Makalah Kurang Energi Protein

download Makalah Kurang Energi Protein

of 6

description

131154753 Makalah Kurang Energi Protein

Transcript of Makalah Kurang Energi Protein

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Kurang Energi Protein Kurang Energi Protein (KEP) diberi nama internasional Calori Protein Malnutrition (CPM) dan kemudian diganti dengan Protein Energy Malnutrition (PEM). KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Manifestasi KEP dari diri penderitanya ditentukan dengan mengukur status gizi anak atau orang yang menderita KEP.

II.2 Klasifikasi dan Gejala Klinis Kurang Energi Protein Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan umur dan menggunakan KMS dan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS.1. KEP ringan bila hasil penimbangan BB/U 70 - 80 % baku median WHO-NCHS.2. KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan BB/U 60 - 70 % baku median WHO-NCHS.3. KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U + 2 SD

Gizi baik- 2 SD Sampai + 2 SD

Gizi kurang< -2 SD Sampai-3 SD

Gizi buruk< -3 SD

Tinggi badan menurut umur(TB/U)Normal-2 SD

Pendek (Stunted)< -2 SD

Berat badan menurut tinggibadan (BB/TB)Gemuk> + 2 SD

Normal+ 2 SD Sampai - 2 SD

Kurus (Wasted)< -2 SD Sampai-3 SD

Kurus sekali -3 SD

II.4 Epidemiologi Gizi Buruk di Indonesia Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 sekitar 5 juta anak balita menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000 menderita gizi buruk tingkat berat. Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita pada tahun 2007 yang diukur berdasarkan BB/U adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0%. Prevalensi nasional untuk gizi buruk dan kurang adalah 18,4%. Bila dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk Indonesia sebesar 18,5%, maka secara nasional target-target tersebut sudah terlampaui. Namun pencapaian tersebut belum merata di 33 provinsi. Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (26,5%), Sumatera Utara (22,7%), Sumatera Barat (20,2%), Riau (21,4%), Jambi (18,9%), Nusa Tenggara Barat (24,8%), Nusa Tenggara Timur (33,6), Kalimantan Barat (22,5%), Kalimantan Tengah (24,2%), Kalimantan Selatan (26,6%), Kalimantan Timur (19,2%), Sulawesi Tengah (27,6%), Sulawesi Tenggara (22,7%), Gorontalo (25,4%), Sulawesi Barat (16,4%), Maluku (27,8%), Maluku Utara (22,8%), Papua Barat (23,2%)dan Papua (21,2). Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita tertinggi berturut-turut adalah Aceh Tenggara (48,7%), Rote Ndao (40,8%), Kepulauan Aru (40,2%), Timor Tengah Selatan (40,2%), Simeulue (39,7%), Aceh Barat Daya (39,1%), Mamuju Utara (39,1%), Tapanuli Utara (38,3%), Kupang (38,0%), dan Buru (37,6%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita terendah adalah Kota Tomohon (4,8%), Minahasa (6,0%), Kota Madiun (6,8%), Gianyar (6,8%), Tabanan (7,1%), Bantul (7,4%), Badung (7,5%), Kota Magelang (8,2%), Kota Jakarta Selatan (8,3%), dan Bondowoso (8,7%).II.5 Patogenesis Kurang Energi Protein Masalah gizi merupakan masalah yang multidimensi, dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah pangan. Masalah gizi pada anak balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah, atau masyarakat bahkan keluarga, karena anak tidak tampak sakit. Terjadinya kurang gizi (KEP) tidak selalu didahului oleh terjadinya bencana kurang pangan dan kelaparan seperti KEP dewasa. Hal ini berarti dalam kondisi pangan melimpah, masih mungkin terjadi kasus kurang gizi pada anak balita. KEP pada anak balita sering disebut sebagai kelaparan tersembunyi atau hidden hunger. Dengan demikian penyebab KEP anak balita lebih kompleks dan melalui berbagai tahapan, yaitu penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah, dan pokok masalah.II.6 Prinsip Dasar Pengobatan Rutin Marasmus Kwashiokor1. Penanganan hipoglikemi 2. Penanganan hipotermi3. Penanganan dehidrasi 4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit 5. Pengobatan infeksi 6. Pemberian makanan 7. Fasilitasi tumbuh kejar 8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro 9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana yang sesuai untuk setiap fase. 1. Fase stabilisasi diberikan Formula WHO 75 atau modifikasi Larutan Formula WHO 75 ini mempunyai osmolaritas tinggi sehingga kemungkinan tidak dapat diterima oleh semua anak, terutama yang mengalami diare. Dengan demikian pada kasus diare lebih baik digunakan modifikasi Formula WHO 75 yang menggunakan tepung.2. Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai Formula WHO 100 atau modifikasi.3. Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai dari pemberian Formula WHO 135 sampai makanan biasa.

II.7 Tata Laksana Diet pada KEP Berat/ Gizi Buruk1. Tingkat Rumah Tanggaa. Ibu memberikan aneka ragam makanan dalam porsi kecil dan sering kepada anak sesuai dengan kebutuhanb. Teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun2. Tingkat Posyandu /PPGa. Anjurkan ibu memberikan makanan kepada anak di rumah sesuai usia anak, jenis makanan yang diberikan mengikuti anjuran makanan.b. Selain butir a, maka dalam rangka pemulihan kesehatan anak, perlu mendapat makanan tambahan pemulihan (PMT-P) dengan komposisi gizi mencukupi minimal 1/3 dari kebutuhan 1 hari, yaitu :Energi 350 400 kaloriProtein 10 - 15 gc. Bentuk makanan PMT-PMakanan yang diberikan berupa : Kudapan (makanan kecil) yang dibuat dari bahan makanan setempat/lokal. bahan makanan mentah berupa tepung beras,atau tepung lainnya, tepung susu, gula minyak, kacang-kacangan, sayuran, telur dan lauk pauk lainnya Contoh paket bahan makanan tambahan pemulihan (PMT-P) yang dibawa pulangd. Lama PMT-P Pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan setiap hari kepada anak selama 3 bulan (90 hari).e. Cara penyelenggaraan Makanan kudapan diberikan setiap hari di Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau Seminggu sekali kader melakukan demonstrasi pembuatan makanan pendamping ASI/makanan anak, dan membagikan makanan tersebut kepada anak balita KEP, selanjutnya kader membagikan paket bahan makanan mentah untuk kebutuhan 6 hari.6