Makalah Laporan Sgd Kep

47
MAKALAH LAPORAN SGD MALNUTRISI (KURANG ENERGI PROTEIN) Diajukan untuk memenuhi nilai matakuliah Sistem Digestif I pada semester genap DISUSUN OLEH : TUTOR 10 Ani Rosmardiani (220110110106) Asti Aprilianti (220110110027) Regina Masli P (scriber 2) (220110110039) Euis Fitriana Dewi (scriber 1) (220110110029) Evie Pratiwi (220110110017) Karina Delistia D (220110110137) Neng Tuti H (220110110067) Nurnila Novi A (220110110031) Rahma Putri N. (220110110076) Rati Erviani (chair) (220110110001) Rully Andari A (220110110136)

Transcript of Makalah Laporan Sgd Kep

Page 1: Makalah Laporan Sgd Kep

MAKALAH LAPORAN SGD

MALNUTRISI (KURANG ENERGI PROTEIN)

Diajukan untuk memenuhi nilai matakuliah Sistem Digestif I pada semester genap

DISUSUN OLEH :

TUTOR 10

Ani Rosmardiani (220110110106)

Asti Aprilianti (220110110027)

Regina Masli P (scriber 2) (220110110039)

Euis Fitriana Dewi (scriber 1) (220110110029)

Evie Pratiwi (220110110017)

Karina Delistia D (220110110137)

Neng Tuti H (220110110067)

Nurnila Novi A (220110110031)

Rahma Putri N. (220110110076)

Rati Erviani (chair) (220110110001)

Rully Andari A (220110110136)

Siti Rahmiati P. (220110110069)

Yulia Latifah (220110110147)

FAKULTAS KEPERAWATANUNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

Page 2: Makalah Laporan Sgd Kep

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kerena penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah

ini. Makalah ini merupakan hasil dari reporting kelompok 10 yang berjudul “MALNUTRISI

(KURANG ENERGI PROTEIN)” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Digestif I.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Pak Afif selaku dosen tutor mata kuliah Sistem Digestif I yang memberikan

pengajaringanan kepada penulis;

2. Siti Yuyun selaku dosen coordinator mata kuliah Sistem Digestif I;

3. Orang tua kami tercinta yang selalu memberikan doa restu dan dukungan dalam proses

pembelajaringanan kami di Fakultas Keperawatan;

4. Teman-teman Tutor 10 yang telah membantu dan ikut berpartisipasi dalam penyelesaian

makalah laporan SGD ini.

Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan di hari

kemudian.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam proses

pembelajaringanan di Fakultas Keperawatan.

Jatinangor, Maret 2013

Penulis

Page 3: Makalah Laporan Sgd Kep

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Banyaknya angka penderita malnutrisi, tidak hanya di Indonesia, tapi diseluruh dunia

terutama di negara-negara berkembang dengan sisi ekonomi yang rendah, sehingga

kebutuhan hidup tidak terpenuhi dengan baik. Malnutrisi banyak diderita pada anak-anak

balita, bisa dikarenakan pengetahuan orang tua akan penenuhan gizi untuk anaknya yang

sedang tumbuh dan berkembang sehingga membutuhkan asupan gizi yang cukup. Tidak

hanya itu, sudah disinggung mengenai masalah ekonomi, yang selalu menjadi alasan utama

pemenuhan gizi anak terhambat dan tidak tercukupi.

Berdasarkan hal tersebut, perlunya pengetahuan lengkap akan malnutrisi pada anak

khususnya pada anak dengan kurang energy protei yang biasa disebut KEP. KEP itu sendiri

terdiri dari KEP ringan, sedang dan berat. KEP berat adalah yang paling sering ditemukan

terutama marasmus, kemudian kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor.

KEP ini terjadi dalam jangka waktu lama yang dibiarkan terus menerus dalam

keadaaan kurang gizi. Anak yang kurang gizi akan menurun daya tahan tubuhnya, sehingga

mudah terkena penyakit infeksi, sebaliknya anak yang menderita penyakit infeksi akan

mengalami gangguan nafsu makan dan penyerapan zat-zat gizi sehingga menyebabkan

kurang gizi dan ini dapat menyebabkan ganggguan tumbuh kembang yang akan

mempengaruhi tingkat kesehatan, kecerdasan dan produktivitas di masa dewasa.

2. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan

dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. Secara

terperinci tujuan dari penelitian dan penulisan makalah ini adalah :

- Mengetahui anatomi fisiologi sistem digestif yang mendasari kasus malnutrisi (kurang

energy protein).

- Mengetahui pengertian dari malnutrisi (kurang energy protein).

- Mengetahui faktor penyebab terjadinya malnutrisi (kurang energy protein)

- Mengetahui perjalanan timbulnya malnutrisi (kurang energy protein)

Page 4: Makalah Laporan Sgd Kep

- Mengetahui asuhan keperawatan pada malnutrisi (kurang energy protein)

- Menganalisa kasus tentang malnutrisi (kurang energy protein) dan pemberian intervensi

yang harus diberikan

Page 5: Makalah Laporan Sgd Kep

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM DIGESTIF

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari

luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan

(pengunyahan, penelanan dan pencampuran) dengap enzim dan zat cair yang terbentang

mulai dari mulut (oris) sampai anus.

Sistem pencernaan (bahasa Inggris: digestive system) adalah sistem organ dalam

hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta

mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Pada dasarnya sistem pencernaan

makanan dalam tubuh manusia terjadi di sepanjang saluran pencernaan (bahasa Inggris:

gastrointestinal tract) dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan

yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari -

sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa

makanan melalui anus.

Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut:

- Menerima makanan

- Memecah Makanan Menjadi Zat-Zat Gizi (Suatu Proses Yang Disebut Pencernaan)

- Menyerap Zat-Zat Gizi Ke Dalam Aliran Darah

- Membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus

besar, rektum dan anus.

Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu

pankreas, hati dan kandung empedu.

Page 6: Makalah Laporan Sgd Kep

MULUT, TENGGOROKAN & KERONGKONGAN

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan sistem pernafasan. Bagian dalam

dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Saluran dari kelenjar liur di pipi, dibawah lidah dan

dibawah rahang mengalirkan isinya ke dalam mulut. Di dasar mulut terdapat lidah, yang

berfungsi untuk merasakan dan mencampur makanan. Di belakang dan dibawah mulut terdapat

tenggorokan (faring).

Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Penciuman dirasakan

oleh saraf olfaktorius di hidung. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan

pahit. Penciuman lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar,

geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah

akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan

mulai mencernanya. Pada saat makan, aliran dari ludah membersihkan bakteri yang bisa

Page 7: Makalah Laporan Sgd Kep

menyebabkan pembusukan gigi dan kelainan lainnya. Ludah juga mengandung antibodi dan

enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.

Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan tertutup agar

makanan tidak masuk ke dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru, sedangkan bagian atap

mulut sebelah belakang (palatum mole, langit-langit lunak) terangkat agar makanan tidak masuk

ke dalam hidung.

Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh

selaput lendir. Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung. Makanan didorong

melalui kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi

otot ritmik yang disebut dengan peristaltik.

LAMBUNG

Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai,

terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfingter),

yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya

kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur

makanan dengan enzim-enzim.

Page 8: Makalah Laporan Sgd Kep

USUS HALUS

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan

bagian pertama dari usus halus.

Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna

oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti

mengalirkan makanan. Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari

hati.

Cairan tersebut (yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter Oddi)

merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan.

Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan

mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus.

Beberapa senti pertama dari lapisan duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki lipatan-

lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili).

Vili dan mikrovili menyebabkan bertambahnya permukaan dari lapisan duodenum, sehingga

menambah jumlah zat gizi yang diserap.

Page 9: Makalah Laporan Sgd Kep

Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan ileum. Bagian ini

terutama bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya. Penyerapan ini

diperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili dan mikrovili.

Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui

vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu

melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah

kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Kepadatan dari isi usus berubah secara

bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui usus halus.

Di dalam duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan keasaman

lambung. Ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena

mengandung air, lendir dan enzim-enzim pankreatik.

Absorpsi yang terjadi pada usus halus:

a) Absorpsi ion-ion

ü Transpor aktif natrium.

Tenaga penggerak absorpsi natrium disediakan oleh transport akrif natrium dari dalam sel epitel

melalui bagian basal dan sisi dinding sel masuk ke dalam ruang paraselular. Transport aktif ini

mengikuti hukum yang biasa beraku untuk transport aktif: proses ini memerlukan energy, dan

proses energy dikatalisis oleh enzin adenosine trifosfat yang sesuai didalam membrane sel.

Page 10: Makalah Laporan Sgd Kep

Sebagian dari atrium diabsorpsi bersama dengan ion klorida; sebenarna ion klorida bermuatan

negatif terutama secara pasif “ditarik” oleh muatan listrik positif ion natrium.

Transpor aktif natrium melalui membran basolateral sel mengurangi konsentrasi natrium di

dalam sel mengurangi konsentrasi natrium di dalam sel sampai ke nilai yang rendah ( kira-kira

50 mEq/L). karena konsentrasi natrium dalam kimus normalnya kira-kira 142 mEq/L (yaitu,

hamper sebanding dengan konsentraasi natrium dalam plasma), natrium bergerak menuruni

gradient elektrokimia yang tinggi dari kimus melalui brush border sel epitel masuk kedalam

sitoplasma sel.hal ini memungkinkan lebih banyak ion natrium yang dapat ditranspor oleh sel

epitel masuk kedalam ruang paraselular.

ü Osmosis Air

Osmosis ini terjadi karena gradient osmotik yang besar telah dibentuk oleh peningkatan

konsentrasi ion dalam ruang paraselular. Sebagian besar osmosis ini terjadi melalui taut erat

diantara batas apical sel-sel apitel, tetapi banyak juga terjadi di sel itu sendiri; dan pergerakan

osmotic air menciptakan aliran air ke dalam dan melewati ruang paraselular dan akhirnya masuk

ke dalam sirkulasi darah vilus.

ü Aldosteron sangat meningkatkan absorpsi natrium

Fungsi aldosteron ini dalam saluran usus sama dengan efek yang di capai oleh aldosteron di

dalam tubulus ginjal. Yang juga bekerja untuk menahan natrium klorida dan air di dalam tubuh

saat seseorang mengalami dehidrasi.

ü Absorpsi ion klorida dalam duodenum dan yeyunum

Pada usus halus bagian atas, absorpsi ion klorida berlangsung cepat dan dan berlangsung

terutama melalui difusi yaitu, absorpsi ion natrium melalui epitel menciptakan

keelektronegatifan dalam kimus dan keelektropositifan pada ruang paraselular diantara sel epitel.

Kemudian ion klorida bergerak sepanjang gradient listrik ini “mengikuti” ion natrium.

ü Absorpsi ion bikarbonat dalam duodenum dan yeyunum

Ion bikarbonat diabsorpsi secara tidak langsung dengan cara berikut: bila ion natrium diabsorpsi,

ion hydrogen dalam jumlah sedang disekresi kedalam lumen usus untuk ditukar dengan beberapa

Page 11: Makalah Laporan Sgd Kep

natrium. Ion hydrogen ini kemudian akan bergabung dengan ion bikarbona untuk membentuk

asam karbonat, yang kemudian berdisosiasi untuk membentuk air dan karbon dioksida.

b) Absorpsi Karbohidrat

Hampir sebagian karbohidrat dalam makanan diabsorpsi ke dalam bentuk monosakarida (glukosa

dan fruktosa) dan hanya sebagian kecil yang diabsorpsi sebagai disakarida (sukrosa, maltosa dan

galaktosa). Monosakarida yang paling banyak diabsorpsi adalah glukosa, biasanya mencapai

lebih dari 80% kalori karbohidrat yang diabsorpsi, karena glukosa merupakan produk pencernaan

akhir dari makanan karbohidrat yang paling sering dikonsumsi manusia, yaitu zat tepung. 20%

sisanya adalah monosakarida yang diabsorpsi hampir seluruhnya dari galaktosa dan fruktosa.

Galaktosa berasal dari susu dan fruktosa merupakan salah satu monosakarida yang dicerna dari

gula tebu.

c) Absorpsi Protein

Hasil dari pemecahan protein menjadi polipeptida oleh enzim tripsin dan kimotripsin yang

disekresikan pada pankreas kemudian dibawa ke tahap terakhir pencernaan protein di lumen

usus. Di lumen usus, protein dibawa ke enterosit yang melapisi vili usus halus, terutama di dalam

duodenum dan jejunum. Sel-sel ini memiliki suatu brush border yang mengandung beratus-ratus

mikrovili. Pada membran sel masing-masing mikrovili terdapat banyak peptidase yang menonjol

keluar melalui membran, tempat peptidase berkontak dengan cairan usus.

Dua jenis enzim peptidase yang sangat berperan penting adalahaminopolipeptidase dan beberapa

dipeptidase. Enzim-enzim tersebut bertugas memecahkan sisa polipeptida-polipeptida yang besar

menjadi bentuk tripeptida dan dipeptida, serta beberapa menjadi asam amino. Baik asam amino

ditambah peptida dan tripeptida dengan mudah ditranspor melalui membran mikrovili ke bagian

dalam enterosit.

Akhirnya di dalam sitosol enterosit terdapat banyak peptidase lain yang spesifik untuk jenis

ikatan antara asam amino yang masih tertinggal. Dalam beberapa menit, sebenarnya semua

dipeptida dan tripeptida yang masih tertinggal akan dicerna sampai tahap akhir untuk

membentuk asam amino tunggal, kemudian asam amino tunggal tersebut dihantarkan ke sisi lain

dari enterosit dan dari tempat itu ke dalam darah.

Page 12: Makalah Laporan Sgd Kep

Lebih dari 99% produk pencernaan akhir protein yang diabsorpsi merupakan asam amino

tunggal, jarang berupa peptida, dan lebih jarang lagi berupa molekul protein utuh. Molekul

protein utuh yang sangat sedikit diabsorpsi ini kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan

alergi yang berat atau gangguan imunologik.

d) Absorpsi Lemak

Ketika lemak dicerna untuk membentuk monogliserida dan asam lemak bebas, kedua produk

akhir pencernaan ini pertama-tama akan larut dalam gugus pusat lipid dari misel empedu. Karena

dimensi molekulnya, misel hanya berdiameter 3 sampai 6 nanometer, dan juga karena muatan

luarnya yang sangat tinggi, zat-zat ini dapat larut dalam kimus. Dalam bentuk ini, monogliserida

dan asam lemak bebas ditranspor kepermikaan mikrovilibrush border sel usus dan kemudian

menembus ke dalam ceruk di antara mikrovili yang bergolak dan bergerak. Di sini,ke duanya

baik monogliserida dan asam lemak segera berdifusi ke luar misel dan masuk kebagian dalam sel

epitel yang dapat terjadi karena lipid juga larut dalam membran sel epitel. Proses ini

meninggalkan misel empedu tetap di dalam kimus, yang selanjutnya akan melakukan fungsinya

berkali-kali untuk membantu mengabsorpsi lebih banyak monogliserida dan asam lemak lagi.

PANKREAS

Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar:

- Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan

- Pulau pankreas, menghasilkan hormon.

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam

darah. Enzim-enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini dan mengalir melalui berbagai

saluran ke dalam duktus pankreatikus.

Duktus pankreatikus akan bergabung dengan saluran empedu pada sfingter Oddi, dimana

keduanya akan masuk ke dalam duodenum.

Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim

proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan

dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan.

Page 13: Makalah Laporan Sgd Kep

Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi

duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

3 hormon yang dihasilkan oleh pankreas adalah:

- Insulin, yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah

- Glukagon, yang berfungsi menaikkan kadar gula dalam darah

- Somatostatin, yang berfungsi menghalangi pelepasan kedua hormon lainnya (insulin dan

glukagon).

HATI

Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah

kanan,tepatnya di bawah diafragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat

ekskresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa

senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan

memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut

proses detoksifikasi.

Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang

kecil-kecil (kapiler).

Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan

pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-

pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.

Darah diolah dalam 2 cara:

- Bakteri dan partikel asing lainnya yang diserap dari usus dibuang

- Berbagai zat gizi yang diserap dari usus selanjutnya dipecah sehingga dapat digunakan

oleh tubuh.

Page 14: Makalah Laporan Sgd Kep

Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat

gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.

Hati menghasilkan sekitar separuh dari seluruh kolesterol dalam tubuh, sisanya berasal dari

makanan. Sekitar 80% kolesterol yang dihasilkan di hati digunakan untuk membuat empedu.

Hati juga menghasilkan empedu, yang disimpan di dalam kandung empedu.

Sebagai kelenjar, hati menghasilkan empedu yang mencapai ½ liter setiap hari. Empedu berasal

dari hemoglobin sel darah merah yang telah tua. Empedu merupakan cairan kehijauan dan terasa

pahit. Zat ini disimpan di dalam kantong empedu. Empedu mengandung kolestrol, garam

mineral, garam empedu, pigmen bilirubin, dan biliverdin. Empedu yang disekresikan berfungsi

untuk mencerna lemak, mengaktifkan lipase, membantu daya absorpsi lemak di usus, dan

mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi zat yang larut dalam air.

Sel-sel darah merah dirombak di dalam hati. Hemoglobin yang terkandung di dalamnya dipecah

menjadi zat besi, globin, dan heme. Zat besi dan globin didaur ulang, sedangkan heme dirombak

menjadi bilirubin dan biliverdin yang bewarna hijau kebiruan. Di dalam usus, zat empedu ini

mengalami oksidasi menjadi urobilin sehingga warna feses dan urin kekuningan. Apabila saluran

empedu di hati tersumbat, empedu masuk ke peredaran darah sehingga kulit penderita menjadi

kekuningan. Orang yang demikian dikatakan menderita penyakit kuning.

Sistem organ bayi anda menjadi terspesialisasi untuk fungsi tertentu. Khususnya hati. Fungsi hati

janin berbeda dengan orang dewasa. Enzim (kimiawi) dibuat oleh hati seorang dewasa, penting

untuk berbagai fungsi tubuh. Pada janin, enzim ini ada, tetapi kadarnya lebih rendah daripada

setelah lahir. Fungsi hati yang penting adalah pemecahan dan penanganan bilirubin. Bilirubin

dihasilkan dari perombakan sel darah merah. Masa hidup sel darah merah janin lebih pendek

Page 15: Makalah Laporan Sgd Kep

daripada sel darah merah orang dewasa. Oleh karena itu, janin menghasilkan lebih banyak

bilirubin daripada orang dewasa.

Pada bayi baru lahir, enzim hati yang berfungsi sempurna sehingga banyak bilirubin tidak dapat

dikonjugasi dan bayi terlihat kuning. Namun, dengan bertambahnya umur bayi maka enzim hati

tersebut akan lebih baik fungsinya, bilirubin akan lebih banyak dikonjugasi, dan warna kuning

pada tubuh serta mata bayi berkurang, lalu menghilang. Proses ini memerlukan waktu sekitar

seminggu untuk bayi lahir dengan berat badan normal dan sekitar dua minggu untuk bayi lahir

dengan berat badan rendah. Biasanya peningkatan bilirubin pada keadaan ini jarang mencapai

kadar bilirubin yang berbahaya bagi bayi. Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik

dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang

bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya

efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan

yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris. Pada umumnya dianggap

bahwa kelainan pada susunan saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin

indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak

hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus

sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar daerah otak apabila pada bayi terdapat

keadaan imaturitas, berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia, dan kelainan susunan

saraf pusat yang terjadi karena trauma atau infeksi.

KANDUNG EMPEDU & SALURAN EMPEDU

Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya bergabung

membentuk duktus hepatikus umum.

Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu

(duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum. Duktus pankreatikus bergabung

dengan saluran empedu umum dan masuk ke dalam duodenum.

Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan hanya sedikit

empedu yang mengalir dari hati.

Page 16: Makalah Laporan Sgd Kep

Makanan di dalam duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga

kandung empedu berkontraksi. Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan

bercampur dengan makanan.

Empedu memiliki 2 fungsi penting:

- Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

- Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang

berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

Secara spesifik empedu berperan dalam berbagai proses berikut:

- Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam

lemak untuk membantu proses penyerapan

- Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu

menggerakkan isinya

- Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel

darah merah yang dihancurkan

- Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh

- Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam empedu.

Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan kembali ke

dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik.

Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam

setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di dalam

kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur

pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.

USUS BESAR

Page 17: Makalah Laporan Sgd Kep

Usus besar terdiri dari:

- Kolon asendens (kanan)

- Kolon transversum

- Kolon desendens (kiri)

- Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).

Apendiks (usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti tabung, yang terletak di

kolon asendens, pada perbatasan kolon asendens dengan usus halus.

Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika

mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya

menjadi padat.

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan

membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri

ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan

gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa

menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

Page 18: Makalah Laporan Sgd Kep

REKTUM & ANUS

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan

berakhir di anus.

Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon

desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul

keinginan untuk buang air besar.Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan

ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang

penting untuk menunda buang air besar.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.

Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu

cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.

2. KASUS PEMICU

Anak R, seorang perempuan usia 8 tahun karena sering BAB 5-6 kali sehari. Terutama

sejak 2 minggu terakhir. Hal itu disebabkan karena pasien tidak memliki biaya untuk

berobat. Hasil pemeriksaan fisik: BB: 20 kg, TB: 135 cm, rambut kusam dan kering, kulit

kering dan garis yang dalam. Klien tampak pendiam, mata sayu dan sembab, perutnya

buncit, kaki bengkak, teraba dingin, hepar teraba 1-2 cm, HB : 8,7, gula darah seawaktu:

52 gr, kalium : 3, magnesium: 1, selama dilakukan pengkajian klien selalu melihat ibunya

seperti mimik muka menangis. Menurut ibunya, klien sering cengeng, tidak mau bergaul

dan tidak punya keinginan apapun. Tiga bulan terakhir ia tidak sekolah karena kalau

berjalan ia mudah kelelahan dan sulit berkonsentrasi dikelas. Klien tinggal dikawasan

Page 19: Makalah Laporan Sgd Kep

padat penduduk. Luas rumah 42cm persegi. Ayahnya bekerja tidak tentu, tapi lebih sering

menjadi buruh di pasar. Ibunya tidak bekerja, hanya sekali-kali menerima cucian dari

orang lain.

A. DEFINISI

KEP (Kurang Energi Protein) adalah keadaan kurang gizi karena rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). KEP juga dapat terjadi pada orang yang tidak mampu menyerap nutrisi penting atau mengkonversikannya menjadi energi penting untuk pembentukan jaringan sehat dan fungsi organ.

KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi(AKG) dalam jangka waktu yang lama. Ciri fisik KEP adalah skor-z berat badan berada di bawah -2,0 standar baku normal.

(WHO) [1] mendefinisikan kekurangan gizi sebagai "ketidakseimbangan seluler antara pasokan nutrisi dan energi dan permintaan tubuh untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi-fungsi khusus."

Jenis KEP

KEP Primer sebagai hasil dari diet yang tidak memiliki sumber protein dan / atau energi yang tidak cukup.

KEP sekunder lebih umum di Amerika Serikat, di mana biasanya terjadi sebagai komplikasi AIDS, kanker, gagal ginjal kronis, penyakit radang usus, dan penyakit lainnya yang merusak kemampuan tubuh untuk menyerap atau menggunakan nutrisi atau untuk mengkompensasi kehilangan unsur hara. KEP dapat berkembang secara bertahap pada pasien yang memiliki penyakit kronis atau mengalami kronis semi-kelaparan. Ini mungkin muncul tiba-tiba pada pasien yang memiliki penyakit akut.

B. ETIOLOGI

Peranan diet.Menurut konsep, diet yang mengandung cukup energy tetapi kurang protein akan menyebabkan anak menjadi penderita kwasiorkhor, sedangkan diet kurang energy walaupun zat-zat gizi essensialnya seimbang akan menyebabkan anak menjadi marasmus. (solihin, 2000).

Peranan factor social.

Page 20: Makalah Laporan Sgd Kep

- Pada pria dengan penghasilan kecil yang mempunyai anak banyak- Perceraian pada wanita yang mempunyai banyak anak

Peranan kepadatan pendudukKetika meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa di imbangi dengan bertambahnya persediaan bahan makanan yang memadai nerupakan sebab utama dari krisis pangan (world food conference).

Peranan infeksiInfeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Ketika malnutrisi meskipun dalam keadaan ringan tetapi mempunyai pengaruh negative pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.

Peranan kemiskinan

Klasifikasi

KEP ringan BB/U 70-80% baku median WHO-NHCS KEP sedang BB/U 60-70% baku median WHO-NHCS KEP berat BB/U < 60% baku median WHO-NHCS. KEP berat dibagi menjadi 3,

yaitu : Marasmus _ sindroma klinis akibat defisiensi kalori Kwashiorkor _ sindroma klinis akibat defisiensi protein berat Marasmik-kwashiorkor _ sindroma klinis akibat defisiensi protein dan kalori

1. secara langsung Anak kurang mendapatkan asupan gizi seimbang dalam waktu yang cukup lama Anak menderita penyakit infeksi, akibatnya asupan gizi tiak bisa dioptimalkan

oleh tubuh secra tidak langsung Tidak cukupnya persediaan pangan di rumah tangga Pola asupan kurang memadai Sanitasi/lingkungannya kurang baik Akses pelayanan kesehatan yang terbatas Rendahnya tingkat pendidikan dan pendapatan yang menyebabkan kemiskinan

Penyebab lainnya :

Perananan diet :diet mengandung cukup energi tapi kurang protein -> kwashiorkor

Kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya seimbang akan menyebabkan anak menjadi marasmus (solihin,2000)

Peranan faktor sosial Peranan kepadatan penduduk Peranan infeksi

C. MANIFESTASI KLINIS

Page 21: Makalah Laporan Sgd Kep

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor.

a. Kwashiorkor

- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis)- Wajah membulat dan sembab- Pandangan mata sayu- Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa

sakit, rontok- Perubahan status mental, apatis, dan rewel- Pembesaran hati- Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna

menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)- Sering disertai : • penyakit infeksi, umumnya akut

anemia

diare.

b. Marasmus:- Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit

- Wajah seperti orang tua

- Cengeng, rewel

- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar)

- Perut cekung- Iga gambang- Sering disertai: - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)

- diare kronik atau konstipasi/susah buang air

c. Marasmik-Kwashiorkor:- Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan

Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok.

a) Kwashiokor :Tanda-tanda :1) Edema umumnya diseluruh tubuh terutama pada kaki2) Wajah membulat dan sembab3) Perubahan status mental : cengeng, rewel kadang apatis4) Anak sering menolak jenis makanan

Page 22: Makalah Laporan Sgd Kep

5) Rambut berwarna kemerahan, kusam dan mudah dicabut6) Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk, anak lebih sering berbaring7) Sering disertai infeksi, anemia serta diare8) Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas9) Pandangan mata anak tampak sayu

b) Marasmus Tanda-tanda :1) Anak tampak kurus, tinggal tulang terbungkus kulit2) Cengeng, rewel dan perut cekung3) Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada4) Wajah seperti orang tua5) Sering disertai diare kronik / konstipasi serta penyakit kronik lainnya6) Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan kurang

c) Marasmus – KwashiokorTanda-tandanya merupakan gabungan dari ke dua jenis KEP di atas (Moehji, 1992)

D. KLASIFIKASI

Klasifikasi KEP

Page 23: Makalah Laporan Sgd Kep

Abbreviations: BMI, body mass index; HFA, height for age; MUAC, mid-upper arm circumference; SD, standard deviation; WFA, weight for age; WFH, weight for height; WHO, World Health Organization.

Gomez Classification: The child's weight is compared to that of a normal child (50th percentile) of the same age. It is useful for population screening and public health evaluations.

Percent of reference weight for age = [(patient weight) / (weight of normal child of same age)] * 100

Waterlow Classification: Chronic malnutrition results in stunting. Malnutrition also affects the child's body proportions eventually resulting in body wastage.

Percent weight for height = [(weight of patient) / (weight of a normal child of the same height)] * 100

Percent height for age = [(height of patient) / (height of a normal child of the same age)] * 100

KEP berat / gizi buruk secara klinis mempunyai 3 bentuk :o Marasmus _ sindroma klinis akibat defisiensi kalori o Kwashiorkor _ sindroma klinis akibat defisiensi protein berat o Marasmik-kwashiorkor _ sindroma klinis akibat defisiensi protein dan kalori

E. PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

F. PENATALAKSANAAN

Pelayanan Gizi (Depkes RI, 1998)

Page 24: Makalah Laporan Sgd Kep

Pelayanan gizi balita KEP pada dasarnya setiap balita yang berobat atau dirujuk ke

rumah sakit dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan LILA untuk menentukan

status gizinya, selain melihat tanda-tanda klinis dan laboratorium. Setelah diketahui balita

tersebut dalam tingkatan KEP yang berat khususnya kwashiorkor, maka balita tersebut

harus dirawat inap dan dilaksanakan sesuai pemenuhan kebutuhan nutrisinya. Selain hal

tersebut ada beberapa yang dapat kita lakukan yaitu:

1. Pengobatan Dan Pencegahan Kekurangan Cairan.

Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak KEP berat dengan dehidrasi adalah ada

riwayat diare sebelumnya, anak sangat kehausan, mata cekung, nadi lemah, tangan

dan kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil dalam waktu yang cukup lama.

Tindakan yang dapat dilakukan:

a. Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap 1/2jam sekali tanpa

berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan

memberi minum anak 50 ml (3 sdm) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan

rehidrasi oral khusus KEP disebut ReSoMal.

b. Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat dapat menggunakan oralit

yang diencerkan 2x. Jika anak tidak dapat minum, lakukan rehidrasi intravena

(infus) RL/Glukosa 5% dan NaCl dgn perbandingan 1:1.

2. Lakukan Pemulihan Gangguan Keseimbangan Elektrolit

Pada semua KEP Berat/gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit

diantaranya adalah kelebihan natrium (Na) tubuh (walaupun kadar Na plasma rendah,

dan juga defisiensi Kalium (K) dan Magnesium (Mg).

Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan untuk pemulihan

keseimbangan elektrolit diperlukan waktu minimal 2 minggu. Berikan makanan tanpa

diberi garam/rendah garam, untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang

diencerkan 2x (dengan penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr kecil dan 50 gr gula atau

bila balita KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral

bentuk makanan lumat

3. Lakukan Pengobatan Dan Pencegahan Infeksi.

Page 25: Makalah Laporan Sgd Kep

Pada KEP berat tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti

demam seringkali tidak tampak. Pada semua KEP berat secara rutin diberikan antibiotik

spektrum luar.

4. Pemberian Makanan, Balita KEP Berat.

Pemberian diet KEP berat dibagi 3 fase :

1. Fase Stabilisasi (1–2 hari)

Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan

faali anak yang sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang, Pemberian

makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa

sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal saja,

Formula khusus seperti formula WHO 75/modifikasi/modisko ½ yang dilanjutkan

dan jadual pemberian makanan harus disusun agar dapat mencapai prinsip tersebut

dengan persyaratan diet sbb: porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa,

energi 100 kkal/kg/hari, protein 1–1,5 gr/kgbb/hari, cairan 130 ml/kg BB/hari (jika

ada edema berat 100 ml/kg bb/hari),bila anak mendapat ASI teruskan, dianjurkan

memberi formula WHO 75/pengganti/modisco ½ dengan gelas, bila anak terlalu

lemah berikan dengan sendok/pipet, Pemberian formula WHO

75/pengganti/modisco ½ atau pengganti dan jadual pemberian makanan harus

sesuai dengan kebutuhan anak.

2. Fase Transisi (minggu II)

a. Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara perlahan untuk

menghindari resiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak

mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.

b. Ganti formula khusus awal (energi 75 kal dan protein 0.9 – 1.0 gr/100 ml)

dengan formula khusus lanjutan (energi 100 kkal dan protein 2.9 gr/100

ml) dalam jangka waktu 48 jam . Modifikasi bubur/mknn keluarga dapat

digunakan asal kandungan energi dan protein sama

Page 26: Makalah Laporan Sgd Kep

c. Naikkan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya sedikit formula tersisa,

biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kg bb/kali pemberian (200 ml/kg

bb/hari).

3. Fase Rehabilitasi (Minggu III–VII)

a. Formula WHO-F 135/pengganti/modisco 1 ½ dengan jumlah tidak terbatas

dan sering.

b. Energi : 150–220 kkal/kg bb/hari.

c. Protein : 4–6 gr/kgbb/hari.

d. Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan

formula karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk

tumbuh kejar.

e. Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga.

5. Lakukan Penanggulangan Kekurangan Zat Gizi Mikro

Semua pasien KEP berat mengalami kurang vitamin dan mineral, walaupun

anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu

sampai anak mau makan dan BB nya mulai naik (pada minggu II). Pemberian Fe pada

masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya . Berikan setiap hari :

a. Tambahan multivitamin lain

b. Bila BB mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat/sirup besi

c. Bila anak diduga menderita cacingan berikan pirantel pamoat dosis tunggal.

d. Vitamin A oral 1 kali.

e. Dosis tambahan disesuaikan dgn baku pedoman pemberian kapsul vitamin A

6. Berikan Stimulasi Dan Dukungan Emosional

Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,

karenanya diberikan : kasih sayang, ciptakan lingkungan menyenangkan,.lakukan terapi

bermain terstruktur 15-330 menit/hari, rencanakan aktifitas fisik setelah sembuh,

tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain)

7. Persiapan Untuk Tindak Lanjut Di Rumah

Page 27: Makalah Laporan Sgd Kep

Bila BB anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di rumah dan

dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas di desa.

G. LEGAL ETIK

1. Autonomy (Otonomi)

Klien bisa menerima/menolak pelayanan kesehatan apa yang akan dilakukan

padanya.

2. Beneficience (berbuat baik)

Perawat sebagai bagian tim pelayanan kesehatan harus menjaga sikap dan perilaku

yang baik juga melakukan intervensi yang baik untuk klien.

3. Justice (keadilan)

Perawat tidak boleh membeda-bedakan klien dalam pelayanan kesehatan (praktiknya)

sehingga perawat harus adil.

4. Non-Malifecience (Tidak merugikan)

Perawat tidak dengan sengaja melakukan tindakan yang merugikan diri klien

misalnya dengan tidak sengaja pola asupan nutrisi.

5. Veracity (kejujuran)

Perawat harus jujur kepada klien tentang penyakitnya.

6. Fideity (Menepati janji)

Perawat mempertahankan prinsifnya untuk tetap patuh pada kode etik yang

mengatakan bahwa dirinya akan selalu meningkatkan pelayanan kesehatan, mencegah

penyakit, pemulihan, dan meminimalkan penderitaan klien.

H. PATOFISIOLOGI

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian keperawatan

Page 28: Makalah Laporan Sgd Kep

Biografi Klien

Nama : An. R

Usia : 8 tahun

Sex : Perempuan

Agama : -

Pekerjaan : sudah tidak sekolah

KU : Klien mengeluh sering BAB 5-6 kali/sehari sejak 2 minggu terakhir

Riwayat Kesehatan Sekarang

BAB sering 5-6 kali/hari, mata sayu dan sembab, keleahan, cengeng,

Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Kelelahan kalau berjalan, sulit berkonsentrasi sejak 3 bulan yang lalu

Riwayat Kesehatan Keluarga

Tidak teridentifikasi.

Riwayat Lingkungan

Kondisi rumah : tinggal dikawasan padat penduduk

Pekerjaaan orang tua : ayah sebagai buruh di pasar

Ibu ibu rumah tangga terkadang menjadi buruh cuci

Pemeriksaan Fisik

TTV : BB = 20 kg TB = 15 cm

Kepala : rambut kusam dan kering, mata sayu dan sembab, mimic muka seperti menangis

Kulit : kulit keering dan garis dalam dan suhu akral dingin

Abdomen : perut buncit dan hepar teraba 1-2 cm

Ekstremitas : kaki bengkak teraba dingin

Hasil Laboratoriun

Hb : 8,7

Gudarah sewaktu : 52gr

Kalium : 3

Page 29: Makalah Laporan Sgd Kep

Magnesium : 1

2. Analisa data

No. Data Menyimpang Etiologi Diagnosa

1. DO: - acetabular panggul klien

tampak rusak

DS: - Klien mengeluh nyeri

pada sendi panggul samapai

tidak bisa digerakkan dengan

skala 7

Trauma panggul

rusaknya kartilago

artikular

terjadi nekrosis

sendi

pelepasan mediator

kimia

Nyeri

Kekurang volume cairan tubuh

2. DS: pasien berkata ia sudah

tidak bisa bekerja lagi karena

panggulnya tidak bisa

digerakkan

DO: -

trauma panggul

rusaknya kartilago

artikular

terjadi nekrosis

sendi

nyeri

kaki sulit digerakan

sulit melakukan

aktivitas

gangguan mobilitas

fisik

Gg. Mobilitas fisik

Page 30: Makalah Laporan Sgd Kep

3. DS : pasien mengatakan takut

operasi

DO : -

Trauma panggul

Rusaknya karilao

artikular

Terjadi nekrosis

sendi

Perlu penggantian

sendi

Kurang

pengetahuan / salah

interpretasi

Pengalaman masa

lalu

Ansietas

Ansietas

3. Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Kekurangan volume

cairan tubuh

berhubungan

dengan

peningkatan

asupan peroral

dan peningkatan

kehilangan akibat

diare.

Kx akan menunjukkan keadaan hidrasi

yang adekuat menjadi 2-3

TTV normal

Asupan cairan sesuai

kebutuhan

ditambah defisiy

    Lakukan / observasi

pemberian cairan perinfus /

sande / oral sesuai dengan

program rehidrasi

b.       Jelaskan kepada keluarga

tentang upaya rehidrasi dan

peran keluarga dalam

pelaksanaan terapi rehidrasi

c.       Kaji perkembangan

a.       Upaya rehidrasi perlu

dilakukan untuk

mengatasi masalah

kekurangan volume cairan

b.       Meningkatkan

pemahaman keluarga

tentang upaya rehidrasi

dan peran keluarga dalam

pelaksanaan terapi

Page 31: Makalah Laporan Sgd Kep

yang terjadi

tidak ada tanda /

gejala dehidrasi

(TTV dalam

batas normal,

frekuensi

defekasi 1 x

24 jam dengan

kosistensi

padat / semi

padat).

keadaan dehidrasi Kx

d.       Hitung balans cairan

rehidrasi

c.       Menilai perkembangan

masalah Kx

d.       Penting untuk

menetapkan dehidrasi

selanjutnya

2.    Gangguan

pertumbuhan dan

perkembangan

berhububungan

dengan asupan

protein dan kalori

yang tidak

adekuat.

Tujuan : Kx

akan mencapai

pertumbuhan

dan

perkembangan

standart usia

KH :

- Pertumbuhan

fisik (ukuran

antropometri)

sesuai standart

usia

- Perkembangan / bahasa / kognitif dan personal / sosial sesuai standart usia

a.       Lakukan pemberian

makanan / minuman sesuai

program terapi diet

pemilihan

b.       Lakukan pengukuran

antropometri secara berkala

c.       Lakukan stimulasi tingkat

perkembangan sesuai

dengan usia Kx

d.       Ajarkan kepada orang tua

tentang standart

pertumbuhan fisik dan

tugas-tugas perkembangan

sesuai umur.

a.       Diet khusus untuk

pemeliharaan mal nutrisi

diprogramkan secara

bertahap sesuai dengan

kebutuhan anak dan

kemampuan toloransi

sistem pencernaan

b.       Menilai perkembangan

masalah Kx

c.       Stimulasi di perlukan untuk

mengejar keterlambatan

perkembangan anak dalam

aspek motorik, bahasa dan

personal / sosial

d.       Meningkatkan pengetahuan

keluarga tentang

keterlambatan pertumbuhan

dan perkembangan anak.

3.

Page 32: Makalah Laporan Sgd Kep

BAB IV

PENUTUP

SIMPULAN

\

DAFTAR PUSTAKA

- Potter & Perry .2005. Buku Ajaringan Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,dan

Praktik. Edisi 4, Vol. 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari. Jakarta: EGC.

- Suratun,H. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC

- Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinik.

Edisi 6, Jakarta :EGC.

- Corwin,E. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta :EGC.

- Doenges, M. G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC

- Ganong F. William. 1998. Buku Ajaringan Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta : EGC

- Price, Silvia A. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Edisi 6.

Jakarta :EGC

- http://dokterpatahtulang.com/operasi-bedah-tulang-2/tindakan-operasi-ganti-sendi/

- scribd.com /doc/91321776/total-jonit-replacement

Page 33: Makalah Laporan Sgd Kep

- Smeltzer., S. 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

- Baziad, Ali, Djamaloeddin, Erdjan Akbar, Handaya dkk. Anatomi Panggul dan Isinya

dan Haid dan Siklusnya.

- Putz,Reinhard dan Reinhard Pabst.Ekstremitas Bawah , Pelvis.Liliana Sugiarto.Sobotta:

Atlas Anatomi Manusia edisi 22, jilid 2.