Makalah Ima

20
MAKALAH ASUHAN KEPERAWTAN JIWA DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005) Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007) Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat. Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008). Akibat semakin kompleksnya persoalan hidup yang muncul di tengah masyarakat, menyebabkan jumlah penderita gangguan jiwa di Riau tiap tahunnya terus bertambah. Selama tahun 2007 ini saja di Riau telah menerima sebanyak 8.870 pasien gangguan jiwa. Berdasarkan dari hasil anamnesa di Rumah Sakit Jiwa Tampan pada bulan november 2010 pada merpati 33 pasien halusinasi (75%) dari 44 pasien, ruangan nuri yang mana jumlah pasien halusinasi sekitar 32 orang (71,11%) dari 45

description

ss

Transcript of Makalah Ima

Page 1: Makalah Ima

MAKALAH ASUHAN KEPERAWTAN JIWA DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan sekedar

terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan  perasaan sehat dan bahagia serta mampu

mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap

positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)

Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii Ahmad,

kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk Indonesia.

Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai

sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama

untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat

Bina Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007)

Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa,

syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat.

Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang,

sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian,

2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi

dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.

Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan

(Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah

tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini.

Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan

Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia

mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).

Akibat semakin kompleksnya persoalan  hidup yang muncul di tengah masyarakat, menyebabkan

jumlah penderita gangguan jiwa di Riau tiap tahunnya terus bertambah. Selama tahun 2007 ini saja di

Riau telah menerima sebanyak 8.870 pasien gangguan jiwa.

Berdasarkan dari hasil anamnesa di Rumah Sakit Jiwa Tampan pada bulan november 2010 pada

merpati 33 pasien halusinasi (75%) dari 44 pasien, ruangan nuri yang mana jumlah pasien halusinasi

sekitar 32 orang (71,11%) dari 45 pasien yang ada diruangan, di mawar ada 9 pasien halusinasi (45%)

dari 20 pasien, di hangtuah ada 2 pasien halusinasi (28,57%) dari 7 pasien, di melati ada 22 pasien

halusinasi (64,70%) dari 34 pasien.

Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta membahas halusinasi dalam

seminar kelompok yang sebagai salah satu syarat tugas untuk menyelesaikan praktek klinik di RSJ

Tampan Pekanbaru.

Page 2: Makalah Ima

B. Tujuan.

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatn jiwa pada klien dengan

perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di ruang Nuri RSJ Tampan Pekanbaru.

2. Tujuan khusus

a.       Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

b.      Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi

c.       Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan persepsi sensori:halusinasi pendengaran

d.      Melakukan tiundakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

e.       Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori: halusinasi

pendengaran

f.       Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran

g.      Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis dapatkan.\

C. Ruang Lingkup Masaalah

Penulisan makalah ini hanya membahas tentang halusinasi dengar pada Tn. F diruangan Merpati

RSJ Tampan.

D. Metode Pengambilan Data

Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriptif, dimana kelompok hanya

memaparkan data yang sesungguhnya pada kasus. Untuk menggali data, teknik yang digunakan

berbagai macam di antaranya adalah :

a. Wawancara : penulis mengadakan wawancara pada klien di ruang nuri

b. Observasi : kelompok melakukan pengumpulan data yang dilakukan dengan

pengamatan secara langsung pada prilaku klien

c. Studi kepustakaan, kelompok mengambil sumber-sumber buku dan jurnal internet

tentang halusinasi dengar

d. Data sekunder : kelompok mengambil data dari status klien, catatan keperawatan untuk

dianalisa sebagai data yang medukung masalah klien.

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Page 3: Makalah Ima

A. Konsep Dasar Penyakit

1.      Definisi

Perubahan persepsi sensori : halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien

mengalami perubahan persepsi sensori seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,

perabaan, atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selain itu, perubahan

persepsi sensori : halusinasi bisa juga diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran,

dan pikiran yang sering terjadi adanya rangsangan dari luar meliputi semua sistem penginderaan

(pendengaran, penglihatan, penciuman, atau pengecapan). (Cook dan Fontaine, 1987).

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana

sampai suara berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut

(keliat, 2006).

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan, mesin, barang, kejadian alamiah

dan musik dalam keaadan sadar tanpa adanya rangsangan apapun (maramis, 2005).

Halusinasi pendengaran adalah persepsi sensorik yang keliru melibatkan panca indra pendengaran

(isaac,2002).

2.      Etiologi

Menurut stuart ( 2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

a. faktor predisposisi

1)      biologis

abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis yang maladaftif  baru mulai

dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sebagai berikut:

a)penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan

skizofren

b)   beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang berlebihan

c)pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadinya atropi yang signifikan pada

otak manusia.

2)      Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi  psikologis klien.

Salah satu sikap atau keaadan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan

atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

3)      sosial budaya

kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi  realita seperti : kemiskinan, perang, kerusuhan, bencana

alam dan kehidupan yang terisolasi.

b. faktor presipitasi

Page 4: Makalah Ima

secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang

bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian induvidu

terhadap stressor dan maslah koping dapat mengindikasi  kemungkinan kekambuhan (keliat,2006).

Faktor presipitasi terjadinya gangguan  halusinasi adalah :

1)      biologis

gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta

abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat ketidakmampuan untuk secara selektif

menanggapi  stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2)      Stres lingkungan

Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan untuk menentukan

terjadinya gangguan prilaku.

3)      sumber koping.

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

3.      Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang ditimbulkan pada individu yang mengalami halusinasi dengar:a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.b. Mengatakan mendengar suara.c. Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata.e. Tidak dapat mremusatkan konsentrasi / perhatian.f. Pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal.g. Sikap curiga dan bermusuhan.h. Menarik diri, menghindar dari orang lain.i. Sulit membuat keputusan.j. Ketakutan.k. Mudah tersinggung, jengkel, mudah marah.l. Menyalahkan diri sendiri / orang lain.m. Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri : mandi, berpakaian.n. Muka merah kadang pucat.o. Ekspresi wajah tegangp. Tekanan sdarah meningkat.q. Nadi cepat.r. Banyak keringat.

4.      Jenis halusinasiMenurut Stuart (2007) halusinasi terdiri dari dua jenis:

a.   pendengaran

mendengar suara atau kebisingan, paling sering mendengar suara orang. Suara berbentuk kebisingan

yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ada percakapan

lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar

perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.

b.   penglihatan

Page 5: Makalah Ima

stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit

atau kompleks. Bayangan biasa yang menyenangkan atau menakut ksn seperti melihat monster.

c. penghidu

membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak

menyenang kan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang , atau dimensia.

d. Pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

e. perabaan

mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tesentrum listrik yang datang

dari tanah, benda mati atau orang lain.

f. Cenestetik

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan

urine.

g. Kinistetik

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

5.      Tahapan halusinasi

a.   fase I : klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut

serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenang kan untuk meredakan ansietas. Disini klien

tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,

diam dan asyik sendiri.

b.   fase II : pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin

mencoba untuk mengendalikan jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi

peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital

(denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan

kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.

c.   fase III : klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi

tersebut. Disni klien sukar berhubungan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah

dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan

dengan orang lain.

d.   fase IV : pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Disini

terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien

sangat membahayakan.

            6. Rentang respon

Page 6: Makalah Ima

Halusinasi merupakan salah satu respon maladatif individu yang berada dalam rentang respon

neurobiologi.

a.    Pikiran logis : yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.b.   Persepsi akurat : yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului oleh

perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun diluar dirinya.

c.    Emosi konsisten : yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar di sertai banyak banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.

d.   Perilaku sesuai : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum yang belaku.

e.    Hubungan sosial harmonis : yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerja sama.

f.    Proses pikir kadang tergantung (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi implus eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.

g.   Emosi berlebihan atau kurang : yaitu menisfatasi perasaan atau afek keluar berlebihan atau kurang.

h.   Perilaku atau tidak sesuai atau biasa : yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyesuaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sesial atau berbudaya umum yang berlaku.

i.     Perilaku aneh atau tidak biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku.

j.     Menarik diri : yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.

k.   Isolasi sosial : menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.Berdasarkan rentang diatas diketahui bahwa halusinasi merupakan respon persepsi paling

maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan

stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran,

penglihatan,penghidu,pengecapan, dan perabaan), sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan

suatu stimulul panca indra walaupun sebenarnya stimulas itu tidak ada.

7. pohon masalah

Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

 

Perubahan persepsi sensori : halusinasi                                   defisit perawatan diri

 

Page 7: Makalah Ima

Isolasi sosial : menarik diri                                                         kurang

motivasi

Gangguan konsep diri : HDR

B.Asuhan Keperawatan

1. faktor predisposisi

a) faktor perkembangan telambat1.   Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minuman dan rasa aman2.   Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.3.   Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan.

b) faktor komunikasi dalam keluarga1.   Komunikasi peran ganda2.   Tidak ada komunikasi3.   Tidak ada kehangatan4.   Komunikasi dengan emosi berlebihan5.   Komunikasi tertutup6.   Orang tua yang membandingkan anak-anaknya, orang tua yang otoritas dan komplik orang tua.

c) Faktor sosialisasi budaya

Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.a.    Faktor psikologis

Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri

rendah, idintitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping deskruptif.

b.   Faktor biologis

Adanya kegiatan terhadap fisik, berupa: atropi otak, pembesaran Vertikel, perubahan besar dan

bentuk sel bentuk sel korteks dan limbik.

c.    Faktor Genetik

Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia di turunkan melalui kromosom tertentu. Namun demikian

kromosom yang berada yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap

penelitian. Diduga letak gen skizoprenia adalah kromosom nomor enam, dan kontribusi genetik tambahan

nomor 4, 8, 5, dan 22. anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50%

jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizyote peluangnya sebesar 15%, seorang

anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia,

sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka perluangnya menjadi 35% .

2. Faktor Presipitasi

a) Kesehatan

Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan dan infeksi, obat-obatan,

system syaraf pusat,kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.

b) Lingkungan

Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup

dalam melaksanakan pola aktifitas sehari-hari, sukar dalam berhubungan dengan orang lain, isolasi

Page 8: Makalah Ima

sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja ( kurang tampil dalam berkerja), stigmasasi,

kemiskinan, kurangnya alat tranportasi dan ketidakmampuan mendapat pekerjaan.

c) Sikap

Merasa tidak mampu( harga diri rendah), putus asa ( tidak percaya diri), merasa gagal ( kehilangan

motovasi menggunakan keterampilan diri ), kehilangan kendali diri ( demonstrasi), merasa punya

kekuatan berkelebihan,, merasa malang ( tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual ), bertindak tidak

seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, prilaku asertif,

prilaku kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan gejala

3. Perilaku

Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa tidak aman, gelisah,

bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara inkoheren,

bicara sendiri, tidak dapat membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata. Perilaku klien yang

mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasinya, meliputi:a.       Isi halusinasi

Ini dapat ditanyakan , suara apa yang didengar, apa saja yang  dikatakan suara itu, jika

halusinasi auditorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang

tercium, jika halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecap, dan apa yang

diraskan dipermukaan tubuh jika halusinasii perabaanb.      Waktu dan frekuensi

Ini dapat ditanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari,

seminggu, sebulan pengalaman halusinasi itu muncul.c.          Pencetus halusinasi

Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu perawat

perlu juga bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk

memvalidasikan pernyataan klien.d.      Respon klien

Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien, bisa dikaji dengan apa yang dilakukan klien saat mengalami halusinasi.4.  Mekanisme Koping

a.       regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-harib.      proyeksi: menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk  mengalihkan tanggung

jawab kepada orang lainc.       menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.

5. Masalah Keperawatana.       Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaranb.      Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkunganc.       isolasi sosial: menarik dirid.      Gangguan konsep diri: HDRe.       Intoleransi aktivitasf.       Defisit perawatan diri

6. Diagnosa Keperawatana.       perubahan persepsi sensori: halusinasi

Page 9: Makalah Ima

b.      Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkunganc.       isolasi sosial: menarik dirid.      Gangguan konsep diri: HDRe.       Defisit  perawatan diri

7. Intervensi Keperawatan

Diagnosa: perubahan persepsi sensori halusinasi: pendengaran

Tujuan umum:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu perubahan persepsi sensori: halusinasi

teratasi.

Tujuan khusus:

1.      Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan komunikasi teraupetik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verabal. Perkenalkan nama perawat, tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disenangi klien, buat kontrak dengan jelas tujukan sikap jujur dengan menepati janji setiap kali interaksi.

2.      Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.3.      Observasi tingkah laku klien dan halusinasinya (halusinasi pendengaran).4.      Diskuaikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadinya halusinasi.5.      Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut.6.      Diskusikan tentang dampak yang  akan dialami bila klien menikmati halusinasinya.7.      Identifikas dengan klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi.

Intervensi :

1. klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi

a. Diskusikan cara yang digunakan klien    1.  klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasinya

   2. klien melaksanakan cara yang telah dipilih  untuk mengendalikan         zzzzzhalusinasinya.

             b. Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan dilatih untuk aaaaaaaaamencobanya      2. klien mengikuti terapi aktivitas kelompok

a.    Beri kesempatan klien untuk memilih cara mengontrol halusinasib.   Pantau pelaksanaan cara yang dipilih jika berhasil beri pujianc.    Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompokd.   Buat kontrak yang jelas untuk pertamuan( waktu, tempat, dan topik).

      3. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda gejala, prosos terjadinya  zzzzzzahalusinasi dan

tindakan untuk mengendalikan halusinasia.    Diskusikan dengan keluargab.   Diskusikan klien tentang manfaat dan erugian jika tidak minum obat , nama, warna, dosis, cara,

efek, terapi dan efek samping pengobatan     4. klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar

a.   Pantau klien saat minum obat.      5. klien dapat menyebutkan  akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi         dengan dokter

a.    Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benarb.   Diskusikan akibat berhenti minum obot tanpa konsultasi

Page 10: Makalah Ima

c.    Anjurkan klien untuk konsultasi dengan dokter jika ingin berhenti minum obat.

BAB III

TINJAUAN KASUS

A.    Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 November 2010 dengan nama klien

Tn. F berusia 34 tahun. Klien masuk pada tanggal 08 November 2010 No. RM 00.9.32 di ruang Merpati.

Klien dibawa kerumah sakit  dengan alasan pasien sudah menunjukan gejala gangguan jiwa selama lebih

kurang 15 tahun. Pasien suka mengamuk, marah-marah dengan orang tua, bicara-bicara sendiri, Pasien

pernah dirawat lima kali di RSJ Kalimantan, Putus Obat lebih kurang 10 bulan.

Pasien tidak pernah mengalami trauma aniaya fisik, aniaya seksual, kekerasan dalam keluarga

dan tindakan kriminal. Anggota keluaga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa, hubungan dengan

keluaga baik, terdapat riwayat marah-marah dengan orang tua. Pasien pernah putus obat lebih kurang 10

bulan. Pasien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan bagi pasien bahwa

pasien pernah gagal pacaran selama dua kali.

Hasil pemeriksaan TD: 130/100 mmHg, N: 105 x/menit, S: 36,8 o C, P: 26x/menit, pasien

mengatakan fisiknya lemah dan kaku pada tangan dan alat gerak.

Pasien sadar akan keadaan diri pribadinya, bagian tubuh yang ia sukai adalah tahi lalat dihidung

karena pasien menilai manis dipandang wanita, paha dan kakinya. Status pasien sebagai kepala

keluarga dirumah, pasien mampu memenuhi nafkah sebagai laki-laki. Tugas pasien dalam keluarga

mencari nafkah, bekerja membuat layang-layang, menarik barang dan gerobak.

Orang yang berarti bagi pasien adalah orang tuanya peran serta dalam kegiatan kelompok

adalah gotong royong. Pasien mengatakan tidak mau bergaul karena orang lain tidak mau berteman dan

mendekatinya.

Pasien yakin kepada Allah SWT, pasien melaksanakan apa yang diperintahkan dalam agama

islam. Pasien selama dirawat selalu melakukan shalat, tanpa diperintahkan pasien bisa

melaksanakannya.

Pasien tidak rapi, baju hanya tukar pakai dengan teman-temannya,pasien bau, baju kotor dan

penuh keringat, penampilan kurang bersih, pasien kurang bersih keadaan kulitnya. Saat pengkajian,

pasien tidak bisa diajak bicara,ada kontak mata, pasien berbicara agak lambat, kata-kata beraturan dan

ada feedback dalam komunikasi atau berbicara. Aktivitas motorik pasien saat dilakukan pengkajian

pasien lesu dan tampak gelisah.

Pasien tampak putus asa dengan pengalaman yang dialaminya, pasien pernah gagal pacaran,

pasien mengatakan ingin kawin. Afek pada pasien datar. Pasien selama berinteraksi dengan perawat,

tampak timbul curiga, kontak mata positif, pasien tampak merasa curiga dengan perawat. Persepsi yang

terjadi dengan pasien ialah pasien dengan halusinasi dengar, pasien mengatakan kadang mendengar

suara mantan pacarnya mengajak pasien datang menghampiri pacarnya. Waktunya malam hari ketika

mata hamper ngantuk dan pada pagi hari, situasinya ketika pasien tidak lagi ada teman disebelahnya

atau ketika lagi sendiri, Pasien mengatakan senang mendengar suara-suara itu.

Pasien selalu mengatakan ada fikiran mau pulang dan memikirkan kegagalan cintanya. Pasien

sering mengulang kata-kata dalam berkomunikasi. Pasien kelihatan bingung ketika diajak berbicara,

Page 11: Makalah Ima

pasien saat pengkajian sering mengalihkan pembicaraan. Pasien tidak mampu berkonsentrasi penuh

karena factor lingkungan. Pasien mampu melakukan penilaian atau mengambil keputusan dengan

bantuan orang lain.

Pasien mampu memenuhi kebutuhan makanan, keamanan, pakaian, dan tempat tinggal. Pasien

tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan, transportasi, dan uang. Pasien mampu

memenuhi kebutuhan perawatan diri, perawat hanya memberikan cara perawatan diri yang benar, pasien

makan bersama dengan pasien lainnya.

Pasien puas dengan pola makannya. Pasien tidak merasa segar setekah tidur, pasien ada

kebiasaan tidur siang selama 1,5 jam.pasien tidur malam jam 21.30 dan bangun jam 06.00. Pasien sulit

untuk tidur karena keterbatasan bed, pasien yang lain rebut dan mondar-mandir, dan kebisingan suara

dalam ruang rawatan.

Pasien tidak mampu mengantisipasi kebutuhan sendiri. Pasien tidak mampu membuat keputusan

atas keinginan sendiri. Pasien mampu mengatur penggunaan obat. Pasien mampu melakukan

pemeriksaan kesehatan. Sistem pendukung  adalah keluarga, terapis, teman sejawat, dan kelompok

social.

Klien sangat menikmati saat bekerja. Pasien sering mau diajak berbicara tentang keadaannya

dan berbicara denga teman-temannya. Kadang-kadang pasien hanyut denga halusinasinya dan berjalan

mondar-mandir.

Diagnosa Medis Skizofrenia. Terapi medic yaitu Haloperidol 5 mg 3x0,5, Triheksyprenidil 2 mg

3x1.

B.     Data Fokus

Tn.F (34 tahun) dirawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru di ruangan Merpati dengan

diagnose Skizofrenia. Pasien mengatakan ingin kawin dan ada suara orang yang mengatakan. Pasien

suka berbicara sendiri, pasien bicara agak lambat, pasien tampak gelisah, pasien kelihatan bingung

ketika diajak berbicara. Pasien mengatakan kadang mendengar suara mantan pacarnya mengajak

pasien datang menghampiri pacarnya. Waktunya malam hari ketika mata hamp  ir ngantuk dan pada pagi

hari, situasinya ketika pasien tidak lagi ada teman disebelahnya atau ketika lagi sendiri, Pasien

mengatakan senang mendengar suara-suara itu.

Pasien mengeluh karena sudah menunjukkan gejala gangguan jiwa lebih kurang 15 tahun,pasien

mengatakan suka mengamuk, pasien mengatakan marah-marah dengan orang tua. Pasien mengatakan

pernah putus obat lebih kurang 10 bulan. Pasien tampak tidak tenang atau gelisah, pasien tampak

berjalan-jalan, pasien tampak putus asa.

Pasien mengatakan tidak mau bergaul karena orang lain tidak mau berteman dan

mendekatinya,pasien tampak gelisah, pasien berbicara agak lambat, pasien tampak timbul wajah curiga

saat bertemu dengan perawat.

Pasien mengatakan mandi tidak pakai sabun, pasien tidak rapi, baju hanya tukar pakai dengan

temannya, pasien bau, baju kotor dan keringat, pasien kurang bersih keadaan kulitnya.

No Data Fokus Diagnosa1 DS:

1. Pasien mengatakan ingin kawin dan ada suara wanita yang memanggil namanya

Gangguan persepsi

Page 12: Makalah Ima

2. Pasien mengatakan kadang mendengar suara mantan pacarnya mengajak pasien datang menghampiri pacarnya. Waktunya malam hari ketika mata hamper ngantuk dan pada pagi hari, situasinya ketika pasien tidak lagi ada teman disebelahnya atau ketika lagi sendiri, Pasien mengatakan senang mendengar suara-suara itu.DO:1. Pasien suka berbicara sendiri2. Pasien gelisah3. Pasien kelihatan bingung ketika diajak berbicara4. Pasien gelisah

sensori: halusinasi pendengaran

2 Faktor risikoDS:

1.  pasien mengeluh karena sudah menunjukkan gejala gangguan jiwa lebih kurang 15 tahun

2. Pasien mengatakan suka mengamuk3. Pasien mengatakan marah-marah dengan orang tua.

DO:1. Pasien gelisah2. Pasien berjalan-jalan3. Pasien putus asa

Risiko Perilaku Kekerasan

3 DS:1. Pasien mengatakan tidak maubergaul, karena orang lainaatidak mau bergaul dan mendekatinya.DO:

1. Pasien berbicara agak lambat2. Pasien timbul wajah curiga saat bertemu dengan perawat.

Isolasi sosial : menarik diri

4 DS:1. Pasien mengatakan mandi tidak pakai sabun

DO:1. Pasien tidak rapi2. Baju hanya tukar pakai dengan temannya3. Pasien bau, bajukotor dan keringat4. Pasien kurang bersih keadaan kulitnya

Defisit Perawatan Diri

C. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan

 

Page 13: Makalah Ima

                                                                                     Defisit perawatan diri                  

 

Isolasi sosial : menarik diri     

                                               

D. Diagnosa Prioritas Menurut Nanda1.   Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran2.   Risiko Perilaku Kekerasan3.    Defisit perawatan diri4.   Isolasi sosial : menarik diri

E. Implementasi dan Evaluasi

      Implementasi Dilakukan Pada Tanggal 29 November 2010s/d 6 Desember 2010. Pada tanggal 29

November 2010 jam 10:15 WIB telah dilakukkan SP 1 halusinasi: pendengaran : membina hubungan

saling percaya dengan pasien, mengucapkan salam dan berjabat tangan dengan pasien, membantu

pasien mengenal halusinsinya, menjelaskan cara-cara mengontrol halusiasi, mengajarkan pasien SP 1

halusinasi (megontrol halusinasi dengan cara menghardik) dengan hasil SP 1 tercapai sebagian. Dan

dilanjutkan pada shift sore pada tanggal 29 November 2010 pada jam 15:00 WIB meliputi : mengucapkan

salam kepada klien, menjelaskan cara–cara megontrol halusinasi dengan cara menghardik dengan hasil

SP tercapai.

Pada tanggal 30 November 2010 kembali melakukan SP 2 halusinasi pedengaran  pada jam 10:15

WIB dengan SP 2 belum tercapai. Pada tanggal 01 Desember 2010 pukul 10:00 WIB kembali dilakukan

SP 2 dengan hasil SP 2 halusinasi pendengaran tercapai yakni pasien mampu melatih megedalikan

halusinasi dengan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap – cakap dengan teman dekat. Jadi

SP 1 dan 2 teratasi dengan dua kali interaksi dengan klien.

Pada tanggal 02 Desember 2010 pukul 09:20 WIB telah dilakukan SP 3 halusinasi pendengaran

dengan hasil SP 3 tercapai sebagian yakni klien kadang-kadang bicara tidak sesuai dengan apa yang

ditanyakan. Pada tanggal 03 Desember 2010 kembali dilakukan SP 3 halusinasi pendengaran pada pukul

09:20 WIB dengan SP 3 tercapai yakni klien mampu melakukan aktivitas sesuai dengan jadwal harian

yang disepakati, klien mampu mengulangi SP 1 dan 2 halusinasi yang telah diajarkkan. Jadi pelaksanaan

SP 3 tercapai dengan dua kali interaksi dengan pasien. Pada tanggal 04 Desember 2010 telah dilakukan

SP 4 halusinasi pendengaran pada pukul 10:00 WIB dengan hasil SP 4 belum tercapai  yakni pasien

belum mampu menggunakan obat secara teratur. Pada tanggal 06 Desember kembali dilakukan SP 4

obat dengan hasil SP 4 belum tercapai dan dibuat perencanaan hari selanjutnya dengan ulangi SP 4.

Pada tanggal 07 Desember dilakukan SP 4 dengan hasil pasien mengatakan minum obat sudah teratur

tetapi pasien mengatakan masih mendengar suara wanita yang mengajaknya berbicara pada jam 23.00.

Pada tanggal 08 Desember dilakukan SP 4 dengan hasil tercapai yaitu pasien mengatakan minum obat

sudah teratur dan pasien mengatakan suara wanita yang mengajaknya berbicara tidak terdengar lagi,

pasien mengatakan mampu mengontrol dengan mengajak pasien lain bercakap-cakap dan minum obat

secara teratur.

Page 14: Makalah Ima

BAB IVPEMBAHASAN

Setelah kelompok melakukan tindakan keperawatan terhadap klien dengan gangguan persepsi

sensori : halusinasi di Ruang MPKP Merpati RSJ Tampan Pekanbaru mulai dari tanggal 29 November

sampai dengan 10 Desember 2010 kelompok menemukan kesenjangan-senjangan antara konsep teoritis

dengan studi dilapangan yang dilakukan oleh kelompok maka dari itu kelompok akan membahas

kesenjangan tersebut. Adapun kesenjangan-senjangan tersebut adalah sebagai berikut:

A.    PengkajianPada pengkajian pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan format pengkajian

keperawatan jiwa yang telah di tetapkan. Data yang dikumpulkan dengan wawancara langsung dengan klien, dari data catatan keperawatan dan medis ditemukan kesenjangan antara data-data teorits dengan apa yang didapat dengan kasus dilapangan. Pengumpulan data yang dilakukan hanya melalui wawancara dengan klien, obsevasi dan dari pendokumentasian keperawatan diruangan, sedangkan data dari keluarga tidak didapatkan hal tersebut dikarenakan selama proses pengkajian keluarga klien belum ada menjenguk klien.

Menurut data teoritis secara umum dari faktor predisposisi diterangkan bahwa halusinasi dapat terjadi dari berbagai faktor berupa faktor pisikologis, biologis, dan faktor genetik.

Dari hasil observasi dan wawacara yang dilakukan kelompok terhadap klien tidak ditemukan adanya faktor genetik yang dapat mempengaruhi halusinasi karena anggota keluarga klien tidak ada mengalami skizofrenia.

B.     Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan teoritis dengan diagnosa yang muncul ditinjauan kasus terdapat

perbadaan dan kesenjangan. Adapun masing-masing diagnosa yang muncul sebagai berikut:                                                        Diagnosa teoritis

a.       Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaranb.      Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkunganc.       Isolasi sosial: menarik dirid.      Gangguan konsep diri: HDRe.       Defisit perawatan diri

2.                                  Diagnosa tinjauan kasusa.       Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaranb.      Defisit perawatan diri

Dalam tinjauan kasus terdapat 2 diagnosa yang tidak muncul pada diagnosa teoritis. Hal ini

disebabkan pada tinjauan kasus ditemukan dari hasil observasi yakni klien tidak mengalami isolasi sosial

dan HDR.

C.    Tindakan KeperawatanTindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan yang ditetapkan

dari dua diagnosa yang diangkat hanya dilaksanakan satu diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa

Page 15: Makalah Ima

yang kelompok laksanakan adalah gangguan persepsi sensori ; halusinasi pendengaran yang

perencanaan tindakannya dilaksanakan mulai dari tanggal 29 november 2010 s/d 06 Desember 2010

dapat dilaksanakan dengan baik oleh kelompok, dan klien saat diajarkan dihadapan perawat pada waktu

interaksi. Adapun tindakan keperawatan yang dilaksanakan melalui SP  dengan SP I dilaksanakan

selama 2 kali interaksi, SP II dilaksanakan selama 2 kali interaksi, SP III dilaksanakan selama 2 kali

interaksi, SP IV dilaksanakan selama 1 kali interaksi dengan SP IV belum tercapai. Dalam

pelaksanaannya klien masih membutuhkan bimbingan dari perawat. Semua tindakan keperawatan

dengan diagnosa  gangguan persepsi sensori : halusinasi yang dilakukan oleh kelompok melalui strategi

pelaksanaan dapat dilaksanakan. Hal ini didukung karena sudah terbinanya hubungan saling percaya

antara perawat dengan klien.

D.    EvaluasiEvaluasi dilakukan dari awal hingga akhir kegiatan yang setiap kali berinterksi menggunakan

analisis SOAP (Subjektif, Objaktif, Assesment, Planing).

Evaluasi dilakukan pada tanggal 29 November 2010 dengan hasil SP 1 tercapai sebagian. Tanggal

29 November 2010 dengan hasil SP 1 tercapai. Tanggal 30 November 2010 dengan hasil SP 2 belum

tercapai. Tanggal 01 Desember 2010 dengan hasil SP 2 tercapai. Tanggal 02 Desember 2010 SP 3

belum tercapai. Tanggal 04 Desember 2010 SP 3 tercapai sebagian. Tanggal 04 Desember 2010 SP 3

tercapai. Tanggal 05 Desember SP 4 belum tercapai. Tanggal 06 Desember 2010 SP 4 tercapai

sebagian. Tanggal 07 Desember 2010 SP 4 tercapai. Tanggal 08 Desember 2010 SP 1 sampai SP 4 di

evaluasi dengan hasil tercapai.

 BAB VPENUTUP

A.    Kesimpulan

Proses keperawatan merupakan metode ilmiah dalam menjalankan proses keperawatan dan

menyelesaikan masalah secara sistematis yang digunakan oleh perawat dan peserta didik keperawatan.

Penerapan keperawatan dapat meningkatkan otonomi, percaya diri, cara berfikir yang logis, ilmiah,

sistematis dan memperlihatkan tanggung jawab dan tanggung gugat serta pengembangan diri perawat.

Disamping itu klien dapat melaksanakan mutu pelayanan keperawatan yang baik khusus nya pada klien

halusinasi, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:

a.       Pengkajian yang dilaksanakan tidak banyak berbeda dengan pengkajian teoritis maupun penulis tidak mendapat kesulitan dalam pengkajian klien.

b.      Dalam usaha mengatasi masalah yang dihadapi klien penulis menyusun tindakan keperawatan sesuai dengan teoritis begitu juga dengan SP.

c.       Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan dan dapat dilaksanakan walaupun belum optimal.

d.      Pada tahap evaluasi terhadap tindakan keperawatan masalah yang dihadapi klien tidak teratasi semua sesuai dengan masalah klien. Yang sudah teratasi yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. Yang belum teratasi yaitu Defisit perawatan diri karena keterbatasan waktu kelompok untuk melakukan SP.

B.     Saran

Page 16: Makalah Ima

1.   Mahasiswa        Hendaknya mahasiswa/i dapat melakukan askep sesuai dengan tahapan-tahapan dari protap

dengan baik dan benar yang diperoleh selama masa pendidikan baik di akademik maupun dilapangan praktek.

2.   Pendidikan      Sebagai bahan referensi untuk menunjang diinstitusi pendidikan.3.   Ruang rawat inap      Dapat meningkatkan peralatan dan pelayanan serta pemberian askep yang dapat meningkatkan

proses penyembuhan klien.

 

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina pelayanan keperawatan dan pelayanan medik departemen kesehatan, 2007 di kutip

dari http://lensapropesi.blogspot.com/2008/11/halusinasi-penglihatan-trisnawati.html diambil tanggal 04

november 2010

Hawari,2001 dikutif dari http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-halusinasi diambil tanggal 04

november 2010

Isaacs,2002 dikutip dari http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-halusinasi diambil tanggal 04

november 2010

Keliat,2006 dikutip dari http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-halusinasi di ambil tanggal 04

november 2010

Keliat, budi anna.(2006) proses keperawatan kesehatan jiwa.jakarta:penerbit buku kedokteran EGC

Maramis, 2005 dikutip dari http://lensapropesi.blogspot.com/2008/11/halusinasi-penglihatan-trisnawati.html diambil

tanggal 04 november 2010

Menkes,2005 dikutip dari http://lensapropesi.blogspot.com/2008/11/halusinasi-penglihatan-trisnawati.html diambil

tanggal 04 november 2010

Diktat Panduan Pengkajian Keperawatan dan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Praktek Keperawatan Jiwa

Mahasiswa Program D III di RSJ Tampan Propinsi Riau.

Marlyyn E. Doengos Rencana Asuhan Keperawatan psikiatri editor bahasa indonesia, Monica ester. Jakarta: EGC

2006

Read more: http://aneka-wacana.blogspot.com/2012/02/makalah-asuhan-keperawtan-jiwa-dengan.html#ixzz3SQBqBR3z