makalah kesenian

15
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang masalah Indonesia adalah negara yang besar, negara yang kaya akan nilai budaya dan tradisi, salah satu suku di Indonesia adalah suku Sunda yang berada di pulau Jawa, tepatnya di Jawa Barat. Suku Sunda juga memiliki kesenian tradisional yang khas dan beragam, selain itu suku Sunda memiliki alat musik tradisional seperti rebab, kecapi, karinding, angklung dan suling. Pada saat ini, suling kurang diminati oleh anak-anak, karena saat ini banyak alat musik modern yang lebih banyak digunakan. Masalah lain yang menyebabkan hal tersebut adalah karena kurangnya media pembelajaran alat musik suling dan kurikulum pelajaran alat musik tradisional kepada anak-anak. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : a. Kurangnya pengenalan alat musik tradisional khususnya suling kepada anak-anak usia sekolah dasar, khususnya di kota bandung. b. Salah satu faktor anak-anak kurang meminati alat musik Tradisional karena tergeser oleh alat musik yang lebih modern

Transcript of makalah kesenian

Page 1: makalah kesenian

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang masalah

Indonesia adalah negara yang besar, negara yang kaya akan nilai budaya

dan tradisi, salah satu suku di Indonesia adalah suku Sunda yang berada di

pulau Jawa, tepatnya di Jawa Barat. Suku Sunda juga memiliki kesenian

tradisional yang khas dan beragam, selain itu suku Sunda memiliki alat musik

tradisional seperti rebab, kecapi, karinding, angklung dan suling.

Pada saat ini, suling kurang diminati oleh anak-anak, karena saat ini banyak

alat musik modern yang lebih banyak digunakan. Masalah lain yang

menyebabkan hal tersebut adalah karena kurangnya media pembelajaran alat

musik suling dan kurikulum pelajaran alat musik tradisional kepada anak-anak.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut :

a. Kurangnya pengenalan alat musik tradisional khususnya suling kepada

anak-anak usia sekolah dasar, khususnya di kota bandung.

b. Salah satu faktor anak-anak kurang meminati alat musik Tradisional

karena tergeser oleh alat musik yang lebih modern

c. Kurangnya media pembelajaran atau informasi tentang cara memainkan

Alat Musik Tradisional.          

     

3. Fokus Masalah

Penulis akan memfokuskan masalah kepada perancangan media informasi

mengenai bagaimana cara memainkan alat musik   Tradisional . Dengan

memahami hal yang berkaitan tentang suling, dengan cara membuat media

informasi tentang bagaimana memainkan alat musik Tradisiobal.

1

Page 2: makalah kesenian

4. Tujuan Perancangan

Dalam menyelesaikan masalah yang telah dibahas sebelumnya. Maka

tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan buku ini adalah:

a. Untuk mengenal alat musik tradisional khususnya di Indonesia.

b. Untuk menumbuhkan minat anak terhadap alat musik tradisional dan

untuk memahami bagaimana cara memainkan alat musik tersebut.

c. Untuk membuat alternatif penyelesaian masalah mengenai kurangnya

informasi mengenai bagaimana cara bermain Alat Musik Tradisional.

5. Manfaat Perancangan

Dengan melaksanakan penelitian ini, diharapkan anak-anak dapat

mempelajari suling dengan mudah serta mengembalikan gairah anak-anak

untuk mempelajari alat musik tradisional khususnya suling. Dan dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya anak-anak sebagai fokus

segmentasinya.

Diharapkan setelah beberapa tahun kemudian banyak generasi muda yang

bisa memainkan suling dan melastarikan salah satu alat musik tradisional,

sehingga kesenian tradisional Sunda tetap lestari.

2

Page 3: makalah kesenian

BAB II

ALAT-ALAT MUSIK TRADISIONAL

1. Gamelan (okestranya orang jawa)

Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah

berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan,

melahirkan institusi sebagai ruang belajar dan ekspresi musik gamelan, hingga

menghasilkan pemusik gamelan ternama. Pagelaran musik gamelan kini bisa

dinikmati di berbagai belahan dunia, namun Yogyakarta adalah tempat yang

paling tepat untuk menikmati gamelan karena di kota inilah anda bisa

menikmati versi aslinya.

Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, sebuah

bentuk gamelan yang berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda.

Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut dan slow, berbeda dengan

Gamelan Bali yang rancak dan Gamelan Sunda yang sangat mendayu-dayu

dan didominasi suara seruling. Perbedaan itu wajar, karena Jawa memiliki

pandangan hidup tersendiri yang diungkapkan dalam irama musik gamelannya.

Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah

keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan

bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta

mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah

tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang

dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.

Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan. Perkembangan

musik gamelan diperkirakan sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke

mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari

logam. Perkembangan selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai

untuk mengiringi pagelaran wayang, dan tarian. Barulah pada beberapa waktu

sesudahnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para

sinden.

3

Page 4: makalah kesenian

Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set

alat musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung,

gambang, gong dan seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-

alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat

memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong

berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi

keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.

Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan

gamelan komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro

memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan

interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F#

G# A B] dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik gamelan

diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan

pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang

terdiri dari 4 nada.

Anda bisa melihat gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri

maupun sebagai pengiring tarian atau seni pertunjukan seperti wayang kulit

dan ketoprak. Sebagai sebuah pertunjukan tersendiri, musik gamelan biasanya

dipadukan dengan suara para penyanyi Jawa (penyanyi pria disebut wiraswara

dan penyanyi wanita disebut waranggana). Pertunjukan musik gamelan yang

digelar kini bisa merupakan gamelan klasik ataupun kontemporer. Salah satu

bentuk gamelan kontemporer adalah jazz-gamelan yang merupakan paduan

paduan musik bernada pentatonis dan diatonis.

Salah satu tempat di Yogyakarta dimana anda bisa melihat pertunjukan

gamelan adalah Kraton Yogyakarta. Pada hari Kamis pukul 10.00 - 12.00 WIB

digelar gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri. Hari Sabtu pada

waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring wayang kulit,

sementara hari Minggu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai

pengiring tari tradisional Jawa. Untuk melihat pertunjukannya, anda bisa

menuju Bangsal Sri Maganti. Sementara untuk melihat perangkat gamelan tua,

anda bisa menuju bangsal kraton lain yang terletak lebih ke belakang.

4

Page 5: makalah kesenian

2. Kecapi

Kacapi merupakan alat musik petik yang berasal dari Jawa Barat, biasa

digunakan sebagai pengiring suling sunda atau dalam musik lengkap, sampai

saat ini masih terus dilestarikan dan dijadikan kekayaan seni Sunda yang

sangat bernilai bagi masyarakat asli Jawa Barat.

Membutuhkan latihan khusus untuk dapat memainkan alat musik ini dengan

penuh penghayatan, tak jarang latihan dilakukan di alam terbuka agar dapat

menyatukan rasa dan jiwa sang pemetik Kacapi, lebih dari itu semua suara

yang dihasilkan dari alat musik ini akan menenangkan jiwa para pendengarnya,

dan mampu membawa suasana alam Pasundan di tengah-tengah pendengar

yang mulai terhanyut dengan buaian nada-nada yang indah dari Kacapi.

3. Angklung

Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara

tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau

Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara

digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga

menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada

dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik

angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalahsalendro dan pelog.

Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk

primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di

Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan

bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.

Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan

Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu,

seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang

agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya.

Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai

lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip).

5

Page 6: makalah kesenian

Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda

asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali

penanaman padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah

satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya

berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk

memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.

Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah

bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada (laras)

dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah (wilahan) setiap

ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.

Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya

sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai

pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan,

itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat

menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung

menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu itu.[rujukan?]

Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan

pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas

sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal

sekarang bernama angklung. Demikian pula pada saat pesta panen dan seren

taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian Angklung

yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan

yang sifatnya arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat menjadi

iring-iringan Rengkong dan Dongdang serta Jampana (usungan pangan) dan

sebagainya.

Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke

seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah

misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan

angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.

6

Page 7: makalah kesenian

Bahkan, sejak 1966, Udjo Ngalagena —tokoh angklung yang

mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro,

dan madenda— mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada

banyak orang dari berbagai komunitas.

                                       

4. Calung 

Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa)

dariangklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara

digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan,

bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga

nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung

kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat

dari awi temen (bambu yang berwarna putih).

Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan

seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung

rantay dan calung jinjing.

Perkembangan jenis calung yang sekarang berkembang dan dikenal secara

umum yaitu calung jinjing. Calung jinjing adalah jenis alat musik yang sudah

lama dikenal oleh masyarakat Sunda, misalnya pada masyarakat Sunda di

daerah Sindang Heula - Brebes, Jawa tengah, dan bisa jadi merupakan

pengembangan dari bentuk calung rantay. Namun di Jawa Barat, bentuk

kesenian ini dirintis popularitasnya ketika para mahasiswa Universitas

Padjadjaran (UNPAD) yang tergabung dalam Departemen Kesenian Dewan

Mahasiswa (Lembaga kesenian UNPAD) mengembangkan bentuk calung ini

melalui kreativitasnya pada tahun 1961. Menurut salah seorang perintisnya,

Ekik Barkah, bahwa pengkemasan calung jinjing dengan pertunjukannya

diilhami oleh bentuk permainan pada pertunjukan reog yang memadukan unsur

tabuh, gerak dan lagu dipadukan. Kemudian pada tahun 1963 bentuk

permainan dan tabuh calung lebih dikembangkan lagi oleh kawan-kawan dari

Studiklub Teater

7

Page 8: makalah kesenian

Bandung (STB; Koswara Sumaamijaya dkk), dan antara tahun 1964 - 1965

calung lebih dimasyarakatkan lagi oleh kawan-kawan di UNPAD sebagai seni

pertunjukan yang bersifat hiburan dan informasi (penyuluhan (Oman

Suparman, Ia Ruchiyat, Eppi K., Enip Sukanda, Edi, Zahir, dan kawan-kawan),

dan grup calung SMAN 4 Bandung (Abdurohman dkk). Selanjutnya

bermunculan grup-grup calung di masyarakat Bandung, misalnya Layung Sari,

Ria Buana, dan Glamor (1970) dan lain-lain, hingga dewasa ini bermunculan

nama-nama idola pemain calung antara lain Tajudin Nirwan, Odo, Uko

Hendarto, Adang Cengos, dan Hendarso.

Perkembangan kesenian calung begitu pesat di Jawa Barat, hingga ada

penambahan beberapa alat musik dalam calung, misalnya kosrek, kacapi, piul

(biola) dan bahkan ada yang melengkapi dengan keyboard dan gitar. Unsur

vokal menjadi sangat dominan, sehingga banyak bermunculan vokalis calung

terkenal, seperti Adang Cengos, dan Hendarso.

5. Saron

Saron (atau disebut juga ricik) adalah salah satu instrumen gamelan yang

termasuk keluarga balungan.

Dalam satu set gamelan biasanya punya 4 saron, dan kesemuanya memiliki

versi pelog dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi

daripada demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya

terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu.

8

Page 9: makalah kesenian

BAB 3

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Alat Musik Tradisional jangan pernah di tinggalkan karena musik

tradisional adalah warisan nenek moyang suatu bangsa yang di turunkan

secara turun temurun. Alat Musik Tradisional ini merupakan suatu cirikhas

sebuah bangsa, maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya dengan

alat alat musik tradisional merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan

kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan

oleh setiap suku bangsa. Alat Musik tradisional juga dapat di kolaborasikan

dengan musik moderen yang tidak kala menarik untuk di saksikan.

2. SARAN

Selama menjalani matakuliah kritik seni ini ada banyak kekurangan dan

kelebihannya. Misalnya kurangnya fasilitas atau media pembelajaran, dengan

menambahkan alat proyektor sebagai media pendukung mahasiswa dapat

cepat tanggap dengan apa yang sedang di pelajarinya. Pembelajaran yang

langsung menyaksikan atau langsung turun ke lapangan juga dapat membuat

mahasiswa tidak merasa jenuh karena tidak hanya belajar di dalam kelas saja,

mahasiswa langsung dapat mengkritik sebuah pertunjukan yang sedang

dilihatnya.

Untuk bapak Silo walaupun bapak mengajar bukan dibidangnya namun

bapak sudah cukup baik dalam penyampaian materi matakuliah kritik seni ini

namun harus ditingkatkan lagi dalam mencapai profesionalisme kerja sebagai

tenaga pendidik. Terimakasih.

9

Page 10: makalah kesenian

DAFTAR ISI

DAFTAR ISIi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah1

B. Identifikasi Masalah Masalah 1C. Fokus masalah 1D. Tujuan Perancangan 2E. Manfaat perancangan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Gamelan (okestranya orang jawa 3

B. Kecapi

5

C. Angklung 5

D. Calung 7

E. Saron 8

BAB III PENUTUP9

A. Kesimpulan 9B. Saran 9