Makalah Bunuh Diri Wella

35
LAPORAN MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RESIKO BUNUH DIRI Disusun oleh : Wella Herliyanti Nim : 12031050 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes HANG TUAH PEKANBARU PEKANBARU 2015 1

description

fffffff

Transcript of Makalah Bunuh Diri Wella

Page 1: Makalah Bunuh Diri Wella

LAPORAN MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RESIKO BUNUH DIRI

Disusun oleh : Wella Herliyanti

Nim : 12031050

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKes HANG TUAH PEKANBARU

PEKANBARU

2015

1

Page 2: Makalah Bunuh Diri Wella

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya ucapkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat limpahan

Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah yang berjudul “ Asuhan

Keperawatan Pada pasien Resiko Bunuh Diri” tepat pada waktunya. dalam penyusunan

makalah ini, saya banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan

dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.

Karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat

balasan yang setimpal dari Allah SWT. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari

pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Pekanbaru, Juni 2015

Penyusun

Wella Herliyanti

2

Page 3: Makalah Bunuh Diri Wella

DAFTAR ISI

KATA PENGATAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.......................................................................................................................

4

1.2 Tujuan................................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Resiko Bunuh Diri...............................................................................................

5

2.2 Etiologi Resiko Bunuh Diri................................................................................................

5

2.3 Tanda dan Gejala Resiko Bunuh Diri.................................................................................

7

2.4 Rentang Respon Resiko Bunuh Diri..................................................................................

8

2.5 Pohon Masalah Resiko Bunuh Diri....................................................................................

2.6 Masalah Keperawatan yang mungkin muncul pada Resiko Bunuh Diri............................9

2.7 Data yang perlu dikaji pada Resiko Bunuh Diri

2.8 Diagnosa Keperawatan Resiko Bunuh Diri........................................................................6

2.9 Rencana Tindakan Keperawatan Resiko Bunuh Diri.........................................................7

BAB III PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Tindakan keperawatan ....................................................................................................

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan......................................................................................................................

4.2 Saran.................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................

3

Page 4: Makalah Bunuh Diri Wella

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka bunuh diri pada remaja meningkat mencapai angka yang mengkhawatirkan :

bunuh diri saat ini merupakan penyebab kematian yang kedua dikalangan remaja,

banyak factor yang menyertai dan banyaknya beban yang dihadapi menyebabkan

timbulnya keinginan untuk bunuh diri dengan tujuan melarikan diri dari segala beban

yang dirasa berat.

Insiden bunuh diri lebih tinggi pada kelompok orang yang sangat kaya atau yang

sangat miskin dari pada kelas menengah. Semakin besar tingkat keputusasaan tentang

masa depan, semakin besar resiko bunuh diri. Individu yang masih sendiri memiliki

resiko bunuh diri dua kali lebih besar daripada mereka yang menikah.Wanita yang

bercerai angka bunuh diri yang lebih rendah daripada pria yang bercerai. Wanita

memiliki angka upaya bunuh diri yang lebih tinggi tetapi pria lebih berhasil dalam

melaksanakan tindakan bunuh diri karena mereka menggunakan metode-metode yang

lebih letal (mematikan). Wanita cenderung menggunakan pil tidur sedangkan pria

menggantung diri mereka atau melompat dari tempat yang tinggi (Roy, 2000)

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk dapat memahami dan mengerti Masalah Keperawatan Jiwa di Komunitas

dengan Klien resiko bunuh diri.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian bunuh diri.

b. Untuk mengetahui dan memahami tentang etiologi bunuh diri.

c. Untuk mengetahui dan memahami tentang tanda dan gejala bunuh diri.

4

Page 5: Makalah Bunuh Diri Wella

d. Untuk mengetahui dan memahami tentang rentang respons bunuh diri.

e. Untuk mengetahui dan memahami tentang faktor predisposisi bunuh diri.

f. Untuk mengetahui dan memahami tentang faktor presipitasi bunuh diri.

g. Untuk mengetahui dan memahami tentang mekanisme koping bunuh diri.

h. Untuk mengetahui dan memahami tentang pohon masalah bunuh diri.

i. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan bunuh diri.

5

Page 6: Makalah Bunuh Diri Wella

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk

menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam

sumber lain dikatan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang

jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang, niatnya

adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart

dan Sudeen, 1995; dikutip Fitria, 2009).

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri

kehidupan. Perilaku bunuh diri yang tampak pada seseorang disebabkan karena stress yang

tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah (Keliat

dan Akemat, 2009).

Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada

kematian (Stuart, 2007, dikutip Dez, Delicious, 2009).

Bunuh diri adalah beresiko menyakiti diri sendiri dan cedera yang mengancam jiwa

(Nanda-I, 2012).

2.2 Penyebab

1. Faktor predisposisi

Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif diri

sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut:

a. Diagnosis psikiatrik

Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri

mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat

6

Page 7: Makalah Bunuh Diri Wella

individu beresiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif,

penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.

b. Sifat kepribadian

Tiga tipe sifat kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya risiko bunuh

diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.

c. Lingkungan psikososial

Faktor predisposisi terjadinya perlikau bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman

kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,

penyakit kronis, perpisahan atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan sosial

sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terupetik, dengan terlebih

dahulu mengetahui penyebab masalah, respon seseorang dalam menghadapi

masalah tersebut, dan lain-lain.

d. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor penting

yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

e. Faktor Biokimia

Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan

zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin, adrenalin, dan

dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekaman gelombang otak

Electro Encephalo Graph (EEG).

2. Faktor presipitasi

Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh

individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor

lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media

mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi

individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.

3. Perilaku koping

Klien dengan penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku

bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan

bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor

sosial maupun budaya. Struktur sosial dan kehidupan bersosial dapat menolong

atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi sosial dapat

menyyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan

7

Page 8: Makalah Bunuh Diri Wella

bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu

menoleransi stres dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam bagian

keagamaan juag dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

4. Mekanisme koping

Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanime koping yang

berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,

regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahan diri yang ada seharusnya

tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.

2.3 Tanda dan gejala

Menurut fitria (2009), tanda dan gejala resiko bunuh diri adalah:

1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.

2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.

3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.

4. Impulsif.

5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).

6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.

7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis

mematikan).

8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah dan

mengasingkan diri).

9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis

dan menyalahgunakan alkohol).

10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronik atau terminal).

11. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan

dalam karier).

12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.

13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).

14. Pekerjaan.

15. Konflik interpersonal.

8

Page 9: Makalah Bunuh Diri Wella

16. Latar belakang keluarga.

17. Orientasi seksual.

18. Sumber-sumber personal.

19. Sumber-sumber sosial.

20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

2.4 Rentang respon

Menurut Yosep (2009)

Rentang Adaptif Respon Maladaptif

peningkatan diri beresiko destruktif destruktif diri tidak langsung pencedaraan diri bunuh diri

perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri

mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat

mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan

mekanisme adaptif diri seseorang.

1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri

secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai

contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai

loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.

2. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecendrungan atau beresiko mengalami

perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya

dapat mempertahankan diri, seperti seseorang meeasa patah semangat bekerja

ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan

pekerjaan secara optimal.

3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat

(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan

diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal,

maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan

tidak optimal.

4. Pencedaraan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri

akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.

9

Page 10: Makalah Bunuh Diri Wella

5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan

nyawanya hilang.

Perilaku bunuh diri menurut Stuart dan Sudeen (1995) dibagi menjadi tiga kategori

yaitu sebagai berikut.

1. Upaya bunuh diri (suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan menuju

bunuh diri, dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian. Orang

yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati

mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.

2. Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha

mempengaruhi perilaku orang lain.

3. Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung

atau tidak langsung, verbal atau nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan

bunuh diri.

2.5 Pohon masalah

Resiko Bunuh Diri

Core problem

2.6 Masalah keperawatan yang mungkin muncul

1. Risiko bunuh diri

2. Bunuh diri

10

resiko perilaku kekerasan

(pada diri sendiri, orang

lain, lingkungan dan

verbal)

Effect

Harga Diri Rendah Kronik

Causa

Page 11: Makalah Bunuh Diri Wella

3. Isolasi sosial

4. Harga diri rendah kronis

2.7 Data yang perlu dikaji

Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji

Risiko bunuh diri Subjektif :

1.Mengungkapkan keinginan bunuh diri.

2.Mengungkapkan keinginan untuk

mati.

3.Mengungkapkan rasa bersalah dan

keputusasaan.

4.Ada riwayat berulang percobaan

bunuh diri sebelumnya dari keluarga.

5.Berbicara tentang kematian,

menanyakan tentang dosis obat yang

mematikan.

6.Mengungkapkan adanya konflik

interpersonal.

7.Mengungkapkan telah menjadi korban

perilaku kekerasan saat kecil.

Objektif:

1. Impulsive.

2.Menunjukkan perilaku yang

mencurigakan (biasanya menjadi

sangat patuh).

3.Ada riwayat penyakit mental (depresi,

psikosis, dan penyalahgunaan

alkohol).

4.Ada riwayat penyakit fisik (penyakit

kronis atau penyakit terminal).

5.Pengangguran (tidak bekerja,

kehilangan pekerjaan, atau kegagalan

11

Page 12: Makalah Bunuh Diri Wella

dalam karier).

6.Status perkawinan yang tidak

harmonis.

2.8 Diagnosa Keperawatan

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku

kekerasan/amuk.

b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.

2.9 Rencana Tindakan

Tujuan Umum: Klien tidak mencederai dengan melakukan manajemen kekerasan

Tujuan Khusus:

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan:

a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan

jelaskan tujuan interaksi.

b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Tindakan:

a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal.

c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap

tenang.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

Tindakan :

a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.

b. Observasi tanda perilaku kekerasan.

c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien.

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Tindakan:

a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

12

Page 13: Makalah Bunuh Diri Wella

b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan.

c. Tanyakan "Apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai ?"

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Tindakan:

a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.

b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.

c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon thd kemarahan.

Tindakan :

a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

b. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang

kesal, berolah raga, memukul bantal/kasur.

c. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/tersinggung.

d. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk

diberi kesabaran.

7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.

Tindakan:

a. Bantu memilih cara yang paling tepat.

b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.

c. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.

d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.

e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel/marah.

8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.

Tindakan :

a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melaluit pertemuan

keluarga.

b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

13

Page 14: Makalah Bunuh Diri Wella

BAB III

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Tindakan keperawatan

Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan : Risiko Bunuh Diri.

1.Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri.

a. Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat.

b. Tindakan: Melindungi pasien.

Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka dapat

melakukan tindakan berikut :

1).Menemani pasien terus menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang

aman.

2).Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali

pinggang).

3).Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien

mendapatkan obat.

4).Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien

sampai tidak ada keinginan untuk bunuh diri.

SP 1-Pasien : Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.

Orientasi

“ Assalamualaikum A kenalkan saya adalah perawat B yang bertugas di ruang Mawar

ini saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai 2 siang.”

“Bagaiman perasaan A hari ini? “

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang A rasakan selama ini. Dimana

14

Page 15: Makalah Bunuh Diri Wella

dan berapa lama kita bicara? “

Kerja

“Bagaimana perasaan A setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A

merasa paling menderita di dunia ini? Apakah A kehilangan kepercayaan diri? Apakah A

merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah daripada orang lain? Apakah A merasa

bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering mengalami kesulitan

berkonsentrasi? Apakah A berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau

berharap bahwa A mati? Apakah A pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya,

bagaimana caranya? Apa yang A rasakan? “ Jika pasien telah menyampaikan ide bunuh

dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan keperawatan untuk melindungi pasien,

misalnya dengan mengatakan: “Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera

karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup.” Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar

A ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan A.”

“Nah A, karena A tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri

hidup A, maka saya tidak akan membiarkan A sendiri.”

“Apa yang A lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu muncul,

maka untuk mengatasinya A harus langsung minta bantuan kepada perawat dirungan ini

dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakan

pada perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.”

“Saya percaya A dapat mengatasi masalah, OK A? “

Terminasi

“Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin

bunuh diri? “

“Coba A sebutkan lagi cara tersebut”

“Saya akan menemani A terus sampai keinginan bunuh diri hilang”

(Jangan meninggalkan pasien).

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri.

a. Tujuan : Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau

mencoba bunuh diri.

b. Tindakan :

15

Page 16: Makalah Bunuh Diri Wella

1).Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah

meninggalkan pasien sendirian.

2).Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang

berbahaya disekitar pasien.

3). Mendiskusikan dengan keluarga untuk tidak sering melamun sendiri.

4). Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur.

SP 2 –keluarga : Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang mencoba

bunuh diri.

Orientasi

“Assalamualaikum Bapak/Ibu, kenalkan saya B yang merawat putra bapak dan ibu

dirumah sakit ini.”

“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara menjaga agar A tetap selamat

dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau disini saja kita berbincang-

bincangnya Pak/Bu? “Sambil kita awasi terus A.

Kerja

“Bapak/Ibu, A sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan sahabat

karibnya akibat bencana yang lalu, sehingga sekarang A selalu ingin mengakhiri

hidupnya. Karena kondisi A yang dapat mengakhiri kehidupannya sewaktu-waktu, kita

semua perlu mengawasi A terus-menerus. Bapak/Ibu dapat ikut mengawasi ya…

pokoknya kalau dalam kondisi serius seperti ini A tidak boleh ditinggal sendirian

sedikitpun”

“Bapak/Ibu bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang dapat digunakan

A untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, tali pinggang. Semua barang-

barang tersebut tidak boleh ada disekitar A.” “ Selain itu, jika bicara dengan A fokus

pada hal-hal positif, hindarkan pernyataan negatif.

“Selain itu sebaiknya A punya kegiatan positif seperti melakukan hobinya bermain sepak

bola, dll supaya tidak sempat melamun sendiri.”

Terminasi

“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin

bunuh diri?”

16

Page 17: Makalah Bunuh Diri Wella

“Coba bapak dan ibu sebutkan lagi cara tersebut “Baik, mari sama-sama kita temani A,

sampai keinginan bunuh dirinya hilang.

Isyarat bunuh diri dengan diagnosa harga diri rendah

1. Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri.

a. Tujuan :

1). Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.

2). Pasien dapat mengungkapkan perasaannya.

3). Pasien dapat meningkatkan harga dirinya.

4). Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.

b. Tindakan keperawatan :

1). Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan

meminta bantuan dari keluarga atau teman.

2). Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara :

a). Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasannya.

b). Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.

c). Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting.

d). Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien.

e). Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan.

3). Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:

a). Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.

b). Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian

masalah.

c). Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik.

SP 2-Pasien : percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri.

Orientasi

“Assalamualaikum B !, masih ingat dengan saya kan? Bagaiman perasaan B hari ini?

O… jadi B merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah B ada perasaan ingin

17

Page 18: Makalah Bunuh Diri Wella

bunuh diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang bagaimana

cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama? Dimana? “ Disini saja yah !

Kerja

“ Baiklah, tampaknya B membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan

untuk mengakhiri hidup.” Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk

memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan B.”

“Nah B, karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mngakhiri

hidup B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.”

“ Apa yang B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu

muncul, maka untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan B jangan pernah

sendirian ya…”

Terminasi

“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa

yang telah kita bicarakan tadi? Bagus B. Bagaimana masih ada dorongan untuk

bunuh diri? Kalau masih ada perasaan /dorongan bunuh diri, tolong panggil segera

saya atau perawat yang lain. Kalau sudah tidak ada keinginan bunuh diri setengah

jam lagi dan disini saja.

SP 3-Pasien : Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri.

Orientasi

“Assalamualaikum B ! Bagaimana perasaan B saat ini? Masih adakah dorongan

mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita dua jam yang lalu sekarang kita akan

membahas tentang rasa syukur atas pemberian tuhan yang masih B miliki. Mau

berapa lama? Dimana? “

Kerja

Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi

kalau B meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan B.

Keadaan yang bagaimana yang membuat B merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan

B masih ada yang baik yang patut B syukuri. Coba B sebutkan kegiatan apa yang

masih dapat B lakukan selama ini.” Bagaimana kalau B mencoba melakukan kegiatan

tersebut, mari kita latih.”

18

Page 19: Makalah Bunuh Diri Wella

Terminasi

“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa

saja yang B patut syukuri dalam hidup B? ingat dan ucapkan hal-hal yang baik

dalam kehidupan B jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan (affirmasi). Bagus B.

Coba B ingat-ingat lagi hal-hal yang masih B miliki dan perlu disyukuri ! Nanti jam

12 kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Termpatnya dimana?

Baiklah. Tapi kalau ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera hubungi

saya ya !”

SP 4-Pasien : Berikut ini percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam

menyelesaikan masalah pada pasien isyarat bunuh diri.

Orientasi

“Assalamualaikum, B. Bagaimana perasaannya? Masihkah ada keinginan bunuh diri?

Apalagi hal-hal positif yang disyukuri? Bagus ! Sekarang kita akan berdiskusi tentang

bagaimana cara mengatasi masalah yang selama ini timbul. Mau berapa lama ?

Disini saja yah ?”

Kerja

“Coba ceritakan situasi yang membuat B ingin bunuh diri. Selain bunuh diri, apalagi

kira-kira jalan keluarnya. Wow banyak juga yah. Nah coba kita diskusikan keuntungan

dan kerugian masing-masing cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi masalah

yang paling menguntungkan ! Menurut B cara yang mana ? Ya, saya setuju. B bisa

dicoba ! “ Mari kita buat rencana kegiatan untuk masa depan.”

Terminasi

Bagaimana perasaan B, setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mengatasi masalah

yang B akan gunakan ? Coba dalam satu hari ini, B menyelesaikan masalah dengan

cara yang dipilih B tadi. Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi disini untuk

membahas pengalaman B menggunakan cara yang dipilih.”

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien isyarat bunuh diri.

a. Tujuan : Keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.

b. Tindakan keperawatan :

19

Page 20: Makalah Bunuh Diri Wella

1). Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri.

a). Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah

muncul pada pasien.

b). Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada pasien

berisiko bunuh diri.

2). Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri.

a). Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien

memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.

b). Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain :

(1). Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien ditempat yang

mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri dikamarnya atau

jangan meninggalkan pasien sendirian dirumah.

(2). Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri.

Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh

diri, seperti : tali, bahan bakar minyak/bensin, api, pisau atau benda

tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun

serangga.

(3). Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan apabila

tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan

pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukkan tanda dan gejala

untuk bunuh diri.

c). Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.

3). Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien

melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:

a). Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk

menghentikan upaya bunuh diri tersebut.

b). Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas mendapatkan

bantuan medis.

4). Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi

pasien.

a). Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan.

20

Page 21: Makalah Bunuh Diri Wella

b). Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol secara

teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.

c). Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip

lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara

penggunakannya, benar waktu penggunaannya.

SP 2-Keluarga : Percakapan untuk mengajarkan keluarga tentang cara merawaat

anggota keluarga berisiko bunuh diri (isyarat bunuh diri).

Orientasi

“Assalamualaikum Bapak/Ibu. Bagaimana keadaan Bapak/Ibu?”

“ Hari ini kita akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri dan cara

melindungi dari bunuh diri.

“Dimana kita akan diskusi. Bagaimana kalau diruang wawancara?” Berapa lama

Bapak/Ibu punya waktu untuk diskusi?”

Kerja

“Apa yang Bapak/Ibu sebaiknya memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan

gejala bunuh diri. Pada umumnya orang yang akan melakukan bunuh diri menunjukkan

tanda melalui percakapan misalnya “ Saya tidak ingin hidup lagi, orang lain lebih baik

tanpa saya. Apakah B pernah mengatakannya?”

“Kalau Bapak/Ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya Bapak/Ibu

mendengarkan tentang ungkapan perasaan dari B secara serius. Pengawasan terhadap

B ditingkatkan, jangan biarkan dia sendirian di rumah atau jangan dibiarkan mengunci

diri dikamar. Kalau menemukan tanda dan gejala tersebut, dan ditemukan alat-alat

yang akan digunakan untuk bunuh diri, sebaiknya dicegah dengan meningkatkan

pengawasan dan memberi dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut. Katakan

bahwa Bapak/Ibu sayang pada B. Katakan juga kebaikan-kebaikan B !”

“Usahakan sedikitnya 5 kali sehari bapak dan ibu memuji B dengan tulus”

“ Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu mencari

bantuan orang lain. Apabila tidak dapat diatasi segeralah rujuk ke puskesmas atau

rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius. Setelah kembali

kerumah, Bapak/Ibu perlu membantu agar B terus berobat untuk mengatasi keinginan

21

Page 22: Makalah Bunuh Diri Wella

bunuh diri.

Terminasi

“ Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi kembali

cara-cara merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri?”

“Ya, bagus. Jangan lupa pengawasannya ya ! Jika ada tanda-tanda keinginan bunuh

diri segera hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan yang akan datang

tentang cara-cara meningkatkan harga diri B dan penyelesaian masalah”

SP 3-Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh diri/isyarat bunuh

diri.

Orientasi

“Assalamualaikum pak, bu, sesuai janji kita minggu lalu kita sekarang ketemu lagi”

“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan

minggu lalu?”

“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?”

“ Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”

“Berapa lama bapak dan ibu mau kita latihan?”

Kerja

“Sekarang anggap saya B yang sedang mengatakan ingin mati saja, coba bapak dan ibu

praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini”

“Bagus, betul begitu caranya “

“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada B”

“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan

positifnya sesuai jadwal?”

“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B”

“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?”

(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien).

Terminasi

“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B dirumah?”

“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak

dan ibu membesuk B “

“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita

22

Page 23: Makalah Bunuh Diri Wella

akan mencoba lagi cara merawat B sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”

“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”

“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi ditempat ini ya pak, bu”

SP 4-Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga dengan pasien risiko

bunuh diri.

Orientasi

“Assalamualaikum pak, bu, hari ini B sudah boleh pulang, maka sebaiknya kita

membicarakan jadwal B selama dirumah “Berapa lama kita bisa diskusi?, Baik mari kita

diskusikan.”

Kerja

“Pak, bu, ini jadwal B selama dirumah sakit, coba perhatikan, dapatkah dilakukan

dirumah?” Tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum

obatnya”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh B

selama dirumah. Kalau misalnya B terus menerus mengatakan ingin bunuh diri, tampak

gelisah dan tidak terkendali serta tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum

obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, tolong bapak dan ibu

segera hubungi suster H dipuskesmas Ingin jaya, puskesmas terdekat dari rumah ibu

dan bapak, ini nomor telepon puskesmasnya : (0651) 853xxx. Selanjutnya suster H yang

akan membantu memantau perkembangan B.

Terminasi

“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum kelas?” Ini jadwal kegiatan harian B untuk

dibawa ulang. Ini surat rujukan untuk perawat K dipuskesmas Indrapuri. Jangan lupa

kontrol ke pusksmas sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silahkan

selesaikan administrasinya.”

23

Page 24: Makalah Bunuh Diri Wella

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri

sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Penyebab dari resiko

bunuh diri terdiri dari Faktor predisposi, faktor presipitasi, mekanisme koping.

4.2 Saran

Untuk para mahasiswa Ilmu keperawatan dan juga seorang perawat mengerti akan setiap

penyebab dan tanda gejala dari resiko bunuh diri sehingga nantinya dapat memberikan

asuhan keperawatan pada klien dengan resiko bunuh diri ditangani dengan baik sehingga

dapat mengurangi masalah resiko bunuh diri di masyarakat.

24

Page 25: Makalah Bunuh Diri Wella

DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi I. Jakarta : EGC

Kusumawati, farida. 2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba medika

Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).

St.Louis Mosby Year Book

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP)untuk 7 Diagnosis

Keperawatan Jiwa Berat BAGI Program S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Damaiyanti, Mukhripah., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperatawan Jiwa. Bandung: PT

Refika Aditama.

25