makalah kwn SELESAI

17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesetiakawanan Sosial atau rasa solidaritas sosial adalah merupakan potensi spritual, komitmen bersama sekaligus jati diri bangsa. Oleh karena itu Kesetiakawanan Sosial merupakan Nurani bangsa Indonesia yang tereplikasi dari sikap dan perilaku yang dilandasi oleh pengertian, kesadaran, keyakinan tanggung jawab dan partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan dari masing-masing warga masyarakat dengan semangat kebersamaan, kerelaan untuk berkorban demi sesama, kegotongroyongan dalam kebersamaan dan kekeluargaan. Oleh karena itu Kesetiakawanan Sosial merupakan Nilai Dasar Kesejahteraan Sosial, modal sosial (Social Capital) yang ada dalam masyarakat terus digali, dikembangkan dan didayagunakan dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk bernegara yaitu Masyarakat Sejahtera. Sebagai nilai dasar kesejahteraan sosial, kesetiakawanan sosial harus terus direvitalisasi sesuai dengan kondisi aktual bangsa dan diimplementasikan dalam wujud nyata dalam kehidupan kita. Kesetiakawanan sosial merupakan nilai yang bermakna bagi setiap bangsa. Jiwa dan semangat kesetiakawanan sosial dalam kehidupan bangsa dan masyarakat Indonesia pada hakekatnya telah ada sejak 1

description

TUgas matakuliah kewarganegaraan universitas jenderal soedirman

Transcript of makalah kwn SELESAI

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

            Kesetiakawanan Sosial atau rasa solidaritas sosial adalah merupakan

potensi spritual, komitmen bersama sekaligus jati diri bangsa. Oleh karena itu

Kesetiakawanan Sosial merupakan Nurani bangsa Indonesia yang tereplikasi dari

sikap dan perilaku yang dilandasi oleh pengertian, kesadaran, keyakinan tanggung

jawab dan partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan dari masing-masing warga

masyarakat dengan semangat kebersamaan, kerelaan untuk berkorban demi

sesama, kegotongroyongan dalam kebersamaan dan kekeluargaan.

            Oleh karena itu Kesetiakawanan Sosial merupakan Nilai Dasar

Kesejahteraan Sosial, modal sosial (Social Capital) yang ada dalam masyarakat

terus digali, dikembangkan dan didayagunakan dalam mewujudkan cita-cita

bangsa Indonesia untuk bernegara yaitu Masyarakat Sejahtera.

             Sebagai nilai dasar kesejahteraan sosial, kesetiakawanan sosial harus terus

direvitalisasi sesuai dengan kondisi aktual bangsa dan diimplementasikan dalam

wujud nyata dalam kehidupan kita.

            Kesetiakawanan sosial merupakan nilai yang bermakna bagi setiap bangsa.

Jiwa dan semangat kesetiakawanan sosial dalam kehidupan bangsa dan

masyarakat Indonesia pada hakekatnya telah ada sejak jaman nenek moyang kita

jauh sebelum negara ini berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka yang

kemudian dikenal sebagai bangsa Indonesia.

            Jiwa dan semangat kesetiakawanan sosial tersebut dalam perjalanan

kehidupan bangsa kita telah teruji dalam berbagai peristiwa sejarah, dengan

puncak manifestasinya terwujud dalam tindak dan sikap berdasarkan rasa

kebersamaan dari seluruh bangsa Indonesia pada saat menghadapi Praktek atau

pengamalan tentang “kesetiakawanan sosial” yang sudah biasa dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari.

Makalah ini dilatari oleh banyaknya bencana alam yang sering terjadi di

Negara Indonesia.

1

B.     Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan dibahas tentang :

1. Seberapa penting kesetiakawanan dalam menghadapi bencana?

2. Bagaimana cara menumbuhkan kesetiakawan dalam menghadapi bencana ?

C.     Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini agar pembaca :

1. Mengetahui pentingnya kesetiakawanan dalam menghadapi bencana

2. Mengetahui cara menumbuhkan kesetiakawanan dalam menghadapi bencana

D. Manfaat

1. Memberikan wawasan pentingnya kesetiakawanan dalam menghadapi

bencana

2. Sebagai pandangan sosial tentang pokok keutamaan kesetiakawanan dalam

menghadapi bencana.

2

BAB II

GAGASAN

A. Kondisi Kekinian

Semenjak 1 Januari 2014 hingga 16 Februari 2014 tercatat 282 kejadian

bencana alam di Indonesia. Bencana ini menyebabkan 197 orang tewas, 64 luka-

luka, 1,6 juta jiwa mengungsi dan menderita, puluhan ribu rumah rusak yang juga

berpengaruh pada sektor perekonomian.Kepala Pusat Data Informasi dan Humas

BNPB menegaskan bahwa perkiraan awal kerugian dan kerusakan akibat bencana

banjir bandang Sulut Rp 1,87 trilyun, erupsi G.Sinabung Rp 1 trilyun, banjir

Pantura Rp 6 trilyun, banjir Jakarta Rp 5 trilyun, belum lagi bencana lain selama

2014 ini (BCC Indonesia).

Berdasarkan penelitian tentang kesiapsiagaan masyarakat Indonesia

menghadapi bencana pada tahun 2006, 2012 dan 2013 menunjukkan bahwa

tingkat kesiapsiagaan masyarakat dan pemda dalam menghadapi bencana masih

rendah.Memang terjadi peningkatan pengetahuan dan pemahaman bencana.

Tetapi belum menjadi perilaku (attidude) dan praktek atau budaya.Di Pemda pun,

sebagian besar penanggulangan bencana juga belum banyak menjadi prioritas

dalam penanggulangan bencana dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah selama 5 tahunan. Akibatnya bencana tidak menjadi roh dalam

pembangunan sektor apalagi menyangkut peningkatan kapasitas kesiapsiagaan

menghadapi bencana. Indikator ini juga tercermin dari alokasi dana untuk

penanggulangan bencana yang rata-rata kurang dari 0,5% dari APBD.

Bencana menjadi urusan bersama. Pemerintah dan Pemda menjadi

penanggung jawab utama. Pengurangan risiko bencana harus dijadikan prioritas.

Harus dilihat sebagai investasi pembangunan. Bencana tidak bisa kita tolak tapi

risikonya kita kurangi.Di Amerika, 1 US$ untuk kegiatan pengurangan bencana

mampu mengurangi kerugian 7 US$. Di Eropa, 1 US$ mengurangi 10-40 US$. Di

Indonesia mungkin lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan negara lain

karena kita punya kapital sosial yang besar di masyarakat.

Ujian dan cobaan memang berat dan terasa akan lebih berat lagi apabila kita

harus menanggung beban sendirian. Mungkin ada sebagian di antara kita telah

3

terpola dalam pemikiran ’kesendirian’, individualistik. Di jaman mordernisasi dan

globalisasi ini kecenderungan untuk bersikap individualistik hampir dirasakan

sebagai suatu kewajaran, terutama di kota-kota besar. Hubungan antara sesama

disekat dan dikotak-kotakan oleh kepentingan; di mana kepedulian dan uluran

tangan terhadap sesama baru akan muncul dan dibutuhkan bersamaan dengan

tuntutan atas kepentingan. Jika tidak berimbal kepentingan maka sentuhan

kepedulian pun menjauh. Tidak sedikit yang telah lupa maknawi semboyan

“Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”. Tidak sedikit pula yang khilaf pada

nilai dan kepribadian bangsa kita, semangat senasib sepenanggungan, perasaan

bersama dan gotong royong. Nilai yang kemudian kita kenal dengan rasa

kesetiakawanan sosial dan atau solidaritas.

Apa relevansi kemiskinan dan pengangguran dikaitkan dengan

kesetiakawanan sosial atau solidaritas? Sejujurnya seringkali kita salah arah untuk

memahami dan meng-implementasikan nilai tersebut. Himbauan untuk

menginternalisasi dan eksternalisasi semangat kesetiakawanan cenderung

didengungkan untuk menggerakan kepedulian, simpati dan empati kita apabila

terjadi musibah, seperti bencana alam. Ramai-ramai lah kita membentuk posko,

menggalang santunan dana dan beragam kegiatan sebagai bentuk ekspresi

sambung nurani. Lewat seminggu, dua minggu, sebulan maka getar rasa

kemanusiaan kita pun kian luntur, berkurang bahkan tidak jarang lenyap entah di

mana. Manusiawi? cukupkah kepedulian itu hanya ditunjukkan manakala bencana

terjadi dan setelahnya kepedulian tidak lagi dibutuhkan?Mungkin sudah saatnya

kita merenungkan rasa sosial, kodrat kita sebagai bagian kecil dari kelompok yang

lebih besar, yaitu peradaban keluarga, masyarakat, bangsa dan terlebih mahluk

yang bernama manusia. Simpati dan empati sebagai perwujudan rasa

kesetiakawanan sosial perlu terus menerus dihidupkan dalam sanubari, ditularkan

dan ditanamkan pada anak-anak kita, keluarga dan handai taulan kita untuk

kemudian dijalin secara bersama. Demikian pula bagi elite politik dan tokoh

masyarakat untuk tidak bosan memberi contoh tauladan.

Kita berharap kesetiakawanan sosial bukan sekedar retorika, ekspresi

sesaat, seremonial atau menjadi hal yang sering kita dengungkan dan mudah

diucapkan namun begitu susah untuk kita laksanakan. Rasa kesetiakawanan sosial

4

sangat kita butuhkan sebagai perekat bersama dalam mengurangi kesenjangan

sosial dan mengatasi permasalahan bangsa. Mari kita asah terus kepekaan sosial

untuk kemajuan bersama. Dan sejarah negeri merdeka ini sudah membuktikannya.

B. Solusi yang pernah ditawarkan atau diterapkan

Aksi yang dapat kita lakukan sebagai wujud dari kesetiakawanan adalah :

1. Mengumpulkan Sumbangan Sosial

Ada yang berupa kotak amal, dompet peduli, rekening sosial, dan yang

lainnya untuk mengumpulkan sumbangan dana, uang atau barang

2. Membentuk Posko Peduli Sosial

Pos komando (posko), pos Mengadakan Bhakti Sosial

Kegiatan bakti sosial kesehatan seperti ini sudah sering dilaksanakan oleh

berbagai organisasi sosial masyarakat, saat hari perayaan tertentu, apalagi

ketika ada bencana alam.

3. Menggalang Dukungan Sosial

Membubuhkan tanda tangan, mengumpulkan koin keadilan, memasang

spanduk informasi, melakukan aksi demo damai, sebagai wujud kebersamaan.

4. Memanfaatkan Situs Jejaring Sosial

Dunia teknologi informasi sedang ngetrend dimaanfaatkan, melalui situs

jejaring sosial pertemanan, facebook atau twitter, untuk mendukung

kebersamaan terhadap kasus khusus yang menimpa pejabat publik.

C. Tingkat Keberhasilan untuk Memperbaiki Kondisi Kekinian

Kesetiakawanan di dalam bencana alam sangatlah penting. Dengan

kesetiakawanan yang kita miliki, kita bisa membantu korban-korban bencana

alam. Dengan kita membantu korban-korban bencana alam, artinya kita sudah

mempunyai arti kesetiakawanan dengan jiwa sosial yang tinggi. Kesetiakawanan

sebaiknya jangan pernah pudar dari manusia. Karena pada hakekatnya, manusia

adalah makhluk sosial. Artikesetiakawanan sangatlah tinggi,Nilai-

nllaikesetiakawanan sosial dapat menjadi kekuatan paling besar untuk

menyelesaikan masalah bencana yang sering terjadi di Indonesia. Kita memiliki

modal dasar berupa nilai-nilai gotong royong yang sampai saat ini masih hidup

dalam masyarakat. Nilai gotong royong yang merupakan wujud kesetiakawanan

sosial itu sangat berguna ketika terjadi bencana.Direktur Bantuan Sosial Korban

5

Bencana Alam (BSKBA) Depsos, pada seminar dalam rangka memperingati Hari

Kesetiakawanan Sosial Nasional bertema “Manajemen Resiko Bencana, di

Jakarta.“Indonesia memiliki modal sosial yang sangat heterogen berupa etnis,

bahasa dan wilayah yang luas. Karena itu kita membutuhkan satu sistem yang

lebih hebat dibandingkan sistem-sistem yang sudah pernah ditawarkan

sebelumnya guna mengatasi bencana. Menurutnya ada empat pendekatan yang

harus diperhatikan ketika terjadi bencana. Pertama, yang harus dilakukan adalah

menyamakan cara pandang bahwa Indonesia terletak di kawasan yang rawan

bencana sehingga masyarakat harus selalu siap sedia menghadapi bencana. Kedua,

kegiatan penanggulangan bencana harus berubah dari yang sifatnya kedaruratan

menjadi retroaktif, sesuai dengan perkembangan jaman.“Penanggulangan bencana

tidak bisa dilakukan secara parsial melainkan harus komprehensif. Ini terkait sifat

bencana yang tidak bisa diprediksi kapan akan terjadi. Kini kita punya satu sistem

yang akan diimplementasikan ke masyarakat, yang harus dilaksanakan bersama-

sama oleh masyarakat.

Salah satu pihak yang dapat membantu mengimplementasikan peran atau

kontribusi adalah pihak pemerintah. Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi

penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, terutama

dalam pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana

dengan program pembangunan.Kebijakan pemerintah pusat dan daerah sangat

menentukan keberhasilan pelaksanaan pengarusutamaan pengurangan risiko

bencana di sekolah.Adapun upaya yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Menyiapkan perangkat kebijakan dan pedoman terhadap usaha

penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,

penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan

setara, yang dijadikan sebagai acuan pendidikan pengurangan risiko

bencana di sekolah.

2. Menetapkan standarisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan

bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap

darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi secara adil dan setara.

3. Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana.

4. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana.

6

5. Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada

wilayahnya.

6. Memberikan dana hibah dan fasilitas lainnya bagi sekolah yang

melaksanakan pendidikan pengurangan risiko bencana.

7. Melaksanakan berbagai pelatihan pengurangan risiko bencana secara

berkelanjutan bagi para pengawas, kepala sekolah, guru, dan peserta didik.

8. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap implementasi strategi

pengarusutamaan pengurangan risiko bencana.

9. Memberikan informasi kegiatan kepada masyarakat, termasuk komunitas

sekolah.

10. Membangun sistem informasi pengurangan risiko bencana yang dapat

diakses dengan mudah oleh sekolah.

11. Meningkatkan peran koordinasi dan supervisi di tingkat daerah dalam

pelaksanaan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana.

D. Langkah Strategis yang Dilakukan untuk Mengimplementasikan Tujuan

yang Tercapai.

Analisis mengenai tingkat keberhasilan gagasan dalam memperbaiki

kondisi kekinian mengenai kesetiakawanan dalam bencana dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu:

a. Pemberdayaan peran kelembagaan dan kemampuan komunitas masyarakat di

dalam tanggap kegiatan sosial.

b. Lembaga masyarakat menjadi pendukung utama di dalam penyebarluasan

kegiatan sosial.

c. Adanya pembagunan kemitraan dan jaringan di dalam melaksanakan kegiatan

sosial.

d. Peranan dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya arti kesetiakawanan

dalam melaksanakan kegiatan sosial.

Pendekatan kebudayaan menjadi faktor penting di dalam melaksanakan

kesetiakawanan dalam menghadapi bencana.Oleh karena itu terdapat beberapa

poin-poin penting yang dapat di implementasikan yaitu :

a. Perilaku manusia di dalam menghadapi perubahan iklim yang terjadi.

7

b. Kerjasama multi disiplin diperlukan dalam menangani permasalahan bencana.

c. Resistensi masyarakat di dalam pengelolaan lingkungan.

d. Adanya berbagai lembaga pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan

perusahaan turut berpartisipasi dalam penaganan bencana.

Pelayanan sosial perlu dikembangkan melalui keterpaduan upaya, antara

lain bimbingan, pembinaan dan pemberian bantuan, santunan, dan rehabilitasi

sosial, peningkatan taraf kesejahteraan sosial, serta pengembangan dan

penyuluhan sosial untuk meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan.

Kemampuan profesional lembaga sosial, asuransi sosial, organisasi

kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan lainnya serta panti sosial, baik

pemerintah maupun masyarakat perlu ditingkatkan, antara lain melalui

pembinaan dan pengawasan agar lebih mampu memberikan pelayanan sosial

yang layak dan turut mengatasi dampak kesenjangan sosial masyarakat.

Kesadaran, kesetiakawanan, dan tanggung jawab sosial masyarakat

serta iklim yang mendukung perlu dikembangkan untuk meningkatkan peran

serta masyarakat dalam pelayanan bagi kesejahteraan sosial dan untuk menjadi

pekerja sosial dalamsuasana kekeluargaan dan kegotongroyongan yang didorong

oleh rasa kemanusiaan yang tinggi.

Semangat nasionalisme dan patriotisme sangat diperlukan dalam

pembangunan bangsa dan dalam membangun kesetiakawanan social, agar setiap

elemen bangsa bekerja dan berjuang keras mencapai jati diri dan kepercayaan diri

sebagai sebuah bangsa yang bermartabat. Jati diri dan kepercayaan diri sebagai

sebuah bangsa ini merupakan modal yang kuat dalam menghadapi berbagai

tantangan dan hambatan di masa depan. Penguatan semangat nasionalisme dan

patriotisme dalam konteks globalisasi saat ini harus lebih dititikberatkan pada

elemen-elemen strategis dalam percaturan global. Oleh karena itu, strategi yang

dapat dilakukan antara lain:

1. Penguatan peran lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dalam ikut

membangun semangat nasionalisme dan patriotisme, terutama di kalangan

generasi muda. Sebagai contoh adalahGerakan Pramuka. Sebagai catatan,

keberhasilan Gerakan Pramuka dalam membangun semangat nasionalisme dan

patriotisme di kalangan generasi muda Indonesia tengah menjadi kajian

8

mendalam di Malaysia untuk diterapkan di sana. Generasi muda adalah

elemen strategis di masa depan. Mereka sepertinya menyadari bahwa dalam

era globalisasi, generasi muda dapat berperan sebagai subjek maupun objek.

2. Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat  yang

tinggal di wilayah-wilayah yang dalam perspektif kepentingan nasional dinilai

strategis, seperti: daerah perbatasan, kawasan industri strategis, daerah

pertanian (logistik), serta daerah penghasil bahan tambang dan hasil hutan.

Hal ini bisa dilakukan dengan memperkecil kesenjangan ekonomi, sosial, dan

budaya di wilayah tersebut melalui berbagai program pendidikan dan

pembinaan yang melibatkan peran masyarakat setempat.

3. Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat yang

hidup di daerah rawan pangan (miskin), rawan konflik, dan rawan bencana

alam. Strategi ini dapat dilakukan dengan menyelenggarakan berbagai

program yang diorientasikan pada peningkatan kesetiakawanan sosial dan

partisipasi masyarakat.

4. Peningkatan apresiasi terhadap anggota atau kelompok masyarakat yang

berusaha melestarikan dan mengembangkan kekayaan budaya bangsa.

Demikian pula dengan anggota atau kelompok masyarakat yang berhasil

mencapai prestasi yang membanggakan di dunia internasional. Apresiasi ini

dapat dilakukan dengan pemberian penghargaan oleh negara dan kemudian

prestasinya diangkat oleh media massa.

5. Masyarakat bahu-membahu menangani keadaan tanpa memandang suku,

agama, golongan, ataupun latar belakang ekonomi. Masjid, gereja, sekolah,

kampus, dan stadion mendadak menjadi tempat pengungsian bagi siapa pun

yang mengalamimusibah tanpa peduli status sosial.

9

BAB III

KESIMPULAN

Kesetiakawanan Sosial atau rasa solidaritas sosial adalah merupakan

potensi spritual, komitmen bersama sekaligus jati diri bangsa. Beberapa aksi yang

bisa dilakukan sebagai wujud kesetiakawanan antara lain:

1. Mengumpulkan Sumbangan Sosial

2. Membentuk Posko Peduli Sosial

3. Menggalang Dukungan Sosial

4. Memanfaatkan Situs Jejaring Sosial

Strategi yang dapat dilakukan agar tujuan dalam mewujudkan

Kesetiakawanan dapat tercapai antara lain:

1. Penguatan peran lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dalam ikut

membangun semangat nasionalisme dan patriotisme, terutama di kalangan

generasi muda.

2. Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat  yang

tinggal di wilayah-wilayah yang dalam perspektif kepentingan nasional dinilai

strategis.

3. Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat yang

hidup di daerah rawan pangan (miskin), rawan konflik, dan rawan bencana

alam.

4. Peningkatan apresiasi terhadap anggota atau kelompok masyarakat yang

berusaha melestarikan dan mengembangkan kekayaan budaya bangsa.

5. Masyarakat bahu-membahu menangani keadaan tanpa memandang suku,

agama, golongan, ataupun latar belakang ekonomi.

10

DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. 2010. Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana Di

Sekolah. Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.

Fathoni A. 2005. Antropologi Sosial Budaya. Jakarta : Rineka Cipta.

Raharjo, S.T. 2009. Keberfungsian Sosial,  Disaster Context. Seminar

Nasional Save Our Nation From Disaster, Jurusan Ilmu Kesejahteraan

Sosial FISIP Unpad, Bandung.

Supriyo, A. dan A. Jumberi, 2007. Kearifan lokal dalam budidaya padi

di lahan rawa pasang surut. Kearifan Budaya Lokal Lahan Rawa. Balai

Besar Sumber Daya Lahan Pertanian, Bogor.

11