MAKALAH LDII.docx

4
MAJELIS Ulama Indonesia (MUI) mendesak agar pemerintah segera meninjau kembali keberadaan Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia (LDII) yang merupakan jelmaan dari Islam Jamaah. Sebab, dalam praktek, LDII tetap memberlakukan ajaran Islam Jamaah. Sama seperti terhadap Ahmadiyah, MUI minta agar pemerintah membubarkan LDII karena menyebabkan keresahan di tengah umat Islam. Demikian dikemukakan Wakil sekjen MUI Drs. H. Natsir Zubaidi dalam dialog silaturrahiem dengan MUI Kota Surabaya, di Gedung MUI Pusat, Jakarta, Selasa (5/3) kemarin. Menurut Ketua Umum MUI Kota Surabaya KH. Muchid Murtadho, walaupun secara kelembagaan maupun pernyataan LDII mengaku bertobat dan kembali kepada ajaran Islam yang benar, namun kenyataannya dalam praktek, LDII hanya sekedar berganti baju dari ajaran Islam Jamaah sebelumnya. Kita banyak menjumpai praktek di lapangan bahwa LDII sama saja dengan Islam Jamaah. Seperti diketahui, fatwa MUI yang ditandatangani Ketua Umum Prof. Dr. KH. Hamka dan Sekjen Drs. H. Kafrawi, menyatakan bahwa ajaran Islam Jamaah, Darul Hadits atau apapun nama yang dipakainya adalah sesat.Karenanya dihimbau kepada umat Islam agar tidak mengikuti ajarannya. Setelah pemerintah resmi melarang aktifitas Islam Jamaah, para pemimpinnya melakukan taubat dan kembali kepada ajaran Islam yang benar. Beberapa kali kelembagaan Islam Jamaah mengalami perubahan nama dan terakhir menjadi LDII. Salah satu komunitas dan lembaga aliran sesat yang licik serta penuh tipu daya di dalam mengukuhkan eksistensinya, adalah LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) yang merupakan nama lain dari aliran sesat paling heboh di masa lalu yaitu Islam Jama’ah. Sebelumnya, komunitas dan lembaga aliran sesat ini bernama Darul Hadits. Kemudian berganti nama menjadi Islam Jama’ah. Ketika menggunakan nama ini, popularitasnya luar biasa meroket, karena sejumlah artis berhasil mereka gaet hingga menjadi kader militan, bahkan menjadi semacam daya tarik bagi orang awam untuk masuk ke dalam tipu daya mereka. Ketika kedok mereka terkuak dan resistensi masyarakat meninggi, mereka ganti nama menjadi Lemkari. Nama Lemkari akhirnya ditinggalkan karena memiliki kesamaan dengan organisasi karate dan diprotes oleh Lemkari yang asli. Maka, mereka pun berganti nama menjadi LDII yang mirip-mirip DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia). Meski masyarakat sudah bisa menilai bahwa LDII sama saja dengan Islam Jama’ah dan nama-nama lainnya, namun mereka tidak gentar. Dengan tipu daya mereka berhasil mengelabui sejumlah tokoh Islam, di antaranya yang selama ini bergiat di sebuah front yang katanya suka membela-bela Islam, juga tokoh sebuah majelis yang di dalamnya banyak ulama.

Transcript of MAKALAH LDII.docx

Page 1: MAKALAH LDII.docx

MAJELIS Ulama Indonesia (MUI) mendesak agar pemerintah segera meninjau kembali keberadaan Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia (LDII) yang merupakan jelmaan dari Islam Jamaah. Sebab, dalam praktek, LDII tetap memberlakukan ajaran Islam Jamaah. Sama seperti terhadap Ahmadiyah, MUI minta agar pemerintah membubarkan LDII karena menyebabkan keresahan di tengah umat Islam. Demikian dikemukakan Wakil sekjen MUI Drs. H. Natsir Zubaidi dalam dialog silaturrahiem dengan MUI Kota Surabaya, di Gedung MUI Pusat, Jakarta, Selasa (5/3) kemarin.

Menurut Ketua Umum MUI Kota Surabaya KH. Muchid Murtadho, walaupun secara kelembagaan maupun pernyataan LDII mengaku bertobat dan kembali kepada ajaran Islam yang benar, namun kenyataannya dalam praktek, LDII hanya sekedar berganti baju dari ajaran Islam Jamaah sebelumnya. Kita banyak menjumpai praktek di lapangan bahwa LDII sama saja dengan Islam Jamaah.

Seperti diketahui, fatwa MUI yang ditandatangani Ketua Umum Prof. Dr. KH. Hamka dan Sekjen Drs. H. Kafrawi, menyatakan bahwa ajaran Islam Jamaah, Darul Hadits atau apapun nama yang dipakainya adalah sesat.Karenanya dihimbau kepada umat Islam agar tidak mengikuti ajarannya. Setelah pemerintah resmi melarang aktifitas Islam Jamaah, para pemimpinnya melakukan taubat dan kembali kepada ajaran Islam yang benar. Beberapa kali kelembagaan Islam Jamaah mengalami perubahan nama dan terakhir menjadi LDII.

Salah satu komunitas dan lembaga aliran sesat yang licik serta penuh tipu daya di dalam mengukuhkan eksistensinya, adalah LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) yang merupakan nama lain dari aliran sesat paling heboh di masa lalu yaitu Islam Jama’ah.

Sebelumnya, komunitas dan lembaga aliran sesat ini bernama Darul Hadits. Kemudian berganti nama menjadi Islam Jama’ah. Ketika menggunakan nama ini, popularitasnya luar biasa meroket, karena sejumlah artis berhasil mereka gaet hingga menjadi kader militan, bahkan menjadi semacam daya tarik bagi orang awam untuk masuk ke dalam tipu daya mereka.

Ketika kedok mereka terkuak dan resistensi masyarakat meninggi, mereka ganti nama menjadi Lemkari. Nama Lemkari akhirnya ditinggalkan karena memiliki kesamaan dengan organisasi karate dan diprotes oleh Lemkari yang asli. Maka, mereka pun berganti nama menjadi LDII yang mirip-mirip DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia).

Meski masyarakat sudah bisa menilai bahwa LDII sama saja dengan Islam Jama’ah dan nama-nama lainnya, namun mereka tidak gentar. Dengan tipu daya mereka berhasil mengelabui sejumlah tokoh Islam, di antaranya yang selama ini bergiat di sebuah front yang katanya suka membela-bela Islam, juga tokoh sebuah majelis yang di dalamnya banyak ulama.

Bagaimana mengelabui tokoh-tokoh yang katanya Islam tadi? Bagi LDII gampang saja. Mereka memanfaatkan kekuatan uang. Dengan uang mereka bisa membeli apa saja, termasuk pendirian tokoh yang katanya Islam tadi.

Page 2: MAKALAH LDII.docx

Uang yang dikumpulkan LDII, bahkan hingga mencapai triliunan rupiah, berasal dari menipu umat Islam yang jahil dan awam, sehingga dapat dijadikan jama’ah mereka dengan doktrin sesat yang menakut-nakuti khas LDII. Yaitu, kalau mau masuk surga, harus menjadi jama’ah LDII. Di luar jama’ah LDII meski ilmunya tinggi, ibadahnya rajin dan sesuai dengan al-Qur’an maupun Hadits, tetap tidak bisa masuk surga.

Nah, dalam rangka bisa masuk surga, para orang awam yang jahil dan sudah terpedaya tipudaya LDII, mau diperas habis-habisan oleh LDII. Sementara para jamaahnya pontang-panting cari uang untuk setoran, hingga mereka yang melarat pun harus setor, padahal dalam Islam, kaum melarat itu justru orang yang harus disantuni, sampai mengenai zakat pun kaum muskin tidak terkena kewajiban tetapi jadi mustahiq, berhak menerima zakat. Tertapi di aliran sesat ini tidak begitu, tetap saja ditarik agar setor yang istilah mereka persenan. Sebaliknya,    elite LDII justru bermewah-mewah, pesta-pora di atas penderitaan jama’ah.[i]Nah, uang yang berlimpah tadi, didepositokan di sejumlah bank, kemudian bunganya dinamakan uang merah. Yaitu uang riba. LDII sepertinya masih mengharamkan riba. Namun, uang riba tadi yang oleh mereka disebut uang merah, dimanfaatkan untuk ‘menghargai’ para tokoh yang katanya Islam tadi.

Menghargai adalah kata sandi LDII untuk menetapkan berapa harga seseorang tokoh yang katanya Islam tadi untuk diberi uang merah (uang riba), agar mereka mau berpendapat dan berkiprah membela keberadaan LDII, sekaligus menjadi corong LDII kepada masyarakat luas yang mengkampanyekan bahwa LDII sudah tidak sesat padahal sejatinya masih setia dengan kesesatannya.

LDII juga punya kata sandi lain yang maknanya tak jauh beda, yaitu disegani. Disegani berasal dari kata dasar dalam bahasa Jawa yaitu SEGA yang berarti nasi. Jadi, yang mereka maksud dengan DISEGANI adalah diberi SEGA alias diberi nasi, alias dikasih duit, yaitu uang merah tadi.Seorang mantan petinggi LDII berinisial Ch H kelahiran Rembang 10 November 1978, pada Juli 2010 lalu pernah bersaksi dengan mengucapkan sumpah, bahwa tokoh majelis yang banyak ulamanya, pada tahun 2006 lalu berhasil dihargai dan disegani dengan uang merah, sehingga ia kemana-mana membela-bela LDII.Kesaksian Ch H dengan sumpah itu mengenai pernyataan salah seorang tokoh LDII berinisial KSMD[ii] yang sedang memimpin jama’ah umroh dari sebuah yayasan, Ramadhan 2006. Seperti biasa, Kyai KSMD menyempatkan untuk mampir ke Madinah untuk memberikan nasehat kepada jama’ah LDII yang bekerja di Madinah. Pada saat itulah sang kyai KSMD tokoh LDII ini berkata:“Alhamdulillah hubungan LDII dan MUI sudah baik.., tapi ya dikasih duit..!”Pernyataan di depan jama’ah LDII yang bekerja di Madinah tadi, disampaikan dengan nada menghina, dan disambut dengan tawa berderai dari jama’ah LDII yang sedang mendengarkan nasihat pengajian kyai KSMD tokoh LDII tersebut.

Begitulah tipu daya LDII dalam menjaga eksistensinya. Dan yang tertipu bukan hanya orang awam yang jahil, tetapi termasuk diantaranya kyai dari ormas besar pengusung bid’ah yang mewakili lembaganya untuk menjadi petinggi di majelis para ulama.. (haji/tede/nahimunkar.com)

Page 3: MAKALAH LDII.docx

Sejarah Berdirinya LDII

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) pertama kali berdiri pada 3 Januari 1972 di Surabaya,

Jawa Timur dengan nama Yayasan Lembaga Karyawan Islam (YAKARI). Pada Musyawarah Besar

(Mubes) tahun 1981 namanya diganti menjadi Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI), dan pada

Mubes tahun 1990, atas dasar Pidato Pengarahan Bapak Sudarmono, SH. Selaku Wakil Presiden

dan Bapak Jenderal Rudini sebagai Mendagri waktu itu, serta masukan baik pada sidang-sidang

komisi maupun sidang Paripurna dalam Musyawarah Besar IV LEMKARI tahun 1990, selanjutnya

perubahan nama tersebut ditetapkan dalam keputusan, MUBES IV LEMKARI No. VI/MUBES-IV/

LEMKARI/1990, Pasal 3, yaitu mengubah nama organisasi dari Lembaga Karyawan Dakwah Islam

yang disingkat LEMKARI yang sama dengan akronim LEMKARI (Lembaga Karate-Do Indonesia),

diubah menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia, yang disingkat LDII.[5]

[sunting]

Pendiri LDII

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang pada awal mula berdirinya pada 3 Januari 1972 di

Surabaya, Jawa Timur bernama Yayasan Lembaga Karyawan Islam (YAKARI) yang kemudian

diubah menjadi Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI) didirikan oleh[6][7]:

1. Drs. Nur Hasyim.

2. Drs. Edi Masyadi.

3. Drs. Bahroni Hertanto.

4. Soetojo Wirjo Atmodjo BA.

5. Wijono BA.

6. Berikut hal-hal yang menjadi bagian dari keyakinan LDII

a. Amir adalah pemimpin organisasi dan pemimpin spritual yang harus

ditaati secara penuh oleh seluruh ikhwan jamaah.

b. Keanggotaan dilakukan melalui bai'at (walau adakalnya dibantah, namun

menyarakat menyaksikan praktik tersebut).

c. Melanggengkan hubungan spritual murid-guru melalui sistem sanad.

d. Tidak boleh mengajarkan apapun yang tidak/belum diajarkan oleh guru.

Semua ajaran harus duterima langsung dari guru secara manqul.

e. Khutbah Jumat hanya dengan bahasa Arab dan dilaksanakan di mesjid

LDII.

f. Tidak mau salat di mesjid non-LDII (karena kotor/najis), juga makmum

pada imam yang bukan anggota LDII (karena Islamnya tidak murni).

g. Kalau ada orang luar (non-LDII) yang salat diasuk berkunjung ke mesjid

LDII, maka apa yang terkena orang tersebut harus disucikan.

h. Muslim selain anggota LDII, termasuk sanak keluarga, bahkan orang tua

sekali pun, dianggap tidak Islam murni sehingga ada kecenderungan dapat

memutuskan hubungan keluarga. Kedudukan amir dan ikhwan jauh lebih

Page 4: MAKALAH LDII.docx

tinggi dari sanak famili, termasuk orang tua (ibu dan bapak).

i. Perkawinan oleh PPN dianggap tidak sah dan harus diulang.

'''Balitbang Depag'''

7.  Tercatat

8. "berilmu dulu, baru benahi ibadahku..."

9.   10.