makalah kimpes.doc

15
MAKALAH HERBISIDA GLIFOSAT Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Pestisida Disusun Oleh : Restu Arie W 24030110120038 Luluatun Nafisa 24030111120013 Mochammad Septiyan K. 24030111120015 Bestari Trianisanti 24030111140082 Vatara A. Silalahi 24030112130056 Rosihan Azwar 24030112130048 JURUSAN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Transcript of makalah kimpes.doc

Page 1: makalah kimpes.doc

MAKALAH

HERBISIDA GLIFOSAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Pestisida

Disusun Oleh :

Restu Arie W 24030110120038

Luluatun Nafisa 24030111120013

Mochammad Septiyan K. 24030111120015

Bestari Trianisanti 24030111140082

Vatara A. Silalahi 24030112130056

Rosihan Azwar 24030112130048

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015

Page 2: makalah kimpes.doc

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini

berjudul “Herbisida”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas

mata kuliah Kimia Pestisida.

Makalah ini membahas mengenai herbisida glifosat sebagai pestisida untuk

membunuh hama gulma. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak

Ngadiwiyana M.Si, selaku dosen pengampu yang telah memberikan arahan dan

bimbingan serta teman-teman yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.

Saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun selalu

diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi pembaca

di masa yang akan datang.

Semarang, Maret 2015

Penulis

Page 3: makalah kimpes.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gulma merupakan tanaman yang merugikan apabila tumbuh di sekitar

tanaman budidaya. Pertumbuhan gulma tergolong pertumbuhan yang cepat

dan dapat menghasilkan biji gulma hingga ribuan jumlahnya. Gulma dapat

memberikan pengaruh negatif pada tanaman budidaya karena kompetisi

(nutrisi, air, cahaya dan CO2), produksi senyawa penghambat pertumbuhan,

sebagai inang jasad pengganggu tanaman lain, serta menurunkan kualitas hasil

karena adanya kontaminasi dari bagian-bagian gulma. Dalam hal kompetisi,

daya kompetisi gulma ditentukan oleh jenis, densitas, distribusi, umur atau

lamanya gulma tumbuh bersama tanaman budidaya, kultur teknik yang

ditetapkan pada tanaman budidaya dan jenis atau varietas tanaman

(Tjitrosoedirdjo dkk., 1984).

Pengendalian gulma dapat dilakukan sebagai proses membatasi infestasi

gulma sedemikian rupa sehingga tanaman bisa dibudidayakan secara produktif

dan efisien. Saat ini, terdapat berbagai macam metode pengendalian gulma

yang dikenal secara luas, seperti pengendalian mekanis dan kimiawi.

Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan herbisida, merupakan metode

yang paling banyak digunakan karena tingkat efisiensi dan efektivitas yang

tinggi.

Glifosat adalah salah satu jenis bahan aktif herbisida yang sangat sering

digunakan dibandingkan bahan aktif lainnya dan digunakan secara luas dalam

bidang pertanian karena efisiensi dan efektivitasnya (Cox, 2004). Glifosat

termasuk herbisida non selektif, yang artinya mengendalikan secara luas

semua jenis gulma. Herbisida tersebut diabsorbsi lewat daun, dan tidak aktif

bila diaplikasikan lewat tanah. Translokasi glifosat terjadi ke seluruh bagian

tumbuhan termasuk bagian tumbuhan yang ada di dalam tanah karena glifosat

merupakan herbisida sistemik (Tomlin, 2009).

Page 4: makalah kimpes.doc

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan gulma ?

2. Apa yang dimaksud dengan herbisida?

3. Apa saja klasifikasi herbisida?

4. Apa yang dimaksud dengan glifosat?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan ini yaitu:

1. Dapat mengetahui apa yang maksud dari gulma

2. Dapat mengetahui apa yang maksud dari herbisida

3. Dapat mengetahui klasifikasi herbisida

4. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan glifosat

Page 5: makalah kimpes.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gulma

Gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tidak dikehendaki atau

tumbuhan yang tumbuh tidak sesuai dengan tempatnya dan memiliki pengaruh

negatif, sehingga kehadirannya tidak dikehendaki manusia. Oleh karena itu

tumbuhan apapun, termasuk tanaman yang biasa dibudidayakan (crop plants),

biasa dikategorikan sebagai gulma bila tumbuh di tempat dan pada waktu yang

salah (Rukmana dan Saputra, 1999).

Rukmana dan Saputra (1999), mengemukakan bahwa keberadaan gulma pada

areal tanaman budidaya dapat menimbulkan kerugian baik dari segi kuantitas

maupun kualitas produksi. Kerugian yang ditimbulkan gulma diantaranya adalah

sebagai berikut :

1. penurunan hasil pertanian akibat persaingan langsung dalam perolehan air,

udara, unsur hara, cahaya matahari dan tempat hidup.

2. penurunan kualitas hasil karena tercampurnya biji tanaman budidaya

dengan biji atau bagian gulma yang lain.

3. menjadi inang hama dan penyakit.

4. membuat tanaman budidaya keracunan akibat senyawa racun (alelokimia)

yang dikeluarkan oleh gulma, seperti zat phenol dan absisthin.

5. mempersulit pekerjaan di lapangan dan dalam pengolahan hasil.

6. menghambat atau bahkan merusak alat pertanian terutama alat pengolah

tanah.

7. mengurangi jumlah air.

8. menghambat lalu lintas air serta dapat menimbulkan pendangkalan.

9. meningkatkan biaya produksi, karena tenaga kerja dan waktu untuk

pengolahan tanah, penyiangan dan pemeliharaan selokan akan bertambah.

Gulma membutuhkan persyaratan tumbuh untuk pertumbuhannya. Persyaratan

tumbuh tersebut adalah cahaya matahari, nutrisi, air dan CO2. Gulma akan selalu

Page 6: makalah kimpes.doc

tumbuh di sekitar tanaman yang dibududayakan dan gulma tertentu akan

berasosiasi dengannya apabila tidak dilakukan pengendalian. Hal ini

menyebabkan terjadinya persaingan gulma dengan tanaman kedelai untuk

mendapatkan unsur-unsur yang dibutuhkan. Persaingan terjadi apabila persediaan

unsur hara yang dipersaingkan berada dibawah kebutuhan masing-masing

(Moenandir, 1988)

Gulma memiliki mekanisme adaptasi yang sangat efisien karena proses seleksi

alam, sedangkan tanaman budidaya tidak seefisien gulma karena dikembangkan

melalui proses seleksi buatan. Gulma dapat tumbuh dengan baik karena telah

mengalami persaingan alami yang kuat. Gulma umumnya memiliki daya

kecambah yang itnggi, laju pertumbuhan yang cepat, daya regenerasi tinggi, tahan

naungan, tingkat absorbsi/penggunaan unsur hara dan air yang tinggi, dan daya

toleransi terhadap iklim yang luas.

Gulma dibedakan menjadi 3 kelompok

1. teki-tekian2. rumput-rumputan

3. gulma daun lebar

contoh beberapa gulma :

1. Teki-tekian : Imperata cylindrica (alang alang atau lialang)

2. rumput-rumputan : Rumput Malela

Page 7: makalah kimpes.doc

3. Gulma berdaun lebar : Putri malu

2.2 Herbisida

Pengendalian secara kimia sangat erat kaitannya dengan penggunaan

herbisida. Herbisida berarti senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau

mengendalikan gulma. Herbisida merupakan bahan kimia dalam pengendalian

gulma, serta memberikan keuntungan lebih dalam pemakaiannya. Adapun

keuntungan yang diberikan oleh herbisida adalah sebagai berikut:

1. dapat mengendalikan gulma sebelum mengganggu.

2. dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman.

3. lebih efektif membunuh gulma tahunan.

4. dalam dosis rendah dapat sebagai hormon tumbuh.

Kekurangan herbisida adalah sebagai berikut:

1. species gulma yang resisten.

2. polusi.

3. residu yang dapat meracuni tanaman (Sukman & Yakup, 2002).

2.3 Klasifikasi Herbisida

Herbisida berdasarkan respon tumbuhan terhadap herbisida (Selektivitas)

1. Herbisida Selektif

Herbisida selektif adalah herbisida yang beracun untuk tumbuhan tertentu

daripada tumbuhan lainnya. Secara ideal, herbisida selektif adalah herbisida yang

Page 8: makalah kimpes.doc

mempu mengendalikan gulma sasaran tanpa meracuni tanaman utama.Contoh

herbisida selektif adalah 2,4-D; ametrin; diuron; oksifluorfen; klomazon; dan

karfentrazon.

2. Herbisida non-selektif

Herbisida non-selektif adalah herbisida yang beracun bagi semua spesies

tumbuhan yang ada. Oleh karena itu, herbisida jenis ini diaplikasikan pada saat

tidak ada tanaman utama yang sengaja dibudidayakan. Herbisida yang masuk

dalam golongan ini antara lain glifosat, sulfosat dan paraquat.

Herbisida berdasarkan tipe translokasinya dalam tumbuhan

1. Herbisida non-sistemik

Herbisida non-sistemik/ tidak ditranslokasikan, yaitu herbisida yang

mematikan gulma karena gulma tersebut terkena langsung oleh herbisida

tersebut. Maka, herbisida ini hanya mampu mematikan bagian gulma yang berada

di atas tanah. Contohnya adalah paraquat, diquat dan propanil. Semakin banyak

bagian gulma yang terkena langsung berarti akan semakin baik daya kerja

herbisida tersebut. Oleh karena itu, herbisida jenis ini diaplikasikan dengan

volume semprot yang tinggi (600 – 800 Liter/Ha). Daya kerjanya kurang baik jika

diaplikasikan pada gulma yang memiliki organ perkembangbiakan dalam tanah

(seperti teki) atau mata tunasnya pada ruas rerumputan yang tertutup oleh pelepah

daun. Sedangkan kelebihannya daya kerjanya cepat terlihat.

2. Herbisida sistemik

Herbisida sistemik yaitu herbisida yang bisa masuk ke dalam jaringan

gulma dan ditranslokasikan ke bagian gulma lainnya. Karena sifatnya yang

sistemik, herbisida ini mampu mematikan jaringan gulma yang berada di dalam

tanah (akar, rimpang, umbi), namun daya kerjanya lebih lambat terlihat.

Contohnya adalah 2,4-D; glifosat dan glufosinat.

Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik, yaitu:

-Gulma harus dalam masa pertumbuhan aktif

-Cuaca cerah waktu aplikasi

-Tidak melakukan aplikasi menjelang hujan

- Areal yang akan disemprot dalam kondisi kering

Page 9: makalah kimpes.doc

- Menggunakan air bersih sebagai bahan pelarut.

Herbisida berdasarkan pada waktu aplikasinya

1. Herbisida pra-tumbuh

Herbisida pra-tumbuh, diaplikasikan pada tanah sebelum gulma tumbuh,

dimana kondisi tanaman utama yang dibudidayakan belum ditanam, sudah

ditanam, belum tumbuh atau sudah tumbuh. Herbisida yang diaplikasikan akan

membentuk lapisan tipis pada permukaan tanah. Akar atau tajuk gulma yang

mulai berkecambah akan terkena dan menyerap herbisida tersebut pada saat

menembus lapisan herbisida dan kemudian akan teracuni. Kelembaban tanah akan

membantu herbisida mencapai biji gulma yang berkecambah di bawah permukaan

tanah. Oleh karena itu, aplikasi herbisida pra-tumbuh pada kondisi tanah kering

tidak dianjurkan. Contoh produk herbisida pra-tumbuh berbahan aktif

oksifluorfen.

Semua herbisida pra-tumbuh adalah herbisida yang aktif di dalam tanah

(soil acting) dan bersifat sistemik. Contoh penggunaan herbisida pratumbuh

adalah ametrin; diuron; 2,4-D; dan metribuzin pada budidaya tanaman tebu dan

ubi kayu. Oksadiazon, klomazon, metil metsulforan, oksifluorfen, dan propanil

adalah contoh herbisida pratumbuh pada budidaya tanaman padi; atrazin,

metribuzin dan ametrin pada budidaya tanaman jagung.

2. Herbisida pasca-tumbuh

Herbisida pasca-tumbuh, diaplikasikan setelah gulma tumbuh. Dengan

demikian, semua herbisida pasca-tumbuh adalah termasuk foliage applied

herbicides. Beberapa herbisida pasca-tumbuh digunakan untuk persiapan lahan

sebelum tanam sebagai pengganti oleh tanam sempurna. Gulma yang sudah

tumbuh disemprot dengan herbisida dan ditunggu beberapa saat. Setelah gulma

mati, kemudian dilakukan penanaman. Contoh herbisida yang digunakan adalah

glifosat, sulfosat dan paraquat.

Penggunaan herbisida pasca-tumbuh lainnya adalah untuk mengendalikan

gulma selama tanaman pokok yang dibudidayakan sedang tumbuh. Pemilihan

jenis herbisida harus yang selektif bagi tanaman pokok atau diatur teknik

penyemprotannya jika herbisida tersebut dapat meracuni tanaman pokoknya.

Page 10: makalah kimpes.doc

Herbisida pasca-tumbuh yang dapat digunakan untuk pengendalian gulma pada

tanaman pokok yang sudah tumbuh adalah glufosinat, glifosat, dan paraquat pada

perkebunan karet, kopi, kakao, dan kelapa sawit; 2,4-D pada budidaya padi;

paraquat pada pertanaman jagung. Contoh produk herbisida pasca-tumbuh

berbahan aktif penoksulam yang bersifat selektif terhadap tanaman padi (sangat

aman/tidak meracuni tanaman pokok).

Herbisida berdasarkan bidang sasaran aplikasi

1. Foliage applied herbicides

Foliage applied herbicides adalah herbisida yang diaplikasikan langsung

pada daun-daun gulma yang sudah tumbuh. Herbisida yang termasuk dalam

kelompok ini termasuk juga dalam kelompok herbisida pasca-tumbuh.

2. Soil applied herbicides

Soil applied herbicides adalah herbisida yang diaplikasikan dengan cara

penyemprotan pada permukaan tanah atau dicampur /diaduk dengan tanah, dan

umumnya diaplikasikan sebelum gulma tumbuh (herbisida pra-tumbuh).

Herbisida ini bekerja dengan cara menghambat perkecambahan gulma atau

membunuh biji-biji gulma yang masih berada di dalam tanah.

Herbisida berdasarkan golongan bahan aktif herbisida

1. Senyawa anorganik

Senyawa anorganik, beberapa senyawa anorganik sejak tahun 1900-an

telah digunakan sebagai herbisida sebelum era herbisida modern, beberapa

diantaranya adalah: Asam sulfat, Besi sulfat, Natrium klorat.

2. Senyawa organik

Senyawa organik, hampir semua jenis herbisida yang beredar dipasaran

saat ini adalah herbisida yang termasuk dalam golongan senyawa organik.

3. Bioherbisida

Beberapa mikro-organisme telah berhasil dikembangkan sebagai herbisida

komersial. Pada dasarnya, mikro-organisme tersebut (terutama jamur) merupakan

penyebab penyakit yang sangat spesifik bagi tanaman tertentu.

2.4 Glifosat