makalah labiopalatoskisis

34
ASUHAN KEPERAWATAN LABIOPALATOSCHIZIS Tutor 5 : Ira Tuti 220110120005 HenyJunita 220110120011 Sri Rahmawati 220110120017 SesiSeptiani 220110120023 RatuIrbath K.N. 220110120029 SeptianiPuspadewi 220110120036 Laura Oktavia 220110120042 RirisPurwitaWidodo 220110120048 Abdul Azis 220110120054 FirdaHalifahRahmayani 220110120060 Miftahhurrahmah 220110120067 AnisaHasanah 220110120073 DwiRatnasari 220110120079 FakultasKeperawatan

description

makalah labiopalatoskisis

Transcript of makalah labiopalatoskisis

ASUHAN KEPERAWATAN LABIOPALATOSCHIZIS

Tutor 5 :Ira Tuti220110120005HenyJunita220110120011Sri Rahmawati220110120017SesiSeptiani220110120023RatuIrbath K.N. 220110120029SeptianiPuspadewi220110120036Laura Oktavia220110120042RirisPurwitaWidodo220110120048Abdul Azis220110120054FirdaHalifahRahmayani220110120060Miftahhurrahmah220110120067AnisaHasanah220110120073DwiRatnasari220110120079

FakultasKeperawatanUniversitasPadjadjaran2014A. Definisi LabioPalatoskisis adalah suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut, palatosisis (sumbing palatum), dan labiosisis (sumbing pada bibir) yang terjadi akibat gagalnya jaringan lunak (struktur tulang) untuk menyatu selama perkembangan embroil. (Aziz Alimul Hidayat, 2006)LabioPalatoskisis adalah penyakit congenital anomaly yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah.(Suriadi, S.Kp. 2001)Labiopalatoskisis adalah kelainan congenital pada bibir dan langit-langit yang dapat terjadi secara terpisah atau bersamaan yang disebabkan oleh kegagalan atau penyatuan struktur fasial embrionik yang tidak lengkap. Kelainan ini cenderung bersifat diturunkan (hereditary), tetapi dapat terjadi akibat faktor non-genetik.Labiopalatoschizis adalah suatu kondisi dimana terdapatcelah pada bibiratas diantara mulutdanhidung.Kelainaninidapatberupacelahkecilpadabagianbibiryangberwarnasampaipadapemisahankomplitsatuatauduasisibibir memanjang dari bibir ke hidung. Kelainaniniterjadikarena adanya gangguan pada kehamilan trimester pertama yang menyebabkan terganggunyaprosestumbuhkembangjanin. Faktor yang diduga dapat menyebabkan terjadinya kelainan ini adalah kekurangan nutrisi, stress pada kehamilan, trauma dan factor genetic..Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palate pada masa kehamilan 7-12 minggu. Komplikasi potensial meliputi infeksi, otitis media, dan kehilangan pendengaran.B. InsidensiLabiopalatoskisis dengan angka kejadian sebesar 45%, labioskisis 25%, dan palatoskisis sebesar 35 %. Labiopalatoskisis dan labioskisis lebih sering pada anak laki-laki dengan perbandingan 2:1, sedangkan palatoskisis lebih sering pada anak perempuan dengan perbandingan 2:1.Palatoschisis paling sering ditemukan pada ras Asia dibandingkan rasAfrika. Insiden palatoschisis padaras Asia sekitar 2,1/1000, 1/1000 padaraskulitputih, dan 0,41/1000 pada ras kulithitam.Menurutdatatahun2004,di Indonesia ditemukan sekitar 5.009 kasus cleft palate dari total seluruh penduduk.

C. Etiologi dan Faktor resiko1. Faktor GenetikMerupakan penyebab beberapa palatoschizis, tetapi tidak dapat ditentukan dengan pasti karena berkaitan dengan gen kedua orang tua. Diseluruh dunia ditemukan hampir 25 30 % penderita labio palatoscizhis terjadi karena faktor herediter. Faktor dominan dan resesif dalam gen merupakan manifestasi genetik yang menyebabkan terjadinya labio palatoschizis. Faktor genetik yang menyebabkan celah bibir dan palatum merupakan manifestasi yang kurang potensial dalam penyatuan beberapa bagian kontak.2. Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional, baik kualitas maupun kuantitas (Gangguan sirkulasi foto maternal).Zat zat yang berpengaruh adalah: Asam folat Vitamin C Zn3. Apabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam folat, vitamin C dan Zn dapat berpengaruh pada janin. Karena zat - zat tersebut dibutuhkan dalam tumbuh kembang organ selama masa embrional. Selain itu gangguan sirkulasi foto maternal juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang organ selama masa embrional.4. Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik adalah: Jamu.Mengkonsumsi jamu pada waktu kehamilan dapat berpengaruh pada janin, terutama terjadinya labio palatoschizis. Akan tetapi jenis jamu apa yang menyebabkan kelainan kongenital ini masih belum jelas. Masih ada penelitian lebih lanjut Kontrasepsi hormonal.Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi kontrasepsi hormonal, terutama untuk hormon estrogen yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya hipertensi sehingga berpengaruh pada janin, karena akan terjadi gangguan sirkulasi fotomaternal. Obat obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital terutama labio palatoschizis. Obat obatan itu antara lain : Talidomid, diazepam (obat obat penenang) Aspirin (Obat obat analgetika) Kosmetika yang mengandung merkuri & timah hitam (cream pemutih) Faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan Labio palatoschizis, yaitu: Zat kimia (rokok dan alkohol). Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi rokok dan alkohol dapat berakibat terjadi kelainan kongenital karena zat toksik yang terkandung pada rokok dan alkohol yang dapat mengganggu pertumbuhan organ selama masa embrional. Gangguan metabolik (DM). Untuk ibu hamil yang mempunyai penyakit diabetessangat rentan terjadi kelainan kongenital, karena dapat menyebabkan gangguan sirkulasi fetomaternal. Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat berpengaruh padatumbuh kembang organ selama masa embrional.h Penyinaran radioaktif. Untuk ibu hamil pada trimester pertama tidak dianjurkan terapi penyinaran radioaktif, karena radiasi dari terapi tersebut dapat mengganggu proses tumbuh kembang organ selama masa embrional. Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial . Ibu hamil yang terinfeksi virus (toxoplasma) berpengaruh pada janin sehingga dapat berpengaruh terjadinya kelainan kongenital terutama labio palatoschizis.

D. Manifestasi Klinis

Pada LabioSkisis : Distorsi pada hidung Tampak sebagian atau keduanya Adanya celah pada bibirPada PalatoSkisis : Tampak ada celah pada tekak(uvula) , palato lunak, dan keras atau foramen incisive Adanya rongga pada hidung Distorsi hidung Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari Kesulitan dalam menghisap atau makan Distersi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan Gangguan komunikasi verbal

E. Klasifikasi1. Berdasarkan organ yang terlibat Celah bibir ( labioscizis ) : celah terdapat pada bibir bagian atas Celah gusi ( gnatoscizis ) : celah terdapat pada gusi gigi bagian atas Celah palatum ( palatoscizis ) : celah terdapat pada palatum2. Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk Komplit : jika celah melebar sampai ke dasar hidung Inkomplit : jika celah tidak melebar sampai ke dasar hidung3. Berdasarkan letak celah Unilateral : celah terjadi hanya pada satu sisi bibir Bilateral : celah terjadi pada kedua sisi bibir Midline : celah terjadi pada tengah bibirF. KomplikasiKomplikasi yang terjadi pada pasien dengan Labio palatoschizis adalah: Kesulitan berbicara hipernasalitas, artikulasi, kompensatori. Dengan adanya celah pada bibir dan palatum, pada faring terjadi pelebaran sehingga suara yang keluar menjadi sengau. Maloklusi( pola erupsi gigi abnormal. Jika celah melibatkan tulang alveol, alveol ridge terletak disebelah palatal, sehingga disisi celah dan didaerah celah sering terjadi erupsi. Masalah pendengaran otitis media rekurens sekunder. Dengan adanya celah pada paltum sehingga muara tuba eustachii terganggu akibtnya dapat terjadi otitis media rekurens sekunder. Aspirasi. Dengan terganggunya tuba eustachii, menyebabkan reflek menghisap dan menelan terganggu akibatnya dapat terjadi aspirasi. Distress pernafasan. Dengan terjadi aspirasi yang tidak dapat ditolong secara dini, akan mengakibatkan distress pernafasan Resiko infeksi saluran nafas. Adanya celah pada bibir dan palatum dapat mengakibatkan udara luar dapat masuk dengan bebas ke dalam tubuh, sehingga kuman kuman dan bakteri dapat masuk ke dalam saluran pernafasan. Pertumbuhan dan perkembangan terlambat. Dengan adanya celah pada bibir dan palatum dapat menyebabkan kerusakan menghisap dan menelan terganggu. Akibatnya bayi menjadi kekurangan nutrisi sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi. Asimetri wajah. Jika celah melebar ke dasar hidung alar cartilago dan kurangnya penyangga pada dasar alar pada sisi celah menyebabkan asimetris wajah. Penyakit peri odontal. Gigi permanen yang bersebelahan dengan celah yang tidak mencukupi di dalam tulang. Sepanjang permukaan akar di dekat aspek distal dan medial insisiv pertama dapat menyebabkan terjadinya penyakit peri odontal. Crosbite. Penderita labio palatoschizis seringkali paroksimallnya menonjol dan lebih rendah posterior premaxillary yang colaps medialnya dapat menyebabkan terjadinya crosbite. Perubahan harga diri dan citra tubuh. Adanya celah pada bibir dan palatum serta terjadinya asimetri wajah menyebabkan perubahan harga diri da citra tubuh.

G. Pemeriksaan Penunjanga. Rontgen Beberapa celah orofasial dapat terdiagnosa dengan USG prenatal, namun tidak terdapat skrining sistemik untuk celah orofasial. Diagnosa prenatal untuk celah bibir baik unilateral maupun bilateral, memungkinkan dengan USG pada usia janin 18 minggu. Celah palatum tersendiri tidak dapat didiagnosa pada pemeriksaan USG prenatal. KEtika diagnosa prenatal dipastikan, rujukan kepada ahli bedah plastik tepat untuk konseling dalam usaha mencegah. Setelah lahir, tes genetic mungkin membantu menentukan perawatan terbaik untuk seorang anak, khususnya jika celah tersebut dihubungkan dengan kondisi genetik. Pemeriksaan genetik juga memberi informasi pada orangtua tentang resiko mereka untuk mendapat anak lain dengan celah bibir atau celah palatum.

b. Radiologi Pemeriksaan radiologi dilakukan dewngan melakukan foto rontgen pada tengkorak. Pada penderita dapat ditemukan celah processus maxilla dan processus nasalis media.

H. Patofisiologi

I. PenatalaksanaanTujuan dan intervensi bedah dan pembedahan adalah memulihkan struktur anatomi, mengoreksi cacat dan memungkinkan anak mempunyai fungsi yang normal dalam menelan, bernapas dan berbicara. Pembedahan biasanya dilakukan ketika anak berumur 3 bulan, tetapi pada beberapa rumah sakit dilakukan segera setelah lahir.1. Manajemen perawatan celah bibirPerawatan pra bedah1. Pemberian makanPemberian makan pertama kali sukar, tetapi tergantung pada derajat deformitas yang dialami pada kasus ringan, ada kemungkinan memberi ASI langsung kepada bayi. Jika tidak, pemberian susu botol mudah dilakukan. Akan tetapi, bila menghisap susu dari botol sulit dilakukan bayi, makanan dapat diberikan menggunakan sendok atau biarkan bayi menghisap dari sendok. Bila celah bibir tidak disertai celah palatum, bayi hanya mengalami sedikit kesukaran dalam makan atau sama sekali tidak kesukaran. Jika celah bibir disertai celah palatum, bayi mengalami masalah bukan saja dalam menelan tetapi juga dalam menghisap karena palatum yang lengkap dan utuh diperlukan untuk memanifulasi puting dan menghisap ASI. Regurgitasi ASI melalui hidung menimbulkan masalah lain yang membahayakan. Inhalasi ASI harus dicegah dengan mempersiapkan penyedot setiap saat. Pemenuhan kebutuhan nutrisi adekuat penting agar menjamin bahwa bayi dalam keadaan fisik yang baik, mengalami kenaikan BB dan tidak mengalami anemia. Bila dijumpai adanya anemia, harus ditangani kapan saja terjadi.1. Pemberian antibiotikPemberian antibiotik sebagai profilaksis bertujuan menjamin bahwa pada masa pascabedah, anak tidak mengalami bahaya yang disebabkan oleh mikroorganisme yang telah ada ataupun yang masuk selama masa bedah dan pascabedah .

1. Persiapan PrabedahPrinsip manajemen prabedah bertujuan mencapai atau mempertahankan status fisik yang menjamin bahwa anak mampu mengatasi trauma akibat intervensi bedah. Tujuan selanjutnya adalah menghilangkan atau mengurangi terjadinya komplikasi selama atau setelah pembedahan melalui antisipasi yang saksama dan pengobatan yang tepat.1. Perawatan pascabedahHal-hal yang perlu diperhatikan saat merawat anak yang sudah selesai mengalami operasi perbaikan celah bibir meliputi :1. Imobilisasi lengan merupakan aspek penting perawatan, untuk mencegah bayi menyentuh garis jahitan1. Sedasi, anak yang menangis dapat mengingkatkan tegangan pada garis jahitan. Pemberian sedasi sering kali dianjurkan untuk mengurangi tegangan, walaupun tegangan sudah dikurangi dengan mengenakan peralatan seperti busur logam1. Pembalutan garis sedasi, biasanya jahitan sudah dibuka antar hari ke-5 dan ke-8. Garis jahitan biasanya ditinggal tanpa penutup dan kebersihan dipertahankan dengan mengelap area tersebut dengan air steril atau salin normal setelah selesai makan.1. Pemberian makan dapat segera dimulai setelah bayi sadar dan refleks menelan positif.1. Manajemen perawatan celah palatumSaat optimum untuk operasi perbaikan celah palatum tetap merupakan masalah konvensional. Tindakan pembedahan umumnya dilakukan sebelum anak mulai berbicara. Sebagian besar ahli bedah plastik melakukan pembedahan diantara usia 15 dan 18 bulan tetapi beberapa berpendapat bahwa operasi harus ditunda sampai usia 7 tahun untuk memungkinkan perkembangan tulang wajah secara lengkap. Operasi lebih baik dilakukan oleh ahli bedah dengan pengalaman khusus dalam pekerjaan ini. Infeksi luka harus dicegah dengan antibiotik yang sesuai.Pemberian makan dapat merupakan masalah yang sulit pada anak tersebut, karena adanya lubang antara rongga mulut dan hidung. Namun, pemberian ASI dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Bila pemberian ASI tidak dapat dilakukan secara langsung, sebaiknya digunakan puting karet besar yang menutup sebagian lubang palatum. Pembesaran lubang puting karet dapat menolong banyak anak penderita celah palatum. Banyak percobaan yang mungkin diperlukan untuk membentuk kebiasaan makan yang benar. Terkadang, penggunaan pipet mengatasi masalah pemberian makan. Pemberian makan melalui sonde harus dihindari karena akan menghalangi penggunaan otot orofaringDiet pascabedah langsung harus terdiri atas cairan jernih, seperti minuman glukosa. Sekali diberikan diet normal harus terdiri atas makanan lunak disusul dengan air steril. Makanan keras dan manisan harus diberikan selama 2/3 minggu setelah pembedahan. Pengangkatan jahitan biasanya dilakukan di kamar bedah dibawah sedasi diantara hari ke-8 atau ke-10Bila kemampuan bicara anak tidak berkembang secara memuaskan, berikan terapi wicara. Ahli terapi wicara harus dijadikan sumber konsultasi pada semua kasus dan rencana disusun untuk memastikan perkembangan bicara yang adekuat. Kuantitas pengobatan atau latihan yang akan diberikan oleh seorang ahli terapi wicara terbatas, sehingga beban utama ditanggung oleh ibu. Oleh sebab itu, baik ibu maupun anak harus ambil bagian dalam pelajaran ini dengan ahli terapi wicara sehingga ibu dapat melanjutkan terapi dirumah. Melalui latihan yang cermat, ada kemungkinan bagi anak untuk mencapai tingkat bercakap yang memungkinkan anak untuk berkomunikasi bebas dengan orang lain pasa saat mulai sekolah. Orang tua memerlukan dukungan dan banyak dari unit celah palatum menyimpan album foto gambaran sebelum dan sesudah dari kasus yang berhasil untuk memperlihatkan kepada orang tua dan menenteramkannya bahwa bayinya akan terlihat baik setelah operasi.1. Pemberian makan dan minumPemberian makan dan minum pada pasien dengan labioschisis dan palatoschisis bertujuan untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit sesuai program pengobatan.

J. PencegahanK. Prognosis

Kelainan labioschisis merupakan kelainan bawaan yang dapat dimodifikasi/disembuhkan. Kebanyakan anak yang lahir dengan kondisi ini melakukan operasi saat usia masih dini dan hal ini sangat memperbaiki penampilan wajah secara signifikan. Dengan adanya teknik pembedahan yang makin berkembang, 80% anak dengan labioschisis yang telah diatalaksana mempunyai perkembangan kemampuan bicara yang baik. Terapi bicara yang berkesinambungan menunjukan hasil peningkatan yang baik pada masalah-masalah labioschisis.ASUHAN KEPERAWATAN

1. Identitas klienNama : an. XUsia : 2 jamJenis kelamin : laki-lakiAgama: -Diagnosa medis : labiopalatoschizis

2. Anamnesa a. Keluhan utama Setelah lahir terdapat celah pada bibir dan langit-langit mulut dan tampak sulit menyusui.b. Riwayat Kesehatan SekarangP : perlu dilakukan pengkajian ulangQ : perlu dilakukan pengkajian ulangR : celah di bibir dan langit-langit mulutS : perlu dilakukan pengkajian ulangT : sejak lahir selama 2 jamc. Riwayat Kesehatan Dahulu : -d. Riwayat Kesehatan keluarga : -e. Riwayat Pekerjaan : -f. Peran sosial : -g. Pola aktivitas : -

3. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum : sadar penuhb. Antropometri Lingkar perut : 45 cmBBL : 2500 gramc. TTVRR : 46x/menitHR : 120x/menitTD : -Suhu : 37,80C d. Inspeksi : terdapat celah pada bagian bibir dan langit-langit mulute. Palpasi: -f. Perkusi : -g. Auskultasi : -

4. Pemeriksaan PenunjangpemeriksaanHasilNormal

leukosit11.000 mg/dl9000 12000/ mm3

eritrosit3500 mg/dl4,7-6,1 juta

trombosit270.000 mg/dl200.000 -400.000 mg/dl

Hb16 gr/dl12-24 gr/dl

Ht3033-38

Kalium4,8 mEq3,6-5,8 mEq

Natrium138 mEq134-150 mEq

5. Analisis DataData Etiologi Masalah

DO : terdapat celah pada bibir dan langit-langit mulut pasienDS : tampak sulit menyusuiFaktor herediter/lingkungan

Terjadi gangguan pd proses pembentukan jaringan

Palato gagal dibentuk

Palatum dipisahkan oleh lidah dlm wktu singkat

Gagalnya penyatuan proses nasal medical dan proses maksilaris

Labiopalatoschizis

Susunan mulut terganggu dan sulit menghisap

Intake nutrisi kurang

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhanGangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

DO : terdapat celah pada bibir dan langit-langit mulut pasienDS : tampak sulit menyusuiFaktor herediter/ lingkungan

Terjadi gangguan pada proses pembentukan jaringan

Gagalnya penyatuan proses nasal medical dan proses maksilaris

Labiopalatoschizis

Susunan mulut berbeda

Tdk ada pemisah antara mulut dan hidung

Bayi tersedak,air susu keluar melalui hidung

Resiko tinggi aspirasiResiko tinggi aspirasi

DO : terdapat celah pada bibir dan langit-langit mulut pasienDS : ibu berkata malu dengan kondisi anaknyaFaktor herediter/lingkungan

Terjadi kegagalan pembentukan jaringan

Gagalnya penyatuan proses nasal medical dan maksilaris

Labiopalatoscizis

Wajah anak ditutupi dr oranglain

Ibu malu dengan kondisi anaknya

Resti HDRResti HDR

DO : terdapat celah pada bibir dan langit-langit mulut pasienDS : tampak sulit menyusuiFaktor herediter/lingkungan

Gagalnya penyatuan proses nasal medical dan maksilaris

Labiopalatoskizis

Susunan mulut berbeda, fungsi terganggu dan sulit menghisap

Ibu bingung cara menyusui anak

Kurang pengetahuanKurang pengetahuan

DiagnosaKeperawatan1. PRE OP0. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d defek fisik yang di tandai dengan : DS : Sulit mengisap dan menelan AsiDO : Pucat, turgor kulit jelek, kulit kering,perut kembung, BB menurun 0. Resiko tinggi perubahan menjadi orang tua b/d bayi dengan defek fisik yang sangat terlihat yang di tandai dengan : DS : -DO : Adanya trauma psikologipada orang tua, adanya sifat kurang menerima, sensitif, adanya sumbing pada bibir dan palatum0. Resiko tinggi trauma sisi pembedahan b/d prosedur pembedahan, disfungsi menelan, yang di tandai dengan : DS : Bayi rewel, menangis, tidak dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman, sulit mengisap dan menelan Asi.DO : adanya garis jahitan pada daerah mulut1. POST OP0. gangguan rasa nyaman nyeri b/d insisi bedah yang di tandai dengan : DS : Bayi rewel, menangis DO : Adanya garis jahitan pada daerah mulut 0. resti infeksi b/d terpaparnya linkungan dan prosedur invasi, yang di tandai dengan : DS : - DO : Adanya luka operasi tertutup kasa

No

1

DiagnosaKeperawatanRencanaKeperawatan

TujuanIntervensiRasional

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubah b/d defek fisik yang di tandai : DS: Sulit mengisap dan menelan Asi DO: Pucat, turgor kulit jelek,kulit kering, perut kembung, BB menurun

Setelah mendapatkan tindakan keperawatan di harapkan perubahan nutrisi dapat teratasi dengan kriteria : tidak pucat turgor kulit membaik kulit lembab, perut tidak kembung bayi menunjukan penambahan berat badan yang tepat.

1. Bantu ibu dalam menyusui, bila ini adalah keinginan ibu. Posisikan dan stabilkan puting susu dengan baik di dalam rongga mulut. 2. Bantu menstimulasi refleks ejeksi Asi secara manual / dengan pompa payudara sebelum menyusui 3. Gunakan alat makan khusus, bila menggunakan alat tanpa puting. (dot, spuit asepto) letakan formula di belakang lidah 4. Melatih ibu untuk memberikan Asi yang baik bagi bayinya5. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan, apabila di pulangkan 6. kolborasi dengan ahli gizi.

1. Membantu ibu dalam memberikan Asi dan posisi puting yang stabil membentuk kerja lidah dalam pemerasan susu.

2. Karena pengisapan di perlukan untuk menstimulasi susu yang pada awalnya mungkin tidak ada

3. Membantu kesulitan makan bayi, mempermudah menelan da mencegah aspirasi

4. Mempermudah dalam pemberian Asi

5. Untuk mencegah terjadinya mikroorganisme yang masuk

6. Untuk mendapatkan nutrisi yang seimbang

No

2

DiagnosaKeperawatanRencanaKeperawatan

TujuanIntervensiRasional

Cemas / resiko tinggi perubahan menjadi orang tua b/d bayi dengan defek fisik yang sangat terlihat, yang di tandai dengan : DS : -DO : Adanya trauma psikologi pada orang tua, adanya sifat kurang menerima, sensitif, adanya sumbing pada bibir dan palatum

Setelah mendapatkan tindakan keperawatan di harapkan resti perubahan menjadi orang tua tidak terjadi dengan kriteria : pasien dan keluarga menunjukan penerimaan terhadap bayi keluarga mendiskusikan perasaan dan kekhawatiran mengenai defek anak, perbaikannyadan proses masa depan 1. Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan 2. tunjukan sikap penerimaan terhadap bayi dan keluarga 3. tunjukan dengan perilaku bahwa anak adalah manusia yang berharga 4. gambarkan hasil perbaikan bedah terhadap defek,gunakan foto hasil yang memuaskan 5. anjurkan pertemuan dengan orang tua lain yang mempunyai pengalaman serupa dan dapat menghadapinya dengan baik. 6. menganjurkan orangtua untuk selalu menjaga kesehatan bayinya

1. Mendorong koping keluarga

2. Meredam sikap sensitif orangtua terhadap sikap sensitif orang lain 3. Mendorong penerimaan terhadap bayi

4. Untuk mendorong adanya pengharapan

5. Membantu orangtua mendiskusikan kekhawatirannya, berbagi pengalaman swehingga timbulnya sifat menerima terhadap bayi 6. Untuk mencegah terjadinya defek pada bayi

No

3

DiagnosaKeperawatanRencanaKeperawatan

TujuanIntervensiRasional

Resikotinggi trauma sisipembedahan b/d prosedurpembedahan, disfungsimenelan, yang di tandaidengan : DS : Bayi rewel, menangis,tidak dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman, sulit mengisap dan menelan Asi.DO : adanya garis jahitan pada daerah mulut

Setelah mendapatkan tindakan keperawatan di harapkan trauma sisi pembedahan tidak terjadi dengan kriteria : bayi tidak rewel dan menangis Bayi dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman, dapat menelan Asi denagan baik.

1. Beri posisi leher yang miring atau duduk2. Pertahankan alat pelindung bibir. Gunakan teknik pemberian makan nontraumatik.3. Gunakan paket restrain pada bayi

4. Hindarkan menempatkan objek di dalam mulut setelah perbaikan kateter mengisap. Spatel lidah sedalam dot atau pendek kecil.5. Jaga agar bayi tidak menangis dengan jelas dan terus menerus 6. Bersihkan garis jahitan dengan perlahan setelah memberi makan dan jika perlu sesuai instruksi dokter 7. Ajar tentang pembersihan dan prosedur restrain khususnya bila bila bayi akan di pulangkan sebelum jahitan di lepas.

1. Mencegah trauma pada sisi operasi 2. Melindungi garis jahitan dan meminimalkan resiko trauma.

3. Mencegahnya agr tidak berulang dan menggaruk wajahnya 4. Mencegah trauma pada sisi operasi

5. Menangis dapat menyebabkan tegangan pada jahitan 6. Mencegah terjadinya infeksi dan inflamasi yang mempengaruhi penyembuhan

7. Meminimalkan terjadinya komplikasi setelah pulang.

No4

Diagnosa KeperawatanRencana Keperawatan

TujuanIntervensiRasional

gangguan rasa nyaman nyeri b/d insisi bedah yang di tandai dengan : DS : Bayi rewel dan menangis DO : Adanya garis jahitan pada daerah mulut

Setelah mendapatkan tindakan keperawatan di harapkan masalah nyeri dapat terkontrol dengan kriteria : Bayi tidak rewel Tidak menangis Bayi mengalami tingkat kenyamana yang optimal Bayi tampak nyaman dan istirahat dengan tenang. Observasi 1. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan tackikardi dan peningkatan pernapasan.2. Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi 3. Kaji skala nyeri, catat lokasi, intensitas nyeri

Mandiri 4. Anjurkan keluarga untuk melakukan masase ringan

Penkes5. Jelaskan orangtua atau keluarga untuk terlibat dalam perawatan bayi 6. Kolaborasi, berikan analgesik / sedatif sesuai instruksi.

1. Dapat menidentifikasikan rasa sakit akut dan ketidak nyamanan

2. Ketidak nyamanan mungkin di sebabkan oleh adanya proses inflamasi

3. Membantu mengetahui derajat ketidak nyamana dan keefektifan analgesik sehingga memudah dalam memberi tindakan 4. Mengurangi rasa nyeri

5. Memberi rasa aman dan nyaman

6. Analgesik menelan SSP yang memberi respon pada observasi nyeri

Diagnosa KeperawatanRencana Keperawatan

TujuanIntervensiRasional

Resti infeksi b/d terpaparnya lingkungan dan prosedur invasi yang di tandai dengan : DS : - DO : Adanya luka operasi tertutup kasa

Setelah mendapatkan tindakan keperawatan diharapkan masalah resti infeksi tidak terjadi dengan kriteria : - luka sembuh dan tidak tertutup kasa Observasi 1. Kaji tanda-tanda vital.

2. Kaji tanda-tanda infeksi

Mandiri3. Jaga area kesterilan luka operasi

4. Lakukan aseptik dan desinfeksidalam perawatan luka 5. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan luka.

Penkes6. Menjelaskan kepada keluarga untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari kontaminasi dari luar 7. Menjelaskan kepada keluarga untuk menjaga kebersihan luka

Kolaborasi 8. Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat yang sesuai (antibiotik )

1. Menentukan intervensi selanjutnya.2. Membantu tindakan yang tepat

3. Mencegah dan mengurangi transmisi kuman 4. Mencegah kontaminasi patogen

5. Melindungi dari sumber infeksi, mencegah infeksi silang

6. Mengurangi kontaminasi pasien dari agen infeksius

7. Menjaga kesterilan luka

8. Membantu mencegah infeksi.

DAFTAR PUSTAKARudolf.2007.Buku AjarPediatri Rudolf Volume 2.Jakarta.EGCHidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama.Wong, Dona L.2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatik. Jakarta : EGC.Ngastiah. 2005. Perawatan Anak Sakit . Jakarta : EGC.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37882/4/Chapter%20II.pdfSuriadi &Yuliani, Rita, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : PT. FAJAR INTERPRATAMASodikin. 2011. Keperawatan Anak Gangguan Pencernaan. Jakarta : EGCMARTA PAULIN MUDAJ : DEPARTEMEN KESEHATAN RIPOLITEKNIK KESEHATAN DEPKES KUPANGwww.academia.edu