MAKALAH KEWARGANEGARAAN

9

Click here to load reader

description

NEPOTISME DALAM REKRUTMEN PEGAWAI NEGERI

Transcript of MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Page 1: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“NEPOTISME DALAM REKRUTMEN PEGAWAI NEGERI”

DISUSUN OLEH :

PANDHU YUANJAYA (084674013)

ANDRY RISTIAWAN (084674049)

S-1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA REG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2009

Page 2: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

[email protected]

1

Salah satu fenomena yang sarat dalam perekrutan pegawai negeri, lembaga pemerintah

maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN), adalah nepotisme. Dalam kamus maya

wikipedia, padanan arti dari nepotisme adalah penyalahgunaan jabatan dengan lebih memilih

saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya untuk

mengisi jabatan tertentu. Undang-undang No. 8 tahun 1974 diantaranya mengemukakan

bahwa pegawai negeri adalah mereka yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam

perundang-undangan yang berlaku. Hal ini menuntut pemerintah bekerja secara profesional

dalam proses implementasi dari kebijakan dan tata hukum yang berlaku agar tewujud good

governance yang di impikan.

PENDAHULUAN

Di era reformasi ini tuntutan terhadap paradigma good governance dalam seluruh

kegiatan di era globalisasi dewasa ini sudah tidak dapat dielakkan lagi. Tuntutan tersebut

menjadi penting karena jika kondisi good governance dapat dicapai, maka terciptalah suatu

negara yang bersih dan responsif (Clean and Responsif State), semaraknya masyarakat sipil

(vibrant Civil Society) dan kehidupan bernegara yang bertanggung jawab (Good Corporate

Governance) niscaya tidak lagi hanya menjadi sebuah impian. Kelemahan yang sangat

menonjol dalam proses pencapaian Good Governance di Indonesia ini selain tingginya

korupsi, Indonesia merupakan salah satu negara paling korup di dunia, adalah nepotisme yang

bahkan telah merambat hampir seluruh lapisan masyarakat. Praktek nepotisme juga telah

berkembang dan mengakar sangat kuat di lembaga-lembaga pemerintahan.

Dari uraian diatas mengindikasikan bahwa nepotisme benar-benar telah menjadi

permasalahan yang serius dan sistemik yang sangat membahayakan dan merugikan negara

maupun masyarakat, khususnya di negara kecil dan berkembang seperti halnya Indonesia.

Padahal masyarakat pada umumnya bukannya tidak menyadari bahwa nepotisme telah

mencederai rakyat, menambah rasa pesimistis dan ketidak percayaan kepada aparatur negara

dengan terjadinya penyimpangan wewenang. Akan sangat riskan bila negara ini diatur oleh

orang yang tidak berkompeten di bidangnya, ataupun bisa terjadi penguasaan olah kelompok

tertentu karena nepotisme tersebut, dan sangatlah mubazir kemampuan seseorang disia-siakan

demi mendapatkan keuntungan pribadi padahal negara ini membutuhkan aparatur yang

berkualitas untuk meningkatkan pelayanan publik.

Page 3: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

[email protected]

2

Untuk memulai pembahasan, definisi mengenai rekrutmen sendiri menurut

www.geocities.com adalah serangkaian kegiatan yang digunakan untuk mendapatkan

sejumlah pelamar yang secara potensial qualified. Produk dari rekrutmen adalah sejumlah

kandidat karyawan/kandidat pemegang jabatan yang akan diproses sebelumnya. Rekrutmen

merupakan proses awal dari apakah suatu organisasi mendapatkan orang yang tepat atau

sebaliknya. Rekrutmen menurut sculer dan jacson (1997 : 227) antara lain meliputi upaya

pencarian sejumlah karyawan yang memenuhi syarat dalam jumlah tertentu, sehingga dari

mereka dapat menyeleksi orang-orang yang paling tepat untuk mengisi lowongan pekerjaan

yang ada.

Setelah diperoleh definisi mengenai rekrutmen, maka selanjutnya perlu didefinisikan

tentang pegawai negeri. Menerut Mokhamad Syuhadak, bahwa bisa disimpulkan pegawai

negeri adalah seorang yang diangkat dalam jabatan tertentu, diserahi tugas sesuai dengan

jabatan tersebut, dan digaji sesuai peraturan yang berlaku, dan bekerja dilingkungan kantor

pemerintahan.

Jadi rekrutmen pegawai negeri adalah upaya pencarian pegawai yang memenuhi

syarat-syarat yang berlaku yang diatur dalam perundang-undngan dalam upaya perwujudan

the right man in the right place di lingkungan pemerintahan.

REKRUTMEN PAGAWAI NEGERI CENDERUNG NEPOTISME

Dalam proses rekrumen, hal yang paling mendasar tentunya mengenai bagaimana

sebenarnya tata cara pengadaan pegawai yang dalam proses implementasinya sering terjadi

penyimpangan.

Penjelasan mengenai peraturan pemerintah Nomor 98 tahun 2000 mengenai

Pengadaan Pegawai Negeri Sipil, yaitu proses kegiatan untuk mengisi formasi yang lowong.

Lowongan formasi dalam suatu satuan organisasi negara pada umumnya disebabkan adanya

Pegawai Negeri Sipil yang berhenti, meninggal dunia, mutasi jabatan dan adanya

pengembangan organisasi. Oleh karena pengadaan Pegawai Negeri Sipil adalah untuk mengisi

formasi yang lowong, maka pengadaan dilaksanakan atas dasar kebutuhan, baik dalam arti

jumlah dan mutu pegawai, maupun kompetensi jabatan yang diperlukan.

Page 4: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

[email protected]

3

Sehubungan dengan hal tersebut, maka setiap warga negara Indonesia yang memenuhi

syarat yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah ini mempunyai kesempatan yang sama

untuk melamar dan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Hal ini berarti bahwa pengadaan

Pegawai Negeri Sipil harus didasarkan atas kebutuhan dan dilakukan secara obyektif sesuai

dengan syarat yang ditentukan.

Untuk menjamin kualitas dan obyektivitas serta untuk mewujudkan Pegawai Negeri

Sipil yang profesional, dipandang perlu mengatur kembali mengenai syarat dan tata cara

pengadaan Pegawai Negeri Sipil. Seterusnya dalam pasal 1 ayat 3 menjelaskan setiap warga

negara mendapatkan hak yang sama dalam perekrutan yang diselenggarakan pemerintah, ini

menunjukan jika tertutup kemungkinan untuk melakukan penyimpangan. Tapi dilain pihak,

kentalnya semangat nepotisme, baik di sektor publik maupun swasta, terutama di daerah-

daerah dalam penempatan posisi yang strategis tidak jarang kemudian menimbulkan

penyalahgunaan kewenangan.

Perhatian berikutnya ada pada etika pegawai negeri yang sangat buruk di negeri ini.

Menurut pendapat Frank J. McGilly, “Ethics are truly a part of competence, and they are a

part of democracy”. (Etika merupakan suatu bagian dari kompetensi, dan juga merupakan

suatu bagian dari demokrasi). Dengan definisi tersebut berati bahwa seseorang yang bekerja

sebagai pegawai negeri harus mengerti bahwa dirinya merupakan bagian dari aparatur negara

yang juga menjadi abdi negara dan abdi masyarakat, bukan berdasarkan kepentingan sendiri.

Oleh karena itu, korupsi, penyelewengan, penyalahgunaan kekuasaan, atau pungli dan yang

serupa dengan itu wajib di hindari.

Sebagai abdi masyarakat, maka pegawai negeri harus melayani tanpa membeda-

bedakan jabatan, kesukuan, penampilan, ataupun keturunannya. Semua harus dianggap sama

dan harus dilayani menurut peraturan, yang lebih berkompeten maka itulah yang dipilih untuk

menempati posisi yang dibutuhkan, bukan yang kenal atau memiliki hubungan dekat yang

tidak memiliki kemampuan atau kemampuannya tidak lebih baik dari pesaing lain yang bukan

kerabat yang dipilih.

Salah satu contoh yang mungkin akan menumbuh suburkan nepotisme adalah

pergantian pemerintah yang diikuti pergantian direksi di BUMN akan mendistorsi manajemen

Page 5: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

[email protected]

4

perusahaan. BUMN akhirnya menjadi mirip lembaga politik. Jika hal ini masih terus

dilakukan, revitalisasi BUMN yang menelan dana Rp 425 triliun akan sia-sia. Demikian

pendapat Ketua Komisi XI DPR, Paskah Suzetta dan anggota Komisi XI DPR, Uray Feisal

Hamid, yang mengomentari tentang BUMN yang dikhawatirkan menjadi lembaga politik di

harian Kompas, Selasa (19/4), mengenai maraknya pergantian direksi badan usaha milik

negara (BUMN) akhir-akhir ini di beberapa BUMN telah muncul keresahan akibat tidak

transparannya pergantian direksi. Keresahan akan mengakibatkan hilangnya inisiatif dan

produktivitas karyawan. Pergantian direksi itu wajar dan harus dilakukan jika masa

jabatannya sudah berakhir. Akan tetapi, pergantian itu harus dilakukan secara transparan,

diumumkan kepada publik siapa calonnya, dan seyogianya para profesional, bukan birokrat.

Yang yang terjadi selama ini, pergantian itu terkait dengan keinginan subyektif menteri

BUMN dan beberapa menteri terkait. Pengganti yang ditunjuk juga orang-orang yang selama

ini dikenal dekat dengan para menteri. Umumnya birokrat dan bahkan kerap tidak

berpengalaman dalam mengelola bisnis.

Akibatnya, budaya nepotisme ikut terbawa dalam manajemen BUMN. Situasi

demikian akan membuat BUMN menjadi tidak sehat dan keropos seperti di masa lalu.

Kabinet sekarang adalah koalisi beberapa parpol dengan bendera dan kepentingan politik

tidak sama. Dikhawatirkan, hal tersebut juga terbawa dalam pergantian direksi BUMN.

"Makin tampak gejala jika menterinya dari parpol agama, direksinya juga dipilih berdasarkan

kriteria agama yang sama. Keresahan mengenai hal ini sudah terdengar di beberapa BUMN,’’

kata Feisal. Menurut Feisal, situasi demikian akan melahirkan politisasi BUMN dan

mentransformasikannya menjadi kuasi lembaga politik. "Dari badan usaha yang

terkontaminasi politik parpol, tak mungkin diharapkan lahir kultur korporasi yang sehat.

Sebaliknya, BUMN hanya akan jadi kereta ekonomi parpol dalam menghimpun dana bagi

persiapan pemilu mendatang,’’ ujar wakil rakyat dari Fraksi Persatuan Pembangunan ini.

Kedua wakil rakyat sependapat, di tengah belum pulihnya ekonomi Indonesia dari dampak

krisis ekonomi dan bangkrutnya para konglomerat, BUMN diharapkan menjadi lokomotif

ekonomi. Pemerintah seyogianya konsisten dan menyadari hal ini. Apalagi dana yang

dikeluarkan bagi revitalisasi BUMN jumlah yang tidak tanggung-tanggung, Rp 425 triliun.

Dalam hal perekrutan, pihak swasta lebih maju ketimbang birokrasi pemerintah dalam

hal pengadaan karyawan. Sebagai organisasi yang berorientasi mencari keuntungan (profit

Page 6: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

[email protected]

5

oriented company) mereka tidak akan berani mengambil resiko dengan merekrut karyawan

yang tidak bermutu. Maka pencarian dilakukan dengan tepat. Guna mendukung terciptanya

birokrasi yang tangguh dan berdayaguna serta terpenuhinya rasa keadilan masyarakat, sudah

sepatutnya pemerintah melakukan penyaringan calon pegawai sedemikian rupa sehingga

hanya yang memiliki kemampuan yang diterima.

MENYIKAPI NEPOTISME

Nepotisme boleh dibilang ‘adik kandung’ dari Kolusi dan Korupsi yang hangat

dibicarakan semenjak bergulirnya era reformasi dewasa ini. Lebih tepatnya ketika Soeharto

berkuasa di negeri ini, sistem nepotisme sarat dalam pemerintahannya. Karena kepala negara

sudah demikian, maka hampir di seluruh Indonesia, kepala-kepala pemerintahan baik dari

tingkat gubernur, bupati, hingga kepala-kepala kampung tidak terlepas dari unsur nepotisme

ini. Tidak sampai disitu, sampai pada kehidupan sehari-hari selalu muncul sikap-sikap napotis

dan bahkan telah melekat pada diri manusia dan tidak akan pernah hilang. Orde lama itu

identik dengan KKN, tetapi juga masih terpelihara secara rapi dalam orde reformasi ini.

Bila melekat dalam diri manusia, apakah seorang pemimpin yang lebih

mengedepankan nepotisme akan berhasil membangun sebuah masyarakat yang adil dan

makmur, seperti yang telah dicita-citakan oleh pendiri negeri ini? Bagaimana dengan good

governance yang telah menjadi cita-cita kebanyakan bangsa?

Sebenarnya, negeri ini terdiri dari banyak etnis yang mesti dibangun berdasarkan

falsafah ‘Bhineka Tunggal Ika’. Tidak ada istilah seseorang menjadi pemimpin lalu hanya

berdiri di tengah keluarganya sendiri. Itu namanya napotis. Seorang pemimpin di negeri ini

adalah seorang pemimpin yang keluar dari tindakan-tindakan KKN. Ia berdiri sebagai orang

umum, baik di rumah, di kantor maupun dalam pergaulan sehari-hari. Idealnya, seorang

pemimpin menurut keinginan para pendiri bangsa yaitu, seorang yang selalu membuang jauh-

jauh sifat-sikap primordialisme, lalu mau membangun rakyat Indonesia dari Aceh sampai

Papua.

Tetapi dilain pihak, membangun kekuatan nepotisme sangat bagus juga, agar kuat

ketika ‘berdiri’ di tengah kekuatan lain / publik dan mengeluarkan potensi kekuasaan yang

Page 7: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

[email protected]

6

dimiliki. Dalam artian ini, seorang pemimpin harus mampu secara finansial dan kuat dalam

dukungan kerabatnya. Sebab seorang pemimpin yang tidak kuat, biasanya cepat runtuh.

Di Papua misalnya banyak ditemukan kasus seperti ini. Contohnya, kalau

pimpinannya orang Paniai, maka dari kepala bagian sampai staf semua orang Paniai. Kalau

gubernur orang Amungme, maka Sekda, Bupati sampai pada jabatan-jabatan penting lainnya

dipegang oleh orang Amungme. Hal seperti ini tentu tidak akan membangun kehidupan yang

harmonis dalam masyarakat birokrat maupun masyarakat umum. Sebab semua manusia

adalah sama, mempunyai kebutuhan yang sama dan dihadapan Tuhan tidak ada bedanya,

tetap satu yaitu umat manusia yang lemah. Yang membedakan antar kita adalah warna kulit,

bahasa, adat istiadat, nasib, jodoh, ajal, rambut, serta kemampuan-kemampuan khusus lain

yang diperoleh melalui pendidikan formal maupun melalui pendidikan non formal.

Oleh karena itu, mungkin lebih baik kalau penentu-penentu kebijakan di negeri ini,

sepatutnya jeli melihat hal ini. Jangan hanya karena melihat gelarnya atau lebih dari pada itu

karena keluarga dekatnya, lalu diberikan tempat yang layak. Mestinya dilihat dahulu

kemampuan memimpin dan melayani masyarakat umum.

Aturan-aturan kepegawaian di negara ini yang lebih melihat pendidikan yang di miliki

mesti dirubah. Paling tidak harus ada aturan yang mengatakan, memberi jabatan kepada yang

berpengalaman (memiliki keahlian dibidang tertentu) dan kemampuan yang layak tidak hanya

pendidikan (walaupun juga sangat berpengaruh) untuk memimpin sebuah lembaga atau

instansi.

Inti pokok dan tugas utama dari sebuah kehidupan adalah melayani dan dilayani.

Kalau sudah melayani orang lain dengan baik maka, tentu saja akan dilayani dengan baik

juga, di bumi ini maupun disurga nanti. Sebaiknya setiap orang lebih mengedepankan prinsip

nasionalisme. Semua orang harus mempunyai pemikiran “ Siapa saja adalah saudara saya,

biar dia berasal dari suku Dayak sekalipun. Kalau dia sementara menjabat, maka saya harus

menghargai dan mendukung. Kalau dia salah, maka saya tegur dengan cara sehat, biasa-biasa

dan seapa adanya, agar ada timbal balik yang positif ”. Sikap emosional mesti ditinggalkan,

dan mesti mengedepankan rasionalisme. Dengan demikian secara tidak langsung pikiran-

pikiran yang selalu mengarah pada nepotisme akan terbasmi / dengan sendirinya hilang.

Page 8: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

[email protected]

7

Harus dilihat pula, kapan dan dimana hubungan keluarga (nepotisme) itu harus

dipakai. Seharusnya, masalah-masalah atau kepentingan-kepentingan keluarga mesti

dibicarakan dirumah bersama sanak famili, atau dengan yang berasal dari satu daerah.

Sementara dikantor, ditempat-tempat / forum-forum umum kita berbicara masalah-masalah

kepentingan umum. Kalau berbuat demikian maka yakin saja sudah siap menghadapi musuh

sekaliber sekalipun. Semua yakin bahwa untuk memberantas nepotisme sangat susah, pasti

saja dalam mencapai sesuatu kita harus membangun kekeuatan-kekuatan terlebih dahulu.

Oleh karena itu, Nepotisme sampai kapanpun tidak akan berakhir.

KESIMPULAN

Setelah memahami sistem perekrutan pegawai negeri, dan nepotisme yang telah

mengakar, maka banyak hal yang menjadi perhatian pemerintah pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya, yaitu; nepotisme sangat berkaitan dengan perekrutan pegawai.

Hal ini terjadi karena tiap individu ingin menularkan / membntu orang-orang yang

dikenalnya, juga keinginan untuk menguasai sesuatu secara penuh dengan meminimalisasikan

peran orang lain diluar kerabat agar terhindar dari ancaman yang bisa membuatnya

kehilangan kekasaan.. Keinginan mewujudkan good governance menuntut pemerintah dan

semua kalangan untuk lebih profesional dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan

yang berlaku dan menghindari segala macam penyimpangan. Guna mendukung terciptanya

birokrasi yang tangguh dan berdayaguna serta terpenuhinya rasa keadilan masyarakat, sudah

sepatutnya pemerintah melakukan penyaringan calon pegawai yang ketat, dari berbagai

penyimpangan dan memenuhi syarat-syarat dengan ketentuan yang diatur undang-undang

sehingga hanya yang memiliki kemampuan yang diterima. Semangat nepotisme yang masih

mengakar sangat sulit dihilangkan, maka yang menjadi ujung tombak dari proses perbaikan

aparatur negara adalah kembali pada kesadaran diri masing-masing pihak, untuk menaati

peraturan yang berlaku dan keinginan untuk membangun negeri ini lebih baik.

Page 9: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

[email protected]

8

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T. Hani. 1984. Manajeman Edisi II. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Hoadley, Mason C. 2006. Quo Vadis Administrasi Negara Indonesia. Yogyakarta : Graha

Ilmu.

Kompas, Selasa, 19 April 2008.

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : PT. Grasindo.

Syafiie, Inu Kencana. 2003. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia. Bandung : Bumi

Aksara.

Syuhadak, Mokhamad.1994. Administrasi Kepegawaian Negara. Jakarta: Gramedia.

Www.geocities.com

Www.wikipedia.org