MAKALAH K3L

36
Kata pengantar Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan yang berjudul Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan Provinsi Riau. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan dalam penyusunannya.Oleh karena itu, kami mengharapkan masukkan demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini. Indralaya, November 2012 Penulis 1

Transcript of MAKALAH K3L

Page 1: MAKALAH K3L

Kata pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Keselamatan dan Kesehatan

Kerja dan Lingkungan yang berjudul Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan Provinsi Riau.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan

dalam penyusunannya.Oleh karena itu, kami mengharapkan masukkan demi kesempurnaan

makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah terlibat dalam

penyusunan makalah ini.

Indralaya, November 2012

Penulis

1

Page 2: MAKALAH K3L

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… 1

BAB I : PENDAHULUAN …………………………………………………………. 3

1.1 Latar belakang …………………………………………………………… 3

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 3

1.3 Tujuan ……………………………………………………………………. 4

1.4 Metode Penulisan ………………………………………………………… 4

BAB II : PEMBAHASAN …………………………………………………………… 5

2.1 Sistem manajemen keselamatan dan kecelakaan kerja (SMK3) …………. 5

2.2 Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja ……………………. 7

2.3 Alat Pelindung Diri ……………………………………………………….. 12

2.4 Kecelakaan Kerja …………………………………………………………. 13

2.5 Penanganan Terhadap Kecelakaan ………………………………………... 16

2.6 Kebijakan Perusahaan di Bidang K3 ……………………………………... 23

2.7 Pengawasan Kebijakan di Bidang K3 …………………………………….. 23

BAB III : PENUTUP ………………………………………………………………….

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………...

3.2 Saran ……………………………………………………………………….

2

Page 3: MAKALAH K3L

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pembangunan nasional sedang memasuki era industrialisasi dan globalisasi yang

ditandai dengan semakin berkembangnya perindustrian dengan mendayagunakan

tekhnologi tinggi, sehingga diperlukan peningkatan kualitas sumberdaya manusia serta

pelaksanaan yang konsisten dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3).

Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan

keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara

pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja,

promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di sektor industri masih belum

menunjukkan hasil yang diharapkan, hal ini terindikasi dari tingkat kecelakaan kerja yang

relatif masih tinggi. Tingginya angka kecelakaan ini umumnya terjadi pada industri skala

menengah dan kecil, sedangkan pada industri besar dan strategis lainnya pelaksanaan

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja umumnya cukup baik dan angka kecelakaan

relatif kecil karena didukung oleh kemampuan sumberdaya manusia dan dana yang

tersedia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka terdapat beberapa hal yang menjadi rumusan

masalah yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pabrik Kelapa Sawit,

2. Bagaimna penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pabrik

Kelapa Sawit,

3. Perlengkapan kerja apa saja yang dipakai untuk menciptakan tempat kerja yang

aman dan sehat,

4. Bagaimana suatu kecelakaan kerja dapat terjadi,

5. Bagaimana upaya penanganan terhadap kecelakaan yang terjadi di tempat

3

.

Page 4: MAKALAH K3L

kerja,dan

6. bagaimana kebijakan perusahaan serta pengawasan di bidang K3.

1.3 Tujuan

Tujuan penyusunan dari makalah ini adalah :

1.Untuk mengetahui bagaimana penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja

pada Pabrik Kelapa Sawit.

2. Untuk mengetahui perlengkapan kerja apa saja yang digunakan agar tercipta tempat

kerja yang aman dan sehat.

3. Untuk mengidentifikasi bagaimana kecelakaan kerja dapat terjadi serta upaya

penanganannya.

4.Untuk mengetahui bagaimana kebijakan perusahaan di bidang K3 dan

pengawasannya.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi pustaka pustaka

dan informasi yang terdapat dalam makalah ini diperoleh dari berbagai literatur serta media

elektronik.

4

Page 5: MAKALAH K3L

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem manajemen keselamatan dan kecelakaan kerja (SMK3)

Masalah keselamatan dan kecelakaan kerja kerja pada umumnya sama tua dengan

kehidupan manusia. Demikian juga keselamatan kerja dimulai sejak manusia bekerja.

Manusia purba mengalami kecelakaan-kecelakaan kerja, dan dari padanya berkembang

pengetahuan tentang bagaimana agar kecelakaan tidak berulang Sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja yang disebut SMK3 adalah bagian dari sistem

manajemen secara keseluruhan yang meliputi: struktur organisasi, perencanaan, tanggung

jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi

pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan K3

dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kerja guna terciptanya tempat

kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu pemikiran dan

upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah

tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil Keselamatan kerja adalah

keselamatan yang berhubungan dengan mesin karya dan budayanya menuju masyarakat

adil dan makmur. pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat

kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Di mana sasaran

keselamatan kerja adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan

air, di dalam air, maupun di udara

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja,

termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang

terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah

melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. kerja secara optimal, meliputi pelayanan

kesehatan pencegahan penyakit akibat kerja. disebutkan bahwa kesehatan kerja

diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas Pelaksanaan produktivitas kerja

maksimum dibutuhkan faktor pendukung antara lain kesehatan pekerja. Adapun tujuan

dari diselenggarakannya upaya kesehatan kerja dalam suatu industri antara lain untuk

kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas dengan tujuan utamanya

adalah:

5

Page 6: MAKALAH K3L

Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan

Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja

Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan efisien

Secara aspek juridis keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya kerja dan

melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta perlindungan

bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat Ditinjau dari aspek

yuridis K3 adalah upaya perlindungan bagi keselamatan Secara aspek teknis keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) adalah ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja.

Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja yang disebut SMK3 dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia,

keselamatan kerja adalah sarana utama dalam pencegahan penyakit, cacat dan kematian

yang disebabkan oleh penyakit akibat hubungan kerja. Keselamatan kerja yang baik

adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja. Kebijakan keselamatan dan kesehatan

kerja merupakan komponen dasar kebijakan manajemen yang akan memberi arah bagi

setiap pertimbangan yang menyangkut aspek operasional dari kualitas, volume dan

hubungan kerja tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi

keselamatan dipergunakan secara aman dan efisien, jika ditinjau dari efek teknis K3

adalah ilmu setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat

pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen yang disebut SMK3 Menurut

Tunggal S.W (1996), Tahapan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja memiliki

beberapa tahapan antara lain:

1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Resiko. Identifikasi

bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan produk arang dan atau jasa harus

dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan keselamatan

dan kesehatan kerja, karenanya harus dipelihara dan ditetapkan prosedurnya

2. Peraturan Perundangan dan Peraturan Lainnya Organisasi harus menetapkan dan

memelihara prosedur untuk inventarisasi dan pemahaman keselamatan dan kesehatan kerja

sesuai dengan kegiatan organisasi yang bersangkutan. Manajemen organisasi juga harus

6

Page 7: MAKALAH K3L

menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja.

3. Tujuan dan Sasaran Manajemen

Tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ditetapkan oleh

organisasi sekurang-kurangnya harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut

Dapat diukur

Satuan/indikator pengukuran

Sasaran pencapaian.

4. Indikator Kerja

Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan

kerja organisasi harus menggunakan indikator yang dapat diukur sebagai penilaian

kinerja keselamatan dan kesehatan kerja yang sekaligus merupakan informasi

mengenai keberhasilan pencapaian Sistem Manajemen K3. Kecelakaan yang

didefinisikan sebagai kejadian yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kerugian

fisik (Physical harm) atas orang atau kerusakan atas milik atau harta benda (property).

Kecelakaan terjadi adalah sebagai akibat dari kontak dengan sumber energi (kinetik,

kimia, dan panas) yang melebihi nilai ambang batas. Sedangkan kecelakaan kerja

adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan akibat dari kerja Sesuai

dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996 disebutkan

bahwa: kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu pernyataan

tertulis yang dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja

yang memuat keseluruhan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3,

kerangka dan program kerja perusahaan yang bersifat umum dan operasional.

Kebijakan ini ditanda tangani oleh pengusaha dan atau pengurus.

2.2 Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Penerapan SMK3 ditandai dengan dibangunnya komitmen dari perusahaan

terhadap kesehatan kerja karyawan. Perusahaan akan memberikan prioritas yang sama

antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan disiplin lainnya, produksi, mutu moril

dan biaya. Perusahaan berusaha menerapkan SMK3 dengan tujuan untuk mengeliminir

bahaya-bahaya yang dapat menyebabkan kecederaan, penyakit, kerusakan barang dan

7

Page 8: MAKALAH K3L

ledakan, serta gangguan proses yang menghambat produksi dan hal-hal lain yang

merusak lingkungan.

Health (Kesehatan)

Penyediaan Air

Air yang dikonsumsi ataupun yang dibuang ke hutan parameternya selalu

dikontrol secara kontinyu agar tidak mencemari lingkungan dan aman untuk

dikonsumsi. Diantara parameter-parameter tersebut antara lain : pH, Total dissolved

solid, kesadahan, biocide, temperatur.

Pengolahan Sampah

Sampah yang berasal dari pekerjaan bangunan akan dibakar. Sampah dari

laboratorium akan diproses diluting sehingga tidak membahayakt. Limbah yang

berasal dari kotoran manusia akan dimasukkan ke-septic tank yang terdapat di

perumahan.

Pengawasan Terhadap Makanan dan Minuman

Makanan yang terdapat di Mess Hall, Commisary, dan sanggar karyawan

diperiksa secara berkala. Pengawasan juga meliputi masakan kadaluarsa suatu

produk.

Pest Control

Pest control adalah pengendalian terhadap hewan penyebar penyakit dan

hewan pengganggu. HES menyediakan pekerja untuk membasmi hewan-hewan

tesebut bila diminta oleh penghuni camp. HES juga akan melakukan pembasmian

berkala terhadap penyakit malaria dan demam berdarah yang cukup tinggi di Riau.

Keselamatan

Bidang ini menangani masalah keselamatan kerja. Hasil inspeksi dan audit

yang dilakukan oleh perusahaan, IBU manajemen dan tim Health, Environment,

dan Safety (HES) beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa dalam beberapa hal

di bidang keselamatan perusahaan bisa lebih baik. Kegiatan yang menjadi tanggung

8

Page 9: MAKALAH K3L

jawab bagian Safety (Keselamatan) adalah:

a. Melakukan pembelian barang-barang penunjang keselamatan kerja dan kesehatan,

serta lingkungan.

b. Melakukan perawatan terhadap alat-alat keselamatan.

c. Melakukan pencegahan kecelakaan melalui perencanaan yang baik.

d. Melacak sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan melaporkannya.

e. Melakukan inspeksi.

f. Melakukan pelatihan terhadap HES secara berkesinambungan.

Access Control

Tujuan dari access control untuk memastikan hanya orang yang berhak saja yang

dapat masuk/bekerja dari fasilitas dan menjaga keselamatan dan keamanan orang-orang

serta fasilitas yang ada didalamnya. Yang dikatakan berhak disini antara lain adalah:

1. Berwenang

2. Punya alasan absah.

3. Terkait dengan operasi dan punya kepentingan bisnis.

4. Memahami dan memenuhi persyaratan memasuki dan bekerja di dalam fasilitas

Izin Kerja Umum

Tujuan dari General Work Permit adalah membentuk komunikasi dan

mengingatkan akan bahaya yang timbul diantara kelompok kerja lintas fungsi disuatu

tempat kerja dalam melakukan pekerjaan tidak rutin. Diantaranya yang terbentuk

kedalam izin kerja umum ini adalah : hot work, confined space, hot line dan sebagainya.

Hubungan fungsional pelaku proses General Work Permit dapat dilihat urutan berikut :

1. Penanggung jawab fasilitas (facility owner)

2. Petugas fasilitas yang ditunjuk (facility owner designate)

3. Penanggung jawab pelaksana (person in change)

4. Penanggung jawab kerja lapangan (work responsible person)

5. Petugas yang berwenang (authorized worker)

Sebagaimana yang terlihat pada prosedur di atas, pertamakali periksa apakah

pekerjaan dilaksanakan oleh pegawai yang tidak biasa mengoperasikan fasilita

tersebut. Jika ya maka diperlukan, namun jika tidak periksa kembali apakah pekerjaan

jarang dilakukan dan mempunyai resiko tinggi. Jika ya maka diperlukan namun jika

9

Page 10: MAKALAH K3L

tidak periksa kembali apakah pekerjaan tersebut termasuk kerja panas, masuk ruang

tertutup, kerja di ketinggian atau kerja beresiko. Jika ya maka perlu, namun jika tidak

periksa kembali. Apabila pekerjaan tersebut tercantum dalam hal 46 GWP guidelines,

atau termasuk pekerjaan baru (bulir 3.3 dn 4.7 pada GWP guidelines). Jika ya maka

perlu GWP, jika tidak diperiksa sekali lagi apakah pekerjaan melibatkan resiko yang

tidak rutin/tidak biasa?Jika ya maka perlu namun jika tidak lakukan sebagaimana kerja

rutin.

Standart Operating Procedures

Tujuan ini adalah untuk memastikan bahwa setiap pekerja mempunyai dan

melakukan perkejaan dengan mengacu kepada dan yang diperlukan.

SOP adalah langkah langkah kerja tertulis yang terfokus pada pelaksanaan pekerjaan

untuk mengurangi resiko kerugian dan mempertahankan kehandalan. Dalam SOP

biasanya terdapat batasan operasi peralatan dan keselamatan, prosedur menghidupkan,

mengoperasikan, dan mematikan peralatan.

JSA adalah suatu pendekatan struktural untuk mengidentifikasi potensi bahaya dalam

suatu pekerjaan dan memberikan langkah langkah pekerjaan. Selanjutnya menganalisa

bahaya yang ada pada tiap langkah kerja tersebut, memberikan langkah langkah

perbaikan hingga akhirnya didapati suatu urutan pekerjaan yang selamat.

Lock Out Tag Out

Bertujuan untuk mencegah timbulnya energi yang tiba-tiba dan tidak diharapkan

(karena salah mengoperasikan atau menghidupkan sebelum waktunya) dari mesin,

peralatan listrik dan fasilitas proses produksi yang sedang diperbaiki, dioperasikan

atau dilakukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan peralatan atau proses

tersebut, yang dapat mencederai seseorang atau merusak peralatan.

Material Safety Data Sheet

Tujuan MSDS adalah untuk menjamin bahaya kimia yang ada ditempat kerja dan

penangannya dikomunikasikan secara baik sehingga pegawai dan mitra kerja dapat

bekerja dengan selamat dalam menggunakan bahan tersebut. MSDS ini diterapkan

untuk pegawai dan mitra kerja dapat bekerja dengan selamat dalam menggunakan

bahan tersebut. MSDS ini terapkan untuk pegawai di dan mitra kerja yang melakukan

kerja berhubungan dengan bahan kimia berbahaya yang memberikan informasi

10

Page 11: MAKALAH K3L

mengenai bahaya potensial dan cara penanganan yang selamat atas bahan yang

digunakan, informasi yang terdapat didalamnya antara lain :

1. Identifikasi.

2. Unsur bahaya.

3. Data bahan api dan ledakan.

4. Data fisik.

5. Data bahaya untuk kesehatan.informasi pelindung khusus.

6. Prosedur penanganan tumpahan atau kebocoran dan tindakan pencegahan khusus.

Facillity owner perlu memberi label pada setiap wadah bahan kimia / material.

Semua drum dan wadah bahan berbahaya harus mempunyai label yang

diperlihatkan secara mencolok, label ini biasanya ditempel pada tangki besar,

drum/kaleng, botol sample, wadah sementara, botol laboratorium, dan lain-lain.

House Keeping

House keeping bertujuan untuk memastikan fasilitas operasi berada dalam keadaan

bersih dan teratur. Dimana keadaan tersebut memberikan manfaat sebagi berikut:

1. Menghilangkan kemungkinan cidera dan kebakaran.

2. Mencegah pemborosan energi.

3. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang.

4. Membantu pengendalian limbah dan kerusakan aset.

5. Menjamin kerapian tempat kerja.

6. Mendorong kebiasaan kerja yang lebih baik.

7. Mencermin tempat kerja yang dikelola baik.

Lingkungan

Bagian environment mengatasi masalah yang menyangkut pencemaran terhadap

lingkungan seperti pencemaran tanah oleh tumpahan minyak atau buangan minyak ke

hutan, pencemaran air produksi yang diijinkan untuk diinjeksikkan ke dalam tanah.

Saat ini mempunyai komitmen selalu berusaha untuk membuat produksinya zero waste.

11

Page 12: MAKALAH K3L

Bentuk komitmen yang dicanangkan oleh bagian Environment ini yaitu

memberikan data dan analisis yang akurat, peralatan dan proses yang efektif, sumber

yang kompeten, kepemimpinan dan performa aktif untuk mencapai kualitas lingkungan

terbaik. Program kerja yang dijalnkan oleh bagian environment antara lain yaitu

Manajemen Limbah, Penanganan kualitas udara, Penanganan Air Limbah, dan kegiatan

pendukung lainnya seperti studi AMDAL dan studi lingkungan, presentasi tentang

lingkungan, pelatihan tentang pengelolaan lingkungan dan lainnya. Beberapa program

lain yaitu pemilahan sampah, penyelamatan spesies harimau, ‘pig and monkey

mitigation’, pengenalan tentang lingkungan, uji kelayakan lingkungan dan pendaur

ulangan kertas.

2.3 Alat Pelindung Diri

Secara umum alat pelindung diri dimaksud sebagai alat yang digunakan untuk

menghindari kecelakaan bagi pemakainya. Menurut Suma’mur (1992) alat pelindung

diri merupakan cara terakhir yang harus dilakukan untuk mencegah kecelakaan apabila

program pengendalian lain tidak mungkin dilaksanakan.Beberapa alat pelindung diri

yang sering digunakan adalah:

1. Helmet, melindungi kepala terhadap kemungkinan tertimpa benda jatuh atau

menghindari cedera kepala akibat benturan benda berat.

2. Earplug/earmuff, sebagai alat pelindung telinga karena bekerja di daerah

kebisingan akibat penggerindaan dan pemukulan,

.3. Sarung tangan, melindungi jari dan tangan pekerja dari goresan, benturan dan

pengaruh sinar las. Sarung tangan terbuat dari kain yang nyaman serta

memungkinkan jari dan tangan bergerak bebas. Untuk melindungi dari pengaruh

sinar las maka sarung tangan terbuat dari kulit,

4. Masker, untuk melindungi wajah dari pengaruh sinar pada waktu bekerja,

5. Apron, baju panjang dari bahan karet timbal dengan daya serap radiasi.

Syarat-syarat alat pelindung diri yang dipergunakan harus memenuhi ketentuan

sebagai berikut: (Sama’mur, 1986)

- Enak dipakai pada kondisi pekerja yang sesuai dengan disain alat,

- Tidak mengganggu kerja, dalam arti alat pelindung diri ini harus sesuai dengan tubuh

pemakainya dan tidak menyulitkan gerak pengguna,

12

Page 13: MAKALAH K3L

- Memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya yang khusus sebagaimana alat

pelindung tersebut didesain.

- Harus tahan lama,

- Mudah dibersihkan dan dirawat pekerja,

- Harus ada disain, konstruksi, pengujian dan penggunaan APD yang sesuai standar.

2.4 Kecelakaan Kerja

Penyebab kecelakaan kerja secara umum diartikan sebagai faktor-faktor yang dapat,

menyebabkan terjadinya kecelakaan. Menurut Notoatmodjo (2003), penyebab kecelakaan

kerja pada umumnya digolongkan menjadi dua, yakni:

(a) Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi keselamatan,

misalnya: karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya.

(b) Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety terjadi

disebabkan karena faktor manusia.

Penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat disebabkan faktor karakteristik tidak

benar, kelelahan akibat jam kerja yang berlebih, serta minimnya pengawasan pekerja,

demikian alnya kurangnya kemampuan/pelatihan, rekruitmen pekerja yang terhadap

pekerja (Notoadmojo S, 1996). Terjadinya kecelakaan kerja merupakan rangkaian

yang berkaitan satu dengan yang lainnya, faktor penyebab kecelakaan kerja antara lain

(H.W. Heinrich, 1980):

- Ancestry and Social Environment, yaitu faktor keturunan, keras kepala, gugup,

penakut, iri hati, sembrono, tidak sabar, pemarah, tidak mau bekerja sama, tidak

mau menerima pendapat orang lain, dan lain-lain.

- Fault of person, yaitu merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan

yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan.

- Accident, yaitu peristiwa kecelakaan (tertimpa benda, jatuh terpeleset, rambut

tergulung mesin, dan lain-lain) yang menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh

berbagai kerugian.

- Injury, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan cedera (luka ringan, luka berat

parah), cacat dan bahkan kematian (Allen and Friends, 1976).

Lokasi Kerja yang Rawan Kecelakaan Kerja

13

Page 14: MAKALAH K3L

Dalam suatu industri pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO )

banyak peralatan/areal kerja dan sistem yang dapat menjadi penyebab kecelakaan.

Beberapa areal tempat terjadinya kecelakaan kerja pada pabrik kelapa sawit antara

lain:

a. Aktivitas di ruang komputer, resiko tersengat listrik, dan iritasi mata.

b. Menarik lori dengan capstand/mengisi TBS/memasukkan TBS ke rebusan,

beresiko jari/tangan terjepit, terlibas tali, tertimpa TBS, tersodok galah tertimpa

jembatan rebusan, tertimpa lori,.

c. Merebus TBS/membuka steam/membuka pintu rebusan, beresiko rebusan

meledak, tersengat anggota badan, terpapar pendengaran, tertimpa jembatan

rebusan, terkena steam panas.

d. Pengoperasian theresing/pengoperasian presan, beresiko terlilit anggota badan,

tersambar, terjatuh, terhirup, terpapar pendengaran.

e. Membersihkan bodi elevator, beresiko terjatuh, kepala terbentur, tangan terkena

duri,

f. Aktivitas di kamar mesin, beresiko terkena serpihan ledakan, terbakar/tersengat

aliran listrik, terpapar pendengaran, terhirup.

g. Aktivitas di ruangan work shop, beresiko tertimpa/terjepit, meledak/terhirup,

tersengat/terbakar arus listrik, pijar mata, kebutaan.

h. Aktivitas di pabrik biji, beresiko terjatuh, terpapar pendengaran, sesak

i. Aktivitas di boiler, beresiko terkena serpihan uap dan air panas, melepuh

penapasan, terlibas, tergilas anggota tubuh, terkena panas, sesak napas, tersengat

anggota tubuh, jatuh, terbakar anggota badan.

k. Mendorong lori dengan loader, beresiko tertabrak loader, terbentur benda keras,

tertimpa TBS, terkena gancu/tojok,

l. Mencampur bahan kimia/menganalisa sampel, beresiko merusak kesehatan paru-

paru, iritasi kulit, korosif, merusak kesehatan paru-paru, terkena anggota badan.

l. Penempatan barang/material/penyusunan bahan kimia, beresiko tersandung,

tertimpa material, terjatuh, korosif, tertimpa material, terjatuh, korosif.

m. Aktivitas klarifikasi, beresiko tersambar, terjatuh, anggota tubuh terkena, minyak

panas, tersengat.

n. Membersihkan tangki timbun, beresiko terjatuh, gangguan pernapasan.

o. Aktivitas incenerator, beresiko terhirup mengakibatkan gangguan paru-paru

14

Page 15: MAKALAH K3L

tertimpa, tertonjok.

p. Aktivitas recovery, beresiko terjatuh, terhirup, terkena anggota badan.

q. Aktivitas tower air, beresiko terjatuh dari menara, tenggelam ke dalam air.

r. Pembersihan dinding/atap pabrik, beresiko terjatuh/terpelesat, dari atap, gangguan

pernapasan.

s. Pengelasan ditempat ketinggian, beresiko tersengat listrik, kebakaran, terjatuh dari

ketinggian.

t. Banjir/angin/gempa dan huru hara, beresiko kebakaran, terendam air, tertimpa

bangunan, tertimbun tanah, tersengat listrik.

Bagian Compliance Assurance merupakan divisi dari OE-HES yang menangani

tentang ketaatan pekerja terhadap peraturan dan undang-undang yang berlaku, agar dapt

mengkontrol, mengkoordinir dan mencegah serta mengurangi resiko kesalahan atau

kecelakaan kerja.

Tujuan dari divisi Complaince Assurance yaitu :

Meningkatkan kinerja perusahaan dan mengurangi kecelakaan kerja.

Memelihara dan menjaga reputasi serta izin dari perusahaan.

Memantau konsistensi dan implementasi ketaatan pekerja.

Program kerja yang dilakukan Compliace Assurance antara lain :

Requirment and Register

Pendataan semua Peraturan Negara , Undang-Undang Negara dan persyaratan

yang harus ditaati dan diikuti oleh perusahaan

Program Of Control

Merancang program-program yang memenuhi dan mendukung aturan yang

berlaku dalam proses produksi dan manajemen perusahaan

Audit Program

Pemeriksaan dan pengontrolan dari program-program yang telah ditetapkan

dalam perusahaan

Management of Non Compliance

Pengaturan manajemen sanksi ketidaktaatan terhadap peraturan di dalam

perusahaan.

2.5 Penanganan Terhadap Kecelakaan

15

Page 16: MAKALAH K3L

Apabila terjadi suatu insiden, mengacu pada prosedur investigasi yaitu dengan

melihat apa kategori dari insiden yang terjadi, apa level insiden yang terjadi, apa saja

persyaratan untuk investigasi (persyaratan tim, keanggotaan tim, sponsor, piagam,

metodologi yang digunakan, dan keterlibatan kontraktor).

Kemudian untuk tahap identifikasi ini data yang dikumpulkan dilihat dari data

people, position, paper, parts. Data dikumpulkan sesegera mungkin dan dalam urutan

waktu terjadinya insiden. Awal pengumpulan data dilakukan dengan mengamankan daerah

tempat terjadi insiden dan tidak memulai melakukan investigasi insiden sampai perawatan

medis telah diberikan kepada siapa saja yang terluka dan/atau situasi atau keadaan yang

abnormal sudah terkendali. Hal ini karena keselamatan jiwa, kesehatan dan lingkungan

lebih penting daripada penyelidikan insiden.

Dalam kebanyakan kasus, pengawas pada baris pertama yang ada di tempat

kejadian bertugas untuk mengumpulkan data pada tahap awal. Jika sebuah tim diperlukan

untuk penyelidikan, pemimpin tim atau fasilitator akan mengambil alih tangggungjawab

untuk pengumpulan data lanjutan. Setelah memastikan korban sudah diberi pertolongan

medis dan situasi sudah terkendali, kemudian menentukan apakah peristiwa tersebut dapat

terjadi di tempat lain, jika demikian, kemudian segera lakukan respon untuk mengatasi

bahaya.

Setelah semua terkendali dan semua masalah keamanan teratasi sesegera mungkin

lakukan langkah – langkah sebagai berikut :

a. Sebagai alternatif lakukan wawancara kepada saksi sesegara mungkin. Saat awal

ditemukan saksi dan orang yang terlibat dalam insiden tersebut, kemudian

menyiapkan laporan tertulis dari pengamatan dan tindakan mereka sebelum dan

termasuk saat insiden tersebut.

b. Melindungi data fisik di daerah kejadian. Letakkan tali atau pita pada daerah

tersebut untuk membuat orang-orang keluar darai daerah itu. Terkadang data fisik

hancur hanya karena orang melacak dan melewati daerah tersebut atau mencoba

untuk membersihkan daerah itu.

c. Merekam tempat kejadian setelah terjadi insiden dengan cara mengambil data

tempat kejadian dan menggambar sketsa tempat kejadian

d. mengumpulkan dan menyimpan data fisik data fisik seperti bagian, potongan dan

benda – benda kecil lainnya, merekam lokasi dimana data ditemukan, terutama

mengumpulkan hal-hal yang mungkin dipindahkan, debrsihkan atau rusak jika

16

Page 17: MAKALAH K3L

ditinggalkan di tempat kejadian. Jika data fisik terlalu besar untuk dipindahkan atau

membutuhkan pembongkaran, maka dibuat catatan untuk penyelidikan lanjutan

setelah tim dibentuk.

e. Mengambil sampel yang diperlukan dan mengambil data yang mungkin akan

hilang.

Pelaporan

Untuk prosedur pelaporan insiden dilakukan pada 2 bagian, yaitu pelaporan

internal dan pelaporan eksternal. Tujuan prosedur ini adalah untuk menentukan

tindakan yang diperlukan untuk pemberitahuan internal dalam insiden dan entitas

juga tindakan yang diperlukan untuk pemberitahuan eksternal insiden kepada

lembaga migas pemerintah Indonesia. Prosedur ini berlaku untuk semua karyawan

dan kontraktor dalam pengendalian operasional .

a. Internal Reporting

Ketika terjadi insiden, pengamat kejadian segera memberitahukan kepada

pemimpin group leader atau pemimpin tim mereka. Pemimpin / ketua tim

kemudian akan memberitahu manajer tim mereka Setelah mengevaluasi insiden itu,

TM akan melaporkan kepada manajer langsung mereka. Untuk memiliki standar

pelaporan ke tingkat berikutnya, dapat menggunakan formulir pemberitahuan

insiden seperti yang ditunjukkan pada lampiran A. Setelah memberitahukan insiden

kepada manajer langsung mereka, TM melengkapi formulir pelaporan insiden dan

meneruskan formulir yang telah diisi kepada manajer mereka. Manajer memeriksa

kualitas formulir pelaporan insiden dan menyetujui penyerahan melalui email

kepada bagian pengolahan data. Setelah menerima pemberitahuan dari TM, manajer

kemudian akan memberitahu kepada general managernya langsung atau wakil

presiden Pengelola juga akan memberitahu manajer OE / HES jika tingkat insiden

dikategorikan sebagai tingkat 2 atau tingkat 3 (Serious or major). Setelah menerima

pemberitahuan dari manajer, akan memberitahukan insiden tersebut kepada,

direktur eksekutif harus mengevaluasi kejadian untuk pemberitahuan lebih lanjut.

jika insiden itu termasuk dalam kategori insiden yang membutuhkan pemberitahuan

luar IBU, direktur eksekutif akan memberitahukan presiden direktur dan IBU

managing director tentang insiden tersebut.

17

Page 18: MAKALAH K3L

b. External Notification

Direktur juga mensyaratkan bahwa kejadian menyebabkan kerusakan

properti (instalasi atau peralatan) dengan biaya langsung lebih besar harus

dilaporkan dalam waktu 2 x 24 jam. Penyelesaian pelaporan yang dibutuhkan

adalah tanggung jawab GM / VP dari organisasi yang bekerja sama dengan para

pengelola SMO OE /. Pelaporan awal dapat dilakukan melalui telepon, faks, atau

email dan minimum harus mencakup informasi sebagai berikut:

a. waktu kejadian (jam, hari, tanggal, bulan dan tahun)

b. lokasi kejadian

c. orang yang menjadi korban (nama, jenis kelamin, usia, status, posisi, nama

perusahaan)

d. kerusakan properti atau instalasi, termasuk biaya yang dikeluarkan

e. klasifikasi insiden

f. penjelasan singkat kejadian, serta penyebab langsung dan penyebab awal

hydrocarbon spill reporting

Insiden tumpahan hidrokarbon lebih besar dari 15 barel harus dilaporkan

dalam waktu 2 x 24 jam ke divisi perlindungan lingkungan. Laporan tersebut harus

disampaikan menggunakan formulir laporan tumpahan hidrokarbon sebagaimana

dalam Lampiran C. Penyelesaian laporan tertulis yang diperlukan merupakan

tanggungjawab organisasinya berkoordinasi dengan manajer / VP dari organisasi

yang terkena dampak harus menyetujui isi dari pemberitahuan tumpahan yang telah

dipersiapkan oleh pengelola. Manajer akan menyampaikan pemberitahuan

tumpahan kepada untuk disetujui. akan mengajukan pemberitahuan untuk.

Insiden tumpahan hidrokarbon lebih besar dari 15 barel juga harus dilaporkan

kepada kepala bidang perlindungan lingkungan. Untuk memenuhi kewajiban ini

effluent water concentration in abnormal and emergency conditions notification

Penyelesaian laporan yang diperlukan untuk debit tidak normal / darurat

adalah tanggung jawab dari GM / VP dari organisasi yang terkena dampak

berkoordinasi dengan manajer. Pelaporan awal dapat dilakukan dengan telepon, fax

atau email dan minimum harus mencakup informasi sebagai berikut:

18

Page 19: MAKALAH K3L

1. waktu dan durasi sebenarnya atau dugaan lokasi abnormal dan atau keadaan debit

darurat

2. penjelasan singkat tentang kondisi abnormal dan atau keadaan darurat

3. konsentrasi air limbah pada saat debit

4. tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk mengurangi kondisi debit

abnormal dan atau keadaan darurat

Abnormal dalam peraturan ini didefinisikan sebagai kondisi operasi di luar

parameter operasi normal, tetapi masih dapat dikendalikan. Contohnya start-up,

shut-down dan up-set yang dapat menyebabkan melebihi batas ambang air yang

diproduksi. Namun tidak terbatas pada hal itu, dapat juga berupa :

1. kondisi operasi melebihi kapasitas desain fasilitas pengolahan air terproduksi

2. kegagalan fasilitas pengolahan air terproduksi

3. kegagalan unit udara terlarut pengapungan

4. kegagalan fasilitas pemisah API

5. kegagalan suntikan dosis kimia

6. kegagalan pompa bah caisson

Kondisi darurat dalam Keputusan ini didefinisikan sebagai kondisi operasi

di luar parameter operasi normal dan tidak dapat lagi dikendalikan (tidak

terkontrol). misalnya: darurat karena bencana alam, force majeure, dan lain-lain.

Membuat prioritas

Dalam membuat prioritas, melakukan kategorisasi pada dua tingkat, yaitu di

tingkat akar penyebab dan di tingkat insiden. Di tingkat akar penyebab, masing-masing

akar penyebab yang dikategorisasikan untuk tren dan analisis. Sedangkan di tingkat

insiden, prinsip yang dilanggar dicatat untuk tren

Distribution

Untuk menyebarka informasi terkait insiden, menggunakan web resmi yang

hanya dapat diakses oleh karyawan dan yang bekerja di. Informasi terkait insiden

tersebut disebarkan dalam bentuk preliminary report yag berisi deskripsi kejadian, hal

apa yang salah dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah insiden tersebut terjadi

kembali.

19

Page 20: MAKALAH K3L

Identifikasi Penyebab

Dalam metodologi untuk analisis dan verifikasi penyebab, CPI menggunakan

dua metode, yaitu five why dan why tree. Kedua-duanya adalah pendekatan sistematis

untuk mengidentifikasi factor-faktor penyebab (kausal) yang mengakibatkan insiden.

digunakan untuk menginvestigasi kecelakaan yang sederhana. Tool ini sangat cepat dan

efisien untuk menemukan akar penyebab utama. Namun tidak dapat menemukan

penyebab keseluruhannya karena tool ini menyelidiki kegagalan hanya dengan

bertanya dan menjawab pertanyaan “mengapa”. Sedangkan dapat menemukan semua

penyebabnya karena dengan tool ini dapat melihat urutan penyebab dari yang langsung,

tidak langsung sampai yang paling mendasar.

Identifikasi solusi

Memberikan prioritas tinggi untuk memperbaiki bahaya secara langsung

dimanapun bahaya tersebut berada. Rekomendasi itu harus mampu menghilangkan

insiden agar tidak terjadi lagi atau mengurangi konsekuensi jika terulang lagi dan/atau

mengurangi frekuensi terulang kembali. Prioritas harus diberikan untuk sebuah

rekomendasi.

Mengembangkan rekomendasi yaitu daftar akar penyebab, jika mungkin

mengelompokkan akar penyebab yang mirip bersama-sama, mengembangkan

rekomendasi yang membahas akar penyebab masalah dan mencegah insiden terulang

kembali, menilai rekomendasi tersebut serta memprioritaskan rekomendasi untuk

pelaksanaannya.

Untuk mengatasi akar ganda, maka penting untuk melihat akar permasalahan secara

total. Untuk menyatakan rekomendasi secara jelas maka harus, yaitu

a. Spesifik : apa yang perlu dilakukan

b. Measurable (terukur) : bagaimana mengetahui hal yang ingin dilakukan

c. Accountable : diberikan kepada seseorang

d. Relevant : dapat mencegah terulang kembali, biaya yang efektif, tidak akan

menambah masalah lain

e. Time limits (batas waktu) : memiliki batasan waktu

20

Page 21: MAKALAH K3L

Untuk tindak lanjut dan penanganan rekomendasi, proses harus termasuk

mekanisme pelacakan untuk mengelola dan mendokumentasikan pelaksanaan,

mengkomunikasikan rekomendasi kepada orang lain yang dipengaruhi oleh rencana

serta dilakukan sampai selesai.

Penyebaran

Laporan merupakan alat utama untuk mengkomunikasikan hasil penyelidikan.

Laporan merupakan alat utama untuk mengkomunikasikan hasil penyelidikan. Laporan

harus dalam bentuk yang sederhana tetapi berisi fakta, hanya berisi rincian temuan yang

sudah diverifikasi. Laporan ditulis menggunakan teknik keterampilan menulis. Laporan

termasuk dokumen pendukung dan data yang dilampirkan untuk laporan.

Dalam investigasi dokumen konten yang harus dilaporkan yaitu deskripsi dari

proses investigasi yang dilakukan, anggota tim, hasil dari investigasi (ringkasan

kejadian, urutan kejadian, akar penyebab termasuk bagaimana kejadian itu terjadi dan

kategorisasinya), rekomendasi dan lampiran – lampiran.

Resolution

Setelah dokumen diinvestigasi, kemudian dilakukan peninjauan dan pelaporan isu.

Dalam meninjau dan melaporkan isu melakukan beberapa proses, yaitu

a. Tinjauan tim

b. Tinjauan hukum jika berlaku

c. Rancangan tinjauan dengan manajemen

d. Mengeluarkan laporan akhir

e. Mengkomunikasikan pelajaran

Mengembangkan

Urutan waktu digunakan untuk mengatur fakta. Hal ini dilakukan dengan cara

meletakkan semua fakta yang diketahui pada urutan waktu kejadiannya, mulai dengan

urutan kejadian yang diperlukan untuk mengidentifikasi semua penyebab potensial

termasuk menanggapi kasus jika dampak yang diakibatkan oleh insiden tersebut besar.

21

Page 22: MAKALAH K3L

Urutan waktu juga dapat membantu untuk mencegah langsung mengambil kesimpulan

atas kejadian tersebut. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan urutan waktu ini

tidak dengan mengintimidasi tetapi fokus pada fakta-fakta.

Mengidentifikasi sistem pelindung

Sistem pelindung adalah setiap sistem manajemen atau sistem perangkat keras yang

mengurangi potensi terjadinya insiden atau konsekuaensi dari suatu insiden.

memungkinkan tim memikirkan penyebab lain karena tinjauan dari daftar item ini akan

dilakukan selama analisis akar penyebab. Tujuan disini adalah untuk mengakui

beberapa item penting bahwa tim tidak akan lupa daftar ini akan di tinjau ulang pada

akhir langkah analisis untuk memastikan ide-ide potensial telah ditangani dan tidak lagi

dianggap kritis.

Verifikasi penyebab

Dalam melakukan verifikasi penyebab, beberapa tehnik yang dilakukan oleh CPI

adalah pengamatan, testing/ lab analysis, data (tulisan/electronic), teori ahli,

kebijaksanaan konvensional dan wawancara

Pencegahan Insiden di Lapangan (Gathering Station dan Well Work)

Secara umum untuk pencegahan maupun penangan insiden dilapangan sama

dengan penanganan insiden di bagian yang lain, hanya saja ada beberapa pencegahan

dan respon terhadap insiden di lapangan yang disesuaikan dengan kondisi lapangannya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, pencegahan terhadap insiden di lapangan

sudah sangat baik, misalnya di setiap tempat yang memiliki sumber bahaya sudah ada

peringatan sumber bahaya apa saja yang ada dan PPE apa yang harus digunakan saat

berada dilokasi tersebut dan maintenance untuk setiap peralatan juga sudah dilakukan

secara berkala sesuai kebutuhan setiap peralatannya.

2.6 Kebijakan Perusahaan di Bidang K3

22

Page 23: MAKALAH K3L

Dalam manual P2K3 Departemen Tenaga Kerja, kebijakan K3 merupakan

pernyataan terhadap sasaran, tujuan dan prinsip-prinsip operasional yang melandasi

organisasi. Perencanaan dari operasional organisasi yang meliputi tentang K3 harus

datang dan dikeluarkan oleh pimpinan perusahaan, sehingga dapat meletakkan

masalah K3 ke dalam prespektif seluruh jajaran manajemen Berdasarkan hasil

wawancara dengan penyelia diketahui kebijakan K3 di lingkungan Pabrik Kelapa

Sawit Tanjung Medan bukanlah usulan dari P2K3 namun sudah menjadi kebijakan

perusahaan sejak dini dan sudah dikeluarkan secara tertulis. Keluarnya kebijakan K3

tersebut dengan pertimbangan untuk meningkatkan produktivitas pekerja serta

menghindari kerugian-kerugian lainnya yang diakibatkan tidak diterapkannya

kebijakan K3 tersebut.

2.7 Pengawasan Kebijakan di Bidang K3

Pengawasan terhadap kebijakan K3 di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan hanya

dilakukan oleh pihak perusahaan (internal pabrik). Sampai saat ini pengawasan untuk

menangani masalah K3 telah direkrut dan bertugas di lingkungan Pabrik dari instansi lain

belum pernah dilakukan, hal ini disebabkan tenaga kerja yang dilatih Kelapa Sawit Tanjung

Medan.

Program pengawasan terhadap program K3 yang dilakukan personil P2K3

dilaksanakan setiap bulannya untuk melihat sejauhmana program K3 sudah berjalan dan

setiap hari anggota P2K3 memastikan departemen yang dibawahinya telah menjalankan

program K3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Personil P2K3 melakukan pengawasan

terhadap program kerja P2K3 dengan menggunakan daftar cheklist dan chek dokumen

yang berisikan tentang seluruh tindakan pengawasan yang harus dilakukan seperti

pemeriksaan lingkungan kerja, pemeriksaan kondisi yang dapat membahayakan dan

pemeriksaan sikap yang dapat membahayakan masing-masing seksi seperti di

administration section, quality section, water waste treatment plant section, process

section, shore tank section, dan lain-lain.

Ketua P2K3 melaksanakan pengawasan dengan inspeksi (meninjau lapangan) ke

lapangan dan Pelaksanaan pengawasan yang dilaporkan berupa daftar isian program

23

Page 24: MAKALAH K3L

K3menerima laporan dari pengawasan yang dilakukan anggota P2K3pada tahun

selanjutnya. Menurut Widjanarko (1997) bahwa pengawasan yang harus dilakukan oleh

anggota P2K3 di unit kerja adalah melakukan pemeriksaan K3 untuk mengetahui sampai

sejauhmana penerapan K3 di unit kerja tersebut telah dilaksanakan dan bagaimana

perkembangannya.

24