Kata pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dan Lingkungan yang berjudul Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan Provinsi Riau.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan
dalam penyusunannya.Oleh karena itu, kami mengharapkan masukkan demi kesempurnaan
makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan makalah ini.
Indralaya, November 2012
Penulis
1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… 1
BAB I : PENDAHULUAN …………………………………………………………. 3
1.1 Latar belakang …………………………………………………………… 3
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 3
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………. 4
1.4 Metode Penulisan ………………………………………………………… 4
BAB II : PEMBAHASAN …………………………………………………………… 5
2.1 Sistem manajemen keselamatan dan kecelakaan kerja (SMK3) …………. 5
2.2 Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja ……………………. 7
2.3 Alat Pelindung Diri ……………………………………………………….. 12
2.4 Kecelakaan Kerja …………………………………………………………. 13
2.5 Penanganan Terhadap Kecelakaan ………………………………………... 16
2.6 Kebijakan Perusahaan di Bidang K3 ……………………………………... 23
2.7 Pengawasan Kebijakan di Bidang K3 …………………………………….. 23
BAB III : PENUTUP ………………………………………………………………….
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………...
3.2 Saran ……………………………………………………………………….
2
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pembangunan nasional sedang memasuki era industrialisasi dan globalisasi yang
ditandai dengan semakin berkembangnya perindustrian dengan mendayagunakan
tekhnologi tinggi, sehingga diperlukan peningkatan kualitas sumberdaya manusia serta
pelaksanaan yang konsisten dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3).
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja,
promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di sektor industri masih belum
menunjukkan hasil yang diharapkan, hal ini terindikasi dari tingkat kecelakaan kerja yang
relatif masih tinggi. Tingginya angka kecelakaan ini umumnya terjadi pada industri skala
menengah dan kecil, sedangkan pada industri besar dan strategis lainnya pelaksanaan
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja umumnya cukup baik dan angka kecelakaan
relatif kecil karena didukung oleh kemampuan sumberdaya manusia dan dana yang
tersedia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka terdapat beberapa hal yang menjadi rumusan
masalah yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pabrik Kelapa Sawit,
2. Bagaimna penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pabrik
Kelapa Sawit,
3. Perlengkapan kerja apa saja yang dipakai untuk menciptakan tempat kerja yang
aman dan sehat,
4. Bagaimana suatu kecelakaan kerja dapat terjadi,
5. Bagaimana upaya penanganan terhadap kecelakaan yang terjadi di tempat
3
.
kerja,dan
6. bagaimana kebijakan perusahaan serta pengawasan di bidang K3.
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan dari makalah ini adalah :
1.Untuk mengetahui bagaimana penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada Pabrik Kelapa Sawit.
2. Untuk mengetahui perlengkapan kerja apa saja yang digunakan agar tercipta tempat
kerja yang aman dan sehat.
3. Untuk mengidentifikasi bagaimana kecelakaan kerja dapat terjadi serta upaya
penanganannya.
4.Untuk mengetahui bagaimana kebijakan perusahaan di bidang K3 dan
pengawasannya.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi pustaka pustaka
dan informasi yang terdapat dalam makalah ini diperoleh dari berbagai literatur serta media
elektronik.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem manajemen keselamatan dan kecelakaan kerja (SMK3)
Masalah keselamatan dan kecelakaan kerja kerja pada umumnya sama tua dengan
kehidupan manusia. Demikian juga keselamatan kerja dimulai sejak manusia bekerja.
Manusia purba mengalami kecelakaan-kecelakaan kerja, dan dari padanya berkembang
pengetahuan tentang bagaimana agar kecelakaan tidak berulang Sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang disebut SMK3 adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi: struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan K3
dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil Keselamatan kerja adalah
keselamatan yang berhubungan dengan mesin karya dan budayanya menuju masyarakat
adil dan makmur. pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Di mana sasaran
keselamatan kerja adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan
air, di dalam air, maupun di udara
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja,
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah
melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. kerja secara optimal, meliputi pelayanan
kesehatan pencegahan penyakit akibat kerja. disebutkan bahwa kesehatan kerja
diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas Pelaksanaan produktivitas kerja
maksimum dibutuhkan faktor pendukung antara lain kesehatan pekerja. Adapun tujuan
dari diselenggarakannya upaya kesehatan kerja dalam suatu industri antara lain untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas dengan tujuan utamanya
adalah:
5
Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan efisien
Secara aspek juridis keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya kerja dan
melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta perlindungan
bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat Ditinjau dari aspek
yuridis K3 adalah upaya perlindungan bagi keselamatan Secara aspek teknis keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) adalah ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.
Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yang disebut SMK3 dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia,
keselamatan kerja adalah sarana utama dalam pencegahan penyakit, cacat dan kematian
yang disebabkan oleh penyakit akibat hubungan kerja. Keselamatan kerja yang baik
adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja. Kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja merupakan komponen dasar kebijakan manajemen yang akan memberi arah bagi
setiap pertimbangan yang menyangkut aspek operasional dari kualitas, volume dan
hubungan kerja tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi
keselamatan dipergunakan secara aman dan efisien, jika ditinjau dari efek teknis K3
adalah ilmu setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat
pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen yang disebut SMK3 Menurut
Tunggal S.W (1996), Tahapan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja memiliki
beberapa tahapan antara lain:
1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Resiko. Identifikasi
bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan produk arang dan atau jasa harus
dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja, karenanya harus dipelihara dan ditetapkan prosedurnya
2. Peraturan Perundangan dan Peraturan Lainnya Organisasi harus menetapkan dan
memelihara prosedur untuk inventarisasi dan pemahaman keselamatan dan kesehatan kerja
sesuai dengan kegiatan organisasi yang bersangkutan. Manajemen organisasi juga harus
6
menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja.
3. Tujuan dan Sasaran Manajemen
Tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ditetapkan oleh
organisasi sekurang-kurangnya harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut
Dapat diukur
Satuan/indikator pengukuran
Sasaran pencapaian.
4. Indikator Kerja
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja organisasi harus menggunakan indikator yang dapat diukur sebagai penilaian
kinerja keselamatan dan kesehatan kerja yang sekaligus merupakan informasi
mengenai keberhasilan pencapaian Sistem Manajemen K3. Kecelakaan yang
didefinisikan sebagai kejadian yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kerugian
fisik (Physical harm) atas orang atau kerusakan atas milik atau harta benda (property).
Kecelakaan terjadi adalah sebagai akibat dari kontak dengan sumber energi (kinetik,
kimia, dan panas) yang melebihi nilai ambang batas. Sedangkan kecelakaan kerja
adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan akibat dari kerja Sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996 disebutkan
bahwa: kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu pernyataan
tertulis yang dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja
yang memuat keseluruhan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3,
kerangka dan program kerja perusahaan yang bersifat umum dan operasional.
Kebijakan ini ditanda tangani oleh pengusaha dan atau pengurus.
2.2 Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Penerapan SMK3 ditandai dengan dibangunnya komitmen dari perusahaan
terhadap kesehatan kerja karyawan. Perusahaan akan memberikan prioritas yang sama
antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan disiplin lainnya, produksi, mutu moril
dan biaya. Perusahaan berusaha menerapkan SMK3 dengan tujuan untuk mengeliminir
bahaya-bahaya yang dapat menyebabkan kecederaan, penyakit, kerusakan barang dan
7
ledakan, serta gangguan proses yang menghambat produksi dan hal-hal lain yang
merusak lingkungan.
Health (Kesehatan)
Penyediaan Air
Air yang dikonsumsi ataupun yang dibuang ke hutan parameternya selalu
dikontrol secara kontinyu agar tidak mencemari lingkungan dan aman untuk
dikonsumsi. Diantara parameter-parameter tersebut antara lain : pH, Total dissolved
solid, kesadahan, biocide, temperatur.
Pengolahan Sampah
Sampah yang berasal dari pekerjaan bangunan akan dibakar. Sampah dari
laboratorium akan diproses diluting sehingga tidak membahayakt. Limbah yang
berasal dari kotoran manusia akan dimasukkan ke-septic tank yang terdapat di
perumahan.
Pengawasan Terhadap Makanan dan Minuman
Makanan yang terdapat di Mess Hall, Commisary, dan sanggar karyawan
diperiksa secara berkala. Pengawasan juga meliputi masakan kadaluarsa suatu
produk.
Pest Control
Pest control adalah pengendalian terhadap hewan penyebar penyakit dan
hewan pengganggu. HES menyediakan pekerja untuk membasmi hewan-hewan
tesebut bila diminta oleh penghuni camp. HES juga akan melakukan pembasmian
berkala terhadap penyakit malaria dan demam berdarah yang cukup tinggi di Riau.
Keselamatan
Bidang ini menangani masalah keselamatan kerja. Hasil inspeksi dan audit
yang dilakukan oleh perusahaan, IBU manajemen dan tim Health, Environment,
dan Safety (HES) beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa dalam beberapa hal
di bidang keselamatan perusahaan bisa lebih baik. Kegiatan yang menjadi tanggung
8
jawab bagian Safety (Keselamatan) adalah:
a. Melakukan pembelian barang-barang penunjang keselamatan kerja dan kesehatan,
serta lingkungan.
b. Melakukan perawatan terhadap alat-alat keselamatan.
c. Melakukan pencegahan kecelakaan melalui perencanaan yang baik.
d. Melacak sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan melaporkannya.
e. Melakukan inspeksi.
f. Melakukan pelatihan terhadap HES secara berkesinambungan.
Access Control
Tujuan dari access control untuk memastikan hanya orang yang berhak saja yang
dapat masuk/bekerja dari fasilitas dan menjaga keselamatan dan keamanan orang-orang
serta fasilitas yang ada didalamnya. Yang dikatakan berhak disini antara lain adalah:
1. Berwenang
2. Punya alasan absah.
3. Terkait dengan operasi dan punya kepentingan bisnis.
4. Memahami dan memenuhi persyaratan memasuki dan bekerja di dalam fasilitas
Izin Kerja Umum
Tujuan dari General Work Permit adalah membentuk komunikasi dan
mengingatkan akan bahaya yang timbul diantara kelompok kerja lintas fungsi disuatu
tempat kerja dalam melakukan pekerjaan tidak rutin. Diantaranya yang terbentuk
kedalam izin kerja umum ini adalah : hot work, confined space, hot line dan sebagainya.
Hubungan fungsional pelaku proses General Work Permit dapat dilihat urutan berikut :
1. Penanggung jawab fasilitas (facility owner)
2. Petugas fasilitas yang ditunjuk (facility owner designate)
3. Penanggung jawab pelaksana (person in change)
4. Penanggung jawab kerja lapangan (work responsible person)
5. Petugas yang berwenang (authorized worker)
Sebagaimana yang terlihat pada prosedur di atas, pertamakali periksa apakah
pekerjaan dilaksanakan oleh pegawai yang tidak biasa mengoperasikan fasilita
tersebut. Jika ya maka diperlukan, namun jika tidak periksa kembali apakah pekerjaan
jarang dilakukan dan mempunyai resiko tinggi. Jika ya maka diperlukan namun jika
9
tidak periksa kembali apakah pekerjaan tersebut termasuk kerja panas, masuk ruang
tertutup, kerja di ketinggian atau kerja beresiko. Jika ya maka perlu, namun jika tidak
periksa kembali. Apabila pekerjaan tersebut tercantum dalam hal 46 GWP guidelines,
atau termasuk pekerjaan baru (bulir 3.3 dn 4.7 pada GWP guidelines). Jika ya maka
perlu GWP, jika tidak diperiksa sekali lagi apakah pekerjaan melibatkan resiko yang
tidak rutin/tidak biasa?Jika ya maka perlu namun jika tidak lakukan sebagaimana kerja
rutin.
Standart Operating Procedures
Tujuan ini adalah untuk memastikan bahwa setiap pekerja mempunyai dan
melakukan perkejaan dengan mengacu kepada dan yang diperlukan.
SOP adalah langkah langkah kerja tertulis yang terfokus pada pelaksanaan pekerjaan
untuk mengurangi resiko kerugian dan mempertahankan kehandalan. Dalam SOP
biasanya terdapat batasan operasi peralatan dan keselamatan, prosedur menghidupkan,
mengoperasikan, dan mematikan peralatan.
JSA adalah suatu pendekatan struktural untuk mengidentifikasi potensi bahaya dalam
suatu pekerjaan dan memberikan langkah langkah pekerjaan. Selanjutnya menganalisa
bahaya yang ada pada tiap langkah kerja tersebut, memberikan langkah langkah
perbaikan hingga akhirnya didapati suatu urutan pekerjaan yang selamat.
Lock Out Tag Out
Bertujuan untuk mencegah timbulnya energi yang tiba-tiba dan tidak diharapkan
(karena salah mengoperasikan atau menghidupkan sebelum waktunya) dari mesin,
peralatan listrik dan fasilitas proses produksi yang sedang diperbaiki, dioperasikan
atau dilakukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan peralatan atau proses
tersebut, yang dapat mencederai seseorang atau merusak peralatan.
Material Safety Data Sheet
Tujuan MSDS adalah untuk menjamin bahaya kimia yang ada ditempat kerja dan
penangannya dikomunikasikan secara baik sehingga pegawai dan mitra kerja dapat
bekerja dengan selamat dalam menggunakan bahan tersebut. MSDS ini diterapkan
untuk pegawai dan mitra kerja dapat bekerja dengan selamat dalam menggunakan
bahan tersebut. MSDS ini terapkan untuk pegawai di dan mitra kerja yang melakukan
kerja berhubungan dengan bahan kimia berbahaya yang memberikan informasi
10
mengenai bahaya potensial dan cara penanganan yang selamat atas bahan yang
digunakan, informasi yang terdapat didalamnya antara lain :
1. Identifikasi.
2. Unsur bahaya.
3. Data bahan api dan ledakan.
4. Data fisik.
5. Data bahaya untuk kesehatan.informasi pelindung khusus.
6. Prosedur penanganan tumpahan atau kebocoran dan tindakan pencegahan khusus.
Facillity owner perlu memberi label pada setiap wadah bahan kimia / material.
Semua drum dan wadah bahan berbahaya harus mempunyai label yang
diperlihatkan secara mencolok, label ini biasanya ditempel pada tangki besar,
drum/kaleng, botol sample, wadah sementara, botol laboratorium, dan lain-lain.
House Keeping
House keeping bertujuan untuk memastikan fasilitas operasi berada dalam keadaan
bersih dan teratur. Dimana keadaan tersebut memberikan manfaat sebagi berikut:
1. Menghilangkan kemungkinan cidera dan kebakaran.
2. Mencegah pemborosan energi.
3. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang.
4. Membantu pengendalian limbah dan kerusakan aset.
5. Menjamin kerapian tempat kerja.
6. Mendorong kebiasaan kerja yang lebih baik.
7. Mencermin tempat kerja yang dikelola baik.
Lingkungan
Bagian environment mengatasi masalah yang menyangkut pencemaran terhadap
lingkungan seperti pencemaran tanah oleh tumpahan minyak atau buangan minyak ke
hutan, pencemaran air produksi yang diijinkan untuk diinjeksikkan ke dalam tanah.
Saat ini mempunyai komitmen selalu berusaha untuk membuat produksinya zero waste.
11
Bentuk komitmen yang dicanangkan oleh bagian Environment ini yaitu
memberikan data dan analisis yang akurat, peralatan dan proses yang efektif, sumber
yang kompeten, kepemimpinan dan performa aktif untuk mencapai kualitas lingkungan
terbaik. Program kerja yang dijalnkan oleh bagian environment antara lain yaitu
Manajemen Limbah, Penanganan kualitas udara, Penanganan Air Limbah, dan kegiatan
pendukung lainnya seperti studi AMDAL dan studi lingkungan, presentasi tentang
lingkungan, pelatihan tentang pengelolaan lingkungan dan lainnya. Beberapa program
lain yaitu pemilahan sampah, penyelamatan spesies harimau, ‘pig and monkey
mitigation’, pengenalan tentang lingkungan, uji kelayakan lingkungan dan pendaur
ulangan kertas.
2.3 Alat Pelindung Diri
Secara umum alat pelindung diri dimaksud sebagai alat yang digunakan untuk
menghindari kecelakaan bagi pemakainya. Menurut Suma’mur (1992) alat pelindung
diri merupakan cara terakhir yang harus dilakukan untuk mencegah kecelakaan apabila
program pengendalian lain tidak mungkin dilaksanakan.Beberapa alat pelindung diri
yang sering digunakan adalah:
1. Helmet, melindungi kepala terhadap kemungkinan tertimpa benda jatuh atau
menghindari cedera kepala akibat benturan benda berat.
2. Earplug/earmuff, sebagai alat pelindung telinga karena bekerja di daerah
kebisingan akibat penggerindaan dan pemukulan,
.3. Sarung tangan, melindungi jari dan tangan pekerja dari goresan, benturan dan
pengaruh sinar las. Sarung tangan terbuat dari kain yang nyaman serta
memungkinkan jari dan tangan bergerak bebas. Untuk melindungi dari pengaruh
sinar las maka sarung tangan terbuat dari kulit,
4. Masker, untuk melindungi wajah dari pengaruh sinar pada waktu bekerja,
5. Apron, baju panjang dari bahan karet timbal dengan daya serap radiasi.
Syarat-syarat alat pelindung diri yang dipergunakan harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut: (Sama’mur, 1986)
- Enak dipakai pada kondisi pekerja yang sesuai dengan disain alat,
- Tidak mengganggu kerja, dalam arti alat pelindung diri ini harus sesuai dengan tubuh
pemakainya dan tidak menyulitkan gerak pengguna,
12
- Memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya yang khusus sebagaimana alat
pelindung tersebut didesain.
- Harus tahan lama,
- Mudah dibersihkan dan dirawat pekerja,
- Harus ada disain, konstruksi, pengujian dan penggunaan APD yang sesuai standar.
2.4 Kecelakaan Kerja
Penyebab kecelakaan kerja secara umum diartikan sebagai faktor-faktor yang dapat,
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Menurut Notoatmodjo (2003), penyebab kecelakaan
kerja pada umumnya digolongkan menjadi dua, yakni:
(a) Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi keselamatan,
misalnya: karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya.
(b) Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety terjadi
disebabkan karena faktor manusia.
Penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat disebabkan faktor karakteristik tidak
benar, kelelahan akibat jam kerja yang berlebih, serta minimnya pengawasan pekerja,
demikian alnya kurangnya kemampuan/pelatihan, rekruitmen pekerja yang terhadap
pekerja (Notoadmojo S, 1996). Terjadinya kecelakaan kerja merupakan rangkaian
yang berkaitan satu dengan yang lainnya, faktor penyebab kecelakaan kerja antara lain
(H.W. Heinrich, 1980):
- Ancestry and Social Environment, yaitu faktor keturunan, keras kepala, gugup,
penakut, iri hati, sembrono, tidak sabar, pemarah, tidak mau bekerja sama, tidak
mau menerima pendapat orang lain, dan lain-lain.
- Fault of person, yaitu merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan
yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan.
- Accident, yaitu peristiwa kecelakaan (tertimpa benda, jatuh terpeleset, rambut
tergulung mesin, dan lain-lain) yang menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh
berbagai kerugian.
- Injury, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan cedera (luka ringan, luka berat
parah), cacat dan bahkan kematian (Allen and Friends, 1976).
Lokasi Kerja yang Rawan Kecelakaan Kerja
13
Dalam suatu industri pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO )
banyak peralatan/areal kerja dan sistem yang dapat menjadi penyebab kecelakaan.
Beberapa areal tempat terjadinya kecelakaan kerja pada pabrik kelapa sawit antara
lain:
a. Aktivitas di ruang komputer, resiko tersengat listrik, dan iritasi mata.
b. Menarik lori dengan capstand/mengisi TBS/memasukkan TBS ke rebusan,
beresiko jari/tangan terjepit, terlibas tali, tertimpa TBS, tersodok galah tertimpa
jembatan rebusan, tertimpa lori,.
c. Merebus TBS/membuka steam/membuka pintu rebusan, beresiko rebusan
meledak, tersengat anggota badan, terpapar pendengaran, tertimpa jembatan
rebusan, terkena steam panas.
d. Pengoperasian theresing/pengoperasian presan, beresiko terlilit anggota badan,
tersambar, terjatuh, terhirup, terpapar pendengaran.
e. Membersihkan bodi elevator, beresiko terjatuh, kepala terbentur, tangan terkena
duri,
f. Aktivitas di kamar mesin, beresiko terkena serpihan ledakan, terbakar/tersengat
aliran listrik, terpapar pendengaran, terhirup.
g. Aktivitas di ruangan work shop, beresiko tertimpa/terjepit, meledak/terhirup,
tersengat/terbakar arus listrik, pijar mata, kebutaan.
h. Aktivitas di pabrik biji, beresiko terjatuh, terpapar pendengaran, sesak
i. Aktivitas di boiler, beresiko terkena serpihan uap dan air panas, melepuh
penapasan, terlibas, tergilas anggota tubuh, terkena panas, sesak napas, tersengat
anggota tubuh, jatuh, terbakar anggota badan.
k. Mendorong lori dengan loader, beresiko tertabrak loader, terbentur benda keras,
tertimpa TBS, terkena gancu/tojok,
l. Mencampur bahan kimia/menganalisa sampel, beresiko merusak kesehatan paru-
paru, iritasi kulit, korosif, merusak kesehatan paru-paru, terkena anggota badan.
l. Penempatan barang/material/penyusunan bahan kimia, beresiko tersandung,
tertimpa material, terjatuh, korosif, tertimpa material, terjatuh, korosif.
m. Aktivitas klarifikasi, beresiko tersambar, terjatuh, anggota tubuh terkena, minyak
panas, tersengat.
n. Membersihkan tangki timbun, beresiko terjatuh, gangguan pernapasan.
o. Aktivitas incenerator, beresiko terhirup mengakibatkan gangguan paru-paru
14
tertimpa, tertonjok.
p. Aktivitas recovery, beresiko terjatuh, terhirup, terkena anggota badan.
q. Aktivitas tower air, beresiko terjatuh dari menara, tenggelam ke dalam air.
r. Pembersihan dinding/atap pabrik, beresiko terjatuh/terpelesat, dari atap, gangguan
pernapasan.
s. Pengelasan ditempat ketinggian, beresiko tersengat listrik, kebakaran, terjatuh dari
ketinggian.
t. Banjir/angin/gempa dan huru hara, beresiko kebakaran, terendam air, tertimpa
bangunan, tertimbun tanah, tersengat listrik.
Bagian Compliance Assurance merupakan divisi dari OE-HES yang menangani
tentang ketaatan pekerja terhadap peraturan dan undang-undang yang berlaku, agar dapt
mengkontrol, mengkoordinir dan mencegah serta mengurangi resiko kesalahan atau
kecelakaan kerja.
Tujuan dari divisi Complaince Assurance yaitu :
Meningkatkan kinerja perusahaan dan mengurangi kecelakaan kerja.
Memelihara dan menjaga reputasi serta izin dari perusahaan.
Memantau konsistensi dan implementasi ketaatan pekerja.
Program kerja yang dilakukan Compliace Assurance antara lain :
Requirment and Register
Pendataan semua Peraturan Negara , Undang-Undang Negara dan persyaratan
yang harus ditaati dan diikuti oleh perusahaan
Program Of Control
Merancang program-program yang memenuhi dan mendukung aturan yang
berlaku dalam proses produksi dan manajemen perusahaan
Audit Program
Pemeriksaan dan pengontrolan dari program-program yang telah ditetapkan
dalam perusahaan
Management of Non Compliance
Pengaturan manajemen sanksi ketidaktaatan terhadap peraturan di dalam
perusahaan.
2.5 Penanganan Terhadap Kecelakaan
15
Apabila terjadi suatu insiden, mengacu pada prosedur investigasi yaitu dengan
melihat apa kategori dari insiden yang terjadi, apa level insiden yang terjadi, apa saja
persyaratan untuk investigasi (persyaratan tim, keanggotaan tim, sponsor, piagam,
metodologi yang digunakan, dan keterlibatan kontraktor).
Kemudian untuk tahap identifikasi ini data yang dikumpulkan dilihat dari data
people, position, paper, parts. Data dikumpulkan sesegera mungkin dan dalam urutan
waktu terjadinya insiden. Awal pengumpulan data dilakukan dengan mengamankan daerah
tempat terjadi insiden dan tidak memulai melakukan investigasi insiden sampai perawatan
medis telah diberikan kepada siapa saja yang terluka dan/atau situasi atau keadaan yang
abnormal sudah terkendali. Hal ini karena keselamatan jiwa, kesehatan dan lingkungan
lebih penting daripada penyelidikan insiden.
Dalam kebanyakan kasus, pengawas pada baris pertama yang ada di tempat
kejadian bertugas untuk mengumpulkan data pada tahap awal. Jika sebuah tim diperlukan
untuk penyelidikan, pemimpin tim atau fasilitator akan mengambil alih tangggungjawab
untuk pengumpulan data lanjutan. Setelah memastikan korban sudah diberi pertolongan
medis dan situasi sudah terkendali, kemudian menentukan apakah peristiwa tersebut dapat
terjadi di tempat lain, jika demikian, kemudian segera lakukan respon untuk mengatasi
bahaya.
Setelah semua terkendali dan semua masalah keamanan teratasi sesegera mungkin
lakukan langkah – langkah sebagai berikut :
a. Sebagai alternatif lakukan wawancara kepada saksi sesegara mungkin. Saat awal
ditemukan saksi dan orang yang terlibat dalam insiden tersebut, kemudian
menyiapkan laporan tertulis dari pengamatan dan tindakan mereka sebelum dan
termasuk saat insiden tersebut.
b. Melindungi data fisik di daerah kejadian. Letakkan tali atau pita pada daerah
tersebut untuk membuat orang-orang keluar darai daerah itu. Terkadang data fisik
hancur hanya karena orang melacak dan melewati daerah tersebut atau mencoba
untuk membersihkan daerah itu.
c. Merekam tempat kejadian setelah terjadi insiden dengan cara mengambil data
tempat kejadian dan menggambar sketsa tempat kejadian
d. mengumpulkan dan menyimpan data fisik data fisik seperti bagian, potongan dan
benda – benda kecil lainnya, merekam lokasi dimana data ditemukan, terutama
mengumpulkan hal-hal yang mungkin dipindahkan, debrsihkan atau rusak jika
16
ditinggalkan di tempat kejadian. Jika data fisik terlalu besar untuk dipindahkan atau
membutuhkan pembongkaran, maka dibuat catatan untuk penyelidikan lanjutan
setelah tim dibentuk.
e. Mengambil sampel yang diperlukan dan mengambil data yang mungkin akan
hilang.
Pelaporan
Untuk prosedur pelaporan insiden dilakukan pada 2 bagian, yaitu pelaporan
internal dan pelaporan eksternal. Tujuan prosedur ini adalah untuk menentukan
tindakan yang diperlukan untuk pemberitahuan internal dalam insiden dan entitas
juga tindakan yang diperlukan untuk pemberitahuan eksternal insiden kepada
lembaga migas pemerintah Indonesia. Prosedur ini berlaku untuk semua karyawan
dan kontraktor dalam pengendalian operasional .
a. Internal Reporting
Ketika terjadi insiden, pengamat kejadian segera memberitahukan kepada
pemimpin group leader atau pemimpin tim mereka. Pemimpin / ketua tim
kemudian akan memberitahu manajer tim mereka Setelah mengevaluasi insiden itu,
TM akan melaporkan kepada manajer langsung mereka. Untuk memiliki standar
pelaporan ke tingkat berikutnya, dapat menggunakan formulir pemberitahuan
insiden seperti yang ditunjukkan pada lampiran A. Setelah memberitahukan insiden
kepada manajer langsung mereka, TM melengkapi formulir pelaporan insiden dan
meneruskan formulir yang telah diisi kepada manajer mereka. Manajer memeriksa
kualitas formulir pelaporan insiden dan menyetujui penyerahan melalui email
kepada bagian pengolahan data. Setelah menerima pemberitahuan dari TM, manajer
kemudian akan memberitahu kepada general managernya langsung atau wakil
presiden Pengelola juga akan memberitahu manajer OE / HES jika tingkat insiden
dikategorikan sebagai tingkat 2 atau tingkat 3 (Serious or major). Setelah menerima
pemberitahuan dari manajer, akan memberitahukan insiden tersebut kepada,
direktur eksekutif harus mengevaluasi kejadian untuk pemberitahuan lebih lanjut.
jika insiden itu termasuk dalam kategori insiden yang membutuhkan pemberitahuan
luar IBU, direktur eksekutif akan memberitahukan presiden direktur dan IBU
managing director tentang insiden tersebut.
17
b. External Notification
Direktur juga mensyaratkan bahwa kejadian menyebabkan kerusakan
properti (instalasi atau peralatan) dengan biaya langsung lebih besar harus
dilaporkan dalam waktu 2 x 24 jam. Penyelesaian pelaporan yang dibutuhkan
adalah tanggung jawab GM / VP dari organisasi yang bekerja sama dengan para
pengelola SMO OE /. Pelaporan awal dapat dilakukan melalui telepon, faks, atau
email dan minimum harus mencakup informasi sebagai berikut:
a. waktu kejadian (jam, hari, tanggal, bulan dan tahun)
b. lokasi kejadian
c. orang yang menjadi korban (nama, jenis kelamin, usia, status, posisi, nama
perusahaan)
d. kerusakan properti atau instalasi, termasuk biaya yang dikeluarkan
e. klasifikasi insiden
f. penjelasan singkat kejadian, serta penyebab langsung dan penyebab awal
hydrocarbon spill reporting
Insiden tumpahan hidrokarbon lebih besar dari 15 barel harus dilaporkan
dalam waktu 2 x 24 jam ke divisi perlindungan lingkungan. Laporan tersebut harus
disampaikan menggunakan formulir laporan tumpahan hidrokarbon sebagaimana
dalam Lampiran C. Penyelesaian laporan tertulis yang diperlukan merupakan
tanggungjawab organisasinya berkoordinasi dengan manajer / VP dari organisasi
yang terkena dampak harus menyetujui isi dari pemberitahuan tumpahan yang telah
dipersiapkan oleh pengelola. Manajer akan menyampaikan pemberitahuan
tumpahan kepada untuk disetujui. akan mengajukan pemberitahuan untuk.
Insiden tumpahan hidrokarbon lebih besar dari 15 barel juga harus dilaporkan
kepada kepala bidang perlindungan lingkungan. Untuk memenuhi kewajiban ini
effluent water concentration in abnormal and emergency conditions notification
Penyelesaian laporan yang diperlukan untuk debit tidak normal / darurat
adalah tanggung jawab dari GM / VP dari organisasi yang terkena dampak
berkoordinasi dengan manajer. Pelaporan awal dapat dilakukan dengan telepon, fax
atau email dan minimum harus mencakup informasi sebagai berikut:
18
1. waktu dan durasi sebenarnya atau dugaan lokasi abnormal dan atau keadaan debit
darurat
2. penjelasan singkat tentang kondisi abnormal dan atau keadaan darurat
3. konsentrasi air limbah pada saat debit
4. tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk mengurangi kondisi debit
abnormal dan atau keadaan darurat
Abnormal dalam peraturan ini didefinisikan sebagai kondisi operasi di luar
parameter operasi normal, tetapi masih dapat dikendalikan. Contohnya start-up,
shut-down dan up-set yang dapat menyebabkan melebihi batas ambang air yang
diproduksi. Namun tidak terbatas pada hal itu, dapat juga berupa :
1. kondisi operasi melebihi kapasitas desain fasilitas pengolahan air terproduksi
2. kegagalan fasilitas pengolahan air terproduksi
3. kegagalan unit udara terlarut pengapungan
4. kegagalan fasilitas pemisah API
5. kegagalan suntikan dosis kimia
6. kegagalan pompa bah caisson
Kondisi darurat dalam Keputusan ini didefinisikan sebagai kondisi operasi
di luar parameter operasi normal dan tidak dapat lagi dikendalikan (tidak
terkontrol). misalnya: darurat karena bencana alam, force majeure, dan lain-lain.
Membuat prioritas
Dalam membuat prioritas, melakukan kategorisasi pada dua tingkat, yaitu di
tingkat akar penyebab dan di tingkat insiden. Di tingkat akar penyebab, masing-masing
akar penyebab yang dikategorisasikan untuk tren dan analisis. Sedangkan di tingkat
insiden, prinsip yang dilanggar dicatat untuk tren
Distribution
Untuk menyebarka informasi terkait insiden, menggunakan web resmi yang
hanya dapat diakses oleh karyawan dan yang bekerja di. Informasi terkait insiden
tersebut disebarkan dalam bentuk preliminary report yag berisi deskripsi kejadian, hal
apa yang salah dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah insiden tersebut terjadi
kembali.
19
Identifikasi Penyebab
Dalam metodologi untuk analisis dan verifikasi penyebab, CPI menggunakan
dua metode, yaitu five why dan why tree. Kedua-duanya adalah pendekatan sistematis
untuk mengidentifikasi factor-faktor penyebab (kausal) yang mengakibatkan insiden.
digunakan untuk menginvestigasi kecelakaan yang sederhana. Tool ini sangat cepat dan
efisien untuk menemukan akar penyebab utama. Namun tidak dapat menemukan
penyebab keseluruhannya karena tool ini menyelidiki kegagalan hanya dengan
bertanya dan menjawab pertanyaan “mengapa”. Sedangkan dapat menemukan semua
penyebabnya karena dengan tool ini dapat melihat urutan penyebab dari yang langsung,
tidak langsung sampai yang paling mendasar.
Identifikasi solusi
Memberikan prioritas tinggi untuk memperbaiki bahaya secara langsung
dimanapun bahaya tersebut berada. Rekomendasi itu harus mampu menghilangkan
insiden agar tidak terjadi lagi atau mengurangi konsekuensi jika terulang lagi dan/atau
mengurangi frekuensi terulang kembali. Prioritas harus diberikan untuk sebuah
rekomendasi.
Mengembangkan rekomendasi yaitu daftar akar penyebab, jika mungkin
mengelompokkan akar penyebab yang mirip bersama-sama, mengembangkan
rekomendasi yang membahas akar penyebab masalah dan mencegah insiden terulang
kembali, menilai rekomendasi tersebut serta memprioritaskan rekomendasi untuk
pelaksanaannya.
Untuk mengatasi akar ganda, maka penting untuk melihat akar permasalahan secara
total. Untuk menyatakan rekomendasi secara jelas maka harus, yaitu
a. Spesifik : apa yang perlu dilakukan
b. Measurable (terukur) : bagaimana mengetahui hal yang ingin dilakukan
c. Accountable : diberikan kepada seseorang
d. Relevant : dapat mencegah terulang kembali, biaya yang efektif, tidak akan
menambah masalah lain
e. Time limits (batas waktu) : memiliki batasan waktu
20
Untuk tindak lanjut dan penanganan rekomendasi, proses harus termasuk
mekanisme pelacakan untuk mengelola dan mendokumentasikan pelaksanaan,
mengkomunikasikan rekomendasi kepada orang lain yang dipengaruhi oleh rencana
serta dilakukan sampai selesai.
Penyebaran
Laporan merupakan alat utama untuk mengkomunikasikan hasil penyelidikan.
Laporan merupakan alat utama untuk mengkomunikasikan hasil penyelidikan. Laporan
harus dalam bentuk yang sederhana tetapi berisi fakta, hanya berisi rincian temuan yang
sudah diverifikasi. Laporan ditulis menggunakan teknik keterampilan menulis. Laporan
termasuk dokumen pendukung dan data yang dilampirkan untuk laporan.
Dalam investigasi dokumen konten yang harus dilaporkan yaitu deskripsi dari
proses investigasi yang dilakukan, anggota tim, hasil dari investigasi (ringkasan
kejadian, urutan kejadian, akar penyebab termasuk bagaimana kejadian itu terjadi dan
kategorisasinya), rekomendasi dan lampiran – lampiran.
Resolution
Setelah dokumen diinvestigasi, kemudian dilakukan peninjauan dan pelaporan isu.
Dalam meninjau dan melaporkan isu melakukan beberapa proses, yaitu
a. Tinjauan tim
b. Tinjauan hukum jika berlaku
c. Rancangan tinjauan dengan manajemen
d. Mengeluarkan laporan akhir
e. Mengkomunikasikan pelajaran
Mengembangkan
Urutan waktu digunakan untuk mengatur fakta. Hal ini dilakukan dengan cara
meletakkan semua fakta yang diketahui pada urutan waktu kejadiannya, mulai dengan
urutan kejadian yang diperlukan untuk mengidentifikasi semua penyebab potensial
termasuk menanggapi kasus jika dampak yang diakibatkan oleh insiden tersebut besar.
21
Urutan waktu juga dapat membantu untuk mencegah langsung mengambil kesimpulan
atas kejadian tersebut. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan urutan waktu ini
tidak dengan mengintimidasi tetapi fokus pada fakta-fakta.
Mengidentifikasi sistem pelindung
Sistem pelindung adalah setiap sistem manajemen atau sistem perangkat keras yang
mengurangi potensi terjadinya insiden atau konsekuaensi dari suatu insiden.
memungkinkan tim memikirkan penyebab lain karena tinjauan dari daftar item ini akan
dilakukan selama analisis akar penyebab. Tujuan disini adalah untuk mengakui
beberapa item penting bahwa tim tidak akan lupa daftar ini akan di tinjau ulang pada
akhir langkah analisis untuk memastikan ide-ide potensial telah ditangani dan tidak lagi
dianggap kritis.
Verifikasi penyebab
Dalam melakukan verifikasi penyebab, beberapa tehnik yang dilakukan oleh CPI
adalah pengamatan, testing/ lab analysis, data (tulisan/electronic), teori ahli,
kebijaksanaan konvensional dan wawancara
Pencegahan Insiden di Lapangan (Gathering Station dan Well Work)
Secara umum untuk pencegahan maupun penangan insiden dilapangan sama
dengan penanganan insiden di bagian yang lain, hanya saja ada beberapa pencegahan
dan respon terhadap insiden di lapangan yang disesuaikan dengan kondisi lapangannya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, pencegahan terhadap insiden di lapangan
sudah sangat baik, misalnya di setiap tempat yang memiliki sumber bahaya sudah ada
peringatan sumber bahaya apa saja yang ada dan PPE apa yang harus digunakan saat
berada dilokasi tersebut dan maintenance untuk setiap peralatan juga sudah dilakukan
secara berkala sesuai kebutuhan setiap peralatannya.
2.6 Kebijakan Perusahaan di Bidang K3
22
Dalam manual P2K3 Departemen Tenaga Kerja, kebijakan K3 merupakan
pernyataan terhadap sasaran, tujuan dan prinsip-prinsip operasional yang melandasi
organisasi. Perencanaan dari operasional organisasi yang meliputi tentang K3 harus
datang dan dikeluarkan oleh pimpinan perusahaan, sehingga dapat meletakkan
masalah K3 ke dalam prespektif seluruh jajaran manajemen Berdasarkan hasil
wawancara dengan penyelia diketahui kebijakan K3 di lingkungan Pabrik Kelapa
Sawit Tanjung Medan bukanlah usulan dari P2K3 namun sudah menjadi kebijakan
perusahaan sejak dini dan sudah dikeluarkan secara tertulis. Keluarnya kebijakan K3
tersebut dengan pertimbangan untuk meningkatkan produktivitas pekerja serta
menghindari kerugian-kerugian lainnya yang diakibatkan tidak diterapkannya
kebijakan K3 tersebut.
2.7 Pengawasan Kebijakan di Bidang K3
Pengawasan terhadap kebijakan K3 di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan hanya
dilakukan oleh pihak perusahaan (internal pabrik). Sampai saat ini pengawasan untuk
menangani masalah K3 telah direkrut dan bertugas di lingkungan Pabrik dari instansi lain
belum pernah dilakukan, hal ini disebabkan tenaga kerja yang dilatih Kelapa Sawit Tanjung
Medan.
Program pengawasan terhadap program K3 yang dilakukan personil P2K3
dilaksanakan setiap bulannya untuk melihat sejauhmana program K3 sudah berjalan dan
setiap hari anggota P2K3 memastikan departemen yang dibawahinya telah menjalankan
program K3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Personil P2K3 melakukan pengawasan
terhadap program kerja P2K3 dengan menggunakan daftar cheklist dan chek dokumen
yang berisikan tentang seluruh tindakan pengawasan yang harus dilakukan seperti
pemeriksaan lingkungan kerja, pemeriksaan kondisi yang dapat membahayakan dan
pemeriksaan sikap yang dapat membahayakan masing-masing seksi seperti di
administration section, quality section, water waste treatment plant section, process
section, shore tank section, dan lain-lain.
Ketua P2K3 melaksanakan pengawasan dengan inspeksi (meninjau lapangan) ke
lapangan dan Pelaksanaan pengawasan yang dilaporkan berupa daftar isian program
23
K3menerima laporan dari pengawasan yang dilakukan anggota P2K3pada tahun
selanjutnya. Menurut Widjanarko (1997) bahwa pengawasan yang harus dilakukan oleh
anggota P2K3 di unit kerja adalah melakukan pemeriksaan K3 untuk mengetahui sampai
sejauhmana penerapan K3 di unit kerja tersebut telah dilaksanakan dan bagaimana
perkembangannya.
24
Top Related