelajaran yang akan disusun harus menggunakan kalimat yang sesuai

dengan tingkat pemahaman siswa yang akan membaca buku tersebut. Di samping

Page 7: Makalah Linguistik

itu mereka harus mampu menyajikan materi dengan kosakata dan kalimat yang

tepat sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Linguistik akan sangat bermanfaat

bagi mereka.

Sebagai sebuah gejala yang kompleks, bahasa dapat diamati atau dikaji

dari berbagai segi. Hal ini melahirkan berbagai cabang linguistik. Berdasarkan

segi keluasan objek kajiannya, dapat dibedakan adanya linguistik umum dan

linguistik khusus. Berdasarkan segi keluasan objek kajiannya, dapat dibedakan

adanya linguistik sinkronik dan diakronik. Berdasarkan bagian-bagian bahasa

mana yang dikaji, dapat dibedakan adanya linguistik mikro dan makro yang sering

juga diistilahkan dengan mikrolinguistik dan makrolinguistik. Berdasarkan

tujuannya, dapat dibedakan antara linguistik teoritis dan linguistik terapan.

Berdasarkan alirannya, linguislik dapat diklasifikasikan atas linguistik tradisional,

linguistik struktural, linguistik trasformasional, linguistik generatif, linguistik

relasional, dan linguistik sistemik. Di samping cabang-cabang linguistik di atas,

Verhaar juga memasukkan pembahasan fonetik dan fonologi, morfologi, sintaksis,

dan semantik sebagai cabang linguistik

Sejarah linguistik yang sangat panjang telah melahirkan berbagai aliran-

aliran linguistik yang pada akhirnya mempengaruhi pengajaran bahasa. Masing-

masing aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang bahasa

sehingga melahirkan berbagai tata bahasa.

Aliran tradisional telah melahirkan sekumpulan penjelasan dan aturan tata

bahasa yang dipakai kurang lebih selama dua ratus tahun lalu. Menurut para ahli

Page 8: Makalah Linguistik

sejarah, tata bahasa yang dilahirkan oleh aliran ini merupakan warisan dari studi

preskriptif (abad ke 18). Studi preskriptif adalah studi yang pada prinsipnya ingin

merumuskan aturan-aturan berbahasa yang benar.

Sejak tahun 1930-an sampai akhir tahun 1950-an aliran linguistik yang

paling berpengaruh adalah aliran struktural. Tokoh linguis dari Amerika yang

dianggap berperan penting pada era ini adalah Bloomfield. Linguistik Bloomfield

berbeda dari yang lain. Dia melandasi teorinya berdasarkan psikologi

behaviorisme. Menurut Behaviorisme ujaran dapat dijelaskan dengan kondisi-

kondisi eksternal yang ada di sekitar kejadiannya. Kelompok Bloomfield

menyebut teori ini mechanism, sebagai kebalikan dari mentalism.

Bloomfield berusaha rnenjadikan linguistik sebagai suatu ilmu yang

besifat empiris. Karena bunyi-bunyi ujaran merupakan fenomena yang dapat

diamati langsung maka ujaran mendapatkan perhatian yang

istimewa. Akibatnya, kaum strukturalis memberikan fokus perhatiannya pada

fonologi, morfologi, sedikit sekali pada sintaksis, dan sama sekali tidak pada

semantik.

Tata bahasa tagmemik dipelopori oleh Kenneth L. Pike, Bukunya yang

terkenal adalah Linguage in Relation to a United Theory of The Structure of

Human Behaviour (1954). Menurut aliran Ini, satuan dasar dari sintaksis adalah

tagmem (bahasa Yunani yang berarti susunan). Tagmem adalah korelasi antara

fungsi gramatikal atau slot dengan sekelompok bentuk-bentuk kata yang dapat

saling dipertukarkan untuk mengisi slot tersebut.

Page 9: Makalah Linguistik

Linguistik transformasi melahirkan tata bahasa Transformational

Generative Grammar yang sering disebut dengan istilah tata bahasa transformasi

atau tata babasa generatif. Tokoh linguistik transformasi yang terkenal adalah

Noam Comsky dengan bukunya Syntactic Structure (1957). Buku tersebut terus

diperbaiki oleh Chomsky sehingga terlahir buku kedua yang berjudul Aspect of

the Theory of Sintax.

Chomsky menyatakan bahwa setiap tata bahasa dari suatu bahasa merupakan teori

dari bahasa itu sendiri. Syarat tata bahasa menurutnya adalah: Pertama, kalimat

yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahwa

tersebut sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat. Kedua, tata bahasa

tersebut harus berbentuk sedemikian rupa sehingga satuan atau istilah yang

digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya harus

sejajar dengan teori linguistik tertentu (Chaer, 1994). Selain hal di atas konsep

dari Chomsky yang populer hingga sekarang adalah istilah dan competence, dan

performance. Competence adalah pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa

mengenai bahasanya. Hal ini tersimpan dalam benak para pengguna bahasa.

Sedangkan performance adalah penggunaan suatu bahasa dalam keadaan real

(situasi sesungguhnya). Kedua konsep ini kiranya sejalan dengan konsep langue

dan parole yang dikemukakan de Saussure.

Menurut teori semantik generatif, struktur sintaksis dan semantik dapat diteliti

bersamaan karena keduanya adalah satu. Struktur semantik ini serupa dengan

logika, berupa ikatan tidak berkala antara predikat dengan seperangkat argumen

dalam suatu proposisi. Menurut teori ini argumen adalah segala sesuatu yang

Page 10: Makalah Linguistik

dibicarakan, predikat adalah semua yang menunjukkan hubungan, perbuatan,

sifat, keanggotaan, dan sebagainva. Jadi, dalam menganalisis sebuah kalimat, teori

ini berusaha untuk menguraikannya lebih jauh sampai diperoleh predikat yang

tidak dapat diuraikan lagi. Charles J. Fillmore dalam buku The Case for Case

tahun 1968 yang pertama kali memperkenalkan tata bahasa kasus. Dalam bukunya

ini Fillmore membagi kalimat atas (1) modalitas yang bisa berupa unsur negasi,

kala, aspek, dan adverbia; dan (2) proposisi terdiri dari sebuah verba disertai

dengan sejumlah kasus (Chaer, 1994). Pengertian kasus dalam teori ini adalah

hubungan antara verba dengan nomina. Verba di sini sama dengan predikat,

sedangkan nomina sama dengan argumen dalam teori semantik generatif. Hanya

argumen dalam teori ini diberi label kasus. Dalam tata bahasa kasus dikenal

istilah-istilah seperti agent (pelaku), experiencer (pengalami), object (objek, yang

dikenai perbuatan), source (keadaan, tempat, waktu), goal (tujuan), dan referential

(acuan).

Fonologi

Fonetik merupakan cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar fisik bunyi-

bunyi bahasa, tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut berfungsi sebagai

pembeda makna. Objek kajian fonetik adalah fon. Fonemik adalah cabang ilmu

linguistik yang mengkaji bunyi bahasa sebagai pembeda makna. Objek kajian

fonemik adalah fonem.

Alat-alat ucap yang digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa adalah paru-

paru, pangkal tenggorokkan, rongga kerongkongan, langit-langit lunak, langit-

langit keras, gusi, gigi, bibir, dan lidah. Fonem adalah satuan bunyi bahasa

Page 11: Makalah Linguistik

terkecil yang fungsional atau dapat membedakan makna kata. Untuk menetapkan

apakah suatu bunyi berstatus sebagai fonem atau bukan harus dicari pasangan

minimalnya.

Alofon merupakan realisasi sebuah fonem. Alofon dapat dilambangkan

dalam wujud tulisan atau transkripsi fonetik yaitu penulisan pengubahan menurut

bunyi, dan tandanya adalah […]. Grafem merupakan pelambangan fonem ke

dalam transkripsi ortografis, yaitu penulisan fonem-fonem suatu bahasa menurut

sistem ejaan yang berlaku pada suatu bahasa, atau penulisan menurut huruf dan

ejaan suatu bahasa.

Fonem dapat dibagi atas vokal dan konsonan. Pembedaan kedua fonem ini

didasarkan ada tidaknya hambatan pada alat bicara. Sebuah bunyi disebut vokal

apabila tidak ada hambatan pada alat bicara. Sebuah bunyi disebut konsonan

apabila dibentuk dengan cara menghambat arus udara pada sebagian alat bicara.

Fonem yang berwujud bunyi disebut fonem segmental. Fonem dapat pula tidak

berwujud bunyi, tetapi merupakan tambahan terhadap bunyi yaitu tekanan,

jangka, dan nada yang disebut ciri suprasegmental atau fonem nonsegmental.

Asimilasi merupakan peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi

lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya. Disimilasi yaitu

perubahan dua buah fonem yang sama menjadi fonem yang berlainan. Kontraksi

adalah pemendekan bentuk ujaran yang ditandai dengan hilangnya sebuah fonem

atau lebih.

Morfologi

Page 12: Makalah Linguistik

Morfologi atau tata kata adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari

seluk-beluk pembentukan kata. Morfologi mengkaji seluk-beluk morfem,

bagaimana mengenali sebuah morfem, dan bagaimana morfem berproses

membentuk kata.

Morfem adalah bentuk bahasa yang dapat dipotong-potong menjadi bagian

yang lebih kecil, yang kemudian dapat dipotong lagi menjadi bagian yang lebih

kecil lagi begitu seterusnya sampai ke bentuk yang jika dipotong lagi tidak

mempunyai makna. Morfem yang dapat berdiri sendiri dinamakan morfem bebas,

sedangkan morfem yang melekat pada bentuk lain dinamakan morfem terikat.

Alomorf adalah bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama.

Morf adalah sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya.

Untuk menentukan sebuah bentuk adalah morfem atau bukan, harus

dibandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain.

Morfem utuh yaitu morfem yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Morfem

terbagi yaitu morfem yang merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi

karena disisipi oleh morfem lain.

Kata adalah satuan gramatikal bebas yang terkecil. Kata dapat berwujud

dasar yaitu terdiri atas satu morfem dan ada kata yang berafiks. Kata secara umum

dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu verba, adjektiva, averbia,

nomina, dan kata tugas.

Dalam bahasa Indonesia kita kenal ada proses morfologis; afiksasi,

reduplikasi, komposisi, abreviasi, metanalisis, dan derivasi balik. Afiksasi adalah

proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Di dalam bahasa Indonesia

Page 13: Makalah Linguistik

dikenal jenis-jenis afiks yang dapat diklasifikasikan menjadi prefiks, infiks,

sufiks, simulfiks, konfiks, dan kombinasi afiks.

Reduplikasi merupakan pengulangan bentuk. Ada 3 macam jenis

reduplikasi, yaitu reduplikasi fonologis, reduplikasi morfemis, dan reduplikasi

sintaktis. Reduplikasi juga dapat dibagi atas: dwipurwa, dwilingga, dwilingga

salin swara, dwiwasana, dan trilingga.

Pemajemukan atau komposisi adalah proses penghubungan dua leksem

atau lebih yang membentuk kata. Secara empiris ciri-ciri pembeda kata majemuk

dari frasa adalah ketaktersisipan, ketakterluasan, dan ketakterbalikan.

Abreviasi adalah proses penggalangan satu atau beberapa bagian leksem

atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Istilah

lain untuk abreviasi ialah pemendekan, sedangkan hasil prosesnya disebut

kependekan. Bentuk kependekan itu dapat dibagi atas singkatan, penggalan,

akronim, kontraksi, dan lambang huruf,  derivasi balik adalah proses

pembentukan kata berdasarkan pola-pola yang ada tanpa mengenal unsur-

unsurnya.

Sintaksis

Secara etimologi, sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

dengan dan tattein yang berarti menempatkan. Jadi, sintaksis berarti menempatkan

bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.

Dalam setiap bahasa ada seperangkat kaidah yang sangat menentukan

apakah kata-kata yang ditempatkan bersama-sama tersebut akan berterima atau

Page 14: Makalah Linguistik

tidak. Perangkat kaidah ini sering disebut sebagai alat-alat sintaksis, yaitu urutan

kata, bentuk kata, intonasi, dan konektor yang biasanya berupa konjungsi.

Keunikan setiap bahasa berhubungan dengan alat-alat sintaksis ini. Ada

bahasa yang lebih mementingkan urutan kata daripada bentuk kata. Ada pula

bahasa yang lebih mementingkan intonasi daripada bentuk kata. Bahasa Latin

sangat mementingkan bentuk kata daripada

urutan kata. Sebaliknya, bahasa Indonesia lebih mementingkan urutan kata.

Satuan Sintaksis dan Hubungan Antarsatuan Sintaksis

Sintaksis memiliki unsur-unsur pembentuk yang disebut dengan istilah satuan

sintaksis. Satuan tersebut adalah kata, frase, klausa, dan kalimat. Pembahasan kata

dalam tataran sintaksis berbeda dengan pembahasan kata pada tataran morfologi.

Dalam tataran sintaksis, kata merupakan satuan terkecil yang membentuk frase,

klausa, dan kalimat. Oleh karena itu kata sangat berperan penting dalam sintaksis,

sebagai pengisi fungsi sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan sebagai perangkai

satuan-satuan sintaksis. Kata dapat dibedakan atas dua klasifikasi yaitu kata penuh

dan kata tugas.

Frase biasa didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang terdiri dari dua

kata atau lebih dan tidak memiliki unsur predikat. Unsur-unsur yang membentuk

frase adalah morfem bebas. Berdasarkan bentuknya, frase dapat dibedakan atas

frase eksosentrik, frase endosentrik, dan frase koordinatif.

Klausa adalah satuan sintaksis berbentuk rangkaian kata-kata yang

berkonstruksi predikatif. Di dalam klausa ada kata atau frase yang berfungsi

Page 15: Makalah Linguistik

sebagai predikat. Selain itu, ada pula kata atau frase yang berfungsi sebagai

subjek, objek, dan keterangan.

Kalimat adalah satuan sintaksis yang terdiri dari konstituen dasar, yang

biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan dan disertai

intonasi final.

Analisis Sintaksi

Struktur kalimat dapat dianalisis dari tiga segi, yaitu segi fungsi, kategori, dan

peran semantis. Berdasarkan segi fungsi, struktur kalimat dapat terdiri atas unsur

subjek, predikat, objek, pelengkap, dan    keterangan. Subjek biasanya

didefinisikan sebagai sesuatu yang menjadi pokok, dasar, atau hal yang ingin

dikemukakan oleh pembicara atau penulis. Predikat adalah pernyataan mengenai

subjek atau hal yang berhubungan dengan subjek. Setelah predikat, biasanya

diletakkan objek. Keberadaan objek sangat tergantung pada predikatnya. Jika

predikatnya berbentuk verba transitif maka akan muncul objek. Namun, jika

predikatnya berbentuk verba intransitif maka yang akan muncul kemudian adalah

pelengkap. Unsur selanjutnya adalah keterangan, yaitu unsur kalimat yang berisi

informasi tambahan. Informasi tersebut biasanya berhubungan dengan tempat,

waktu, cara, dan sebagainya.

Kalimat dapat pula dianalisis berdasarkan kategorinya. Dalam tata bahasa

tradisional, istilah kategori sering disebut dengan istilah kelas kata. Dalam bahasa

Indonesia ada empat kategori sintaksis utama, yaitu:

Nomina atau kata benda,

Verba atau kata kerja,

Page 16: Makalah Linguistik

Ajektiva atau kata sifat, dan

Adverbia atau kata keterangan.

Analisis yang ketiga adalah analisis sintaksis dari segi peran. Analisis ini

berhubungan dengan semantis. Suatu kata dalam konteks kalimat memiliki peran

semantis tertentu. Beberapa pakar linguistik

menggunakan istilah yang berbeda untuk pembicaraan peran-peran dalam

sintaksis, namun sebenarnya substansinya sama.

Semantik

Semantik, baru banyak dibicarakan orang ketika Chomsky sebagai tokoh

linguistik transformasi mengungkapkan pentingnya makna dalam linguistik, dan

menyatakan bahwa semantik adalah bagian dari tatabahasa. Komunikasi

berbahasa hanya dapat berjalan dengan baik jika para pelaku komunikasi

memahami makna yang disampaikan. Untuk itu, studi tentang makna (semantik)

sudah selayaknya diperhatikan.

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema (katabenda) yang berarti

tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau

melambangkan. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini adalah tanda

linguistik (signe) seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure, yaitu

yang terdiri dari:

Komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa

Page 17: Makalah Linguistik

Komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Jadi,

setiap tanda linguistik terdiri dari unsur bunyi dan makna. Keduanya merupakan

unsur dalam bahasa (intralingual) yang merujuk pada hal-hal di luar bahasa

(ekstralingual).

Pada perkembangannya kemudian, kata semantik ini disepakati sebagai

istilah yang digunakan dalam bidang linguistik yang mempelajari hubungan

antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata

lain bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam

bahasa. (Chaer, 1995).

            Sebagai studi linguistik, semantik tidak mempelajari makna-makna yang

berhubungan dengan tanda-tanda nonlinguistik seperti bahasa bunga, bahasa

warna, morse, dan bahasa perangko. Hal-hal itu menjadi persoalan semiotika yaitu

bidang studi yang mempelajari arti dari suatu tanda atau lambang pada umumnya.

Sedangkan semantik hanyalah mempelajari makna bahasa sebagai alat

komunikasi verbal.

Mengkaji makna bahasa (sebagai alat komunikasi verbal) tentu tidak dapat

terlepas dari para penggunanya. Pengguna bahasa adalah masyarakat. Oleh karena

itu studi semantik sangat erat kaitannya dengan ilmu sosial lain, seperti sosiologi,

psikologi, antropologi, dan filsafat.

Jenis-jenis Makna

Pembicaraan tentang jenis makna dapat menggunakan berbagai kriteria atau sudut

pandang. Berdasarkan jenis semantiknya, makna dapat diklasifikasikan atas

Page 18: Makalah Linguistik

makna leksikal dan gramatikal, berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah

kata/leksem dapat dibedakan adanya makna referensial dan nonreferensial,

berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan adanya

makna konotatif dan denotatif, berdasarkan ketepatan maknanya dikenal adanya

makna kata dan istilah atau makna khusus dan umum. Agar lebih jelas Anda dapat

memperhatikan tabel berikut ini.

                        SUDUT PANDANG             JENIS MAKNA

jenis semantik makna leksikal dan gramatikal

referen makna referensial dan nonreferensial

nilai rasa makna konotatif dan denotatif

ketepatan makna kata dan istilah

                        makna khusus dan umum   

Makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon,

bersifat leksem atau bersifat kata. Karena itu dapat pula dikatakan makna leksikal

adalah makna yang sesuai referennya, makna sesuai dengan hasil observasi alat

indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam hidup kita. Makna

gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika

seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.

Referen, adalah sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh suatu kata. Bila suatu kata

mempunyai referen, maka kata tersebut dikatakan bermakna referensial.

Sebaliknya, jika suatu kata tidak mempunyai referen maka kata tersebut bermakna

nonreferensial.

Page 19: Makalah Linguistik

Sebuah kata disebut bermakna konotatif apabila kata itu mempunyai nilai

rasa positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak

memiliki konotasi atau disebut netral.

Makna denotatif sebenarnya sama dengan makna referensial. Makna ini

biasanya diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi

(penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan) atau pengalaman lainnya. Pada

dua kata yang bermakna denotasi sama dapat melekat nilai rasa yang berbeda

sehingga memunculkan makna konotasi.

Jika suatu kata digunakan secara umum maka yang muncul adalah makna

kata yang bersifat umum, sedangkan jika kata-kata tersebut digunakan sebagai

istilah dalam suatu bidang maka akan muncul makna istilah yang bersifat khusus.

Istilah memiliki makna tetap dan pasti karena istilah hanya digunakan dalam

bidang ilmu tertentu.

            Relasi Makna dan Perubahan Makna

Relasi makna atau hubungan makna adalah hubungan kemaknaan antara sebuah

kata atau satuan bahasa (frase, klausa, kalimat) dengan kata atau satuan bahasa

lainnya. Hubungan ini dapat berupa kesamaan makna (sinonimi), kebalikan

makna (antonimi), kegandaan makna (polisemi), kelainan makna (homonimi),

ketercakupan makna (hiponimi), dan ambiguitas.

Secara harafiah, kata sinonimi berarti nama lain untuk benda atau hal yang

sama. Sedangkan Verharr secara semantik mendefinisikan sinonimi sebagai

Page 20: Makalah Linguistik

ungkapan (dapat berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih

sama dengan makna ungkapan lain (Verhaar, 1981).

Sinonimi dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung dari sudut

pandang yang digunakan. Yang harus diingat dalam sinonim adalah dua buah

satuan bahasa (kata, frase atau kalimat) sebenarnya tidak memiliki makna yang

persis sama. Menurut Verhaar yang sama adalah informasinya. Hal ini sesuai

dengan prinsip semantik yang mengatakan bahwa apabila bentuk berbeda maka

makna pun akan berbeda, walaupun perbedaannya hanya sedikit. Selain itu, dalam

bahasa Indonesia, kata-kata yang bersinonim belum tentu dapat dipertukarkan

begitu saja

Antonimi berasal dari bahasa Yunani Kuno yang terdiri dari kata onoma

yang berarti nama, dan anti yang berarti melawan. Arti harfiahnya adalah nama

lain untuk benda lain pula. Menurut Verhaar antonim ialah ungkapan (biasanya

kata, frase atau kalimat) yang dianggap bermakna kebalikan dari ungkapan lain. 

                                                                                        

Polisemi adalah satuan bahasa yang memiliki makna lebih dari satu.

Namun sebenarnya makna tersebut masih berhubungan. Polisemi kadangkala

disamakan saja dengan homonimi, padahal keduanya berbeda. Homonimi berasal

dari bahasa Yunani Kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan homos yang berarti

sama. Jadi, secara harafiah homonimi dapat diartikan sebagai ‘nama sama untuk

benda lain’. Secara semantis, Verhaar mendefinisikan homonimi sebagai

ungkapan (kata, frase, atau kalimat) yang bentuknya sama dengan ungkapan lain

tetapi berbeda makna.

Page 21: Makalah Linguistik

Kata-kata yang berhomonim dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu:

Homonim yang:

(a) homograf,

(b) homofon, dan

(c) homograf dan homofon.

Kata hiponimi berasal dari Yunani Kuno yang terdiri dari kata onoma

‘nama’ dan hypo’di bawah’. Secara harfiah hiponimi berarti ‘nama yang termasuk

di bawah nama lain (Verhaar, 1993). Secara semantis, hiponimi dapat

didefinisikan sebagai ungkapan (kata, frase, ata kalimat) yang maknanya dianggap

merupakan bagian dari makna ungkapan

lain.                                                                              

Istilah ambiguitas berasal dari bahasa Inggris (ambiguity) yang menurut

Kridalaksana berarti suatu konstruksi yang dapat ditafsirkan lebih dari satu arti

(Kridalaksana, 1982).Ambiguitas dapat terjadi pada komunikasi lisan maupun

tulisan. Namun, biasanya terjadi pada komunikasi tulisan. Dalam komunikasi

lisan, ambiguitas dapat dihindari dengan penggunaan intonasi yang tepat.

Ambiguitas pada komunikasi tulisan dapat dihindari dengan penggunaan tanda

baca yang tepat. Makna-makna dalam bahasa Indonesia dapat mengalami

perubahan makna, seperti perluasan makna, penyempitan makna, penghalusan

makna, dan pengasaran makna.

Wacana

Page 22: Makalah Linguistik

Wacana adalah rangkaian ujaran lisan maupun tulisan yang

mengungkapkan suatu hal, disajikan secara teratur (memiliki kohesi dan

koherensi), dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmental bahasa.

Mempelajari wacana berarti pula mempelajari bahasa dalam pemakaian.

Di samping itu, pembicaraan tentang wacana membutuhkan pengetahuan tentang

kalimat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kalimat.

Untuk mencapai wacana yang kohesi dan koherensi diperlukan alat-alat wacana.

Baik yang berupa alat gramatikal , aspek semantik,atau gabungan keduanya. Alat-

alat gramatikal yang dapat digunakan agar suatu wacana menjadi kohesi, antara

lain adalah (a) konjungsi, (b) kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai

rujukan anaforis, (c ) menggunakan elipsis (Chaer, 1994).

Penggunaan aspek semantik juga dapat dilakukan agar suatu wacana

menjadi kohesi dan koherensi. Menurut Chaer hal ini dapat dilakukan dengan

cara-cara sebagai berikut: (1) menggunakan hubungan pertentangan antarkalimat,

(2) menggunakan hubungan generik-spesifik atau sebaliknya spesifik-generik, (3)

menggunakan hubungan perbandingan antara dua kalimat dalam satu wacana, (4)

menggunakan hubungan sebab akibat antara dua kalimat, (5) menggunakan

hubungan tujuan dalam satu wacana, dan (6) menggunakan hubungan rujukan

yang sama pada dua kalimat dalam satu wacana.

Jenis-jenis Wacana                                                                                                          

Wacana dapat dikaji dari segi eksistensinya (realitasnya), media komunikasi, cara

pemaparan, dan jenis pemakaian. Menurut realitasnya, wacana dapat digolongkan

atas wacana verbal dan nonverbal. Berdasarkan media komunikasinya, wacana

Page 23: Makalah Linguistik

dapat diklasifikasikan atas wacana lisan dan tulisan. Berdasarkan cara

pemaparannya, wacana dapat digolongkan atas wacana naratif, deskriptif,

prosedural, ekspositori, dan hortatori. Sedangkan darisegi jenis pemakaiannya,

wacana dapat kita klasifikasikan atas wacana monolog, dialog, dan polilog. Jenis-

jenis wacana tersebut dapat ditabelkan seperti di bawah ini

SUDUT PANDANG JENIS WACANA

Eksistensi/realitas        verbal

nonverbal

Media Komunikasi      lisan

tulisan

Cara Pemaparan          naratif

deskriptif

prosedural ekspositori

hortator

Jenis Pemakaian          monolog

dialog

polilog

Analisis Wacana

Page 24: Makalah Linguistik

Dalam studi wacana kita tidak hanya menelaah bagian-bagian bahasa sebagai

unsur kalimat, tetapi juga harus mempertimbangkan unsur kalimat sebagai bagian

dari kesatuan yang utuh. Di Eropa penelitian wacana dikenal sebagai penelitian

texlinguistics atau textgrammar. Para sarjana Eropa tidak membedakan teks dari

wacana; wacana adalah alat dari teks (Djajasudarma, 1994).

Analisis wacana dapat dilakukan pada wacana dialog maupun monolog.

Analisis wacana dialog atau wacana percakapan dapat dibagi dua macam, yaitu

analisis pada dialog sesungguhnya (real conversation) dan dialog teks. Analisis

wacana pada dialog sesungguhnya adalah analisis pada percakapan spontan yang

ditunjang dengan segala situasinya, dialog jenis ini dilakukan dengan cara tatap

muka. Selain itu, percakapan di sini bukan merupakan percakapan imitasi atau

hafalan dari suatu teks seperti drama.

Analisis pada dialog teks adalah analisis pada percakapan imitasi.

Percakapan imitasi terjadi jika suatu teks dilatihkan sebagai bahan percakapan,

seperti teks drama, film, dan percakapan lain yang dituliskan. Dialog jenis ini pun

memerlukan tatap muka. Namun, kalau teks itu tidak dipercakapkan maka tatap

muka tidak diperlukan.

Menurut Jack Richard dalam Syamsudddin dkk., hal-hal pokok yang harus

menjadi perhatian analisis wacana dialog, yaitu aspek :

1) kerjasama partisipan percakapan,

2) tindak tutur,

3) penggalan pasangan percakapan,

4) pembukaan dan penutupan percakapan,

Page 25: Makalah Linguistik

5) pokok pembicaraan,

6) giliran bicara,

7)percakapan lanjutan,

8) unsur tatabahasa percakapan, dan

9) sifat rangkaian percakapan.

Bentuk bahasa lisan atau tulisan yang tidak termasuk dalam lingkup

percakapan atau tanya jawab digolongkan sebagai jenis wacana monolog. Yang

termasuk jenis ini antara lain, pidato, dan khotbah, yang dituliskan. Selain itu juga

berita yang tertuang dalam bentuk teks seperti surat kabar, sepucuk surat, dan

lain-lain. Analisis wacana ini sebenarnya banyak kesamaannya dengan analisis

dialog. Namun, pada wacana monolog tidak ada aspek: tatap muka, penggalan

pasangan percakapan, dan kesempatan berbicara.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis wacana monolog adalah

hal-hal yang berhubungan dengan

(1) rangkaian dan kaitan tuturan (cohesions and coherents)

(2) penunjukan atau perujukan (references), dan  (3) pola pikiran dan

pengembangan wacana (topic and logical     development).

 B. Masyarakat  bahasa dan variasi bahasa

Berdasarkan segi penutur, variasi bahasa Corder dalam Alwasilah

menyatakan bahwa suatu masyarakat bahasa atau masyarakat ujaran adalah

sekelompok orang yang satu sama lain bisa saling mengerti sewaktu mereka

berbicara. Sedangkan Fishman menyatakan suatu masyarakat bahasa adalah satu

Page 26: Makalah Linguistik

masyarakat yang semua anggotanya memiliki bersama paling tidak satu ragam

ujaran dan norma-norma untuk pemakaiannya yang cocok. Dari definisi ini

jelaslah bahwa persetujuan dari para anggota masyarakat suatu bahasa tentang

penggunaan kata-kata untuk merujuk pada makna tertentu sangat memegang

peranan penting. Dalam definisi Fishman malah ditambahkan tentang kesamaan

norma-norma dalam pemakaiannya. Jika ada penutur yang tidak menggunakan

norma-norma pemakaian bahasa tersebut maka kemungkinan besar penutur

tersebut akan sulit berkomunikasi dalam masyarakat itu.

Pada prinsipnya menurut Alwasilah, masyarakat bahasa itu terbentuk karena

adanya saling pengertian, terutama karena adanya kebersamaan dalam kode-kode

linguistik (seperti sistem bunyi, sintaksis, dan semantik). Hal senada juga

dikemukakan oleh Bloomfield yang menyatakan bahwa sekelompok orang yang

menggunakan sistem tanda-tanda ujaran yang sama disebut satu masyarakat

bahasa Sekarang, jika pedoman yang digunakan untuk menentukan masyarakat

bahasa adalah segi sosial psikologi “merasa  menggunakan bahasa yang sama”,

maka konsep masyarakat bahasa dapat menjadi luas atau sempit. Masyarakat

bahasa Inggris akan sangat luas, melewati batas benua.

Keadaan masyarakat Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika

memungkinkan masyarakatnya menjadi anggota masyarakat bahasa ganda.

Maksudnya, selain menjadi anggota masyarakat bahasa Indonesia, pada umumnya

orang Indonesia pun menjadi anggota masyarakat bahasa daerahnya.

Variasi Bahasa

Page 27: Makalah Linguistik

Masyarakat sebagai pengguna bahasa terdiri atas berbagai anggota yang

memiliki berbagai latar belakang. Baik latar belakang usia, jenis kelamin,

pendidikan, maupun pekerjaan. Setiap anggota masyarakat tersebut tentu saja

melakukan kegiatan yang beragam pula. Atau secara sederhana dapat dikatakan

kita semua memiliki urusan masing-masing.

Keberagaman latar belakang dan kegiatan kita sebagai anggota masyarakat

akhirnya berdampak pula pada keragaman bahasa yang kita gunakan sebagai alat

komunikasi. Cabang linguistik yang berusaha menjelaskan ciri-ciri variasi bahasa

dan menetapkan korelasi ciri-ciri variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial

kemasyarakatan adalah Sosiolinguistik.

Ada dua pandangan untuk melihat hal variasi bahasa. Pertama, variasi

bahasa dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa. Andaikata

penutur bahasa itu adalah kelompok yang homogen, baik etnis, status sosial

maupun lapangan pekerjaannya, maka variasi itu tidak akan ada, artinya bahasa

menjadi seragam.

Banyak pakar linguis mencoba untuk membedakan variasi bahasa dengan

menggunakan berbagai sudut pandang. Di antaranya adalah Preston dan Shuy

(1979) yang membedakan variasi bahasa (bahasa Inggris Amerika) berdasarkan

(1) penutur, (2) interaksi, (3) kode, dan (4) realisasi. Sedangkan Mc David (1969)

membagi variasi bahasa berdasarkan dimensi regional, (2) dimensi sosial, dan (3)

dimensi temporal (Chaer, 1995), dapat dibedakan atas idiolek, dialek, kronolek,

dan sosiolek. Berdasarkan segi pemakaian atau fungsiolek, variasi bahasa dapat

dibedakan atas bahasa sastra, jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, dan

Page 28: Makalah Linguistik

kegiatan keilmuan. Berdasarkan tingkat keformalannya Martin Joos dalam Chaer

membagi variasi bahasa atas lima macam, yakni ragam beku, ragam formal,

ragam konsultatif atau usaha, ragam santai (casual), dan ragam akrab (intimate).

Berdasarkan segi sarananya, variasi bahasa dapat dibedakan atas ragam lisan dan

tulisan.

 BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan

Penelitia bahasa sudah di mulai sejaksejak abad ke 6 SM, bahkan

perpustakaan besar yang menjadi pusat penelitian bahasa dan kesusastraan sudah

dibangub sejak awal abad ke 3 SM di kota Alexandrea. Kamus bahasa Inggris,

Dectionary of the English Language, yang terdiri atas dua volume, pertama kali

diterbitkan pada tahun 1755; dan pda tahun 1884 telah diterbitkan Ocford English

Dectionary yang terdiri atas 12 volume. Antara 1820 – 1870 para ahi linguistik

berhasl membangun hubungan sistematis di antara bahasa-bahasa Roman

berdasarkan struktur fonologis dan morfologis.

Salah satu buku awal yang menjelaskan mengenai ilmu bahasa adalah An

Introduction as Lingualistic Science yang di tulis Bloomfield pada tahun 1914.

Jurnal ilmiah internasuonal ilmu bahasa, yang berjudul Unternational Jurnal of

American Linguistics, pertama kali diterbitkan pada tahun 1917.

Ilmu bahasa terus berkembang dan semakin memainkan peran penting

dalam dunia ilmu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan semakin majunya

program pascasarjana bdang linguistic di berbagai universitas terkemuka (UCLA,

Page 29: Makalah Linguistik

MIT, Ocford, dll). Buku-buku karya ahli bahasa pun semakin mendapat perhatian.

Salah satu bukunya adalah buku The

Comprehensive Grammer of the English Language, yang terdiri atas 1778

halaman., yang acara peluncurannya dibuka oleh Margareth

Thatcher, pada tahun 1985. Respon yang luar biasa terhadap buku tersebut

membuatnya dicetak sebanyak tiga kali dalam tahun yang sama. Buku tata bahasa

yang terbaru, The Cambridge Grammer of the English Language, tahun 2002,

yang terdiri atas 1842 halaman, ditulis oleh para ahli bahasa yang bergabung

dalam tim peneliti Internasional dari lima negara.

Saran

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menganggap perlu

menyampaikan

Saran. Saran tersebut sebagai berikut:

Penulis mengharapkan kepada pembaca untuk lebih memahami materi dalam makalah

ini karena sangat berguna bagi mahasiswa yang mempelajari Linguistik.

Penulis mengharapkan agar pembaca dapat mengetahui gambaran umum linguistik

melalui pemaparan makalah ini.

Page 30: Makalah Linguistik

MAKALAH SOSIO LINGUISTIK JUDUL BAHASA DAN SASTRA

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wasyukru lillah,

Sholawat dan Salam buat Rosulillah.

Terima kasih juga kepada Dosen Pengampu yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan Makalah ini, semoga kedepan

dapat lebih baik lagi.

Makalah yang kami buat ini berkenaan dengan Bahasa dan Budaya,

Bahasa merupakan suatu pesan yang diucapkan penutur kepada pendengar untuk

menyatakan maksud. Bahasa itu sendiri merupakan produk budaya pemakai

bahasa.

Budaya selalu dilekatkan pada adat istiadat, sesuatu yang sudah menjadi

kebiasaan yang tidak mudah diubah. Oleh karena itu, Budaya memiliki andil

dalam pembentukan bahasa yang digunakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu

sendiri.

     Penulis,

Page 31: Makalah Linguistik

   

DAFTAR ISI

            KATA PENGANTAR ………………………………………..1

            DAFTAR ISI …………………………………………............2

            BAB I PENDAHULUAN ……………………………….……3

            BAB II PEMBAHASAN ……………………………….…….5

            BAB III PENUTUP…………………………………………..11

            DAFTAR PUSTAKA ………………………………………..12

Page 32: Makalah Linguistik

BAB I

PENDAHULUAN

Bahasa dalam penggunaan (language in use) bukanlah sekedar alat

komunikasi, tetapi lebih dari itu bahasa dalam penggunaan merupakan bagian dari

pesan dalam komunikasi. Brown dan Yule (1983: 1) mengindikasikan hal di atas

dengan istilah ‘transaksional’ dan ‘interpersonal’, sementara Halliday (1994: xiii)

mengetengahkan istilah ‘ideasional’ dan ‘interpersonal’ dan menambahkan satu

fungsi lagi, yaitu fungsi ‘tekstual’. Istilah transaksional atau ideasional mengacu

pada fungsi bahasa untuk mengirim ‘isi pesan’ komunikasi, istilah interpesonal

mengacu pada fungsi bahasa untuk membentuk ‘hubungan sosial’ dalam

komunikasi tersebut, dan istilah tekstual mengacu pada fungsi ‘pengorganisasian’

gabungan kedua fungsi tersebut.

Sebagai bagian dari pesan, bahasa merupakan media untuk saling

berhubungan antara penutur dan petutur. Dalam konteks tansaksional ini, manusia

berinteraksi untuk membangun hubungan sosial dan memelihara hubungan sosial

itu dengan menggunakan bahasa pula. Dalam berinteraksi, penutur di Pekanbaru

misalnya akan mengunakan beragam dialek dalam berkomunikasi karena

masyarakat di Pekanbaru terdiri dari beragam etnis. Masing-masing penutur akan

berkomukasi dengan menggunakan bahasa Indonesia secara sadar atau tidak sadar

menggunakan dialek bahasa daerahnya yang menyertai dalam berinteraksi dengan

orang lain. Penggunaan dialek bahasa ini kelihatannya terkait dengan budaya.

Page 33: Makalah Linguistik

Makalah ini akan mengkaji hubungan bahasa dengan budaya yang ada di

Pekanbaru. Kajian ini dianggap menarik karena masyarakatnya yang multietnis

yang tersebar di Pekanbaru menggunakan bahasa Indonsia sebagai bahasa sehari-

hari. Selain itu, makalah ini juga mengkaji hubungan bahasa dan budaya dengan

bahasa lainnya, dalam hal ini, bahasa Inggris.

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang akan dijawab dalam

kajian ini adalah: “Apakah hubungan antara bahasa dan budaya?”

Tujuan penulisan makalah adalah untuk menjelaskan hubungan antara bahasa dan

budaya.

Secara umum, manfaat kajian makalah ini adalah agar masyarakat

pengguna bahasa memahami pentingnya hubungan antara bahasa dan budaya

yang terjadi dalam interaksi sosial. Secara khusus, sebagai masukan bagi para

pemerhati bahasa dan pengajar bahasa dalam upaya pembelajaran bagi para

mahasiswanya.

Data penelitian ini bersumber dari observasi lapangan yang dilaksanakan di

Pekanbaru dan juga telaah kepustakaan. Data dikumpulkan kemudian diklasifikasi

berdasarkan kelompok. Setelah itu, data dianalisis untuk menjawab pertanyaan

yang diajukan.

BAB II

PEMBAHASAN

Page 34: Makalah Linguistik

Bahasa dan Budaya

Dalam interaksi sosial, kita tidak jarang menemukan bahwa apa yang kita

ucapkan atau kita sampaikan kepada lawan bicara kita tidak bisa dipahami dengan

baik. Kegagalan memahami pesan ini disebabkan beberapa faktor antara lain:

beda usia, beda pendidikan, beda pengetahuan, dan lain-lain.

Selain itu, faktor budaya juga berhubungan dengan bahasa. Kata Kamu dan

Kau misalnya diucapkan berbeda dalam konteks budaya berbeda. Sebutan Bapak

di negara yang menggunakan bahasa pengantarnya adalah bahasa Inggris

menggantikannya dengan panggilan nama saja, misalnya John, dianggap sebagai

hal yang wajar saja. Dengan perkataan lain, seorang anak, sah-sah saja

mengatakan Bapaknya dengan sebutan nama Bapaknya itu sendiri. Berbeda

halnya dengan budaya timur, sapaan nama bapak sebagai ganti sapaan Bapak

dianggap sebagai orang yang tidak berbudaya. Begitu juga dengan kata mati

dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa kata yang memiliki makna yang sama,

sedangkan dalam bahasa Inggris hanya memiliki dua kata saja yaitu die dan pass

away.

Problematika hubungan antara bahasa dan budaya merupakan kajian yang

sampai saat ini masih menjadi bahan perdebatan. Pengertian bahasa itu sendiri

didefenisikan oleh para ahli bahasa dan sampai sekarang masih menjadi

perdebatan yan g tidak habis-habisnya.

Loren Bagus, misalnya, memberi beberapa pengertian bahasa (1996):

Kumpulan kata-kata, arti kata-kata yang standar, dan bentuk-bentuk ucapan yang

Page 35: Makalah Linguistik

digunakan sebagai metode komunikasi.

Cara apa saja yang menyatakan isi-isi kesadaran (rasa perasaan, emosi, keinginan,

pikiran) dan pola arti yang konsisten.

Kegiatan universal insan untuk membentuk sistem tanda-tanda sesuai

dengan aturan asosiasi yang diterima umum.

Bahasa berarti bentuk-bentuk ucapan manusia yang dikondisikan secara historis

dan sosial.

Bahasa adalah suatu sistem simbol-sismbol yang dapat digunakan untuk

menyatakan atau menerangkan hal-hal seperti: (1) obyek material eksternal, (2)

hal mental internal, (3) kualitas, (4) relasi, (5) tanda logika matematika, (6) fungsi,

(7) kesadaran, (8) proses, dan (9) kejadian.

Hal yang sama terjadi pada pemahaman orang tentang budaya yang berbeda-

beda dan dalam literatur kita menjumpai para ahli budaya mencoba menerangkan

apa dan bagaimana budaya itu. Budaya, menurut kamus besar bahasa Indonesia

(2002), (1) pikiran, akal budi, (2) adat istiadat, (3) sesuatu mengenai kebudayaan

yang sudah berkembang (beradap, maju), (4) sesuatu yang sudah menjadi

kebiasaan yang sukar diubah.

Dari kedua fenomena di atas terlihat bahwa bahasa dan budaya memiliki

hubungan yang saling mengikat untuk suatu tujuan interksi sosial di masyarakat.

Pemahaman akan bahasa dan budaya merupakan suatu yang urgen untuk

menghindari salah ucapan dan salah tindakan. Kata ganti orang kedua tunggal

kamu dan kau misalnya memiliki latarbelakang pengalaman yang berbeda.

Pronomina kata sapaan kamu digunakan untuk sapaan kepada si pendengar

Page 36: Makalah Linguistik

dengan hubungan sosial yang tidak intim. Sebaliknya, penggunaan pronomina

kata sapaan kau lazim digunakan penutur bahasa jika lawan bicaranya tersebut

adalah orang yang dekat dengan si penutur atau sahabatnya. Mengapa ini bisa

terjadi? Budaya kita mengajarkan kepada kita adat istiadat yang harus dipatuhi

oleh masyarakat pemakai bahasa. Kita tidak bisa mengatakan kau kepada kedua

orang tua kita, atau kepada saudara-saudara kita yang lebih tua dari kita. Begitu

juga dalam pergaulan sehari-hari, kita tidak lazim menggunakan kata sapaan kau

untuk orang yang lebih tua dari kita.

Fenomena di atas menggambarkan kepada kita bahwa ada aturan permaian

bagaimana kita berkomunikasi dalam berkehidupan masyarakat yang harus kita

patuhi bersama yang lazim kita sebut dengan budaya. Budaya secara tidak

langsung mempengaruhi perilaku kita dalam berkomunikasi. Budaya itu juga

menjadi tolok ukur penggunaan bahasa dalam interaksi sosial.

Fenomena lain dapat digambarkan dalam sudut pandang sapaan dalam

bahasa Inggris. Si anak dalam komunitas di negara-negara yang memiliki bahasa

Inggris sebagai bahasa pengartar mereka dalam pergaulan sehari-hari

menyebutkan panggilan kepada Bapaknya dengan sebutan nama saja, misalnya

John dan buka father atau Daddy. Namun, kita juga sering menjumpai mereka

lebih suka memanggil ayah atau bapak mereka dengan sebutan father atau daddy.

Kedua contoh di atas menggambarkan eratnya hubungan antara bahasa dan

budaya. Bahwa bahasa mempengaruhi budaya, begitu juga sebaliknya bahwa

budaya berpengaruh pada bahasa. Dalam Hipotesis Sapir-Whorf dinyatakan

bahwa bahasa menentukan bukan hanya budaya tetapi juga cara dan jalan pikiran

Page 37: Makalah Linguistik

manusia(Allen & Corder 1973: 101) . Dengan perkataan lain, suatu bangsa yang

berbeda bahasanya dari bangsa lain akan mempunyai jalan pikiran yang berbeda

pula. Perbedaan-perbedaan budaya dan jalan pikiran manusia itu berawal dari

perbedaan bahasa. Tanpa ada bahasa manusia tidak mempunyai pikiran sama

sekali.

Hipotesis Sapir-Whorp ini belum dapat dibuktikan sampai sekarang karena

ilmu pengetahuan menekankan satunya jalan pikiran manusia. Dalam ilmu

pengetahuan bahasa digunakan sebagai alat menyatakan pikiran. Suatu pikiran

bila dinyatakan dalam satu bahasa tidak akan berbeda bila dinyatakan dalam

bahasa lain. Dengan demikian, bahasa tidak mempengaruhi jalan pikiran, apalagi

menentukan sebagaimana yang dinyatakan hipotesis Sapir-Whorf.

Perbedaan budaya ada kaitannya dengan perbedaan bahasa. Ini dapat dilihat

jika kita menterjemahkan kalimat bahasa It rains cats and dogs ke dalam bahasa

Indonesia yang berarti “hujan sangat lebat” dan bukan “hujan kucing dan anjing.”

Budaya Inggris memiliki suatu realitas yang mendasar bahwa adat kebiasaan

binatang seperti kucing dan anjing bila berjumpa akan saling bermusuhan.

Dengan demikian, pemberian makna cats and dogs adalah suatu ungkapan yang

menyatakan sesuatu yang terjadi secara terus menerus. Hal yang sama juga ada

dalam bahasa Indonesia. Ungkapan Saya sudah membanting tulang mulai pagi

hari sampai malam hari tidak bermakna bahwa saya “membanting tulang-tulang”

yang ada dalam tubuh saya. Namun, makna membanting tulang yang disepakti

dan menjadi kebiasaan dalam masyarakat pemakai bahasa Indonesia berarti

“bekerja keras.”

Page 38: Makalah Linguistik

Selain itu, kata meninggal dunia dalam budaya Indonesia dan budaya barat

memiliki perbedaan yang jelas. Untuk menyatakan orang itu sudah tidak

bernyawa lagi, masyarakat Indonesia memiliki beberapa kata, seperti wafat,

mangkat, meninggal dunia, tewas, mati, lenyap, berpulangkerahmatullah, dan

lain-lain. Dalam konteks budaya, ungkapan meninggal dunia merupakan hal yang

paling lumrah dalam sejarah perjalanan kehidupan masyarakat Indonesia.

Gambaran sejarah Indonesia yang berawal dari munculnya kerajaan-kerajaan di

Indonesia tidak terlepas dari perebutan kekuasaan yang pada akhirnya

diselesaikan dengan pertumpahan darah. Gambaran ini mencerminkan satu

budaya penggunakan kata meninggal dunia dengan istilah nama-nama lainnya

yang berhubungan dengan meninggal dunia.

Hal yang berbeda terjadi dalam bahasa Inggris. Meskipun sejarah negara-

negara barat tak luput dari pergolakan peperangan, penggunaan kata meninggal

dunia diekpresikan dengan dua kata saja yaitu die dan pass away. Pemilihan kata-

kata yang sesuai untuk kepentingan interaksi sosial sangat tergantuk pada budaya

tempat bahasa itu digunakan. Ini sejalan dengan apa yang dikemukan oleh

Sumarjan & Partana (2002: 20) bahwa bahasa sering dianggap sebagai produk

sosial atau produk budaya, bahkan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

kebudayaan itu. Sebagai produk sosial atau budaya tertentu, bahasa merupakan

wadah aspirasi sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat, wadah penyingkapan

budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu.

Bahasa bisa dianggap sebagai cermin zamannya. Artinya, bahasa itu dalam

suatu masa tertentu mewadahi apa yang terjadi dalam masyarakat.

Page 39: Makalah Linguistik

Bahasa sebagai hasil budaya mengandung nilai-nilai masyarakat penuturnya.

Dalam bahasa Bali terdapat ungkapan berbunyi Da ngaden awak bisa (jangan

menganggap diri ini mampu) mengandung nilai ajaran agar orang jangan merasa

bisa; yang kira-kira senada dengan ungkapan dalam bahasa Jawa rumongso biso,

nanginging ora biso rumongso (merasa mampu tetapi tidak mampu merasakan apa

yang dirasakan orang lain). 

BAB III

PENUTUP

Hubungan bahasa dan budaya sangat erat. Di satu sisi bahasa merupakan alat

untuk menyampaikan maksud antara apa yang dimaksudkan oleh si penutur, di

lain sisi, bahasa itu merupakan produk budaya pemakai bahasa. Budaya selalu

dilekatkan pada

adat istiadat, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Budaya

memiliki andil dalam pembentukan bahasa yang digunakan oleh masyarakat

pemakai bahasa itu sendiri

Page 40: Makalah Linguistik

DAFTAR PUSTAKA

Allen, J.P.B & S. Pit Corder. Ed. 1973. Readings for Applied Linguistics.

London: Oxford University.

Bagus, Lorens. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.

Brown, Gillian & George Yule. 1983. Discourse Analysis. Cambridge:

Cambridge University Press.

Halliday, M.A.K. 1985/1994. Introduction to Functional Grammar. Second

edition. London: Edward Arnold.

Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai

Pustaka.

Sumarsono & Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda