Bunuh Diri Dan Euthanasia

23
BUNUH DIRI DAN EUTHANASIA KELOMPOK 4

description

Efek bunuh diri dan euthanasia

Transcript of Bunuh Diri Dan Euthanasia

BUNUH DIRI DAN EUTHANASIA

BUNUH DIRI DAN EUTHANASIA

KELOMPOK 4

BUNUH DIRI1. PENGERTIANBunuh diri adalah tindakan mengakhiri hidup yang dilakukan oleh seseorang karena kemauannya sendiri, dengan menggunakan sarana tertentu.

2. SEBABAda banyak hal yang mendasari orang untuk melakukan tindakan bunuh diri. Namun ada 2 alasan besar, yaitu:Orang mengalami depresi, tekanan batin antara lain:

a. Orang mengalami depresi, tekanan batin antara lain:Perasaan tertekan, frustasi, dan bingung karena: Putus cinta, pasangan menyeleweng, kurang diperhatikan dan dihargai dalam keluarga.Beban ekonomi yang tidak tertanggungkan, kehilangan pekerjaan, atau dililit utang.b. Orang mau menggungkap protesMungkin saja terjadi kasus-kasus ketidakadilan, kemudian untuk memprotesnya orang melakukan aksi mogok makan sampai tewas, membakar diri, menembak diri dan sebagainya.

3. AKIBATa. Berdosa, karena melanggar perintah Tuhanb. Tidak memberi teladan yang baik bagi sesamac. Meninggalkan dukacita bagi keluarga yang ditinggalkan

EUTHANASIA1. PENGERTIANKata euthanasia berasal dari bahasa Yunani yang berarti kematian yang baik (mudah). Euthanasia adalah suatu tindakan pengakhiran hidup yang dilakukan oleh orang lain untuk membebaskan seseorang dari penderitaan yang amat berat. 2. JENIS-JENIS EUTHANASIA

a. Dilihat dari segi pelakunyaa). Compulsary euthanasia, yakni bila orang lain memutuskan kapan hidup seseorang akan berakhir. Kadang-kadang euthanasia jenis ini disebut mercy killing (penghilang nyawa penuh belas kasih). Misalnya: dilakukan pada orang yang menderita sakit yang berat.

b). Voluntary euthanasia, yakni bila orang itu sendiri yang meminta untuk diakhiri hidupnya.Beberapa orang percaya bahwa pasien-pasien yang sekarat karena penyakit yang tak tersembuhkan dan menyebabkan penderitaan yang berat hendaknya diizinkan untuk meminta dokter untuk membantunya mati.

b. Dilihat dari caranyaa). Euthanasia aktif : Mempercepat kematian seseorang secara aktif dan terencana, bila secara medis ia tidak dapat lagi disembuhkan dan juga jika dilakukan atas permintaan pasien itu sendiri.

b). Euthanasia Pasif : Pengobatan yang sia-sia dihentikan atau sama sekali tidak dimulai, atau hanya diberi obat penangkal sakit yang memperpendek hidupnya, karena pengobatan apa pun tidak berguna lagi.

3. SEBABBeberapa sebab dilakukannya euthanasia yaitu:a. Seseorang yang sudah lama menderita sakit parah.b. Penyakit seseorang yang tidak dapat lagi disembuhkanc. Seseorang yang sudah pasrah akan keadaan dirinya

Pandangan tentang Bunuh Diri euthanasia dari segi agama Pandangan agama Hindu terhadap euthanasia didasarkan pada ajaran tentang karma, moksa dan ahimsa. Karma adalah suatu konsekuensi murni dari semua jenis kehendak dan maksud perbuatan, yang baik maupun yang buruk, lahir atau batin dengan pikiran kata-kata atau tindakan. Akumulasi terus menerus dari karma yang buruk adalah penghalang moksa yaitu suatu kebebasan dari siklus reinkarnasi. Ahimsa adalah prinsip anti kekerasan atau pantang menyakiti siapa pun juga.

Bunuh diri adalah suatu perbuatan yang terlarang di dalam ajaran Hindu sebab perbuatan tersebut dapat menjadi faktor yang mengganggu karena menghasilkan karma buruk. Kehidupan manusia adalah kesempatan yang sangat berharga untuk meraih tingkat yang lebih baik dalam kelahiran kembali.

Berdasarkan kepercayaan umat Hindu, apabila seseorang melakukan bunuh diri, maka rohnya tidak akan masuk neraka ataupun surga melainkan tetap berada di dunia fana sebagai roh jahat dan berkelana tanpa tujuan hingga ia mencapai masa waktu di mana seharusnya ia menjalani kehidupan. Misalnya, seseorang bunuh diri pada usia 17 tahun padahal dia ditakdirkan hidup hingga 60 tahun. Maka selama 43 tahun rohnya berkelana tanpa arah tujuan. Setelah itu, rohnya masuk ke neraka untuk menerima hukuman lebih berat; kemudian kembali ke dunia (reinkarnasi) untuk menyelesaikan karma-nya terdahulu yang belum selesai dijalaninya.

2. Agama Buddha Agama Buddha sangat menekankan larangan untuk membunuh makhluk hidup.Ajaran ini merupakan moral fundamental dari Sang Buddha. Oleh karena itu, jelas bahwa euthanasia adalah perbuatan yang tidak dapat dibenarkan dalam ajaran agama Budha. Euthanasia atau mercy killing baik yang aktif atau pasif tidak dibenarkan dalam agama Buddha karena perbuatan membunuh atau mengakhiri kehidupan seseorang ini, walaupun dengan alasan kasih sayang, tetap melanggar sila pertama dari Pancasila Buddhis. Perbuatan membunuh atau mengakhiri hidup seseorang ini sesungguhnya tidak mungkin dapat dilakukan dengan kasih sayang atau karuna. Orang yang memiliki kasih sayang tidak mungkin akan melakukan perbuatan mengakhiri hidup seseorang karena ia menyadari bahwa sesungguhnya hidup merupakan milik yang paling berharga bagi setiap makhluk.

Bagi penganut-penganut agama Buddha, ajaran pertama ialah untuk menahan diri daripada tidak memusnahkan nyawa , termasuk nyawa sendiri. Bunuh diri dianggap sebagai suatu bentuk tindakan yang negatif. Walaupun pandangan demikian, suatu ideologi kuno Asia yang serupa dengan seppuku (hara-kiri) terus mempengaruhi penganut-penganut agama Buddha yang tertindas supaya memilih bunuh diri maruah. Contoh yang paling terkenal ialah pembunuhan diri Thich Quang Duc melalui pengorbanan diri untuk membantah terhadap kerajaan Ngo Dinh Diem. Juga pada zaman moden, sami-sami Tibet telah mempergunakan tanggapan ini untuk memperbantahkan pendudukan Cina di Tibet, dan pencabulan hak asasi manusia penduduk-penduduk Tibet oleh China

3. Agama Islam Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak tersebut merupakan anugerah Allah kepada manusia. Hanya Allah yang dapat menentukan kapan seseorang lahir dan kapan ia mati . Oleh karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum Islam. Islam serupa dengan agama-agama Nabi Ibrahim yang lain, yang memperlihatkan bunuh diri sebagai suatu dosa yang amat menjelaskan perjalanan rohaniah seseorang. Bagi mereka yang dahulu percaya, tetapi akhirnya menolak kepercayaan mereka kepada Allah, hakikatnya kelihatan jelas negatif. Euthanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-maut (euthanasia), yaitu tindakan yang memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara positif maupun negatif. Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun 1981, dinyatakan bahwa tidak ada suatu alasan yang membenarkan dilakukannya euthanasia ataupun pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing) dalam alasan apapun juga.

4. Agama KatolikEutanasia secara harfiah diterjemahkan sebagai kematian yang baik atau kematian tanpa penderitaan, adalah tindakan atau pantang tindakan menurut hakikatnya atau dengan maksud sengaja mendatangkan kematian, dengan demikian menghentikan setiap rasa sakit (Declaratio de Euthanasia). Dengan kata lain, eutanasia menyangkut mengakhiri hidup dengan sengaja melalui suatu tindakan langsung, seperti suntik mati, atau dengan suatu pantang, seperti membiarkan kelaparan atau kehausan. Perlu dicatat bahwa eutanasia biasa dikenal sebagai membunuh karena kasihan; istilah ini paling tepat sebab tindakan yang dilakukan bertujuan untuk membunuh dengan sengaja, tak peduli betapa baik tujuannya, misalnya, untuk mengakhiri penderitaan. Para Uskup Gereja Katolik mengukuhkan bahwa eutanasia itu pelanggaran berat hukum Allah, karena berarti pembunuhan manusia yang disengaja dan dari sudut moril tidak dapat diterima (Evangelium Vitae, No. 65).

5. Agama Kristen Protestan

Seorang kristiani percaya bahwa mereka berada dalam suatu posisi yang unik untuk melepaskan pemberian kehidupan dari Tuhan karena mereka percaya bahwa kematian tubuh adalah merupakan suatu awal perjalanan menuju ke kehidupan yang lebih baik.

Lebih jauh lagi, pemimpin gereja Protestan mengakui bahwa apabila tindakan mengakhiri kehidupan ini dilegalisasi maka berarti suatu pemaaf untuk perbuatan dosa, juga dimasa depan merupakan suatu racun bagi dunia perawatan kesehatan, memusnahkan harapan mereka atas pengobatan.

Sejak awalnya, cara pandang yang dilakukan kaum kristiani dalam menanggapi masalah bunuh diri dan pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing) adalah dari sudut kekudusan kehidupan sebagai suatu pemberian Tuhan. Mengakhiri hidup dengan alasan apapun juga adalah bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian tersebut.

Pandangan tentang Bunuh Diri euthanasia dari segi kesehatanProfesi tenaga medis sudah sejak lama menentang euthanasia sebab profesi kedokteran adalah untuk menyembuhkan dan bukan untuk mematikan. Profesi medis adalah untuk merawat kehidupan dan bukan untuk merusak kehidupan. Sumpah Hipokrates jelas-jelas menolaknya, Saya tidak akan memberikan racun yang mematikan ataupun memberikan saran mengenai hal ini kepada mereka yang memintanya. Sumpah ini kemudian menjadi dasar sumpah seluruh dokter di dunia, termasuk di Indonesia. Mungkin saja sumpah ini bukan Hipokrates sendiri yang membuatnya. Dalam pasal 9, bab II

Kode Etik Kedokteran Indonesia tentang kewajiban dokter kepada pasien, disebutkan bahwa seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani. Ini berarti bahwa menurut kode etik kedokteran, dokter tidak diperbolehkan mengakhiri hidup seorang yang sakit meskipun menurut pengetahuan dan pengalaman tidak akan sembuh lagi. Tetapi apabila pasien sudah dipastikan mengalami kematian batang otak atau kehilangan fungsi otaknya sama sekali, maka pasien tersebut secara keseluruhan telah mati walaupun jantungnya masih berdenyut. Penghentian tindakan terapeutik harus diputuskan oleh dokter yang berpengalaman yang mengalami kasus-kasus secara keseluruhan dan sebaiknya hal itu dilakukan setelah diadakan konsultasi dengan dokter yang berpengalaman, selain harus pula dipertimbangkan keinginan pasien, keluarga pasien, dan kualitas hidup terbaik yang diharapkan.

Dengan demikian, dasar etik moral untuk melakukan euthanasia adalah memperpendek atau mengakhiri penderitaan pasien dan bukan mengakhiri hidup pasien. Sampai saat ini, belum ada aturan hukum di Indonesia yang mengatur tentang euthanasia. Pasal-pasal KUHP justru menegaskan bahwa euthanasia aktif maupun pasif tanpa permintaan dilarang. Demikian pula dengan euthanasia aktif dengan permintaan. Hakikat profesi kedokteran adalah menyembuhkan dan meringankan penderitaan. Euthanasia justru bertentangan radikal dengan hakikat itu.

PANDANGAN GEREJA KATOLIK TENTANG BUNUH DIRI DAN EUTHANASIASejak pertengahan abad ke-20, Gereja Katolik telah berjuang untuk memberikan pedoman sejelas mungkin mengenai penanganan terhadap mereka yang menderita sakit tak tersembuhkan, sehubungan dengan ajaran moral Gereja mengenai eutanasia dan sistem penunjang hidup. Paus Pius XII, yang tak hanya menjadi saksi dan mengutuk program-program egenetika dan eutanasia Nazi, melainkan juga menjadi saksi atas dimulainya sistem-sistem modern penunjang hidup, adalah yang pertama menguraikan secara jelas masalah moral ini dan menetapkan pedoman. Pada tahun 1980, Kongregasi untuk Ajaran Iman menerbitkan Declaratio de Euthanasia yang menguraikan pedoman ini lebih lanjut, teristimewa mengingat semakin meningkatnya kompleksitas sistem-sistem penunjang hidup dan gencarnya promosi eutanasia sebagai sarana yang sah untuk mengakhiri hidup. Paus Yohanes Paulus II, yang prihatin dengan semakin meningkatnya praktek eutanasia, dalam ensiklik Evangelium Vitae (No. 64) memperingatkan kita agar melawan gejala yang paling mengkhawatirkan dari `budaya kematian' . Jumlah orang-orang lanjut usia dan lemah yang meningkat dianggap sebagai beban yang mengganggu. Katekismus Gereja Katolik (No 2276-2279) juga memberikan ikhtisar penjelasan ajaran Gereja Katolik kita tentang hal ini.

Mengenai masalah ini, prinsip-prinsip berikut mengikat secara moral: Pertama, Gereja Katolik berpegang teguh bahwa baik martabat setiap individu maupun anugerah hidup adalah kudus. Kita menghormati kekudusan kelangsungan hidup manusia sejak dari saat pembuahan hingga kematian yang wajar.

Kedua, setiap orang terikat untuk melewatkan hidupnya sesuai rencana Allah dan dengan keterbukaan terhadap kehendak-Nya, dengan menaruh pengharapan akan kepenuhan hidup di surga. Sebab itu, pemeliharaan hidup bukan hanya sekedar masalah jasmani di mana kita banyak mencurahkan perhatian pada tubuh dan kehidupan jasmani, hingga kita kehilangan pandangan akan jiwa, kehidupan rohani individu dan tujuan kehidupan kekalnya. Karenanya, kita wajib menimbang apakah suatu perawatan hanya sekedar menjaga fungsi tubuh dan menunda kematian, ataukah suatu perawatan membantu individu dalam memperkuat hidup dan memulihkan kesehatan. Akan tiba waktunya di mana seseorang meninggalkan kehidupan di dunia ini dan kembali kepada Tuhan dalam suatu kehidupan yang baru.

Ketiga, dengan sengaja mengakhiri hidup sendiri adalah bunuh diri dan merupakan penolakan terhadap rencana Allah. Pula, melakukan percobaan atas kehidupan atau membunuh seorang yang tak bersalah merupakan suatu tindak kejahatan. Oleh karena alasan-alasan di atas, Konsili Vatikan II mengutuk, apa saja yang berlawanan dengan kehidupan sendiri, misalnya bentuk pembunuhan yang mana pun juga, penumpasan suku, pengguguran, eutanasia atau bunuh diri yang disengaja. (Gaudium et Spes, No. 27).

TINDAKAN PREVENTIF TERHADAP BUNUH DIRI DAN EUTHANASIABeberapa cara untuk mencegah tindakan bunuh diri dan euthanasia yaitu :a. Bunuh Diria). Mendekatkan diri pada Tuhan dengan berdoab). Mengikuti kegiatan positif yang dapat mengurangi frustasi.c). Bersikap terbuka terhadap keluarga atau teman.d). Menceritakan masalah yang sedang dihadapi kepada orang yang dipercaya dapat membantu.

b). Euthanasia a). Lebih mendekatkan diri pada Tuhan dengan berdoab). Mencari alternatif pengobatan lain yang dapat membantu penyembuhan.