Makalah KK

10
BAB I PENDAHULUAN Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang diakibatkan oleh atau dihubungkan dengan lingkungan kerja. Lingkungan kerja tidak hanya terbatas pada tempat kerja formal seperti pabrik atau tempat kerja lain yang terorganisir dengan baik, tetapi dapat juga tempat kerja informal seperti industri rumah tangga, industri tekstil yang dikelola secara sederhana, pengelolaan timbal aki bekas, penggunaan pestisida oleh petani, penggunaan solder timah pada jasa perbaikan alat elektronik dan lain-lain. Penyakit akibat kerja yang sering timbul akibat pekerjaan tersebut dan mengenai saluran nafas adalah asma dan rhinitis (Karjadi dan Djauzi, 2006). Asma akibat kerja adalah penyakit yang ditandai dengan adanya obstruksi saluran nafas yang reversible yang berhubungan dengan lingkungan kerja tertentu, dan tidak berhubungan dengan rangsangan yang berasal dari luar tempat kerja (Yeung dan Malo, 2007). Asma akibat kerja merupakan penyakit paru akibat kerja yang sering dijumpai di masyarakat, terutama di negara maju. Prevalensi asma akibat kerja berbeda antara satu negara 1

description

Makalah KK

Transcript of Makalah KK

Page 1: Makalah KK

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang diakibatkan oleh atau dihubungkan

dengan lingkungan kerja. Lingkungan kerja tidak hanya terbatas pada tempat kerja

formal seperti pabrik atau tempat kerja lain yang terorganisir dengan baik, tetapi

dapat juga tempat kerja informal seperti industri rumah tangga, industri tekstil yang

dikelola secara sederhana, pengelolaan timbal aki bekas, penggunaan pestisida oleh

petani, penggunaan solder timah pada jasa perbaikan alat elektronik dan lain-lain.

Penyakit akibat kerja yang sering timbul akibat pekerjaan tersebut dan mengenai

saluran nafas adalah asma dan rhinitis (Karjadi dan Djauzi, 2006).

Asma akibat kerja adalah penyakit yang ditandai dengan adanya obstruksi

saluran nafas yang reversible yang berhubungan dengan lingkungan kerja tertentu,

dan tidak berhubungan dengan rangsangan yang berasal dari luar tempat kerja (Yeung

dan Malo, 2007). Asma akibat kerja merupakan penyakit paru akibat kerja yang

sering dijumpai di masyarakat, terutama di negara maju. Prevalensi asma akibat kerja

berbeda antara satu negara dengan yang lain, tergantung pada lingkungan

pekerjaannya. Secara umum terjadi pada 5-10 % dari jumlah penduduk. Dari hasil

observasi American Thoracis society (ATS) di negara maju, 15 % pekerja menderita

asma akibat kerja dan merupakan penyakit tersering akibat kerja. Di Indonesia belum

ada data pasti tentang penyakit asma akibat kerja. Namun, diperkirakan 2-10 %

penduduk menderita asma dan 2 % dari seluruh penderita asma tersebut adalah asma

akibat kerja. (Baratawidjaja dan Harjono, 2001).

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut

mengenai asma akibat kerja dan bagaimana pedoman penatalaksanaannya.

1

Page 2: Makalah KK

BAB II

ASMA AKIBAT KERJA

A. DEFINISI

Asma akibat kerja adalah penyakit yang ditandai dengan adanya

obstruksi saluran nafas yang reversible yang berhubungan dengan lingkungan

kerja tertentu, dan tidak berhubungan dengan rangsangan yang berasal dari

luar tempat kerja (Yeung dan Malo, 2007).

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi asma di tempat kerja menurut The American College of

Chest Physicians tahun 1995 adalah:

1. Asma Akibat Kerja

Asma yang disebabkan paparan zat di tempat kerja, dibedakan atas 2

jenis, tergantung ada tidaknya masa laten.

a. Asma Akibat Kerja Dengan Masa Laten

Yaitu asma yang terjadi melalui mekanisme imunologis. Pada

kelompok ini terdapat masa laten yaitu masa sejak awal pajanan

sampai timbul gejala. Biasanya terdapat pada orang yang sudah

tersensitisasi yang bila terkena lagi dengan bahan tersebut maka akan

menimbulkan asma.

b. Asma Akibat Kerja Tanpa Masa Laten

Yaitu asma yang timbul setelah pajanan dengan bahan ditempat kerja

dengan kadar tinggi dan tidak terlalu dihubungkan dengan

mekanisme imunologis. Gejala seperti ini dikenal dengan istilah

Irritant induced asthma atau Reactive Airways Dysfunction

Syndrome (RADS). RADS didefinisikan asma yang timbul dalam 24

2

Page 3: Makalah KK

jam setelah satu kali pajanan dengan bahan iritan konsentrasi tinggi

seperti gas, asap yang menetap sedikitnya dalam 3 bulan.

2. Asma Yang Diperburuk Di Tempat Kerja

Asma yang sudah ada sebelumnya atau sudah mendapat terapi asma

dalam 2 tahun sebelumnya dan memburuk akibat pajanan zat ditempat

kerja. Pada karyawan yang sudah menderita asma sebelum bekerja, 15 %

akan memburuk akibat pajanan dalam lingkungan kerja (Alimudiarnis,

2008).

C. PATOFISIOLOGI

Inhalasi dari allergen pada pekerja di tempat kerja dapat menginduksi

asma pada pekerja yang terpapar dalam jumlah paparan yang sedikit. Seperti

asma yang tidak disebabkan oleh kerja, asma akibat kerja merupakan penyakit

yang dapat disebabkan oleh berbagai factor, seperti genetik, lingkungan dan

perilaku. Asma ini penting untuk diketahui, karena dapat menyebabkan

masalah serius dalam penatalaksanaann medis dan memiliki konsekuensi

dalam sosioekonomi.

Patofisiologi asma akibat kerja yang diakibatkan oleh sebab

imunologis umumnya melibatkan mekanisme IgE-dependent. Asma kibat

kerja yang diinduksi oleh agen IgE-dependent hamper sama dengan asma

alergi yang tidak disebabkan oleh pekerjaan. Agen yang menyebabkan

sensitisasi pada asma akibat kerja, umumnya bahan organik, dapat

menginduksi asma dengan menghasilkan antibodi spesifik IgE. Bahan organik

dapat menyebabkan sensitisasi sebagai antigen sejati. Bahan anorganik juga

dapat menyebabkan sensitisasi pada asma akibat kerja melalui reaksi dengan

protein tertentu terlebih dahulu untuk selanjutnya menjadi allergen. Bahan

anorganik yang mungkin menyebabkan sensitisasi antara lain

sulfonechloramide, trimetilic anhydride, dan asam anhidrida lainnya.

3

Page 4: Makalah KK

Pada asma yang tidak tergantung pada IgE, asma akibat kerja dapat

disebabkan oleh agen anorganik tertentu, seperti asam plikatik dan

poliisosianat beserta polimernya. Bahan anorganik tersebut menyebabkan

asma dengan gejala klinis yang menyertainya, namun tidak berasosiasi dengan

antibodi spesifik IgE ataupun bereaksi dengan reseptor IgE. Gambaran

histologisnya berupa infiltrasi jalan nafas oleh agen inflamasi, terutama

eosinofil, aktivasi limfosit, dan perubahan sturuktur jalan nafas berupa

penebalan kolagen subepitel. Mekanisme agen anorganik tersebut

menginduksi asma diyakini berhubungan dengan respon imun spesifik, seperti

cell-mediated hypersensitivity, dimana respon imun diaktivasi oleh sel TH2

(Maestrelli et al. 2009).

D. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan asma akibat kerja sama dengan asma lain secara

umum, yang penting adalah menghindari dari pajanan dari bahan penyebab

asma, dimana semakin cepat terbebas dari pajanan makin baik prognosisnya.

Melanjutkan pekerjaan ditempat pajanan bagi pekerja yang telah tersensitisasi

akan memperburuk gejala dan fungsi paru meskipun telah dilengkapi dengan

alat pelindung ataupun pindah ke ruangan lain yang lebih sedikit pajanannya.

Pada RADS, bila resiko terjadinya pajanan ulang dengan bahan iritan dengan

konsentrasi tinggi bisa dihindarkan, maka penderita tidak perlu pindah tempat

kerja. Bila terdapat resiko terpajan lagi pada bahan iritan dengan konsentrasi

tinggi, dianjurkan untuk pindah tempat kerja. Pemindahan kerja sulit

dilakukan jika pekerja tidak mempunyai keahlian ditempat lain. Bagi mereka

yang menolak pindah kerja harus diberitahukan bahwa dapat terjadi

perburukan gejala atau diperlukan penambahan pemakaian obat-obatan.

Selain itu dapat terjadi komplikasi berupa penurunan fungsi paru dan

peningkatan derajat hipereaktivitas bronkus.

4

Page 5: Makalah KK

Pengobatan farmakologi asma akibat kerja sama dengan asmalainnya

diantaranya dengan pemberian kortikosteroid inhalasi. Penelitian Malo dkk

tahun 1996 mendapatkan dengan pemberian kortikosteroid inhalasi pada asma

kerja lebih bermanfaat jika diberikan lebih awal setelah diagnosis asma kerja

ditegakkan. Selain terapi farmakologis, menghindari paparan terhadap alergen

penyebab akan memberikan kesembuhan pada 50 % kasus (Alimudiarnis,

2008).

5

Page 6: Makalah KK

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Penderita asma akibat kerja meningkat seiring dengan meningkatnya

bidang industri.

2. Asma di tempat kerja dibedakan antara asma akibat kerja dan asma yang

diperburuk oleh lingkungan kerja.

3. Asma akibat kerja bisa terjadi melalui mekanisme imunologis maupun

nonimunologis.

4. Terapi obat – obatan asma akibat kerja sama dengan asma lain.

5. Asma akibat kerja dapat ditangani dan memiliki prognosis baik bila

diketahui secara dini dan menghindari alergen penyebab.

B. SARAN

1. Penaganan asma akibat kerja hendaknya memperhatikan aspek

penatalaksanaan medis dan keadaan sosioekonomi pasien.

2. Setelah diagnosa asma akibat kerja ditegakkan sebaiknya pasien

diinformasikan mengenai keadaannya dan disarankan agar pindah ke

lingkungan pekerjaan yang lain agar penyakitnya tidak sampai memburuk.

6

Page 7: Makalah KK

DAFTAR PUSTAKA

Alimudiarnis. 2008. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Asma Akibat Kerja. Sub

Bagian Pulmonologi/Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas RS. Dr. M. Djamil: Padang.

Baratawidjaja K, Harjono T. 2001. Asma Akibat Kerja. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta. 33-42

Karjadi T, Djauzi S. 2006. Dasar- Dasar Penyakit Akibat Kerja. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta. 122-123

Maestrelli, Piero et al. 2009. Mechanisms of Occupational Asthma. The Journal of

Allergy and Clinical Immunology: Volume 123, Issue 3, Pages 531-542, March

2009. http://www.jacionline.org/article/S0091-6749(09)00211-5/fulltext#sec2

Yeung M.C. dan Malo J.L. 2007. Occupational Asthma. The New England Journal of

Medicine. vol 333 no 2. 107-112

7