Makalah Pendidikan Kewarganegaraan Fix
-
Upload
tatap-pamuji -
Category
Documents
-
view
248 -
download
13
description
Transcript of Makalah Pendidikan Kewarganegaraan Fix
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia termasuk salah satu negara di Asia Tenggara yang berada di antara
Benua Asia dan Benua Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan populasi terbesar ke empat di
dunia. Sebagaimana negara-negara lainnya, Indonesia memiliki sistem untuk
menjalankan kehidupan permerintahannya. Sistem tersebut adalah sistem
pemerintahan. Ada beberapa macam sistem pemerintahan di dunia ini. Setiap sistem
pemerintahan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, karakteristik, dan
perbedaan masing-masing. Di Indonesia, sistem pemerintahan sering mengalami
pergantian. Selain itu juga terjadi perubahan pokok-pokok sistem pemerintahan sejak
dilakukan amandemen UUD 1945.
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu
kestabilan negara. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme
karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan
rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat sehingga bersifat statis
atau sulit untuk dirubah. Jika suatu pemerintahan mempunyai sistem yang statis dan
absolut maka hal itu akan berlangsung selamanya.
Dalam pandangan secara umum, sistem pemerintahan menjaga kestabilan
masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga
fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi dan keamanan
sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan bersifat demokrasi dimana
seharusnya masyarakat bisa turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan
tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem
pemerintahan itu secara menyeluruh.
Dalam pandangan secara lebih sempit, sistem pemerintahan hanya sebagai
sarana kelompok untuk menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan
negara dalam waktu relatif lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun
radikal dari rakyatnya itu sendiri. Dengan demikian kita perlu memperhatikan semua
aspek yang berhubungan dengan sistem pemerintahan agar sistem pemerintahan di
Indonesia dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan konstitusi negara Indonesia.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis memberi judul makalah ini “Sistem
Pemerintahan Indonesia”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian sistem pemerintahan?
2. Apa macam-macam sistem pemerintahan?
3. Bagaimana sistem pemerintahan di Indonesia?
C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengertian sistem pemerintahan,
2. macam-macam sistem pemerintahan,
3. sistem pemerintahan di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SISTEM PEMERINTAHAN
1. Tiga pengertian sistem pemerintahan
a. Sistem pemerintahan dalam arti sempit, yakni sebuah kajian yang melihat
hubungan antara legislatif dan eksekutif dalam sebuah negara. Berdasar
kajian ini dibedakan dua model pemerintahan, yakni, sistem parlementer dan
sistem presidensial.
b. Sistem pemerintahan dalam arti luas, yakni suatu kajian pemerintahan negara
yang bertolak dari hubungan antara semua organ negara, termasuk hubungan
antara pemerintah pusat dengan bagian-bagian yang adadi dalam negara.
Bertitik tolak dari pandangan ini sistem pemerintahan negara dibedakan
menjadi negara kesatuan, negara serikat (federal), dan negara konfederansi.
c. Sistem pemerintahan dalam arti sangat luas, yakni kajian yang
menitikberatkan hubungan antara negara dan rakyat. Berdasar kajian ini dapat
dibedakan sistem pemerintahan monarki, pemerintahan aristokrasi, dan
pemerintahan demokrasi.
2. Sistem pemerintahan menurut para ahli
a. Aristoteles
Aristoteles membagi bentuk pemerintahan menurut jumlah orang
yang memerintah dan sifat pemerintahannya menjadi enam, yakni monarki,
tirani, aristokrasi, oligarki, republik (politea) dan demokrasi.
b. Polybius
Polybius membagi bentuk pemerintahan menurut jumlah orang yang
memerintah serta sifat pemerintahannya. Berdasar sudut pandang ini dapat
dibedakan enam jenis pemerintahan, yakni, monarki, tirani, aristokrasi,
oligarki, demokrasi, dan anarki (oklokrasi).
c. Kranenburg
Kranenburg menyatakan adanya ketidakpastian penggunaan istilah
monarki dan republik untuk menyebut bentuk negara atau bentuk
pemerintahan.
3
d. Leon Duguit
Leon Duguit membagi bentuk pemerintahan berdasarkan cara
penunjukan kepala negaranya, yakni sistem republik yang kepala negaranya
diangkat lewat pemilihan dan sistem monarki yang kepala negaranya diangkat
secara turun temurun.
e. Jellinec
Jellinec membagi bentuk pemerintahan menjadi dua, yakni republik
dan monarki. Pendapat ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Leon
Duguit.
B. MACAM-MACAM SISTEM PEMERINTAHAN
Ada beberapa sistem pemerintahan yang dianut negara-negara di dunia, misalnya
saja sistem yang sering dianutoleh negara demokrasi adalah sistem presidensial dan
sistem parlementer. Di dalam studi ilmu negara dan ilmu politik sendiri dikenal
adanya tiga sistem pemerintahan yaitu: Presidensial, Parlementer, dan Referendum.
1. Sistem Presidensial
Dalam sistem Presidensial secara umum dapat disimpulkan mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
a. Kepala Negara sekaligus menjadi Kepala Pemerintahan (eksekutif),
b. pemerintah tidak bertanggung jawab kepada parlemen (DPR). Pemerintah dan
parlemen mempunyai kedudukanyang sejajar,
c. eksekutif dan legislatif sama-sama kuat,
d. menteri-menteri diangkat dan bertanggung jawab kepada presiden,
e. masa jabatan presiden dan wakil presiden tertentu, misalnya 5 tahun.
2. Sistem Parlementer
Prinsip-prinsip atau ciri-cirinya sistem pemerintahan parlementen
adalah sebagai berikut.
a. Kepala negara tidak berkedudukan sebagai kepala pemerintahan karena ia
lebih bersifat simbol nasional,
4
b. pemerintahan dilakukan oleh sebuah Kabinet yang dipimpin oleh seorang
perdana menteri,
c. kedudukan eksekutif lebih lemah dari pada parlemen,
d. kabinet bertanggung jawab kepada parlemen, dan dapat dijatuhkan parlemen
melalui mosi, ntuk mengatasi kelemahan sistem parlemen yang terkesan
mudah jatuh bangun, maka kabinet dapat meminta kepada kepala negara
untuk membubarkan parlemen (DPR) dengan alasan yang sangat kuat
sehingga parlemen dinilai tidak representatif.
3. Sistem Referendum
Dalam sistem referendum badan eksekutif merupakan bagian dari legislatif.
Badan eksekutif yang merupakan bagian badan legislatif adalah badan pekerja
legislatif. Artinya dalam system ini badan legislatif membentuk sub badan di
dalamnya sebagai pelaksana tugas pemerintah. Kontrol terhadap badan legislatif
di dalam sistem ini dilakukan langsung oleh rakyat melalui lembaga referendum.
Pembuat undang-undang dalam sistem ini diputuskan langsung oleh seluruh
rakyat melalui dua macam mekanisme, yaitu:
a. Referendum obligatoir, yaitu referendum untuk menentukan disetujui atau
tidaknya oleh rakyat tentang berlakunya suatu peraturan atau undang-undang
yang baru. Referendum ini disebut referendum wajib,
b. referendum fakultatif, yaitu referendum untuk menentukan apakah suatu
peraturan atau undang-undang yang sudah ada tetap untuk terus diberlakukan
ataukah harus dicabut, referundum ini merupakan referendum tidak wajib.
Dalam prakteknya sistem yang sering dipakai oleh negara-negara adalah sistem
presidential atau sistem parlementer. Seperti halnya Indonesia yang pernah
menerapkan kedua sistem itu. Sebelum perubahan UUD 1945 Indonesia menganut
sistem presidensial, namun penerapannya tidak murni atau bisa dikatakan ‘quasi
presidensial’. Mengingat presiden adalah sebagai mandataris MPR yang
konsekuensinya harus bertanggung jawab kepada MPR (parlemen), namun setalah
perubahan UUD 1945 Indonesia menganut sistem pemerintah presidensial secara
murni karena presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR (parlemen).
5
C. SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
Berdasarkan Pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang berbunyi, "bahwa
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat”. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, yang berbunyi,
"Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.”
Dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan
bentuk pemerintahannya adalah Republik. Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk
pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai
kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4
Ayat 1 yang berbunyi, "Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar." Dengan demikian, sistem
pemerintahan di Indonesia menganut Sistem Pemerintahan Presidensial.
Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial. Namun dalam praktiknya banyak bagian-bagian dari sistem
pemerintahan parlementer yang masuk ke dalam sistem pemerintahan di Indonesia.
Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang berjalan di
Indonesia adalah sistem pemerintahan yang merupakan gabungan atau perpaduan
antara sistem pemerintahan presidensial dengan sistem pemerintahan parlementer.
Apalagi bila dirunut dari sejarahnya, Indonesia mengalami beberapa kali perubahan
periodisasi Sistem Pemerintahan, diantaranya adalah sebagai berikut ini.
1. Sistem Pemerintahan Periode 1945-1949
a. Bentuk Negara : Kesatuan
b. Bentuk Pemerintahan : Republik
c. Sistem Pemerintahan : Presidensial
d. Konstitusi : UUD 1945
e. Lama periode : 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
f. Presiden dan Wapres : Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta (18 Agustus
1945 - 19 Desember 1948) dan Syafruddin Prawiranegara (ketua PDRI)
(19 Desember 1948 - 13 Juli 1949)
6
Pernyataan van Mook untuk tidak berunding dengan Soekarno adalah salah
satu faktor yang memicu perubahan sistem pemerintahan dari presidensil menjadi
parlementer. Gelagat ini sudah terbaca oleh pihak Republik Indonesia, karena itu
sehari sebelum kedatangan Sekutu, tanggal 14 November 1945, Soekarno sebagai
kepala pemerintahan republik diganti oleh Sutan Sjahrir yang seorang sosialis
dianggap sebagai figur yang tepat untuk dijadikan ujung tombak diplomatik,
bertepatan dengan naik daunnya partai sosialis di Belanda. Setelah munculnya
Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 November 1945, terjadi pembagian
kekuasaan dalam dua badan, yaitu kekuasaan legislatif dijalankan oleh Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan kekuasaan-kekuasaan lainnya masih tetap
dipegang oleh presiden sampai tanggal 14 November 1945. Dengan keluarnya
Maklumat Pemerintah 14 November 1945, kekuasaan eksekutif yang semula
dijalankan oleh presiden beralih ke tangan menteri sebagai konsekuensi dari
dibentuknya sistem pemerintahan parlementer.
2. Sistem Pemerintahan Periode 1949-1950
a. Bentuk Negara : Serikat (Federasi)
b. Bentuk Pemerintahan : Republik
c. Sistem Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer)
d. Konstitusi : Konstitusi RIS
e. Lama periode : 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950
f. Presiden dan Wapres :
Ir. Soekarno = presiden RIS (27 Desember 1949 - 15 Agustus 1950)
Assaat = pemangku sementara jabatan presiden RI (27 Desember 1949 - 15
Agustus 1950)
Pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 september 1949 dikota Den Hagg
(Netherland) diadakan konferensi Meja Bundar (KMB). Delegasi RI dipimpin oleh
Drs. Moh. Hatta, Delegasi BFO (Bijeenkomst voor Federale Overleg) dipimpin oleh
Sultan Hamid Alkadrie dan delegasi Belanda dipimpin olah Van Harseveen. Adapun
tujuan diadakannya KMB tersebut itu ialah untuk meyelesaikan persengketaan
Indonesia dan Belanda selekas-lekasnya dengan cara yang adil dan pengakuan
kedaulatan yang nyata, penuh dan tanpa syarat kepada Republik Indonesia Serikat
(RIS). Salah satu keputusan pokok KMB ialah bahwa kerajaan Balanda mengakui
7
kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa syarat dam tidak dapat dicabut kembali
kepada RIS selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949. Demikianlah pada
tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana menandatangani Piagam Pengakuan
Kedaulatan RIS di Amesterdam. Bila kita tinjau isinya konstitusi itu jauh menyimpang
dari cita-cita Indonesia yang berideologi pancasila dan ber UUD 1945 karena :
a. Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalisme) yang terbagi
dalam 16 negara bagian, yaitu 7 negara bagian dan 9 buah satuan kenegaraan
(pasal 1 dan 2 Konstitusi RIS).
b. Konstitusi RIS menentukan suatu bentuk negara yang leberalistis atau
pemerintahan berdasarkan demokrasi parlementer, dimana menteri-menterinya
bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah kepada parlemen
(pasal 118, ayat 2 Konstitusi RIS).
c. Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa atau
semangat pembukaan UUD proklamasi sebagai penjelasan resmi proklamasi
kemerdekaan negara Indonesia (Pembukaan UUD 1945 merupakan
Decleration of independence bangsa Indonesia, kata tap MPR no.
XX/MPRS/1996). Termasuk pula dalam pemyimpangan mukadimah ini adalah
perubahan kata- kata dari kelima sila pancasila. Inilah yang kemudian yang
membuka jalan bagi penafsiran pancasila secara bebas dan sesuka hati hingga
menjadi sumber segala penyelewengan didalam sejarah ketatanegaraan
Indonesia.
3. Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959
a. Bentuk Negara : Kesatuan
b. Bentuk Pemerintahan : Republik
c. Sistem Pemerintahan : Parlementer
d. Konstitusi : UUDS 1950
e. Lama periode : 15 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
f. Presiden dan Wapres : Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta
UUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik Indonesia
sejak 17 Agustus 1950 hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 .
UUDS 1950 ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950
8
tentang Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia, dalam Sidang Pertama
Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta. Konstitusi
ini dinamakan "sementara", karena hanya bersifat sementara, menunggu
terpilihnya Konstituante hasil pemilihan umum yang akan menyusun konstitusi
baru. Pemilihan Umum 1955 berhasil memilih Konstituante secara demokratis,
namun Konstituante gagal membentuk konstitusi baru hingga berlarut-larut.
Dekrit Presiden 1959 dilatarbelakangi oleh kegagalan Badan Konstituante
untuk menetapkan UUD baru sebagai pengganti UUDS 1950. Anggota
konstituante mulai bersidang pada 10 November 1956. Namun pada kenyataannya
sampai tahun 1958 belum berhasil merumuskan UUD yang diharapkan.
Sementara, di kalangan masyarakat pendapat-pendapat untuk kembali kepada
UUD '45 semakin kuat. Dalam menanggapi hal itu, Presiden Soekarno lantas
menyampaikan amanat di depan sidang Konstituante pada 22 April 1959 yang
isinya menganjurkan untuk kembali ke UUD '45. Pada 30 Mei 1959 Konstituante
melaksanakan pemungutan suara. Hasilnya 269 suara menyetujui UUD 1945 dan
199 suara tidak setuju. Meskipun yang menyatakan setuju lebih banyak tetapi
pemungutan suara ini harus diulang, karena jumlah suara tidak memenuhi
kuorum. Pemungutan suara kembali dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959.
Dari pemungutan suara ini Konstituante juga gagal mencapai kuorum. Untuk
meredam kemacetan, Konstituante memutuskan reses yang ternyata merupkan
akhir dari upaya penyusunan UUD. Pada 5 Juli 1959 pukul 17:00, Presiden
Soekarno mengeluarkan dekrit yang diumumkan dalam upacara resmi di Istana
Merdeka.
4. Sistem Pemerintahan Periode 1959-1966 (Demokrasi Terpimpin)
a. Bentuk Negara : Kesatuan
b. Bentuk Pemerintahan : Republik
c. Sistem Pemerintahan : Presidensial
d. Konstitusi : UUD 1945
e. Lama periode : 5 Juli 1959 – 22 Februari 1966
f. Presiden dan Wapres : Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta
9
Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden.
Latar belakang dikeluarkannya dekrit ini adalah:
a. Kehidupan politik yang lebih sering dikarenakan sering jatuh bangunnya
kabinet dan persaingan partai politik yang semakin menajam.
b. Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang dasar
c. Terjadinya gangguan keamanan berupa pemberontakan bersenjata di daerah-
daerah.
Berikut Isi Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959:
a. Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945.
b. Pembubaran Badan Konstitusional
c. Membentuk DPR sementara dan DPA sementara
Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
1. Bentuk pemerintahan Presidensial Ir. Soekamo sebagai Presiden dan Perdana
menteri dengan kabinetnya dinamakan Kabinet Kerja.
2. Pembentukkan MPR sementara dengan penetapan Presiden No. 2 tahun 1959.
Keanggotaan MPRS terdiri dari 583 anggota DPR ditambah dengan utusan-
utusan daerah dan 200 wakil-wakil golongan.
3. Pembentukkan DPR sementara berdasarkan penetapan Presiden No. 3 tahun
1959 yang diketuai oleh Prcsiden dengan 45 orang anggotanya.
4. Pembentukkan Front Nasional melalui penetapan Prcsiden No. 13 tahun 1959.
tertanggal 31 Desember 1959. Tujuan Front Nasional adalah: a. Menyelesaikan
Revolusi Nasional b. Melaksanakan pembangunan semesta nasional c.
Mengembalikan Irian Barat dalam wilayah RI. Front Nasional banyak
dimanfaatkan oleh PKI dan simpatisannya sebagai alat untuk mencapai tujuan
politiknya.
5. Pembentukkan DPRGR Presiden Soekarno pada 5 Maret 1959 melalui
penetapan Presiden No. 3 tahun 1959 membubarkan DPR hasil Pemilu sebagai
gantinya melalui penetapan Presiden No. 4 tahun I960 Presiden membentuk
DPRGR yang keanggotaannya ditunjuk oleh Soekarno.
10
6. Manipol USDEK Manifesto politik Republik Indonesia (Manipol) adalah isi
pidato Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1959. Atas usul DPA
Manipol dijadikan GBHN dengan Ketetapan MPRS No. 1 MPRS/I960,
Menurut Presiden Soekano intisari dari Manipol ada lima yaitu : UUD 1945,
Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin dan
Kepribadian Indonesia. Disingkat menjadi USADEK. Berkembang pula ajaran
Presiden Soekano yang dikenal dengan NASAKOM (Nasionalisme, Agama
dan Komunis).
7. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 200 dan 201 tahun 1960 Presiden
membubarkan Partai Masyumi dan PSI dengan alasan para pemimpin partai
tersebut mendukung pemberontakan PRRI/Permesta.
Keadaan Ekonomi Mengalami Krisis, terjadi kegagalan produksi hampir di semua
sektor. Pada tahun 1965 inflasi mencapai 65 %, kenaikan harga-harga antara 200-
300 %. Hal ini disebabkan oleh:
1. penanganan dan penyelesaian masalah ekonomi yang tidak rasional, lebih
bersifat politis dan tidak terkontro.
2. adanya proyek merealisasikan dan kontroversi.
Pada masa demokrasi terpimpin ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945,
diantaranya:
1. Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil
Ketua DPA menjadi Menteri Negara
2. MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup
3. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September
Partai Komunis Indonesia
5. Sistem Pemerintahan Periode 1966-1998 (Orde Baru)
a. Bentuk Negara : Kesatuan
b. Bentuk Pemerintahan : Republik
c. Sistem Pemerintahan : Presidensial
d. Konstitusi : UUD 1945
11
e. Lama periode : 22 Februari 1966 – 21 Mei 1998
f. Presiden dan Wapres :
1) Soeharto (22 Februari 1966 – 27 Maret 1968)
2) Soeharto (27 Maret 1968 – 24 Maret 1973)
3) Soeharto dan Adam Malik (24 Maret 1973 – 23 Maret 1978)
4) Soeharto dan Hamengkubuwono IX (23 Maret 1978 –11 Maret 1983)
5) Soeharto dan Try Sutrisno (11 Maret 1983 – 11 Maret 1988)
6) Soeharto dan Umar Wirahadikusumah (11 Maret 1988 – 11 Maret 1993)
7) Soeharto dan Soedharmono (11 Maret 1993 – 10 Maret 1998)
8) Soeharto dan BJ Habiebie (10 Maret 1998– 21 Mei 1998)
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan
menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun
pelaksanaannya ternyata menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang murni,
terutama pelanggaran pasal 23 (hutang Konglomerat/private debt dijadikan beban
rakyat Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada
fihak swasta untuk menghancur hutan dan sumberalam kita. Pada masa Orde
Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", diantara melalui
sejumlah peraturan:
1. Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR
berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan
melakukan perubahan terhadapnya
2. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara
lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945,
terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang
merupakan pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.
6. Sistem Pemerintahan Periode 1998 – sekarang
a. Bentuk Negara : Kesatuan
b. Bentuk Pemerintahan : Republik
c. Sistem Pemerintahan : Presidensial
d. Konstitusi : UUD 1945
12
e. Lama periode : 21 Mei 1998 – sekarang
f. Presiden dan Wapres :
1) B. J Habiebie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)
2) Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri (20 Oktober 1999 –
23 Juli 2001)
3) Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz (23 Juli 2001 – 20 Oktober
2004)
4) Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf Kalla (20 Oktober
2004 – 20 Oktober 2009)
5) Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono (20 Oktober 2009 – 2014)
6) Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla (20 Oktober 2014 – 20
Oktober 2019)
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan
(amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945
antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan
pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada
Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes” (sehingga dapat menimbulkan
multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentangsemangat penyelenggara
negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi. Tujuan perubahan UUD
1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanannegara,
kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi
dannegara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi
dan kebutuhanbangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya
tidak mengubah PembukaanUUD 1945, tetap mempertahankan susunan
kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem
pemerintahan presidensial.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Sistem pemerintahan yakni kajian yang menitikberatkan hubungan antara negara
dan rakyat, semua organ negara, dan hubungan antara legislatif dan eksekutif dalam
suatu negara.
2. Macam-macam sistem pemerintahan adalah.
1) Sistem pemerintahan presidensial.
2) Sistem pemerintahan parlementer.
3) Sistem pemerintahan referendum.
3. Bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya
adalah Republik. Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik,
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan
sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang
berbunyi, "Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang-Undang Dasar". Dengan demikian, sistem pemerintahan di
Indonesia menganut Sistem Pemerintahan Presidensial.
B. SARAN
Kita perlu memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan sistem
pemerintahan agar sistem pemerintahan di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan
sesuai dengan konstitusi negara Indonesia. Unsur-unsur yang kadang menjadi akar
permasalahan harus bisa diselesaikan dan diperbaiki.
14