makalah konsep keluarga

download makalah konsep keluarga

of 37

description

CNP

Transcript of makalah konsep keluarga

BAB IPENDAHULUAN

Kasus 1 (Promosi Kesehatan)Masalah kesehatan di Provinsi A sangat kompleks. Seorang perawat Z komunitas yang baru saja dipindahkan ke dalam tim program promosi kesehatan di dinas kesehatan provinsi tersebut, mempelajari status kesehatan terkini di daerah tersebut. Berdasarkan data-data terkait, penyakit infeksi dan penyakit kronis masih menjadi beban kesehatan di provinsi ini. ISPA, TBC, HIV/AIDS, dan diare merupakan penyakit terbanyak terkait dengan penyakit infeksi. Sedangkan masalah utama untyk penyakit kronis adalah hipertensi, DM, jantung, dan rheumatic. Darihasil analisis masing-masing penentu kesehatan, faktor perilaku belum signifikan dikaji oleh dinas kesehatan. Dari hasil ini, perawat Z melakukan pendataan yang nantinya berguna untuk merancang kegiatan untuk promosi kesehatan dengan baik melalui model, strategi, dan evaluasi promosi kesehatan yang tepat.Step 11. Model ( Taufik )Jawaban : Teori pedoman untuk meningkatkan promosi kesehatan ( Fara )Step 2 1. Berdasarkan teori Bloom, masalah apa yang mempengaruhi derajat kesehatan ? (Nina)2. Bentuk rancangan kegiatan promkes? (Reza eka )3. Apa perbedaan promkes dan pendkes? ( Dian )4. Model untuk promkes apa saja? (Bekti)5. Strategi apa yang digunakan untuk promkes ? ( Evie )6. Kriteria dan hasil yang tepat untuk promkes? ( Taufik )7. Pendataan apa saja yang diperlukan untuk promkes? ( Ayu )8. Factor prilaku yang harus dikaji ? ( Rinanda )9. Apa saja penentu factor kesehatan ? ( Rizki Selly )10. Sasaran promkes dari segi provinsi ? ( Fara )11. Apa tujuan dari promkes ? ( Desi )12. Ada tidak teori lain untuk menentukan derajat kesehatan ? ( Sri )13. Seberapa efektifkah promkes? ( Maya )14. Sejauh mana peran perawat sebagai promkes ? ( Rizki Selly )Step 31. Dalam kasus terbukti ada masalah dalam hal prilaku, gentik, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Itu terbukti dengan ada nya penyakit HIV, diare, hipertensi, ISPA, tb. 2. Rancangan promkes bisa dilakukan dengan cara penyuluhan kepada masyarakat. 3. Promkes adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kesehatan dituju4. 5. Strategi promkes : advokasi, bina suasana, gerakan masyarakat ( Bekti ) Strategi Pendkes :Melalui kebijakan, individu, pelayanan kesehatan, individu, dan komunitas tertentu ( Bekti )6. Kriteria dilihat dari pengetahuannya meningkat apa belum, masyarakat mau menerima apa yang telah dipromosikan apa tidak, dan dilihat apakah masyarakat mau merubah prilaku nya sesuai intruksi dari promkes itu sendiri. ( Dian ) 7. Melakukan pendataan terhadap latar belakang pendidikan pasiennya, prilaku hidup bersihnya, kondisi rumah dan lingkungan sekitarnya serta menetukan pokok permasalahan dan kebutuhan prioritas dari sasaran promosi kesehatan. ( Evie )8. Prilaku yang harus dikaji meliputi kebiasaan, gaya hidup, pekerjaan, dan lingkungan. (Sri)9. Determinant of health : lingkungan, prilaku, genetic, dan pelayanan kesehatan 10. Sasara : primer ( promkes ke penderita ), sekunder ( orang yang mempengaruhi ), tersier ( orang yang men dukung seperti pembuat keputusan) ( Dian ) 11. Tujuan dari promkes adalah untuk mengontrol kesehatan masyarakat, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ( Taufik )Tujuan lain dari promkes yaitu untuk memperdayakan masyarakat agar tau, mau, dan mampu meningkatkan kesehatan nya.12. 13. Efektif, karena latar belakang pendidikan masyarakat itu berbeda beda. ( Nina )14. Peran perawat pada promkes adalah sebagai perawat komunitas bias menyelenggarakan nursing centre ( di puskesmas ). Sedangkan d rumah sakit promkes bias dilakukan dalam bentuk pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien.Step 4PengkajianPerilaku, lingkungan, genetic, pelayanan kesehatan Masalah : Perilaku Masalah Kesehatan Konsep perilaku Konsep Sehat Konsep Perilaku sehat Promosi KesehatanTeori Perilaku sehat StrategiSasaranPrinsip Ruang lingkupMetodee EvaluasiModel

37

Step 5 : learning objective Step 6 : Self StudyStep 7 ( Reporting )Perilaku menurut Skiner (1938) merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). SOR. ( Desi )Skiner membedakan adanya dua respons.1. Respondent respons atau reflexive : Yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulasi) tertentu. Misalnya cahaya terang menyebabkan mata tertutup, mendengar berita musibah menjadi sedih.2. Operant respons atau instrumental respons : Yaitu respons yag timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya. ( Evie )Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, perilaku dapat dibedakan menjadi dua.1. Perilaku tertutup (covert behaviour)Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Misalnya sesorang sudah tahu bahaya dari merokok, tapi tetap saja dia merokok. Tidak merubah perilakunya. 2. Perilaku terbuka (overt behaviour)Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. ( Taufik )Menurut Lawrance Green perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, antara lain :1. Faktor Predisposisis ( Predisposising Factors ) , yang terwujud dalam pengetahuan , sikap , kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai , dsb. 2. Faktor Pendukung ( Enabling Factors ), terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas fasilitas atau sarana- sarana kesehatan( misalnya : puskesnmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dsb )3. Faktor Pendorong ( Reinforcing factors ) yang terwujud dalam sikap dan prilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. ( Reza Eka )Sehat Menurut Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. ( Dian )Menurut WHO, kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. ( Ayu )Perilaku kdesehatan adalah respon seseorang karena adanya sebuah stimulus yang menyangkut sehat-sakit, penyakit, dan hal-hal yang dapat berpengaruh terhadap sehat-sakit . ( Fara )Pemeliharaan kesehatan ini dibagi menjadi 2 :a. Perilaku sehatPerilaku sehat ini merupakan perilaku dimana seseorang tersebut mengupayakan agar dirinya terlindungi dari penyakit, mencegah dan menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan masalah kesehatan.b. Perilaku sakitPerilaku sakit adalah perilaku seseorang ketika sudah mendapatkan penyakit atau masalah kesehatan dimana ia mengupayakan untuk mencari solusi atas masalah kesehatannya sehingga dapat mendapat kesembuhan. ( Bekti )Model perilaku kesehatan Health believe model dalam model ini terdapat tiga faktor penting yaitu :1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku2. Adanya dorongan dalam lingkungan3. Perilaku itu sendiri (evie)

Ada 5 kunci dalam teori ini :1. Perceived susceptibility2. Perceived Seriousess3. Perceived threat of deases4. Perceived benefit5. Cues to action ( Maya )Promosi Kesehatan adalah upya memberdayakan perorangan, kelompok, dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat. Yang ingin dicapai melalui pendekatan ini adalah meningkatkan kesadaran, kemamuan, dan keterampilan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. ( Rinanda, taufik, Ayu, bekti )Strategi promkes menurut WHO1. Advokasi : sasaranya terhadap pembuat kebijakan agar mengeluarkan aturan atau undang undang yang berwawasan lingkungan2. Social Suport : sasarannya dalah para tokoh masyarakat agar masyarakat mau meniru perilaku dari tokoh masyarakat tersebut.3. Empowerment : ditujukan kepada masyarakat langsung, bisa melalui penyuluhan ( Sri )Strategi menurut otawa charter :1. Kebijakan yang berwawasan kesehatan2. Lingkungan yang mendukung3. Gerakan masyarakat 4. Keterampilan individu5. Reorientasi pelayanan kesehatan ( evie )Sasaran promkes: Sasaran primer = ddiberikan kepada masyarakat langsung yang dikelompokan berdasarkan masalah kesehatanya. Sasaran sekunder = kepada tokoh masyarakat Sasaran tersier = ditujukan kepada para pembuat keputusan atau kebijakan ( Nina )Metode promkes : 1. Metode pendidikan individual bisa melalui penyuluhan2. Metode kelompok. Kelompok dibagi 2 ada kelompok kecil dan kelompok beasar. Kelompok kecil bisa dilakukan role play, diskusi kelompok. Dan kelompok besar bisa dilakukan seminar atau ceramah3. Metode masa . bisa menggunakan alat bantu, seperti promkes pada tv,radio, dan seminar. ( Dian )Ruang lingkup promkes berdasarkan aspek kesehatan a. Ruang lingkup promkes pada aspek promotif : ditujukan untuk orang sehat aagar mempertahankan kesehatanya. b. Ruamg lingkup pencegahan dan penyembuhanb.1 pencegahan tingkt pertama : untuk orang yang beresiko tinggi terhada penyakitb.2 pencegahan tahap kedua : untuk penderita penyakitb.43 pencegaha tahap kedua : untuk orang yang baru sembuh ( fara )Evaluasi promkes : dilihat dari kognitifnya apakah pengetahuannya meningkta, kemauanya meningkat, dan kemampuanya meningkta. ( maya )

BAB IIISI

1. Konsep Perilaku Soekidjo Notoatmodjo menyebutkan dari segi biologis, perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respons. Skiner membedakan adanya dua respons.1. Respondent respons atau reflexiveYaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulasi) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation, karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya cahaya terang menyebabkan mata tertutup, mendengar berita musibah menjadi sedih.2. Operant respons atau instrumental responsYaitu respons yag timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinfocer, karena memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.Dilihat dari bentuj respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.1. Perilaku tertutup (covert behaviour)Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Misalnya seorang ibu hamil tahu pentignya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubugan seks, dan sebagainya.2. Perilaku terbuka (overt behaviour)Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.Sebagian besar perilaku manusia adalah operant response. Oleh karena itu, untuk membentuk jenis respons atau perilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi tang disebut operant conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skiner adalah sebagai berikut.a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendak. Kemudin komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.c. Menggunakan secara urut komponen-komponen sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hasdiah untuk masing-masing komponen tersebut.Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah disusun. Apabila komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya diberikan.Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkap determinant dari perilaku melalui analisis faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku yang berhubungan dengan kesehtan, salah satunya adalah teori dari Lawrancee Green ( 1980 ). Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhui oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku ( Behaviour Causes ) dan faktor diluar perilaku ( Non Behaviour Causes ). Selanjutnya, perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, antara lain:4. Faktor Predisposisis ( Predisposising Factors ) , yang terwujud dalam pengetahuan , sikap , kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai , dsb. 5. Faktor Pendukung ( Enabling Factors ), terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas fasilitas atau sarana- sarana kesehatan( misalnya : puskesnmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dsb )6. Faktor Pendorong ( Reinforcing factors ) yang terwujud dalam sikap dan prilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Dari teori Green tersebut. Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan tradisi dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersedian fasilitas, sikap, perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas.Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologis pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain. Pembagian ini dilakukan untuk tujuan pendidikan. Bahwa dalam suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yakni1. Pengetahuan ( Knowledge ) Menurut Soekanto (2003) pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya, yang berbeda denagn kepercayaan ( beliefes ), takhayul ( superstition ), dan penerangan- penerangan yang keliru ( misinformation). Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap objek tertentu . ( wahit et.al ., 2006 ). Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :a. Tahu ( know ) , diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat kembali (recell0 terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang tealah diterima. b. Memahami ( Comprehension ), diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara luas. c. Aplikasi ( Application ), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. d. Analisis ( Analysis ), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponan-komponan, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain. e. Sintesis ( Synthesize ) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakan atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.f. Evaluasi ( Evaluation ), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain sebagai berikut: a. Pendidikan Jika sesorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. b. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan sesorang dapat memperoleh pengalaman baik secara langsung maupunsecara tidak langsung. c. Usia Dengan bertambahnya seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis ( mental ).d. Minat Minat adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. e. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami.f. Kebudayaan Lingkungan Sekitarg. Informasi 2. Sikap Sikap adalah suatu reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Siakap dalam kehidupan sehari-sehari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosinal terhadap stimulus social. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktvitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Alport (1954), menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponan utama yaitu :a. Kepercayaa/keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek.b. Kehidupan/evaluasi emosional terhadap suatu objekc. Kevenderungan untuk beribadah ( trend to beheve )Ketiga komponan tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh ( total attitude )3. Tindakan ( Practice )Sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Agar sikap terwujud menjadi suatu perbuatan nyata, diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara laina dalah fasilitas.

2. Konsep Sehat Berikut beberapa pengertian kesehatan, yaitu: Menurut Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Menurut WHO, kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat.(Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, 2005:3)Dari pengertian di atas, pada batasan yang terdahulu kesehatan itu hanya mencakup 3 aspek, yaitu fisik, mental, dan sosial (WHO) tetapi menurut UU No.23/1992, kesehatan itu mencakup 4 aspek yakni fisik/badan, mental/jiwa, sosial, dan ekonomi . Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok dan masyarakat. Itu sebabnya, maka kesehatan itu bersifat holistik atau menyeluruh. Soekidjo Notoatmodjo dalam bukunya Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi (2005:4) menyebutkan wujud atau indikator dari masing-masing 4 aspek tersebut dalam kesehatan individu antara lain sebagai berikut.1. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak sakit.2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yaitu: pikiran (mampu berpikir logis atau berfikir secara runtut), emosional (seseorang mampu mengekspresikan emosinya), dan spiritual (dilihat dari praktik keagamaan atau kepercayaan, serta perbuatan baik sesuai dengan norma-norma masyarakat).3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain secara baik, atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, saling menghargai dan toleransi.4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari produktivitas seseorang (dewasa) dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong hidupnya atau keluarganya secara finansial. Bagi anak, remaja, usia lanjut dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Bagi mereka, produktif disini diartikan mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya sekolah atau kuliah bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan pelayanan atau keagamaan bagi usia lanjut. Pola Dasar Indikator KesehatanSoekidjo Notoatmodjo (2005:5) menyebutkan kembali konsep Fashel dan Bush (1970) tetang tingkatan kesehatan dan indikatornya. Fashel dan Bush (1970) yang mendasarkan uraiannya pada definisi Parson menjabarkan kesehatan ke dalam 11 tingkatan atau keadaan. Dari ke-11 tingkatan tersebut, Fashel dan Bush sekaligus mencoba membuat indikator-indikator sebagaimana diuraikan di bawah:1. Sehat sempurna (Well being)Pada keadaan ini individu bebas gejala, keadaan kesehatannya sesuai dengan definisi sehat WHO.2. Kurang memuaskan (Dissatisfaction)Keadaan kesehatan individu dalam batas-batas tertentu dapat diterima, namun ada penyimpangan ringan dari keadaan well being.3. Tidak Nyaman (Discomfort)Aktivitas sehari-hari dapat dilaksanakan tanpa pengurangan, walaupun beberapa gejala mulai tampak.4. Ketidakmampuan minor (Minor disability)Aktivitas sehari-hari dapat dilaksanakan, namun berkurang secara bermakna karena adanya gangguan kesehatan.5. Ketidakmampuan mayor (Mayor disability)Aktivitas sehari-hari masih dapat dilaksanakan, namun berkurang secara bermakna.6. Cacat (Disabled)Individu tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-harinya tetapi masih bida bergerak bebas dalam masyarakat.7. Terbatas (Confined)Individu berada di tempat tidur tetapi tidak masuk rumah sakit (dirawat).8. Tinggal di tempat tidur (Confined+bedridden)Kemampuan kegiatan individu hanya terbatas di tempat tidurnya.9. Terisolasi (Isolated)Individu terpisah dari sanak keluarga dan kawan-kawan (dirawat).10. ComaIndividu hampir mati, namun ada kemungkinan bisa sembuh dan jadi lebih sehat lagi.11. MatiIndividu tidak mampu sama sekali.Indeks status fungsional oleh Bush dan kawan-kawan terdiri dari 3 skala yang memperhitungkan pergerakan badan (body movement), mobilitas (mobility), dan aktivitas peran utama (major role activity). Major role activity merupakan ciri paling khas dari definisi sosio-kultural tentang kesehatan dan penyakit, karena berhubungan erat dengan sifat-sifat sosial, sedangkan pergerakan badan dan mobilitas tidak. Indeks fungsi status dianggap sebagai ukuran sosio kultural mengenai kesehatan/penyakit yang tidak bisa diterima. Upaya KesehatanMenurut Soekidjo Notoatmodjo, upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Upaya mewujudkan kesehatan dapat dilihat dari 2 aspek:1. Pemeliharaan Kesehatan, mencakup 2 aspek yaitu aspek kuratif (pengobatan penyakit) dan aspek rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau cacat).2. Peningkatan Kesehatan, mencakup 2 aspek yaitu aspek preventif (pencegahan penyakit) dan aspek promotif (peningkatan kesehatan itu sendiri).Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam suatu wadah pelayanan kesehatan yang pada umumnya dibedakan menjadi tiga.1. Sarana pemeliharaan kesehatan primer (primary care), misalnya puskesmas, poliklinik, dokter praktik swasta, dan sebagainya.2. Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat dua (secondary care), misalnya puskesmas dengan rawat inap (puskesmas pusat), rumah sakit kabupaten, rumah sakit tipe D dan C, dan rumah bersalin.3. Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat tiga (tertiary care), misalnya rumah sakit provinsi, rumah sakit tipe B dan A.Sarana pelayanan kesehatan primer disamping melakukan pelayanan kuratif, juga melakukan pelayanan rehabilitatif, preventif, dan promotif.

3. Konsep Perilaku Kesehatan Perilaku kdesehatan adalah respon seseorang karena adanya sebuah stimulus yang menyangkut sehat-sakit, penyakit, dan hal-hal yang dapat berpengaruh terhadap sehat-sakit seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Perilaku kesehatan ini merupakan suatu kegiatan seseorang yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan. Sedangkan pemeliharaan kesehatan itu sendiri terdiri dari mencegah atau melindungi diri agar tidak mendapatkan masalah kesehatan, meningkatkan kesehatan, dan mencari pengobatan apabila mendapat masalah kesehatan. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan ini dibagi menjadi 2 :a. Perilaku sehatPerilaku sehat ini merupakan perilaku dimana seseorang tersebut mengupayakan agar dirinya terlindungi dari penyakit, mencegah dan menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan masalah kesehatan, serta dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kesehatannya. Contohnya : tidak minum yang mengandung alkohol, tidak merokok, pola makan teratur dan seimbang, berolahraga teratus, selalu menjaga kebersihan badan, mengurangi makanan manis, dan sebagainya.b. Perilaku sakitPerilaku sakit adalah perilaku seseorang ketika sudah mendapatkan penyakit atau masalah kesehatan dimana ia mengupayakan untuk mencari solusi atas masalah kesehatannya sehingga dapat mendapat kesembuhan. Tempat pencarian kesembuhan ini merupakan tempat pelayanan kesehatan, dapat berupa pelayanan kesehatan tradisional (sinshe, sukun, paranormal), maupun pelayanan kesehatan modern (puskesmas, rumah sakit, dan sebagainya.Adapun pendapat lain, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelomok, antara lain sebagai berikut .1. Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health promotion ), seperti perilaku pencegahan penyakit, perlaku peningkatan, dan perilaku pemenuhan kebutuhan gizi. 2. Perilaku pemeliharaan dan penggunaan system atau fasilitasnpelayanan kesehatan( health seeking behavior ), seperti mengobati sendiri (self treatment) dan pengobatan didalam/;uar negri.3. Perilaku kesehatan lingkungan, misalnya sebagai berikut :a. Perilaku hidup sehat, seperti makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok dan tidak minum-minuman keras, istirahat cukup, mengendalikan stress, dan gaya hidup yang positif. b. Perilaku sakit 9illnes behavior ), seperti pengetahuan tentang penyebab, gejala, dan pengobatan.c. Perilaku peran sakit ( the sick role behavior ) dimana peran klien yaitu: Hak-hak orang sakit (right), seperti memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dan laon-lain. Kewajiban orang sakit(obligation), seperti memberitahukan penyakit kepada orang lain khususnya dokter, tidak menularkan penyakit kepada orang lain, dan lain-lain. Perilaku peran orang sakit ( the sick role ), seperti tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengenal fasilitas penyembuhan yang layak, mengetahui hak dan kewajiban orang sakit, dan lain-lain.Cara Mengubah Perilaku Manusia 1. Kesungguhan. Manusia merupakan individu yang mempunyai sikap, kepribadian, dan latar belakang social ekonomi yang berbeda, maka perlu kesungguhan dari berbagai komponen masyarakat untuk ikut andil dalam mengubah perilaku. 2. Diawali dari lingkungan keluarga. Peran orang tua sangat membantu untuk menjelaskan serta memberikan contoh mengenai apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang tidak. 3. Pemberian penyuluhan . disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan budaya. Penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu : a. Kesadaran (Awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.b. Merasa tertarik ( Interest ) terhadap stimulasi atau objek tersebut.c. Evaluasi ( Evaluation ), menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berate sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Mencoba ( Trial ), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.e. Adopsi ( Adaption), dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

4. Model Perilaku Kesehatan 1. Health Belief ModelHBM adalah perubahan prilaku kesehatan dan model psikologis. Teori Health Belief Model didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang akan mengambil tindakan yang akan berhubungan dengan kesehatan. Teori ini dituangkan dalam lima segi pemikiran dalam diri individu,yang mempengaruhi upaya yang ada dalam diri individu untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya, yaitu perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan/ diketahui), perceived severity (bahaya/ kesakitan yang dirasakan), perceived benefit of action (manfaat yang dirasakan dari tindakan yang diambil), perceived barrier to action (hambatan yang dirasakan akan tindakan yang diambil), cues to action (isyarat untuk melakukan tindakan). Hal tersebut dilakukan dengan tujuan self efficacy atau upaya diri sendiri untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya.Tiga faktor penting dalam Health Belief Model, yaitu :1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.3. Perilaku itu sendiri.Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku dapat memberikan keuntungan, penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba perilaku yang serupa.

2. Model Transtheoretical Suatu model yang teoritis tentang perilaku ubah, yang telah (menjadi) basis untuk mengembangkan intervensi yang efektif untuk mempromosikan perubahan perilaku kesehatan. Transtheoretical Model ( Prochaska & Diclemente, 1983; Prochaska, DiClemente, & Norcross, 1992; Prochaska & Velicer, 1997) adalah suatu model yang integratif tentang perubahan perilaku. Kunci membangun dari teori lainnya terintegrasi. Model menguraikan bagaimana orang-orang memodifikasi suatu perilaku masalah atau memperoleh suatu perilaku yang positif. Pengaturan yang pusat membangun dari model adalah Langkah-langkah perubahan. Model juga meliputi satu rangkaian variabel yang mandiri, proses merubah perilaku, dan satu rangkaian hasil mengukur, termasuk Decisional Balance dan timbangan Temptation. Processes from Change adalah sepuluh aktivitas perilaku dan teori yang memudahkan perubahan. Model ini akan diuraikan di detil yang lebih besar di bawah. Proses Transtheoretical ModelKemunduran terjadi ketika individu berbalik ke suatu lebih awal langkah perubahan. Berbuat tidak baik lagi adalah satu format dari kemunduran, menyertakan kemunduran dari Maintenance atau Action [bagi/kepada] suatu langkah yang lebih awal. Bagaimanapun, orang-orang dapat mundur dari langkah apapun pada suatu langkah yang lebih awal. Berita yang tidak baik adalah itu berbuat tidak baik lagi menuju ke sebagai aturan ketika tindakan dikira kebanyakan permasalahan perilaku kesehatan. Berita gembira adalah itu untuk merokok dan latihan hanya sekitar 15% dari orang-orang mundu di semua jalan langkah Precontemplation. Mayoritas yang luas mundur ke Preparation atau Contemplating.1. PrecontemplationLangkah dimana orang-orang tidak mempunyai niat untuk bertindak dimasa depan yang dapat diduga pada umunya 6 bulan ke depan. Orang-orang yang mungkin termasuk di langkah ini adalah mereka yang tidak diberitahu tentang konsekuensi dari perilaku mereka. Mereka bersifat menentang atau tanpa motivasi atau mempersiapkan promosi kesehatan. Untuk individu seperti ini program promosi kesehatan tradisional sering tidak dirancang sesuai dengan keputusan mereka. Pada tahap precontamplation menuju ke contamplation melalui proses :Peningkatan kesadaran : memberikan informasi.Dramatic relief : adanya reaksi seara emosionalEnvironmental reevaluation : mempertimbangkan pandangan ke lingkungan.2. Contemplation / Perenuangan.Orang-orang berniat untuk merubah ke 6 bulan berikutnya. Mereka sadar akan pro mengubah perilaku tetapi juga sangat sadar akan memberdayakan. Tahapan ini menyeimbangkan anatara biaya dan keuntungan untuk menghasilkjan 2 sifat bertentangan yang dapat menyimpan dalam periode lama. Belum membuat keputusan yang tepat suatu reaksi. Pada tahap contemplation ke preparation melalui proses :Self-reevaluation : penilaian kembali pada diri sendiri3. Preparation / Persiapan.Langkah dimana orang-orang berniat untuk mulai bertindak di masa mendatang. Secara khas mereka mengambil keputusan penting dari masa yang lalu. Individu ini mempunyai suatu rencana kegiatan seperti sambungan suatu kelas pendidikan kesehatan, bertemu dengan dokter mereka, membeli suatu buku bantuan diri atau bersandar pada suatu perubahan.Pada tahap preparation ke action melalui proses : self liberation4. Action/ TindakanLangkah dimana orang sudah memodifikasi spesifik antara pikiran dengan perilaku. Banyaknya anggapan tindakan sama dengan perilaku. Namun dalam model ini perilaku tidak menghitung semua tindakan. Langkah action adalah juga langkah dimana kewaspadaan melawan terhadap berbuat tidak baik lagi adalah kritis. Mulai aktif berperilaku yang baru.Pada tahap action ke maintenance melalui proses :a. Contingency management : adanya penghargaan, bisa berupa punishment juga.b. Helping relationship : adanya dorongan / dukungan dari orang lain untuk mengubah perilaku.c. Counter conditioning : alternatif lain dari suatu perilaku.d. Stimulus control : aadanya control pengacu untuk merubah perilaku.5. Maintenance / PemeliharaanDimana orang-orang sedang aktif untuk mencegah berbuat tidak baik lagi tetapi mereka tidak menggunakan proses perubahan sering seperti halnya orang-orang dalam perang. Suatu langkah yang mana diperkirakan untuk terakhir. Ketika hasil dari maintenance positif / dapat mengubah perilaku yang lebih baik maka akan terjadi termination / perhentian.

5. Konsep Promosi Kesehatana. DefinisiPromosi Kesehatan adalah upya memberdayakan perorangan, kelompok, dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat. Yang ingin dicapai melalui pendekatan ini adalah meningkatkan kesadaran, kemamuan, dan keterampilan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (Depkes RI, 2006)b. Visi dan Misi Promosi kesehatan harus mempunyai visi yang jelas. Yang dimaksud visi dalam konteks ini adalah apa yang diinginkan oleh promosi kesehatan sebagai penujang program-program kesahatan yang lain. Visi umum promosi kesehatan tidak terlepas dari Undang-Undang Kesehatan No. 23/1992, maupun WHO, yakni meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.Untuk mencapai visi tersebut, perlu upaya-upaya yang harus dilakukan, dan inilah yang disebut misi. Misi promosi kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi 3. 1. Advokat (Advocate)Melakukan kegiatan advokasi terhadap para pengambil keputusan diberbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.2. Menjembatani (Mediate)Menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Dalam melaksanakan program-program kesehatan perlu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun sektor lain yang terkait. Oleh sebab itu, dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini, peran promosi kesehatan diperlukan.3. Memampukan (Enable)Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.c. Tujuan Promosi KesehatanGreen,1991 dalam Maulana,2009,tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:a. Tujuan Program : Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan program ini juga disebut tujuan jangka panjang.b. Tujuan Pendidikan : Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini merupakan tujuan jangka menengah.c. Tujuan Perilaku : Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan.

d. Strategi Strategi merupakan teknik atau cara bagaimana mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara berhasil dan berdaya guna. Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri dari 3 hal, yaitu advokasi, dukungan sosial, dan pemberdayaan masyarakat. Untuk masalah kesehatan di provinsi A dapat dilakukan ketiga strategi di atas.a. Advokasi (Advocacy)Dalam memberikan bantuan kepada masyarakat, maka kegiatan ditujukan kepada pembuat keputusan ( decision makers ) dan penentu kebijakan ( policy makers ), baik dalam bidang kesehatan maupun sector lain di luar kesehatan, yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. Dengan demikian, maka para pembuat keputusan akan mengadakan ataumengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan, undang-undang, dan intruksi yang diharapkan menguntungkan bagi kesehatan masyarakat umum. Sasaran advokasi adalah para pejabat eksekutif dan legislative, para pejabat pemerintah, pengusaha, partai politik, dan ormas tingkat pusat sampai daerah. Bentuk advokasi dapat berupa proses dengan melalui pendekatan atau pembicaraan pembicaraan formal atau informal, penyajian isu atau masalah kesehatan ,dan seminar seminar. Salah satu advokasi yang bisa dilakukan untuk masalah kesehatan (penyakit kronis) di masyarakat provinsi A adalah pengembangan kawasan tanpa rokok (KTR) dengan dukungan peraturan perundangan dan pembentukan aliansi walikota dan bupati. b. Dukungan sosial (Social Support)Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat, antara laindari unsur informal ( tokoh agama, tokoh adat yang mempunyai pengaruh di masyarakat) serta unsur formal ( petugas kesehatan dan pejabat pemerintah ). Dengan adanya dukungan dari dua unsur tersebut diharapkan promosi kesehatan dapat dijembatani, baik dari pihak pengelola program kesehatan maupun masyarakat. Harapannya, jika dua unsur tersebut sudah mempunyai prilaku sehat, maka akan mudah ditiru oleh anggota masyarakat. Dalam kasus ini kita bisa bekerja sama dengan tokoh masyarakat Provinsi A. Tokoh masyarakat di Provinsi A dibekali dengan pelatihan, seminar, lokakarya, dan bimbingan tentang penyakit kronis (hipertensi, DM, jantung, rematik). Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat menerima program dari sektor kesehatan.c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)Pemberdayaan masyarakat dibutuhkan supaya masyarakat memperoleh kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan dirinya secara sendiri. Upaya ini dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan dan pengorganisasian pembangunan masyarakat ( PPM) dalam bentuk pelatihan keterampilan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Seperti kegiatan dana sehat, pengobatan gratis, kerja bakti dan sebagainya.Sedangkan strategi promosi kesehatan berdasarkan piagam Ottawa ( Ottawa charter ) antara lain sebagai berikut. 1. Kemampuan ( Keterampilan ) Individu Diharapkan tiap-tiap individu yang berada di dalam masyarakat mempunyai pengetahuan dan kemampauan yang baik dalam memelihara kesehatanya, mengenal penyebab penyakit, mencegah penyakit, mampu meningkatkan kesehatanya, dan mampu mencari pengobatan yang layak apabila mereka atau anak-anak mereka sakit. Oleh karena itu, peningkatan keterampilan setiap anggota masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri ( personal skill) adalah hal yang penting. 2. Gerakan Masyarakat Untuk mewujudkan derajat kesehtan masyarakat secara efektif, maka unsur-unsur yang ada di masyarakat harus melakukan kegiatan kesehatan secara bersama-sama. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan secara bersama tersebut dalam upaya meningkatkan kesehatan mereka sendiri adalah wujud dari kegiatan masyarakat. 3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan Titik berat pelayan kesehatan saat ini masih bertumpu pada pemerintah dan swasta, tetapi kurang melibatkan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan. Melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan berarti memperdayakan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatanya sendiri, karena kesehatan masyarakat bukan hanya masalah pihak provider-dalam hal ini pemerintah dan pihak swasta, melainkan juga menjadi tanggung jawab masyarakat/konsumen. Oleh karena itu, penyelenggaraan pelayanan kesehatan juga merupakan tanggung jawab bersama antara pihak pemberi pelayanan ( provider ) dan pihak penerima pelayanan ( consument ). 4. Kebijakan Berwawasan Kesehatan Apa yang dimaksud dengan kebijakan ini adalah bahwa semua kebijakan pembangunan di bidang apa saja harus mempertimbangkan dampak kesehatan bagi masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan ini akan berhasil jika dirumuskan dalam bentuk aturan atau undang-undang. Jika hal ini dapat dilaksanakan oleh semua orang yang mempunyai kewenangan dalam menentukan kebijakan, maka diharapkeun pembangunan yang berwawasan kesehatan ( development health public ) dapat diwujudkan. 5. Lingkungan yang mendukung Hendaknya tiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat harusnya memperhatikan dampak yang akan terjadi pada lingkungan sekitar. Oleh karena itu, lingkungan yang mendukung akan dapat mempermudah upaya promosi kesehatn. Lingkungan yang dimaksud bukan hanya lingkungan yang dimaksud bukan hanya lingkungan fisik, tetapi juga lingkungan nonfisik yang kondusif terhadap kesehatan masyarakat. e. Sasaran Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan ini, maka sasaran dibagi dalam 3 ( tiga ) kelompok sasaran. 1. Sasaran Primer ( Primary Target ) Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokan menjadi : kepala keluarga untuk masalah kesehatn umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA ( kesehatan ibu dan anak ), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat ( empowerment). 2. Sasaran Sekunder ( Secondary Target ) Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sekitarnya dan akan memberikan contoh kepada masyarakat sekitarnya. 3. Sasaran Tersier ( Tertiary Target )Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier promosi kesehatan. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat( sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tertier ini sejalan dengan strategi advokasi. f. Ruang Lingkup Promosi KesehatanRuang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: a).dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan b).dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek KesehatanSecara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni :a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehatSasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok orang sehat. Selama ini kelompok orang sehat kurang mendapat perhatian dalam upaya kesehatan masyarakat. Orang sehat di suatu komunitas sekitar 80-85% dari populasi. Apabila jumlah ini dibina kesehatanya, maka kesehtanya akan semakin meningkat. Dalam hal ini pendidikan kesehatan perlu ditingkatkan. Oleh sebab itu, meskipun sudah dalam kondisi sehat perlu ditingkatkan dan dibina kesehatanya.

b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit. Pada aspek ini upaya promosi kesehatan mencakup 3 upaya atau kegiatan, yakni ; 1) Pencegahan tingkat pertama (Primary prevention)Sasaran promosi kesehatan ini adalah kelompok masyarakat berisiko tinggi (high risk). Misalnya, kelompok ibu hamil dan menyusui,kelompok perokok, dll. Tujuannya agar mereka tidak jatuh sakit atau terkena penyakit.2) Pencegahan tingkat kedua (Secondary prevention)Sasaran promosi ini adalah para penderita penyakit kronis, misalnya asma, diabetes melitus, dll. Tujuannya adalah agar penderita mampu mencegah penyakitnya menjadi lebih parah.3) Pencegahan tingkat tiga (Tertiary prevention)Sasaran promosi ini adalah kelompok pasien yang baru sembuh (recovery) dari suatu penyakit. Tujuannya adalah agar mereka segera pulih kesehatannya. Selain itu juga mengurangi kecacatan seminimal mungkin (rehabilitasi).

2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan PelaksanaanBerdasarkan tatanan atau (setting). Maka ruang lingkup promosi kesehatan ini dapat dikelompokkan menjadi :a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)Keluarga adalah unit masyarakat terkecil. Masyarakat sehat dimulai dalam keluarga. Di dalam keluarga maka akan terbentuk perilaku dalam masyarakat. Orang tua merupakan sasaran utama dalam proses ini. Karena orang tua peletak dasar perilaku kesehatan bagi anak-anak.b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolahSekolah,terutama guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh murid-muridnya. Lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap perilaku sehat anak-anak(murid). Kunci pendidikan di sekolah adalah guru.c. Promosi kesehatan di tempat kerjaTempat kerja adalah tempat orang dewasa memperoleh nafkah untuk keluarga. Lingkungan kerja yang sehat akan mendukung kesehatan pekerja dan menghasilkan produktifitas tinggi. Pemilik, pemimpin, termasuk, perkantoran merupakan sasaran promosi kesehatan. Sehingga mereka peduli terhadap kesehatan para pekerjanya dan mengembangkan unit kesehatan di tempat kerja.d. Promosi di tempat- tempat umumTempat umum ini mencakup pasar, terminal bus, dll. Tempat umum yang sehat tidak hanya terjaga kebersihannya tetapi harus dilengkapi fasilitas kesehatan dan sanitasi. Sasaran promosi utama adalah para pengelola tempat-tempat umum. Agar mereka melengkapi tempat-tempat umum dengan fasilitas yang dimaksud, disamping itu mereka melakukan himbauan kebersihan dan kesehatan bagi pemakai atau masyarakat.melalui poster, pengeras suara,dll.e. Fasilitas pelayanan kesehatanFasilitas ini mencakup rumah sakit (RS), puskesmas, dll. Kadang rumah sakit atau puskesmas tidak menjaga kebersihannya. Kadang fasilitas tersebut kotor, bau, dll. Oleh sebab itu pimpinan fasilitas kesehatan menjadi sasaran utama promosi kesehatan. Bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan atau promosi kesehatan. Beberapa rumah sakit telah mengembangkan unit pendidikan (penyuluhan) tersendiri yang disebut PKMRS (Penyuluhan /Promosi Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit).3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat PelayananBerdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan ( five levels of prevention) dari Leavel and Clark.a. Promosi kesehatan (Health promotion)Promosi kesehatan ini diperlukan misalnya dalam hal peningkatam gizi, kebiasaan hidup, dll.b. Perlindungan khusus (Spesifik protection)Imunisasai sebagai bentuk pelayanan khusus, promosi kesehatan ini sangat diperlukan di negara berkembang. Kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasai sebagai perlindungan terhadap penyakit bagi orang dewasa maupun anak-anak.c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and prompt treatment)Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit. Sering kali penyakit dalam masyarakat sulit terdeteksi. Kadang masyarakat tidak mau diperiksa atau diobati penyakitnya, sehingga masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Promosi kesehatan sangat diperlukan dalam tahap ini.d. Pembatasan cacat (Disability limitation)Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, sering kali masyarakat tidak melanjutkan pengobatan secara tuntas. Pengobatan yang tidak layak dan tidak sempurna mengakibatkan yang bersangkutan menjadi cacat. Promosi kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini.e. Rehabilitas (Rehabilitation)Setelah sembuh dari penyakit kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkannya diperlukan pelatihan tertentu. Kadang merasa malu untuk kembali dalam masyarakat. Sering kali masyarakat tidak mau menerima mereka lagi sebagai anggota normal. Maka promosi tidak hanya diberikan pada orang cacat, tetapi juga masyarakat.g. Metode Promosi KesehatanAgar promosi kesehatan bisa terlaksana sesuai dengan apa yang direncanakan, beberapa metode bisa dilakukan oleh petugas kesehatan untuk menunjang kegiatan tersebut. Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik promosi kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu : (Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta)1. Metode Promosi Kesehatan IndividualConceling adalah metode yang digunakan dalam promosi kesehatan individual. Dengan metode ini, komunikasi antara klien dengan petugas kesehatan lebih dekat, klien bisa lebih mengungkapkan permasalahannya tanpa merasa tidak nyaman dengan orang banyak. Karena dalam conceling hanya terjadi interaksi antara petugas kesehatan dan klien itu sendiri. Bentuk pendekatan ini, antara lain :a. Bimbingan dan penyuluhan ( Guidance and counceling )Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaianya. b. Wawancara ( Interview )Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan.2. Metode Promosi Kesehatan KelompokDalam metode ini, kategori untuk kelompok dibagi kedalam 2 bagian, yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.a. Kelompok kecil (sasaran terdiri antara 6-15 orang)Beberapa metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain : Diskusi kelompokSemua anggota bebas berpartisipasi dalam diskusi. Anggota perlu diberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas agar proses diskusi dapat berlangsung. Brain storming (metode curah pendapat)Anggota memberikan pendapatnya setelah pemimpin diskusi memberikan contoh kasus. Snow ball (bola salju)Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang= 2 orang), kemudian diberikan suatu kasus setelah beberapa menit mereka mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Role play (bermain peran)Peserta mempraktikan sebuah peran, kemudian peserta mendiskusikan peran yang dimainkannya (Efendi, Ferry & Makhfudli.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika) Simulation game (permainan simulasi)Menirukan suuatu situasi untuk tujuan pemecahan masalah, pengambilan keputusan serta klarifikasi nilai dalam suatu konteks individu, organisasi, atau sosial (Efendi, Ferry & Makhfudli.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika)b. Kelompok besar (sasaran terdiri diatas 15-50 orang)Metode-metode yang bisa dilakukan dalam kelompok besar : CeramahSasaran bisa menyeluruh tanpa memandang status pendidikan. Seminar Loka karya3. Metode Promosi Kesehatan MassalSasaran promosi kesehatan adalah publik/ masyarakat. Berikut beberapa contoh metode yang cocok untuk pendekatan masa : a. Ceramah b. Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.c. Simulasi , dialog antara pasien dengan dokter atau petugas lainya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan lainya. d. Tulisan- tulisan di mjalah atau Koran baik dalam bentuk artikel maupun Tanya jawabe. Billboard, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya uyang merupakan bentuk pendidikan kesehatn masa.Berbentuk papan besar berukuran 2x2 m yang biasanya dipasang di pinggir jalan besar. Tulisan maupun gambar yang digunakan biasanya cukup besar sehingga dapat dilihat oleh pengguna jalan tanpa mengganggu konsentrasi.

Manfaat Media Promosi Kesehatan : Menimbulkan minat sasaran Mencapai sasaran yang lebih banyak Membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan kepada orang lain Memudahkan menyampaikan informasi Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaranh. Evaluasi Promosi KesehatanHal- hal yang akan dikaji setelah melakukan promosi kesehatan ialah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit tersebut, sikap masyarakat mengahadapi masalah kesehatan dan kebiasaan sehat masyarakat. Untuk tindakan non perilaku, indikatornya tergantung dari kegiatan, budaya, dan lingkungan masyarakat. Hal ini bisa di ukur dengan indikator-indikator sbb: Penunjuk masalah kesehatan:Penyakit Infeksi jumlah masyarakat yang menderita penyakit infeksi semakin menurun, dan pada yang masa akan dating tidak ada lagi peningkatan. Status kematin menurun masyarakat memahami pentingnya makanan bergizi dan mampu mengkonsumsinya. Serta perilaku sehat seperti, mencuci tangan, menjaga kebersihan makanan, menjaga kebersihan lingkungan Penyakit Kronis jumlah masyarakat yang menderita penyakit kronis semakin menurun. Status kematian menurun masyarakat memahami pentingnya mengkonsumsi makanan bergizi, pola makan yang teratur dan dapat mengurangi makanan yang meningkatkan penyakit kronis. Masyarakat dapat menjadi perilaku sehat seperti, kebiasaan berolahraga secara teratur Masyarakat dapat menghidari faktor pencetus dari penyakit kronis seperti merokok, minuman keras dan stress. Sumber daya kesehatan:Penyakit Infeksi bertambahnya tenaga medis modern yang akurat, fasilitas kesehatan memadai dan terjangkau dan pendanaan kesehatan yang memudahkan masyarakat ekonomi rendah untuk memperoleh pealayanan kesehatan.Penyakit Kronis bertambahnya tenaga medis modern yang akurat, fasilitas kesehatan memadai dan terjangkau dan pendanaan kesehatan yang memudahkan masyarakat ekonomi rendah untuk memperoleh pealayanan kesehatan. Kesling: sumber air bersih dan layak konsumsi perumahan layak dan sehat dengan sanitasi dan kepadatan yang sehat lingkungan masyarakat yang bebas dari vector penyakit menular PHBS Kebijakan kesehatan: UUD/aturan kesehatan, politk kesehatan yang mengarah kepada peningkatan status kesehatan masyarakat.i. Peran Perawat Komunitas1. Clinician RolePeran perawat yang paling familiar sebagai care provider. Memberikan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Focus pada promosi kesehatan yaitu : at risk population/ vulnerable. Seorang perawat kmunitas harus memiliki Skill Expansion : communication, listening, skill of observation, counseling. (Allender, Rector and Warner, 2010)2. Educator RoleDisebut juga Health Teacher, memberikan informasi atau pengajaran tentang kesehatan. Educator role merupakan peran dominan perawat komunitas dalam memberikan pelayanan keperawatan. Pemberian informasi dapat dilakukan pada institusi formal atau pilihan dengan sesuai tingkat kemampuan masyarakat. ( Allender, Rector and Warner,2010)3. Advocate RolePerawat komunitas berperan memberikan advocacy kepada komunitas. Setiap individu, kelompok, masyarakat berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang sederajat. Perawat komunitas memberikan arahan dan penjelasan terhadap kompleksitas system pelayanan kesehatan yang tujuannya agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan. (Allender, Rector and Warner, 2010)4. Manager RolePerawat komunitas dapat mengkaji, merencanakan, mengorganisasi kebutuhan klien, mengatur, mengawasi, mengevaluasi dari pelayanan yang diberikan. Peran ini berkaitan dengan 4 hal yaitu : Nurse as planner, nurse as organizer, nurse as leader, nurse as controller and evaluator. Ada 2 konsep manager role, yaitu : Management Behaviors : Decision-making behaviors Transfer of information behaviors Interpersonal behaviors Management Skill : Human skill Conceptual skill Technical skill(Allender, Rector and Warner, 2010)5. Collaborator RolePerawat komunitas jarang bekerja sendiri. Berkolaborasi dengan tenaga professional yang lain seperti : dokter, bidan, ahli gizi, LSM, ahli lingkungan, kesmas. Perawat komunitas dalam berkolaborasi harus memiliki kemampuan komunikasi, kerjasama tim, sikap asertif terhadap anggota tim yang lain. (Allender, Rector and Warner, 2010)6. Leadership RoleKepemimpinan berfokus terhadap terjadinya perubahan. Disebut juga agent of change. Perawat komunitas memulai perubahan yang positif untuk kesehatan masyarakat. Mengajak orang lain untuk melakukan perubahan. (Allender, Rector and Warner, 2010)7. Researcher RolePerawat juga sebagai peneliti yang terlibat dalam investigasi sistematis, pengumpulan data, analisa data, pemecahan masalah, dan menerapkan solusi/intervensi. Harapannya hasil penelitian dapat diterapkan dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. (Allender, Rector and Warner, 2010)Fungsi Perawat KomunitasFungsi perawat komunitas dalam menjalankan perannya :a. Independen adalah mandiri, tidak tergantung pada orang lainb. Dependen adalah melaksanakan instruksi dari tenaga kesehatan lainc. Interdependen adalah kerja tim dengan tenaga kesehatan lain

BAB IIIPENUTUP

Promosi kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang bermanfaat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelaksanaan promosi kesehatan membutuhkan dukungan, perencanaan, pengawasan, dan pelaksanaan yang baik supaya tujuan dari promosi kesehatan dapat tercapai dengan optimal. Sebelum melakukan promosi kesehatan pada masyarakat, hendaknya dilakukan pengkajian yang tepat untuk menentukan metode apa yang akan digunakan dalam penyampaian promosi kesehatan. Hal ini dilakukan agar tujuan promosi kesehatan dapat tercapai. Termasuk di dalamnya pengkajian tentang perilaku seorang individu dalam melakukan suatu perubahan.Dalam melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dibutuhkan tenaga tenaga ahli di bidang kesehatan agar promosi kesehatan itu dapat terselenggara dengan optimal, salah satunya adalah perawat. Sebagai seorang perawat kita memiliki peran penting dalam promosi kesehatan baik pada tahap pengkajian maupun saat tahap implementasi. Sebagai mana kita tau bahwa salah satu tugas perawat adalah sebagai educator, maka peran perawat dalam promosi kesehatan dapat dilakukan dengan cara pemberian pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga dan memelihara kesehatan dapat meningkat.