MAKALAH KASUS 3

download MAKALAH KASUS 3

of 15

description

makalah

Transcript of MAKALAH KASUS 3

  • 5/26/2018 MAKALAH KASUS 3

    1/15

    MAKALAH MODUL SUSUNAN SARAF

    Seorang Anak Laki-Laki 12 Tahun Datang dengan Kejang

    Kelompok IV

    03009107 Hario Nugeroho 03011074 Dewi Rezeki Arbi

    03010128 I Gede Putu Arsa 03011091 Ezra Karthera Merep

    03011002 Abdel Halim 03011104 Firda Nurvaradita

    03011018 Amanda Nabila F. 03011118 Gusnur Gazali Ashari

    03011031 Anggie Pradetya Maharani 03011134 Hutomo Yusuf Andrianto

    03011045 Ary Titis Rio Pambudi 03011149 Jolly

    03011060 Cindy Amalia 03011266 Salim

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

  • 5/26/2018 MAKALAH KASUS 3

    2/15

    BAB I

    PENDAHULUAN

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    Sesi 1 Lembar 1

    Seorang anak laki laki 12 tahun dibawa ibunya ke UGD karena baru saja kejang di

    rumah,tetapi saat sampai di UGD kejang sudah berhenti.

    Sesi 1 Lembar 2

    Anamnesa pada ibunya ternyata pasien sejak kemarin kejang 4 kali.Kejang berlangsung 1

    menit.Kejang terjadi di seluruh tubuh,sifatnya kaku dan kelojotan.Saat kejang pasien taksadar.Mata melirik ke atas,tetapi tidak mengeluarkan busa dan darah dari mulut.Sebelum ini

    pasien tak pernah kejang.Pasien lahir normal,cukup bulan.Perkembangan mental dan fisik

    normal.Pasien tak pernah menderita sakit berat atau trauma kepala.Pasien tak pernah dirawat di

    RS,Sejak 1 bulan pasien mengeluh nyeri kepala dan rasa berputar yang hilang timbul disertai

    mual dan muntah.Tidak panas.

    Pada pemeriksaan didapatkan : Tensi 120/80.Nadi 80 x /menit.Napas 24x/menit.Suhu 37 C.Berat

    badan 40 kg.

    Pada pemeriksaan pasien sering menutup mata dan membuka mata bila ditanya.Bila ditanyapasien bisa menjawab dengan baik.Pasien bisa melakukan instruksi bila diminta.

    Pada pemeriksaan neurologis tak terdapat tanda rangsang selaput otak.

    Pemeriksaan N Cranialis tak jelas ada kelainan.

    Tak jelas terdapat kelainan sistem motoris maupun sensoris.

    Sesi 2 Lembar 1

    Foto thorax normal

    CT Scan kepala terlampir

    Pemeriksaan lab dbn

    EEG sesuai dengan penyakit convulsi umum

  • 5/26/2018 MAKALAH KASUS 3

    3/15

    Hasil CT Scan

  • 5/26/2018 MAKALAH KASUS 3

    4/15

    BAB III

    PEMBAHASAN

    I. ANAMNESIS Identitas

    Nama : -

    Umur : 12tahun

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Alamat : -

    Pekerjaaan : -

    Suku :-

    Keluhan utama : Riwayat Penyakit Sekarang : Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Penyakit Keluarga :

    -

    Riwayat Pengobatan :II. HIPOTESISIII. ANAMNESIS TAMBAHAN

    Anamnesis yang memungkinkan ditanya kepada orangtuapasien (Allo anamnesis) :

  • 5/26/2018 MAKALAH KASUS 3

    5/15

    IV. PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi

    Tekanan darah 120/80 mmHg

  • 5/26/2018 MAKALAH KASUS 3

    6/15

    V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan LaboratoriumHasil : dalam batas normal. Hal ini menunjukan kemungkinan pada pasien tidak terjadi

    gangguan sistemik. Dengan demikian kejang dari pasien buka disebabkan kelainan

    metabolik akibat mual dan muntah tetapi karena adanya neoplasma di otak.

    Foto thoraxHasil : normal. Tidak adanya gangguan pada organ-organ di rongga thorax. Hal inimenunjukan penyakit yang diderita pasien kemungkinan bukan berasal dari kelainan

    organ-organ di rongga thorax.

    CT scanPada potongan axial tampak adanya pembesaran ventrikel dan suatu massa di vermis

    cerebelum. Massa terlihat hiperdensitas, tunggal dan bentuk noduler. Secara

    epidemiologis massa yang berada di vermis cerebelum kemungkinan adalah

    medulablastoma. Massa ini dapat menekan ventrikel IV sehingga dapat tampak gambaran

    pelebaran dari ruang ventrikel. Selain medulloblastoma, astrositoma pilositik juga terjadi

    pada cerebelum pada anak dan remaja.

  • 5/26/2018 MAKALAH KASUS 3

    7/15

    Pemeriksaan EEGHasil : sesuai dengan penyakit convulsi umum. Kemungkinan hasil yang didapatkan

    adalah grand mal seizure. Dilihat dari kondisi pasien saat kejang yaitu kaku dan kelojotan

    menurut kelompok kami pasien mengalami kejang umum yaitu kejang tonik-klonik.

    Untuk memastikan diagnosis kami membutuhkan pemeriksaan tambahan yaitu:

    BiopsiDengan biopsi dapat terlihat perbedaan dari struktur mikroskopik massa tersebut. Untuk

    gambaran medulloblastoma gambaran mikroskopiknya sangat seluler, dengan pulau-

    pulau sel pleomorfik, hiperkromatis dan sedikit sitoplasma, kadang anaplastik dan mitosis

    dapat ditemukan, sedangkan pada astrositoma pilositik gambaran mikroskopiknya adalah

    sedikit hiperseluler dan yang khas terdapat astrosit pilositik, yaitu sel bipolar dengan

    prosesus tipis dan panjang seperti rambut.

    Lumbal pungsiSelain biopsi dapat juga dilakukan lumbal pungsi. Lumbal pungsi dilakukan untuk mencari

    sel kanker atau tumor marker. Hal ini biasanya dilakukan setelah tumor dioperasi. Pada

  • 5/26/2018 MAKALAH KASUS 3

    8/15

    medulloblastoma bisa tampak kenaikan dari Glial fibrillary acidic protein (GFAP)

    meskipun tidak pada semua kasus. Biopsi masih menjadi npilihan utama.

    Sumber :

    1. Medulloblastoma. (http://emedicine.medscape.com/article/1743856-overview#showall.Accesed on 12 july 2013)

    VI. DIAGNOSISDiagnosis kerja :

    Diagnosis klinis :

    Diagnosis topis :

    Diagnosis patologis :

    Diagnosis etiologis :

    Diagnosis banding :

    VII.PATOFISIOLOGI

    Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, diagnosa

    kerja yang kami simpulkan untuk pasien dalam kasus ini adalah medulloblastoma. Berikut

    adalah patofisiologi yang berkaitan dengan gejala-gejala yang dialami oleh pasien.

    Gejala awal yang dialami pasien adalah nyeri kepala sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri

    kepala tersebut dapat disebabkan oleh penekanan langsung medulloblastoma terhadap daerah

    intrakranial yang peka terhadap nyeri.

    Pertumbuhan tumor yang menekan ventrikel IV dapat menghambat aliran CSF sehingga

    menyebabkan hidrocefalus dan peningkatan tekanan intrakranial pada pasien.(1)Hidrocefalus ini

    ditandai dengan pelebaran ventrikel lateral yang ditemukan pada hasil CT Scan kepala pasien.

    Peningkatan tekanan intrakrnial ini kemudian menyebabkan mual, muntah, kejang dan

    merangsang daerah-daerah peka nyeri intrakranial yang turut menjadi penyebab dari nyeri kepala

    yang dialami oleh pasien. Sedangkan vertigo pada pasien disebabkan oleh tumor pada vermis

    http://emedicine.medscape.com/article/1743856-overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/1743856-overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/1743856-overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/1743856-overview#showall
  • 5/26/2018 MAKALAH KASUS 3

    9/15

    cerebellum yang mengganggu integrasi informasi dari vestibulum, mata, proprioseptif sensorik

    pada cerebellum.(2)

    Pertumbuhan tumor pada cerebellum dapat mengkompresi pembuluh darah yang berada

    disekitarnya dan menyebabkan hipoksia jaringan otak sekitar. Hal ini kemudian dapat

    menyebabkan peningkatan metabolism anaerob yang menghasilkan laktat. Peningkatan kadar

    laktat ini kemudian dapat menyebabkan suasana asam pada jaringan disekitar otak. Suasana yang

    asam ini dapat meningkatkan kerentanan influks natrium melalui teraktivasinya kanal Na+.(3)

    Hal

    ini juga dapat menjadi penyabab dari kejang yang dialami oleh pasien.

    Dafpus:

    1. Jones HR, Srinivasan J, Allam GJ, Baker R. Brain tumors. ln: Alderson LM, DempseyPK, Cosgrove GR, editors. Netters neurology. 2

    nded. Philadelphia: Elsevier Saunders;

    2012. p. 458-92.

    2. Antunes MB. CNS causes of vertigo [Internet]. New York: WebMD; 2013 Mar [updated2

    nd Apr 2012; cited Jul 11

    th2013]; Available from:

    http://emedicine.medscape.com/article/884048-overview#a0104

    3. You G, Sha Z, Jiang T. The pathogenesis of tumor-related epilepsy and its implicationsfor clinical treatment. Eur J Epilepsy. 2012 Apr;21(3):153-9.

    VIII. PENATALAKSANAAN

    IX. PROGNOSIS.

    X. KOMPLIKASI

  • 5/26/2018 MAKALAH KASUS 3

    10/15

    BAB IV

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. DefinisiMedulloblastoma adalah suatu tumor yang ditemukan di daerah serebellum ( fossa

    posterior), termasuk salah satu dari PNET (primitive neuroectodermal tumour). Merupakan

    7-8% tumor intracranial dari keseluruhan 30% tumor otak pada anak.

    Berkembang dari sel neuroepitel yang berasal dari atap ventrikel IV. Sel ini kemudian

    bermigrasi ke lapisan granular serebellum. Tumor kemudian sering ditemukan di daerah

    vermis serebelli dan atap ventrikel IV untuk anak-anak berusia lebih muda, sedangkan anak

    yang lebih tua sering terdapat di hemisfer serebelli.

    II. HistologiMerupakan tumor padat dengan sel yang kecil, inti basofilik, berbagai macam ukuran

    dan bentuk, sering dengan multiple miosis. Sebenarnya secara histologik tidak terlalu

    penting, sebab beberapa tumor embrional lainnya (neuroblastoma dan pineblastoma) dapat

    menunjukkan tampilan yang sama. Tampak tampilan Homer-Wrigt rosettes.

    Subtipe secara histologis :

    a. Medullomyoblastoma; berupa sel sel otot polos dan lurik. Terdiri atas sel-selk dengan

    differensiasi neuronal maupun glial.

    b. Melanotic Medulloblastoma; Sel kecil, tidak berdiferensiasi dan mengandung melanin.

    Tipe yang paling jarang.

    c. Large-Cell Medulloblastoma; Medulloblastoma dengan nucleus dan nucleoli yang

    besar.

    III. Genetik, Familial, EnvirontmentTampak adanya delesi dari lengan pendek kromosom 17 (17p) yakni segmen

    kromosom yang mengandung tumor suppressor gen. Secara familial berkaitan denganCarcinoma Sel Basal Nevoid yang diwariskan secara Autosomal-dominant ( Gorlin

    Syndrome). Lingkungan seperti, latar belakang pekerjaan orang tua, keterpaparan dengan

    karsinogen, kebiasaaan nutrisi ibu, dan lain lain, tidak cukup bukti sebagai precursor

    prevalensi tumor ini.

  • 5/26/2018 MAKALAH KASUS 3

    11/15

    IV. Klinis70-90% mengalami keluhan sakit kepala, emesis, letargi dalam 3 bulan sebelum

    diagnosis berhasil ditegakkan. Peningkatan tekanan intracranial dengan gejala = morningheadaches, vomit, letargi. Sakit kepala biasanya hilang bila pasien muntah. Anak sering

    menjadi irritable , anorexia, pertumbuhannya terlambat, lingkar kepala yang bertambah dan

    dengan sutura kranial yang terbuka. Disfungsi Serebellar = Ataxia ekstremitas bawah dan

    atas, yang bertambah berat bila tumor makin bertambah besar dan menginvasi jaringan

    sekitar.

    Ganguan batang otak + infiltrasi tumor ke batang otak ataupun oleh peningkatan tekanan

    intra cranial menyebabkan diplopia, facial waknes, tinnitus, pendengaran hilang, tilt head dan

    kaku kuduk.

    Pada metastases akan menyebabkan gejala local. Seperti metatase ke tulang akanmenyebabkan nyeri pinggang; metastase ke Korda Spinalis menyebabkan kelemahan otot

    tungkai, dll.

    V. StagingPenderajatan kelompok resiko tumor ini ditentukan oleh 3 faktor yakni umur,

    metastase, dan peluasan penyakit pasca operasi. Untuk metastasenya sendiri dibagi lagi

    dalam beberapa klasifikasi menurut Chang :

    a. Mo : tidak ada metastase.b. M1 : tumor mikroskopik ditemukan di cairan serebro spinal.c. M2 : sel tumor nodular di serebellum, subarachnoid serebral, ventrikel III dan

    ventrikel IV.

    d. M3 : sel tumor nodular di subarachnoid medulla spinalis.e. M4 : metastase ekstra neural.

    VI. Kelompok Resikoa. Average Risk : Berusia lebih dari 3 tahun, Mo, tumor residu pasca operasi < 1,5 cm2.

    Survival rate untuk 5 tahun = 78%.b. Poor Risk : Berusia lebih dari 3 tahun, M1M4, tumor residu pasca operasi > 1,5

    cm2. Survival rate untuk 5 tahun = 30-55 %.

    c. Infants : Berusia kurang dari 3 tahun, M1-M4, tumor tetap berkestensi pasca operasi.Survival rate untuk 5 tahun = 30 % ( prognosisnya terburuk ).

  • 5/26/2018 MAKALAH KASUS 3

    12/15

    VII. PemeriksaanA. Biokimiawi

    Tidak spesifik. Tapi, beberapa studi molekuler dapat menentukan prognosis

    Medulloblastoma. Adanya ekspresi protein ErbB2 memiliki prognosis yang lebih baik

    dibandingkan dengan bila ada ekspresi protein TrkC (suatu reseptor neutropin-3) yang

    memiliki prognosis lebih jelek.

    B. Radiologia) CT Scan

    Pada CT Scan non kontras, tumor nampak di garis tengah (midline) dari serebelli

    dan meluas mengisi ventrikel IV.

    Dengan kontras, tumor nampak hiperdens dibandingkan jaringan otak normal oleh

    karena padat akan sel. Tampakan hiperdens ini amat membantu dalam membedakannya

    dengan Astrocytoma Serebellar yang lebih hipodense. Bila area Hiperdense ini tampak

    dikelilingi oleh area yang hipodense, berarti telah ada vasogenic oedem.

    Akibat adanya kompresi pada ventrikel IV dan saluran dari CSS (cairan serebrospinal ),

    akan tampak tanda-tanda hydrocephalus.

    Medulloblastoma juga dapat dibedakan dari Ependymoma yang juga hiperdens,

    berdasarkan foto CT. Dimana pada ependymoma akan tampak adanya kalsifikasi.

    Demikian juga dengan Plexus Coroideus Papilloma yang juga hiperdens, akan terlihatadanya kalsifikasi pada pencitraan dengan CT. Tumor jenis ini terdapat di ventrikel

    lateral.

    b) MRI- MRI dengan Gadolinium DTPA adalah pilihan utama untuk diagnostic MB.- Harus berhati-hati dilakukan pada anak-anak yang mendapatkan sedative. Sebab,

    dengan peninggian tekanan intracranial dan tnpa monitoring yang baik, sering kali

    level CO2 akan sangat meningkat dan makin memp[erburuk hipertensi.

    - Pada T1 weight sebelum pemberian Gadolonium, tumor akan tampak hipo intesnsity.Bentuk berbatas mulai dari ventrikel IV hingga primernya di vermis serebelli. Batang

    otak tertekan dan terdorong ke depan.

    - Dengan Gadolinium, akan tampak penguatan bayangan yang lebih homogen bila padaanak-anak. Sedangkan pada pasien dewasa, penguatan bayangannya tampak lebih

    heterogen.

  • 5/26/2018 MAKALAH KASUS 3

    13/15

    - Pada T2 weight dan densitas proton, gambar tampak hiperintensity dan dikelilingioleh area oedem yang lebih hipointernsity.

    - Bila tumor meluas ke rostral, akan terjadi hidrosefali pada ventrikel.- MRI juga dapat memebedakan MB dengan ependimoma. Pada Glioma batang otak

    exophytic, akan tampak memiliki area perlekatan yang lebih luas pada lantaiu

    ventrikel IV dibandingkan MB.

    c) Mielographi- Dahulu pemeriksaan ini adalah tes diagnostic standar untuk MB. Sekarang, pada

    pasien dengan kontraindikasi MRI, mielographi bersama Ct scan adalah pilihan

    utama.

    d)

    Bone Scan

    - Karena MB dapat bermetastase di luar CSS dimana sebagian besar ke tulang, makabone scan penting untuk mendeteksinya.

    e) Scintigraphy (Nuclear Medicine)- Tidak spseifik. SPECT ( single proton emission CT ) dan PET ( proton emission

    tomography ) dapat melengkapi MRI dan CT. 80 % tumor MB pada anak akan meng-

    up take thalium-201 chloride ( 201 TI ) dimana sifat ini sangat berguna dalammembedakan tumor yang high grade dengan low grade dan untuk mendeteksi tumor

    residual pasca operasi. Mekanisme uptake belum jelas.

    f) Lainnya :Sebelum melakukan pemeriksaan sitologik sumsum tulang untuk mendeteksi

    penyebaran tumor leptomeningeal, perlu dilakukan funduskopi ( selain CT atau MRI )

    untuk menyingkirkan hidrosefalus.

    Terapi

    Terapi standar meliputi pembdehan yang agresif diikuti oleh radiasi ke seluruh sumbo

    kraniospinal dengan penguatan radiasi pada tempat tumor primer maupun focal

    metastasenya. Pemberian kemoterapi juga sangat bermanfaat.

  • 5/26/2018 MAKALAH KASUS 3

    14/15

    RADIOTERAPI

    - Average Risk Group :Berdasar pada CCG, dosis radio terapi sebesar 23,4 Gy pada sumbu kranio spinal dengan

    boost pada tumor primer sebesar 32,4 Gy,hingga total radiasi maksimum adalah 55,8

    Gy. Hal ini juga berlaku untuk Poor risk group.

    - Poor Risk Group :Direkomendasikan 36 Gy pada sumbu kranio spinal dengan boost sebesar 19,8 Gy pada

    tumor primer dan fokal metastasenya. Metastase spinal yang berada di rostral corda

    spinalis terminal, di boost hingga total 45 Gy. Sedangkan bila berda di kaudal dari

    corda spinalis terminal, boleh di boost hingga 50,4 Gy.

    - Infants :Pada kelompok ini, radioterapi masih controversial sebab efek samping radioterapi

    terhadap perkembangan intelektual, lebih berat pada kelompok ini. Strategi yang

    dilakukan adalah menunda pemberian ( dengan sementara memberi kemoterapi saja )

    atau sama menghilangkannya.

    Survival rate untuk 3 tahun dengan hanya kemoterapi saja adalah 29 % (tanpa metastase)

    dan 11 % (dengan metastase). Sementara, bila dengan kemoterapi + radioterapi yang

    ditunda, survival rate untuk 2 tahunnya meningkat hingga 34 %.

    KEMOTERAPI

    Berdasar pada CCG, dosis radio terapi sebesar 23,4 Gy pada sumbu kranio spinal

    dengan boost pada

    - Average Risk Group :Diberikan Vincristine + Lomustin + Cisplastin. 1 tahun setelah radioterapi Kombinasi

    radioterapid an kemoterapi meningkatkan SR hingga 80% untuk kelompok resiko ini.

    - Poor Risk GroupSetalah terapi induksi seperti pada Average risk group, diikuti pemberian kemoterapi

    dosis tinggi (biasanya menggunakan Carboplastin dan Thiolepa) ditambah cangkok

    sumsum tulang secara autologue.

    - Infants

  • 5/26/2018 MAKALAH KASUS 3

    15/15

    Setelah induksi seperti pada Average risk group, diikuti kemoterapi dosis tinggi seperti

    pada Poor risk group.Average risk group

    SURGERY

    Meliputi Craniotomi suboccipital dan dilakukan ventrikuloperitoneal shunt untukmengatasi hydrocephalus. 40 % pasien pasca operasi mengalami disfungsi neurologik

    sperti disfungsi serebellar, mutism, hemiparese dalam 12-48 jam pasca operasi.

    BAB V

    KESIMPULAN

    BAB VI

    DAFTAR PUSTAKA