MAKALAH HISPRUNG
-
Upload
nurul-kamajaya -
Category
Documents
-
view
220 -
download
15
description
Transcript of MAKALAH HISPRUNG
TUGAS PJBL 2 SISTEM GASTROINTESTINALTENTANG
KONSEP PENYAKIT HISPRUNG dan ASKEPNYA
Disusun oleh :
JITA OLISA (0910720049)
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2011/2012
1
Student Learning Objectives (SLO)
1. Mahasiswa mendiskusikan definisi Hisprung
2. Mahasiswa mendiskusikan epidemiologi Hisprung
3. Mahasiswa mendiskusikan patofisiologi Hisprung
4. Mahasiswa mendiskusikan faktor resiko dan klasifikasi Hisprung
5. Mahasiswa mendiskusikan manifestasi klinis dari Hisprung
6. Mahasiswa mendiskusikan klasifikasi Hisprung
7. Mahasiswa mendiskusikan pemeriksaan diagnostik Hisprung
8. Mahasiswa mendiskusikan penatalaksanaan medis dari Hisprung
9. Mahasiswa mendiskusikan stoma dan perawatan stoma
10. Mahasiswa mendiskusikan Asuhan Keperawatan Hisprung
2
1. Definisi Hisprung
Penyakit Hisprung (Hirschprung) adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase
usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000). Dikenalkan pertama kali oleh Hirschprung tahun
1886. Zuelser dan Wilson , 1948 mengemukakan bahwa pada dinding usus yang
menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis.
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan
(aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas)
yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar
dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).
Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
Penyakit hisprung atau megakolon aganglionik bawaan disebabkan oleh kelainan
inervasi usus, di mulai dari sfingter ani interna dan meluas ke proximal, melibatkan
panjang usus yang bervariasi. Hisprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah
yang paling sering terjadi pada neonatus, dengan insiden 1:1500 kelahiran hidup. Laki-
laki lebih banyak daripada perempuan 4:1 dan ada insiden keluarga pada penyakit
segmen panjang. Hisprung dengan bawaan lain termasuk sindrom down, sindrom
laurance moon-barderbield dan sindrom wardenburg serta kelainan kardiovaskuler.
(Behrman, 1996)
Penyakit hisprung disebabkan oleh tak adanya sel ganglion kongenital dalam pleksus
intramuscural usus besar. Segmen yang terkena bisa sangat pendek. Tampil pada usia
muda dengan konstipasi parah. Enema barium bisa menunjukkan penyempitan
segmen dengan dilatasi colon di proksimal. Biopsi rectum bisa mengkonfirmasi
diagnosis, jika jaringan submukosa di cakup. Terapi simtomatik bisa bermanfaat, tetapi
kebanyakan pasien memerlukan pembedahan (G. Holdstock, 1991)
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion
dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan
( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah
kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan
3
kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir £ 3 Kg, lebih banyak laki – laki
dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000 ).
2. Epidemiologi Insidensi penyakit Hirschsprung tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara
5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat
kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan
penyakit Hirschsprung. Kartono mencatat 20-40 pasien penyakit Hirschprung yang
dirujuk setiap tahunnya ke RSUPN CiptoMangunkusomo Jakarta. (Kartono, 1993)
Menurut catatan Swenson, 81,1 % dari 880 kasus yang diteliti adalah lakilaki.
Sedangkan Richardson dan Brown menemukan tendensi faktor keturunan pada
penyakit ini (ditemukan 57 kasus dalam 24 keluarga). Beberapa kelainan kongenital
dapat ditemukan bersamaan dengan penyakit Hirschsprung, namun hanya 2 kelainan
yang memiliki angka yang cukup signifikan yakni Down Syndrome (5-10 %) dan
kelainan urologi (3%). Hanya saja dengan adanya fekaloma, maka dijumpai gangguan
urologi seperti refluks vesikoureter,hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria
(mencapai 1/3 kasus). (Swenson, dkk, 1990)
3. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer
dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen
aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian proksimal pada usus besar.
Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga
pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rektum
tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian
proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden,
2002:197).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi
dan relaksasi peristaltik secara normal.
Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut,
menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena
4
terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S &
Wilson, 1995 : 141 ).
4. Faktor resiko dan klasifikasi
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding
usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah
rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh
usus sampai pilorus. Diduga terjadi karena faktor genetik sering terjadi pada anak
dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus,
gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus (Budi,
2010).
KLASIFIKASI
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu:
a. Penyakit Hisprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, ini merupakan 70% dari
kasus penyakit hisprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding
anak perempuan.
b. Penyakit Hisprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus
halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki-laki maupun perempuan. (ngastiyah,
1997: 138)
5. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama setelah
lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu
dan distensi abdomen. (Nelson, 2000: 317).
5
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit
Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir
dengan muntaah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium.
Keterlambatan evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi.
Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan
obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan
demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang
khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan
diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).
1. Anak-anak
a. Konstipasi
b. Tinja seperti pita dan berbau busuk
c. Distensi abdomen
d. Adanya masa difecal dapat dipalpasi
e. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemia (Betz cecily & Sowden, 2002:197)
2. Komplikasi
a. Obstruksi usus
b. konstipasi
c. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
d. Entrokolitis
e. Struktur anal dan Inkontinensial ( pos operasi ) (Betz cecily & Sowden, 2002:
197)
Gambaran klinis penyakit Hirschsprung dapat kita bedakan berdasarkan usia gejala klinis mulai terlihat :
(1). Periode Neonatal. Ada trias gejala klinis yang sering dijumpai, yakni pengeluaran
mekonium yang terlambat, muntah hijau dan distensi abdomen. Pengeluaran
mekonium yang terlambat (lebih dari 24 jam pertama) merupakan tanda klinis yang
signifikans. Swenson (1973) mencatat angka 94% dari pengamatan terhadap 501
kasus , sedangkan Kartono mencatat angka 93,5% untuk waktu 24 jam dan 72,4%
untuk waktu 48 jam setelah lahir. Muntah hijau dan distensi abdomen biasanya dapat
6
berkurang manakala mekonium dapat dikeluarkan segera. Sedangkan enterokolitis
merupakan ancaman komplikasi yang serius bagi penderita penyakit Hirschsprung ini,
yang dapat menyerang pada usia kapan saja, namun paling tinggi saat usia 2-4 minggu,
meskipun sudah dapat dijumpai pada usia 1 minggu. Gejalanya berupa diarrhea,
distensi abdomen, feces berbau busuk dan disertai demam. Swenson mencatat hampir
1/3 kasus Hirschsprung datang dengan manifestasi klinis enterokolitis, bahkan dapat
pula terjadi meski telah dilakukan kolostomi (Kartono,1993; Fonkalsrud dkk,1997;
Swenson dkk,1990).
(2). Anak. Pada anak yang lebih besar, gejala klinis yang menonjol adalah konstipasi
kronis dan gizi buruk (failure to thrive). Dapat pula terlihat gerakan peristaltik usus di
dinding abdomen. Jika dilakukan pemeriksaan colok dubur, maka feces biasanya keluar
menyemprot, konsistensi semi-liquid dan berbau tidak sedap. Penderita biasanya
buang air besar tidak teratur, sekali dalam beberapa hari dan biasanya sulit untuk
defekasi.
6. Komplikasi Hisprung
Secara garis besarnya, komplikasi pasca tindakan bedah penyakit Hirschsprung dapat
digolongkan atas kebocoran anastomose, stenosis, enterokolitis dan gangguan fungsi
spinkter. Sedangkan tujuan utama dari setiap operasi definitif pull-through adalah
menyelesaikan secara tuntas penyakit Hirschsprung, dimana penderita mampu
menguasai dengan baik fungsi spinkter ani dan kontinen (Swenson dkk,1990).
Obstruksi usus
Konstipasi
Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
Entrokolitis
Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily & sowden, 2002 :
197).
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang
menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang
7
menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi
pembusukan.
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan :
a Daerah transisi
b Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
c Entrokolitis padasegmen yang melebar
d Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17 )
2. Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel
ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )
3. Biopsi otot rektum
Yaitu pengambilan lapisan otot rektum
4. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit ini
khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K, 2004 : 17
)
5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus
( Betz, cecily & Sowden, 2002 : 197 )
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang
menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang
menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.
8. Penatalaksanaan Medis
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar
untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga
normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan
obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk
mengembalikan ukuran normalnya.
8
b. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama ( Betz
Cecily & Sowden 2002 : 98 )
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley
& Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan
terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik
telah diubah ( Darmawan K 2004 : 37 )
2. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang
( FKUI, 2000 : 1135 )
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan
mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat.
Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga
adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan
nutrisi parenteral total ( NPT )
Pengobatan medis
Tujuan umum dari pengobatan ini mencakup 3 hal utama:
1. Penanganan komplikasi dari penyakit Hirschsprung yang tidak terdeteksi,
Penatalaksanaan komplikasi diarahkan pada penyeimbangan cairan dan elektrolit,
menghindari distensi berlebihan, dan mengatasi komplikasi sistemik, seperti sepsis.
Maka dari itu, hidrasi intravena, dekompressi
nasogastrik, dan jika diindikasikan, pemberian antibiotik intravena memiliki peranan
utama dalam penatalaksanaan medis awal.
2. Penatalaksanaan sementara sebelum operasi rekonstruktif definitif dilakukan,
Pembersihan kolon, yaitu dengan melakukan irigasi dengan rectal tube berlubang
besar dan cairan untuk irigasi. Cairan untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan
9
elektrolit. Irigasi colon secara rutin dan terapi antibiotik prophylaksis telah menjadi
prosedur untuk mengurangi resiko terjadinya enterocolitis.
3. untuk memperbaiki fungsi usus setelah operasi rekonstruksi. Injeksi BOTOX pada
sphincter interna terbukti memicu pola pergerakan usus yang normal pada pasien
post-operatif.
Tindakan bedah
Beberapa prosedur definitif telah digunakan, kesemuanya telah memberikan hasil yang
sempurna jika dilakukan oleh ahli bedah yang berpengalaman. 3 jenis teknik yang
sering digunakan adalah prosedur Swenson, Duhamel, dan Soave. Apapun teknik yang
dilakukan, membersihan kolon sebelum operasi definitif sangat penting.
1. Prosedur Swenson
· Prosedur Swenson merupakan teknik definitif pertama yang digunakan untuk
menangani penyakit Hirschsprung
· Segmen aganglionik direseksi hingga kolon sigmoid kemudian anastomosis oblique
dilakukan antara kolon normal dengan rektum bagian distal
2. Prosedur Duhamel
· Prosedur Duhamel pertama kali diperkenalkan pada tahun 1956 sebagai modifikasi
prosedur Swenson
· Poin utamanya adalah pendekatan retrorektal digunakan dan beberapa bagian
rektum yang aganglionik dipertahankan.
· Usus aganglionik direseksi hingga ke bagian rektum dan rektum dijahit. Usus bagian
proksimal kemudian diposisikan pada ruang retrorektal (diantara rektum dan
sakrum), kemudian end-to-side
anastomosis dilakukan pada rektum yang tersisa
3. Prosedur Soave
· Prosedur Soave diperkenalkan pada tahun 1960, intinya adalah membuang mukosa
dan submukosa dari rektum dan menarik usus ganglionik ke arah ujung muskuler
rektum aganglionik.
· Awalnya, operasi ini tidak termasuk anastomosis formal, tergantung dari
pembentukan jaringan parut antara segmen yang ditarik dan usus yang aganglionik.
Prosedur ini kemudian dimodifikasi oleh Boley dengan membuat anastomosis primer
pada anus.
10
9. Stoma dan Perawatan Stoma
Stoma adalah lubang seperti mulut, khususnya lubang irisan yang tetap
dibiarkan terbuka untuk untuk drainase.
A. Tujuan
a. Melindungi luka dari kontaminasi
b. Mencegah terjadinya infeksi
B. Indikasi
a. Luka operasi (luka tertutup) : Stoma
C. Persiapan alat
1. Alat-alat steril
a. Pinset anatomis 2 buah
b. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
c. Kassa desinfektan dalam kom tertutup 5-10 helai
d. sarung tangan 1 pasang
e. Stoma bag
f. korentang/forcep
2. Alat-alat tidak steril
a. Gunting verban I buah
b. Pengalas
c. Kom kecil 1 buah
11
d. Nierbeken 2 buah
e. NaCl 9 %
f. Sabun antiseptik
g. Sarung tangan 1 pasang
h. Masker
i. Kantong plastic/baskom untuk tempat sampah
D. Pelaksanaan
1. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Dekatkan alat-alat ke pasien
3. Pasang sampiran
4. Perawat cuci tangan
5. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
6. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
7. Letakkan pengalas dibawah area stoma
8. Letakkan nierbeken didekat pasien
9. Buka stoma bag lama (hati-hati jangan sampai menyentuh stoma) dengan
menggunakan pinset anatomi, buang stoma bag bekas kedalam nierbeken.
10. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari stoma
11. Bersihkan stoma dengan sabun cair anti septik, mulai dari pusat luka kearah
keluar secara berlahan-lahan karena luka setelah operasi terdapat sedikit edema
12
12. Bersihkan stoma dengan kassa desinfektan mulai dari pusat luka kearah keluar
secara perlahan-lahan.
13. Buka sarung tangan, masukan kedalam nierbeken
14. Membuka set steril, menyiapkan larutan pencuci luka
15. Pasang sarung tangan steril
16. Irigasi/bathing or shower stoma dengan normal salin
17. Bersihkan stoma dengan kassa desinfektan, mulai dari pusat luka kearah keluar
secara perlahan-lahan
18. Tutup stoma dengan stoma bag, kemudian plester dengan rapi
19. Buka sarung tangan, masukan kedalan nierbeken
20. Buka masker
21. Atur dan rapikan posisi pasien
22. Buka sampiran
23. Evaluasi keadaan pasien
24. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih, kering
dan rapi
25. Perawat cuci tangan
26. Dokumentasikan dalam catatan keperawatan
E. Hal-hal yang harus diperhatikan
1. Selama perawatan lingkungan harus selalu bersih
2. Sirkulasi udara harus diperhatikan
13
3. Jaga privacy pasien dan jangan memperlihatkan sikap yang menyinggung pasien
4. Pertahankan tehnik aseptic selama tindakan
10. Konsep tumbuh kembang
Konsep tumbuh kembang anak difokuskan pada usia todler yakni 1 – 3 tahun bisa
juga dimasukkan dalam tahapan pre operasional yakni umur 2 – 7 tahun. Menurut
Yupi. S ( 2004 ) berdasarkan teori peaget bahwa masa ini merupakan gambaran
kongnitif internal anak tentang dunia luar dengan berbagai kompleksitasnya yang
tumbuh secara bertahap merupakan suatu masa dimana pikiran agak terbatas. Anak
mampu menggunakan simbul melalui kata – kata, mengingat sekarang dan akan
datang. Anak mampu membedakan dirinya sendiri dengan objek dalam dunia
sekelilingnya baik bahasa maupun pikiranya bercirikan egesenterisme, ia tidak mahu
menguasai ide persamaan terutama berkaitan dengan masalah–masalah secara logis,
tetapi dalam situasi bermain bebas ia cenderung untuk memperlihatkan perilaku
logis dan berakal sehat pada tahap ini akan mulai mengenal tubuhnyaPertumbuhan
berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi
tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat ( gram,
pounnd, kilogram ). Ukuran panjang ( cm, meter ). Umur tulang dan keseimbangan
metabolik ( retensi kalium dan nitrogen tubuh ). Perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan
( Soetjiningsih, 1998: 1 ).
Pada pertumbuhan fisik dapat dinilai pertambahan berat badan sebanyak 2,2 Kg/
tahun dan tinggi badan akan bertambah kira – kira 7,5 cm/ tahun. Proporsi tumbuh
berubah yaitu lengan dan kaki tumbuh lebih cepat dari pada kepala dan badan lorosis
lumbal pada medulla spinalis kurang terlihat dan tungkai mempunyai tampilan yang
bengkok. Lingkar kepala meningkat 2,5 cm/ tahun dan fontanella anterior menutup
pada usia 15 bulan. Gigi molar pertama dan molar kedua serta gigi taring mulai
muncul ( Betz & Sowden, 2002: 546 ). Strategi Pengurangan Dampak Hospitalisasi
Pada Usia TodlerPada usia todler anak cenderung egosentris maka dalam
menjelaskan prosedur dalam hubungan dengan cara apa yang akan anak lihat,
dengar, bau, raba dan rasakan. Katakan pada anak tidak apa- apa menangis atau
gunakan ekspresi verbal untuk mengatakan tidak nyaman. Pada usia ini juga
14
mengalami keterbatasan kemampuan berkomunikasi lebih sering menggunakan
perilaku atau sikap. Sedikit pendekatan yang sederhana menggunkan contoh
peralatan yang kecil ( ijinkan anak untuk memegang peralatan ) menggunakan
permainan.Pada usia ini menjadikan hubungan yang sulit antara anak dengan
perawat diperlukan orang tua pada keadaan ini, apapun cara yang dilakukan anak
harus merupakan pertimbangan pertama. Ibu harus didorong untuk tinggal atau
paling sedikit mengunjungi anaknya sesering mungkin ( Yupi, S 2004).
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN:
Identitas Pasien
1. Nama : An. Karunia
2. Usia : 7 hari
3. Jenis Kelamin :
4. Agama :
5. Suku/bangsa :
6. Status pernikahan :
7. Pendidikan :
8. Pekerjaan :
9. Alamat :
10. Nomer register ;
11. Tanggal MRS :
12. Tanggal pengkajian :
13. Diagnosa Medis : Hisprung
Penanggung Jawab
1. Nama : ibu...
2. Usia :
3. Jenis Kelamin : perempuan
4. Hubungan dengan Pasien : Ibu An. Karunia
5. Alamat :
15
KELUHAN UTAMA
An. Karunia usia 7 hari dibawa ke RS karena perut kembung dan muntah.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
a. Provocative / Palliative
Ditanyakan pada Ibu pasin, Apa yang menyebabkan gejala?
Ditanyakan pada ibu pasien, Apa yang menguranginya?
b. Quality / Quantity
Ditanyakan pada ibu pasien, Bagaimana tampilannya, atau suaranya?
Ditanyakan pada pasien, Lebih parah atau lebih ringan dari sebelumnya?
Lebih parah karena berat badan menurun
c. Regio / Radiasi
Ditanyakan pada Ibu pasien, Di bagian mana gejala dirasakan?
Apakah menyebar?
d. Saveruty / Keparahan (scala)
Ditanyakan pada Ibu pasien, Bagaimana intensitasnya (skala)?
Bagaimana pengaruhnya terhadap aktivitas?
Keadaan yang memperparah klien?
terlihat lemas, bibir kering, dan menangis terus, tidak dapattidur dengan nyenyak
baik pagi, siang maupun malam.
e. Time / Waktu
Ditanyakan pada Ibu pasien, Kapan hal itu mulai timbul dan bagaimana terjadinya?
Berapa lama terjadinya?
Frekwensi?
Durasi?
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Penyakit yang pernah dialami?
tindakan pengobatan yang dilakukan?
Penggunaan obat?-
Pernah dirawat/dioperasi? Pernah batu empedu
Lamanya dirawat?-
16
Alergi?-
Status imunisasi?-
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Apakah ada keluarga yang menderita hal yang sama?
Orang tua?
Saudara kandung?
Penyakit keturunan yang ada?
Anggota keluarga yang meninggal?
Penyebab meninggal?
RIWAYAT KELAHIRAN
AN. Karunia anak pertama lahir normal, lahir di tolong bidan,BB lahir 3,6 kg, mekonium
pertam,a keluar pada hari ketiga setelah kelahiran
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Bahasa yang digunakan?
Persepsi pasien tentang penyakitnya?
Pasien khawatir dengan kondisinya saat ini
Konsep diri
body image?
ideal diri?
harga diri?
peran diri?
personal identity?
Keadaan emosi?
Perhatian terhadap orang lain / lawan bicara?
Hubungan dengan keluarga?
Hubungan dengan saudara?
Kegemaran / hobby?
Mekanisme pertahanan diri?
Interaksi sosial?
17
POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Pola Nutrisi
1. Sebelum sakit
Frekwensi makan :
Jumlah makanan :
Jenis makanan :
Alergi / intoleransi makanan :
Nafsu makan :
( ) baik
( ) meningkat
( ) menurun
( ) penurunan sensasi rasa
( ) mual muntah
( ) stomatitis
Berat badan :
Tinggi badan :
2. Saat sakit
Frekwensi makan :
Jumlah makanan :
Jenis makanan :
Alergi / intoleransi makanan :
Nafsu makan :
( ) baik
( ) meningkat
( ) menurun
( ) penurunan sensasi rasa
( ) mual muntah
( ) stomatitis
Berat badan :
Tinggi badan :
Masalah makan dan minum?
Gigi Palsu?
Upaya mengatasi masalah?
18
b. Pola Eliminasi
1. Sebelum sakit
BAB
Frekwensi :
Waktu :
Konsistensi :
Warna :
BAB terakhir :
Penggunaan pencahar :
BAK
Frekwensi :
Warna :
Bau :
2. Saat sakit
BAB
Frekwensi :
Waktu :
Konsistensi :
Warna :
BAB terakhir :
Penggunaan pencahar :
Riwayat perdarahan :
( ) diare ( ) konstipasi ( ) inkontinensia
BAK
Frekwensi :
Warna :
Bau :
Jumlah :
Nyeri / rasa terbakar?
Riwayat penyakit ginjal / kandung kemih?
19
Penggunaan deuritika?
Penggunaan alat bantu ?
( ) inkontine
( ) hematuri
( ) retensi
( ) anuria
( ) oliguri
( ) nokturia
( ) lain-lain : ......................................................................
Upaya mengatasi masalah?
c. Pola Aktivitas, Latihan, dan Bermain
1. Sebelum sakit
Kegiatan dalam pekerjaan?
Olahraga: Jenis? Frekwensi?
Kegiatan di waktu luang?
2. Saat sakit
Kegiatan perawatan
- Mandi
( ) mandiri
( ) dibantu sebagian
( ) perlu bantuan orang lain
( ) perlu bantuan orang lain dan alat
( ) tergantung / tidak mampu
- Berpakaian
( ) mandiri
( ) dibantu sebagian
( ) perlu bantuan orang lain
( ) perlu bantuan orang lain dan alat
( ) tergantung / tidak mampu
- Eliminasi
( ) mandiri
20
( ) dibantu sebagian
( ) perlu bantuan orang lain
( ) perlu bantuan orang lain dan alat
( ) tergantung / tidak mampu
- Makan & Minum
( ) mandiri
( ) dibantu sebagian
( ) perlu bantuan orang lain
( ) perlu bantuan orang lain dan alat
( ) tergantung / tidak mampu
- Mobilisasi
( ) mandiri
( ) dibantu sebagian
( ) perlu bantuan orang lain
( ) perlu bantuan orang lain dan alat
( ) tergantung / tidak mampu
- Ambulasi
( ) mandiri
( ) dibantu sebagian
( ) perlu bantuan orang lain
( ) perlu bantuan orang lain dan alat
( ) tergantung / tidak mampu
Alat bantu :
( ) kruk
( ) kursi roda
( ) tongkat
( ) lain-lain : ......................................................................
d. Pola Istirahat dan Tidur
1. Sebelum sakit
Waktu tidur (jam) :
Waktu bangun :
Masalah tidur :
21
Hal-hal yang mempermudah tidur :
Hal-hal yang mempermudah bangun :
2. Saat sakit
Waktu tidur (jam) :
Waktu bangun :
Masalah tidur : menangis terus, tidak
bisa tidur dengan nyenyak, tidur hanya sebentar-sebentar kemudian
menangis.
Hal-hal yang mempermudah tidur :
Hal-hal yang mempermudah bangun :
Masalah tidur :
( ) sering bangun
( ) insomnia
e. Pola Kebersihan / Personal Hygiene
1. Sebelum sakit
Mandi : x/hari
Keramas : x/minggu
Ganti pakaian : x/hari
Sikat gigi : x/hari
Memotong kuku : x/minggu
2. Saat sakit
Mandi : x/hari
Keramas : x/minggu
Ganti pakaian : x/hari
Sikat gigi : x/hari
Memotong kuku : x/minggu
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Compos mentis (kesadaran penuh)
22
b. Tanda-tanda Vital
Tensi :
RR : 42 x/menit
Nadi : 130 x/menit
Suhu : 37,9oC
BB : 3,1 kg
TB :
PEMERIKSAAN HEAD TO TOE
a. Kepala dan Rambut
b. Mata
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
c. Hidung
d. Telinga
e. Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil, dan Pharing
Bibir kering
f. Leher dan tenggorokan
g. Dada atau Thorax
Paru-paru / Respirasi
Dikaji apakah sesak nafas atau tidak?
Dikaji apakah terjadi distres pernafasan?
Jantung / kardiovaskuler dan Sirkulasi
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi
apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.
Payudara dan Ketiak
Abdomen
distensi abdomen
h. Sistem pencernaan
Dikaji apakah ada obstipasi?
Dikaji apakah perut kembung/perut tegang?
Dikaji warna muntahnya?
23
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya
kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan
karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
i. Ekstremitas / Musculoskeletal
Dikaji gangguan rasa nyaman?
j. Genetalia dan Anus
k. Integument
Dikaji apakah akral hangat?
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat
capilary refil, warna kulit, edema kulit.
l. Neurology
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto polos abdomen tegak akan terlihat usus-usus melebar atau terdapat gambaran
obstruksi usus rendah.
b. Pemeriksaan dengan barium enema ditemukan daerah transisi, gambaran
kontraksi usus yang tidak teratur di bagian menyempit, enterokolitis pada segmen
yang melebar dan terdapat retensi barium setelah 24-48 jam.
c. Biopsi isap, mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa.
d. Biopsi otot rektum, yaitu pengambilan lapisan otot rektum.
e. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dimana terdapat peningkatan
aktivitas enzim asetilkolin eseterase.
ANALISA DATA
No DATA ETIOLOGI MK
1. DS: perut kembung dan
muntah, Ibu
mengatakan sehari
sebelum ke RS BB anak
3,3 Kg (ditimbang
bidan), sekarang di RS
BB anak 3,1 Kg.
Absensi ganglion meissner dan
auerbach
Usus spastis dan daya dorong
tidak ada
Mual dan muntah
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
24
DO: Anak terlihat
lemas, bibir kering,
distensi perut dan
selalu memuntahkan
ASI dan formula yang
diberikan.
diare
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
2. DS: perut kembung dan
muntah,
DO: anak selalu
memuntahkan ASI dan
formula yang
diberikan, Suhu 37,9 C
Absensi ganglion meissner dan
auerbach
Usus spastis dan daya dorong
tidak ada
Mual dan muntah
diare
volume cairan tubuh menurun
Kekurangan volume cairan
3. DS: perut kembung dan
muntah,
DO: anak terlihat
lemas, menangis terus-
menerus, tidak dapat
tidur dengan nyenyak
baik pagi, siang dan
malam, tidur hanya
sebentar-sebentar
kemudian menangis
lagi.
Absensi ganglion meissner dan
auerbach
Usus spastis dan daya dorong
tidak ada
Obstipasi, tidak ada mekonium
Distensi abdomen hebat
Gangguan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang inadekuat.
2. Kekurangan volume cairan tubuh b.d muntah
3. Gangguan rasa nyaman b.d distensi abdomen
25
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang inadekuat
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x24 jam, pasien menerima
asupan makanan yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan.
Kriteria hasil:
Dapat mentoleransi diet sesuai kebutuhan secara parenteal atau peroral
Berat badan anak sesuai dengan umur
Turgor kulit pasien lembab
Orang tua bisa memilih makanan yang dianjurkan
INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan nutrisi parenteral sesuai
kebutuhan.
2. Pantau pemasukan makanan selama
perawatan
3. Pantau atau timbang berat badan.
Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
Mengetahui keseimbangan nutrisi sesuai
kebutuhan 1300-3400 kalori
Untuk mengetahui perubahan berat
badan.
2. Kekurangan volume cairan tubuh b.d muntah
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x24 jam kebutuhan cairan
tubuh dapat terpenuhi.
Kriteria hasil: pasien tidak mengalami dehidrasi, turgor kulit normal.
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor tanda-tanda dehidrasi.
2. Monitor cairan yang masuk dan keluar.
3. Berikan caiaran sesuai kebutuhan dan
Mengetahui kondisi dan menentukan
langkah selanjutnya
Untuk mengetahui keseimbangan cairan
tubuh
26
yang diprogramkan Mencegah terjadinya dehidrasi
3. Gangguan rasa nyaman b.d distensi abdomen
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x24 jam, kebutuhan rasa
nyaman dapat terpenuhi.
Kriteria hasil: pasien bisa tenang, tidak menangis dan tidak mengalami gangguan tidur.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji terhadap tanda nyeri
2. Berikan tindakan kenyamanan :
menggendong, suara halus, ketenangan
3. Berikan obat analgesik sesuai program
Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan
langkah selanjutnya
Upaya dengan distraksi dapat mengurangi
rasa nyeri
Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg
kerjanya pada sistem saraf pusat
27
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3.
Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih (Fd),
Monica Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit.
Jakarta : EGC.
Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^. Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 . Jakarta :
FKUI .
Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media Aesulapius
FKUI
28
29