Makalah Jiwa Konsep Bunuh Diri

18
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun suicide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada depresi, penyalahgunaan NAPZA, skizofrenia, gangguan kepribadian (paranoid, borderline, antisosial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental. Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan diantaranya adalah : pertama, suicide merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di rumah sakit jiwa, Kedua, Faktor–faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah, kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien. Ketiga, pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen lainnya. Keempat, hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat terhadap cues perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah hal yang penting dalam menurunkan angka suicide di rumah sakit. Oleh karena itu suicide pada pasien rawat inap merupakan masalah yang perlu Keperawatan Kesehatan Jiwa II Page 1

description

Makalah Jiwa Konsep Bunuh Diri

Transcript of Makalah Jiwa Konsep Bunuh Diri

Page 1: Makalah Jiwa Konsep Bunuh Diri

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun

suicide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada depresi,

penyalahgunaan NAPZA, skizofrenia, gangguan kepribadian (paranoid, borderline,

antisosial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental. Ada 4 hal yang krusial

yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan diantaranya adalah : pertama,

suicide merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di rumah sakit

jiwa,

Kedua, Faktor–faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang

adekuatnya pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah,

kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien. Ketiga,

pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah sakit

baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen lainnya.

Keempat, hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri

perawat terhadap cues perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri

adalah hal yang penting dalam menurunkan angka suicide di rumah sakit. Oleh karena itu

suicide pada pasien rawat inap merupakan masalah yang perlu penanganan yang cepat

dan akurat. Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai faktor resiko terjadinya bunuh

diri, instrument pengkajian dan managemen keperawatannya dengan pendekatan proses

keperawatanya.

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui arti konsep bunuh diri

2. Untuk mengetahui klasifikasi bunuh diri

3. Untuk mengetahui cara mengatasi bunuh diri

Keperawatan Kesehatan Jiwa II Page 1

Page 2: Makalah Jiwa Konsep Bunuh Diri

C. MANFAAT

Memberikan mahasiswa atau mahasiswi pengetahuan lebih dalam tentang konsep

bunuh diri. Selain itu, memberikan info yang baik untuk menambah ilmu mahasiswa atau

mahasiswi dalam ilmu keperawatan jiwa 2.

Keperawatan Kesehatan Jiwa II Page 2

Page 3: Makalah Jiwa Konsep Bunuh Diri

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BUNUH DIRI

Bunuh diri adalah perbuatan menghentikan hidup sendiri yang dilakukan oleh

individu itu sendiri atau atas keinginannya. Bila seseorang meminta untuk dirinya

dibunuh karena pasrah akan kondisinya disebut Euthanasia. Bunuh diri merupakan salah

satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun suicide adalah perilaku yang

membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada depresi, penyalahgunaan NAPZA ,

skizofrenia, gangguan kepribadian( paranoid, borderline, antisosial), suicide tidak bisa

disamakan dengan penyakit mental.

Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan

diantaranya adalah :

A. Suicide merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di rumah

sakit jiwa,

B. Faktor – faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya

pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah,

kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien.

C. Pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah

sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen

lainnya.

D. Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien

B. KLASIFIKASI BUNUH DIRI

Pada dasarnya, segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat (ini adalah

sistematika). Dalam hubungan sebab akibat ini akan menghasilkan suatu alasan atau

sebab tindakan yang disebut motif.

Motif bunuh diri ada banyak macamnya. Disini penyusun menggolongkan dalam kategori

sebab, misalkan :

1. Dilanda keputusasaan dan depresi

2. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.

Keperawatan Kesehatan Jiwa II Page 3

Page 4: Makalah Jiwa Konsep Bunuh Diri

3. Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).

4. Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)

5. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.

Dalam ilmu sosiologi, ada tiga penyebab bunuh diri dalam masyarakat, yaitu

1. egoistic suicide (bunuh diri karena urusan pribadi),

2. altruistic suicide (bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain), dan

3. anomic suicide (bunuh diri karena masyarakat dalam kondisi kebingungan).

C. TANDA –TANDA BUNUH DIRI

A. Tanda-tanda risiko berat:

o Keinginan mati yang sungguh-sungguh, pernyataan yang berulang-ulang bahwa ia

ingin mati, yang bisa disertai dengan persiapan terinci.

o Adanya depresi dengan gejala rasa salah dan dosa, rasa putus asa, ingin dihukum

berat, rasa cemas yang hebat, rasa tidak berharga lagi, sangat berkurangnya nafsu

makan, seks, dan kegiatan lain, serta adanya gangguan tidur yang berat.

o Adanya psikosis, terutama yang impulsif, serta adanya perasaan curiga, ketakutan

dan panik. Keadaan semakin berbahaya bila pasien mendengar suara (halusinasi)

yang memerintahkan agar ia membunuh dirinya.

B. Tanda-tanda bahaya:

Pernah melakukan percobaan bunuh diri

Penyakit yang menahun.

Ketergantungan obat dan/ atau alkohol.

Hipokondriasis.

Bertambahnya usia disertai bertambahnya masalah hidup.

Persaingan diri.

Kebangkrutan.

Catatan bunuh diri.

Kesukaran penyesuaian diri yang kronis.

Tak jelas adanya keuntungan sekunder.

Keperawatan Kesehatan Jiwa II Page 4

Page 5: Makalah Jiwa Konsep Bunuh Diri

D. ETIOLOGI

Faktor Genetik dan Teori Biologi

Faktor genetik mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya. Disamping itu

adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko

bunuh diri.

Teori sosiologi

Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang tidak terintegrasi

pada kelompok sosial) , atruistik (Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan anomic (

suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).

Teori psikologi

Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari marah yang

diarahkan pada diri sendiri.

Penyebab lain

Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.

Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaan

tangisan untuk minta bantuan.

Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang lebih baik

E. PREDISPOSISI

Penyakit jiwa merupakan faktor predisposisi terpenting terjadinya bunuh diri.

WHO memperkirakan sebanyak 90% orang yang melakukan tindakan bunuh diri terjadi

akibat penyakit jiwa yang tidak didiagnosa dan diobati, di samping penggunaan obat-

obatan terlarang dan konsumsi alkohol. Kondisi ini merupakan masalah kesehatan utama

di dunia yang mempresentasikan 1,4% dari beban masalah kesehatan dunia.

Di samping itu, masyarakat dalam hal ini tokoh agama dan pemerintah juga mempunyai

peran penting dalam mencegah dan meminimalkan kasus bunuh diri dengan menanamkan

nilai-nilai kesehatan jiwa sejak dini.

Preveler dkk dalam jurnal yang berjudul ‘ABC of Psychological Medicine:

Depression in Medical Patients’ (2002) mengatakan, risiko bunuh diri seumur hidup akan

dialami orang yang mengalami mood disorder, terutama depresi yaitu sebesar 6-15%,

sedangkan schizophrenia sebesar 4-10%. Data tahun 2005 menyebutkan, di negara-

Keperawatan Kesehatan Jiwa II Page 5

Page 6: Makalah Jiwa Konsep Bunuh Diri

negara maju seperti Amerika Serikat, kejadian bunuh diri akibat depresi menempati

ranking ke-11 penyebab kematian penduduk.

Depresi merupakan kondisi medis yang disebabkan karena adanya disregulasi

neurotransmitter (zat penghantar dalam sistem syaraf) terutama serotonin

(neurotransmitter yang mengatur perasaan) dan norepinefrin (neurotransmitter yang

mengatur energi dan minat). Spektrum depresi sangat luas dengan keluhan penyakit dan

manifestasi klinik yang bermacam-macam sehingga pengelolaannya harus dilakukan

secara holistik.

F. PATOFISIOLOGIS BUNUH DIRI

Luka yang terjadi karena disengaja sering terjadi dan pemeriksaannya biasanya

menjadi tugas ahli patologi dan dokter ahli forensik klinik. Kejadian-kejadian ini terdiri

dari : bunuh diri, percobaan bunuh diri, dan bunuh diri berencana., pada akhirnya tidak

adanya maksud untuk membunuh, meskipun kematian mungkin terjadi karena kurang

hati-hati.

Salah satu keputusan yang sulit di hadapi oleh ahli patologi dan pemeriksa medis,

dan untuk bertindak yang legal, seperti juga pemeriksa sebab dari kematian, terdapat

perbedaan antara bunuh diri, pembunuhan, dan perlukaan oleh diri sendiri lainnya.

Meskipun ini bukan merupakan juga fungsi yang legal ahli patologi dalam ,menghubung-

hubungkan motif, pengalaman mereka dan latihan juga faktor-faktor yang sering

sehingga mereka dapat membuat keputusan dalam pengklasifikasian kebiasaan-kebiasaan

atau cara kematian serta perlukaan.

Cidera akibat bunuh diri

Diskusi ini dibatasi dengan trauma fisik, meracuni diri sendiri, yang akan

dibicarakan lebih lanjut. Bunuh diri akibat melukai diri sendiri dengan berbagai macam

cara, yaitu dengan cara yang ganjil atau aneh. Ahli patologi harus selalu waspada dengan

kemungkinan-kemungkinan lain selain karena bunuh diri. Pada beberapa kejadian

biasanya disebabkan karena ketidaksengajaan dilakukan oleh korban. Contoh primer

yaitu “Masochistic Asfiksia”, dimana kadang sering keliru dengan bunuh diri.

G. PENCEGAHAN BUNUH DIRI

Keperawatan Kesehatan Jiwa II Page 6

Page 7: Makalah Jiwa Konsep Bunuh Diri

Upaya mencegah bunuh diri sungguh sangat sulit. Salah satu penyebabnya, orang

yang mengalaminya biasanya terjerat oleh cara berpikir sempit dan irasional, serta tidak

menyadari bahwa dirinya membutuhkan pertolongan, salah satu bentuk upaya mencegah

bunuh diri adalah yang disebut crisis intervension. Tujuannya adalah menolong orang

yang mengatasi krisis hidup yang berat. Bentuknya bisa dengan menyediakan layanan

“hot-line“ via telepon. Seseorang yang mengalami ambivalensi untuk bunuh diri akibat

menderita stres berat, misalnya dapat mengontak jasa “hot-line“ ini sebelum

melaksanakan niatnya, untuk mendapatkan peneguhan kembali sehingga mau

mengurungkan niatnya itu.

Selain upaya pencegahan diatas, ada upaya lain untuk mencegah terjadinya bunuh

diri yaitu fokus terapi diarahkan pada modifikasi lingkungan agar hubungan antar

manusia lebih baik, juga di usahakan agar fungsi kejiwaan lebih dekat.

Macam-macam terapi berupa:

Psikoterapi individual atau terapi kelompok.

Terapi keluarga.

Terapi obat-obatan sesuai dengan keadaan; misalnya untuk pasien dewasa:

amitriptilin (25-30 mg 3x/hari), diazepam (2-5 mg 3x/hari), klorpromazin (50-10

mg 3x/hari).

Strategi terapi:

Memotong lingkaran pikiran bunuh diri.

Menguatkan kembali ego pasien dan memperbaiki mekanisme pembelaan yang

salah.

Membantu pasien agar dapat hidup wajar kembali.

Umumnya kita memandang bunuh diri sebagai tindakan yang tidak hanya tragis tetapi

juga keliru. Namun, usaha mencegah orang bunuh diri bukan tanpa persoalan etis.

Berhakkah kita mencegah orang mencabut nyawanya sendiri? bukankah itu hak

pribadinya, untuk hidup maupun untuk mati? Satu-satunya alasan yang bisa

membenarkan tindakan kita adalah fakta bahwa orang yang mencoba bunuh diri sering

tidak sungguh-sungguh ingin, masih ragu-ragu, atau kalau pun bulat niat itu biasanya

bersifat sesaat. Maka, upaya pencegahan tersebut secara etis bisa dibenarkan.

Keperawatan Kesehatan Jiwa II Page 7

Page 8: Makalah Jiwa Konsep Bunuh Diri

H. PENATALAKSANAAN

a. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri

sendiri, dengan cara :

Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.

Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup,

dukungan sosial yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam

kehidupannya, koping mekanisme yang biasa digunakan.

b. Berikan lingkungan yang aman (safety) berdasarkan tingkatan resiko, managemen

untuk klien yang memiliki resiko tinggi ialah

Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat

ruang perawatan yang mudah di monitor oleh perawat.

Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang dapat

membahayakan klien misalnya : pisau, gunting, tas plastik, kabel listrik,

sabuk, hanger dan barang berbahaya lainnya.

c. Membantu meningkatkan harga diri klien

Tidak menghakimi dan empati

Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya

Mendorong berpikir positif dan berinteraksi dengan orang lain

Berikan jadwal aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan kontrol

impuls yang rendah

Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila

diindikasikan.

d. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan sosial

Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan

dukungan sosial yang adekuat

Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring

sosial yang bisa di akses.

Dorong klien untuk melakukan aktivitas sosial

e. Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positip.

Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif

Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri.

Keperawatan Kesehatan Jiwa II Page 8

Page 9: Makalah Jiwa Konsep Bunuh Diri

Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi ‘ apa yang terjadi sebelum anda

memiliki pikiran bunuh diri’

Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping

Explorasi perilaku alternatif

Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai

Pemeriksaan dan penatalaksanaan

a. Klinik harus menilai resiko bunuh diri pada pasien individual berdasarkan pemeriksaan

klinis. Hal yang paling prediktif yang berhubungan dengan resiko bunuh diri

b. Memeriksa pasien yang berusaha bunuh diri, jangan meninggalkan mereka sendirian dan

keluarkan benda yang berbahaya dari ruangan

c. Pasien yang baru saja melakukan usaha bunuh diri.

d. Penatalaksaannya adalah sangat tergantung pada diagnosis. Pada pasien dengan gangguan

depresi berat mungkin diobati sebaga pasien rawat jalan jika keluarganya dapat

mengawasi mereka secara ketat dan pengobatannya dapat dimulai secara cepat.

e. Ide bunuh diri pada pasien alkoholik biasanya menghilang dengan abstinensia dalam

beberapa hari. Jika depresi menetap setelah tanda psikologis dari putusnya alkohol yang

menghilang dengan adanya kecurigaan yang tinggi pada ganguan depresi berat

f. Ide bunuh diri pada pasien skizofrenia harus ditanggapi secara serius, karena mereka

cendrung menggunakan kekerasan atau metode yang kacau dengan letalitas yang tinggi

g. Pasien dengan gangguan keperibadian mendapat manfaat dari konfrontasi empatik dan

bantuan dengan mendapatkan pendekatan yang rasional dan bertanggung jawab.

h. Hospitalisasi jangka panjang, diindikasi pada keadaan yang menyebabkan mutilasi diri.

Psikoterapi dengan pedoman wawancara

Mulailah dengan bertanya apakah pasien pernah merasa menyerah atau merasa mereka

lebih baik meninggal. Pendekatan tersebut menyebabkan stigma yang kecil dan dapat

dilakukan sebagian besar orang . Berbicaralah mengenai apa yang sebenarnya yang

dipikirkan pasien dan catatlah pikirannya.

Lontarkan pertanyaan pada pasien, Pertimbangkan usia dan kecanggihan pasien dan

apakah maksud pertanyaan pasien sesuai dengan caranya. Apakah cara yang dipilih untuk

bunuh diri tersedia pada pasien. Pertanyaan yang terakhir menentukan penilaian dan

pengobatan karena pasien dapat menunjukkan cara untuk keluar dari dilemanya.

Keperawatan Kesehatan Jiwa II Page 9

Page 10: Makalah Jiwa Konsep Bunuh Diri

I. ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Koping, individu inefektif

Menyangkal, inefektif

Mutilasi diri, resiko terhadap

Amuk, risiko terhadap, diarahkan pada diri

Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh

INTERVENSI KEPERAWATAN

Mendengarkan, kontrak, kolaborasi dengan keluarga

Pahami persoalan dari kacamata mereka

Pentingnya partisipasi masyarakat

Express feeling

Lakukan implementasi khusus

IMPLEMENTASI KHUSUS

Ancaman verbal dan non verbal segera laporkan dan lakukan pengamanan.

Jauhkan semua benda yg berbahaya dari lingkungan.

Jika klien berisiko tinggi bunuh diri, observasi secara ketat baik ditempat tidur

atau kamar mandi

Observasi ketat saat klien minum obat; pastikan bahwa obat sudah ditelan

Jelaskan semua tindakan pengamanan pada klien

Waspadai bila klien tenang sebab mungkin saja klien sedang merencanakan

bunuh diri

TERAPI LINGKUNGAN UNTUK SUICIDE

Ruangan aman nyaman

Hindarkan alat-alat yg dpt digunakan utk bunuh diri ?

Ruangan dilantai satu

Mudah dipantau ?

Keperawatan Kesehatan Jiwa II Page 10

Page 11: Makalah Jiwa Konsep Bunuh Diri

Tata ruangan menarik dan meningkatkan gairah hidup pasien ?

Warna ruangan ?

Lingkungan sosial

  Komunikasi terapeutik :

Sapa pasien sesering mungkin

  Jelaskan prosedur

  Terima pasien apa adanya, jangan mengejek dan merendahkan

  Tingkatkan harga diri pasien

  Membantu meningkatkan hubungan sosial

  Bantu pasien berinteraksi dengan keluarga

  Sertakan keluarga dalam rencana asuhan

  Jangan membiarkan pasien terlalu lama sendiri

BAB III

Keperawatan Kesehatan Jiwa II Page 11

Page 12: Makalah Jiwa Konsep Bunuh Diri

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Berdasarkan data yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa“persepsi

bunuh diri sebagai jalan keluar” bukanlah suatu tindakan yang patut dilakukan,

karena justru akan menambah masalah yang telah ada. Bunuh diri merupakan hasil

dari ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi cobaan hidup. Penyebab

utama terjadinya bunuh diri di masyarakat adalah karena kurang iman dan

kepercayaan pada diri sendiri . Oleh karena itu, perlu ditanamkan sikap percaya diri

yang mengarah ke arah positif dan untuk menangkalnya juga harus diintensifkan

pendidikan agama sejak masa kanak-kanak.

2. SARAN

Perlunya kewaspadaan dan penanganan secara intensif pada klien perilaku mencederai

diri: bunuh diri, yaitu perlindungan bagi klien (menjauhkan dari hal-hal/benda-benda

yang memudahkan klien untuk bunuh diri)

Perlunya peningkatan pengetahuan dan kemampuan perawat (apabila dalam rumah

sakit) dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien bunuh diri.

Perlunya pendekatan khusus pada klien bunuh diri, misalnya dengan membina

hubungan saling percaya sehingga klien mau menceritakan permasalahannya dan

konsultan dapat mencarikan jalan keluarnya.

Perlunya meningkatkan dukungan sosial seperti keluarga, teman dekat dan lain-

lainnyanya.

Perlunya penyediaan hotline servis, home care atau pelayanan 24 jam.

Perlunya penelitian lanjutan berupa penelitian kualitatif untuk mempertajam hasil

penelitian yang telah dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Keperawatan Kesehatan Jiwa II Page 12

Page 13: Makalah Jiwa Konsep Bunuh Diri

1. CAPTAIN, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume

6(3), May/June 2008, p 46–53

2. Varcarolis, E M (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide, WB Saunder Company,

Philadelphia.

3. Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed.

Elsevier Mosby, Philadelphia

4. Supratinya,A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal.Yogyakarta: Kanisius.

5. LAB/UPF Ilmu Kedokteran Jiwa. 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya:

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dan RSUD.Dr. Soetomo.

6. Keliat, B.A. (1993). Seri keperawatan: tingkah laku bunuh diri. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

7. Panggabean, L. (2003). Pengembangan kesehatan perkotaan ditinjau dari aspek

psikossosial. (makalah). Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat DepKes. Rs. Tidak

dipublikasikan.

Keperawatan Kesehatan Jiwa II Page 13