makalah gtj

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ibu Akhmad, 49 tahun, merasakan ketidaknyamanan karena adanya kegoyangan gigi tiruan tetap pada rahang atas kiri. Keadaan ini telah dirasakan 3 hari yang lalu setelah mengunyah makanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan foto panoramik dan periapikal, pada gigi 25 menunjukkan post perawatan endodontik dengan pemasangan pasak, radiolucent berbatas jelas pada apikal gigi, dan tampak fraktur pada retainer. Pada gigi 27 menunjukkan fraktur pada akar palatal, radiolucent pada bagian apikal gigi dan resorbsi tulang alveolar sampai 2/3 panjang akar gigi. Secara klinis gigi 25 dan 27 merupakan retainer dengan desain extracoronal retainer berupa porcelain fused to metal dan pontic pada gigi 26 dengan tipe ridge lap pontic. Retainer dan pontic dihubungkan dengan connector tipe fixed-fixed bridge. Di samping itu pada gigi 25 terdapat karies permukaan akar pada bagian bukal dan gigi penyangga 27 tampak adanya resesi gingiva dan karies permukaan akar pada bagian bukal dan palatal. Tampak adanya pengelupasan lapisan estetik (lapisan porcelain) pada oklusal retainer gigi 25. Penderita menginginkan penggantian gigi tiruan tersebut.

description

gigi tiruan jembata

Transcript of makalah gtj

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIbu Akhmad, 49 tahun, merasakan ketidaknyamanan karena adanya kegoyangan gigi tiruan tetap pada rahang atas kiri. Keadaan ini telah dirasakan 3 hari yang lalu setelah mengunyah makanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan foto panoramik dan periapikal, pada gigi 25 menunjukkan post perawatan endodontik dengan pemasangan pasak, radiolucent berbatas jelas pada apikal gigi, dan tampak fraktur pada retainer. Pada gigi 27 menunjukkan fraktur pada akar palatal, radiolucent pada bagian apikal gigi dan resorbsi tulang alveolar sampai 2/3 panjang akar gigi. Secara klinis gigi 25 dan 27 merupakan retainer dengan desain extracoronal retainer berupa porcelain fused to metal dan pontic pada gigi 26 dengan tipe ridge lap pontic. Retainer dan pontic dihubungkan dengan connector tipe fixed-fixed bridge. Di samping itu pada gigi 25 terdapat karies permukaan akar pada bagian bukal dan gigi penyangga 27 tampak adanya resesi gingiva dan karies permukaan akar pada bagian bukal dan palatal. Tampak adanya pengelupasan lapisan estetik (lapisan porcelain) pada oklusal retainer gigi 25.Penderita menginginkan penggantian gigi tiruan tersebut.1.2 Rumusan Masalah1.2.1Apa saja macam-macam kegagalan gigi tiruan jembatan serta penyebabnya?1.2.2Bagaimana penatalaksanaan dari kegagalan gigi tiruan jembatan pada kasus di skenario?

1.3 Tujuan Pembahasan1.3.1Menjelaskan macam-macam kegagalan gigi tiruan jembatan beserta penyebabnya1.3.2Menjelaskan penatalaksanaan dari kegagalan gigi tiruan jembatan pada kasus di skenarioBAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Definisi Gigi tiruan jembatan adalah suatu restorasi yang tidak dapat dilepas sendiri oleh pasien karena dilekatkan secara permanen pada gigi asli atau akar gigi yang merupakan pendukung utama dari alat tersebut. Gigi tiruan jembatan disebut juga fixed bridge prosthesis atau fixed partial denture. 2.2Tujuan Pembuatan Tujuan pembuatan gigi tiruan adalah: 1.Mengembalikan fungsi pengunyahan 2.Mengembalikan fungsi estetik 3.Mengembalikan fungsi fonetik (pengucapan) 4.Mencegah terjadinya pemindahan tempat dari gigi-gigi sekitar ruangan yang kosong (sudah hilang giginya). Pemindahan tempat tersebut dapat berupa migrasi, rotasi, miring, atau ekstrusi. 5. Untuk memelihara atau mempertahankan kesehatan gingiva. 2.3Indikasi dan KontraindikasiIndikasi GTJ adalah:1.Usia 20 50 tahun 2.Struktur gigi sehat 3.Kesehatan mulut (oral hygiene) baik 4.Penggantian gigi terbatas 5.Kondisi ridge dalam batas normal (tidak resorbsi berlebihan) 6.Jaringan pendukung alveolar baik (pembentukan akar baik, tebal, lebar, dan divergen) 7.Gigi abutment baik dan penempatannya seimbang dengan jumlah gigi yang akan diganti. Desain ideal adalah 2 gigi abutment untuk mendukung 1 gigi. Pada bagian posterior, dapat digunakan 2 gigi abutment untuk 2 gigi jika posisinya dalam satu garis lurus. Pemilihan gigi abutment hendaknya mempertimbangkan:a. Vitalitas gigi b. Status periodontal c. Ratio mahkota-akar d. Konfigurasi akar e. Luas area permukaan jaringan periodontal (Hukum Ante) f. Panjang mahkota klinis g. Hubungan antara aksis gigi dengan arah insersi 8.Oklusi dan jaringan periodonsium baik (membran periodontal sama rata tebalnya) 9.Untuk pasien yang menuntut penampilan 10.Kesehatan umum dan sosial baik 11.Tidak mempunyai bad habit

Kontraindikasi GTJ: 1.Pasien terlalu muda atau tua 2.Struktur gigi lemah 3.Hygiene mulut jelek 4.Gigi yang harus diganti banyak 5.Kondisi daerah tak bergigi mengalami resorbsi berlebih 6.Alveolus pendukung gigi kurang dari 2/3 akar gigi (akar tipis dan berbentuk taper) 7.Gigi abutment abnormal (malformasi dan aksis gigi tidak paralel) 8.Jaringan periodonsium tidak sehat 9. Oklusi abnormal 10.Kesehatan umum jelek 11.Tidak terjalin kooperatif dari pasien dan operator. 12.Mempunyai bad habit 13.Gigi hipersensitif walaupun sudah dianestesi 2.4Komponen Gigi Tiruan JembatanGigi tiruan jembatan terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik, retainer, konektor, abutment, dan sadel, yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. PontikAdalah gigi buatan pengganti dari gigi atau gigi-geligi yang hilang. Dapat dibuat dari porselen, akrilik atau logam, atau gabungan dari bahan-bahan ini. Beberapa macam bentuk pontik adalah : a. Hygiene /sanitary pontic Pontik ini sama sekali tidak menempel pada edentulous ridge (menggantung) sehingga self cleansing sangat terjamin. Biasanya untuk gigi posterior bawah. b. Ridge lap pontic Pontik ini tidak menempel pada permukaan palatinal/lingual, sedangkan permukaan bukal/labialnya menempel. Keadaan ini untuk memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi makanan, tetapi tidak mengabaikan factor estetis. Ridge lap pontic digunakan pada gigi molar atas dan bawah, tetapi lebih banyak digunakan untuk region anterior. c. Saddle pontic Pontik ini menutup seluruh edentulous ridge dan merupakan bentuk pontik yang konturnya paling mirip dengan gigi asli. Dasar dari pontik berbentuk konkaf sehingga akan sulit melakukan pembersihan.

2. Retainer, adalah restorasi tempat pontik dicekatkan. Klasifikasi retainer: a. Tipe dalam dentin (intra coronal retainer ) preparasi dan badan retainer sebagian besar ada di dalam dentin atau di dalam mahkota gigi. Contoh : tumpatan MOD inlay.b. Tipe luar dentin (extra coronal retainer ) Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di luar dentin atau di luar badan mahkota gigi. Contoh : preparasi full cast crown. c. Tipe dalam akar (intra radicular retainer) Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di dalam saluran akar. Contoh: mahkota pasak inti. Beberapa bentuk retainer : a. full veneer crown/mahkota penuh : merupakan suatu restorasi yang menutupi seluruh permukaan mahkota klinis dari suatu gigi. Keuntungannya, preparasi mudah, memberikan area kontak yang luas, dan merupakan bentuk yang paling retentif. Indikasi mahkota penuh pada gigi anterior : mempunyai permukaan labial yang berkaries, yang mengalami erosi, perubahan warna, atau ada stain. Indikasi mahkota penuh pada gigi posterior : gigi dengan indeks karies tinggi, terdapat kerusakan akibat karies atau fraktur sehingga tidak dapat dibuatkan bentuk retainer lain.b. partial veneer crown/mahkota sebagian : restorasi yang menutupi sebagian permukaan gigi. Bagian yang tidak tertutup mahkota adalah bagian labial atau bukal. Indikasi: bagian labial atau bukal dalam keadaan baik, histologis, anatomis, maupun estetis, cukup tebal untuk membuat pari-parit proksimal yang cukup dalam memberi retensi, mempunyai mahkota klinis yang cukup panjang, besar, dan tidak ada karies proksimal, serta kedudukannya normal (tidak malposisi). Gigi yang cocok dibuatkan mahkota sebagian adalah gigi incisivus sentral, premolar maksila, kaninus dan premolar kedua mandibula. Mahkota sebagian pada gigi molar tidak dianjurkan oleh karena batas logam dengan gigi menjadi terlampau panjang sehingga mudah terjadi karies. c. Inlay Kita menggunakan inlay sebagai retainer untuk GTJ yang pendek, mengganti tidak lebih dari satu gigi pada pasien yang indeks kariesnya rendah. Gigi abutment untuk inlay harus besar dan mempunyai mahkota cukup panjang, masih vital, dan tidak ada karies atau tambalan di bagian servikal.

3. KonektorAdalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor dapat berupa sambungan yang disolder, struktur cor (alumina derajat tinggi, jika terbuat dari porselen seluruhnya). Terdapat 2 macam konektor, yakni: a. Rigid connector Konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada komponen GTJ. Merupakan konektor yang paling sering digunakan untuk GTJ. b. Non Rigid Connnector Konektor yang memungkinkan terjadinya pergerkan terbatas pada komponen GTJ. Diindikasikan bila terdapat pir/intermediate abutmet untuk penggantian beberapa gigi hilang. Konektornon rigid bertujuan untuk mempermudah pemasangan dan perbaikan (repair).Ada beberapa tipe GTJ menurut konektornya, antara lain: a. Fixed-fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid. Dapat digunakan untuk gigi posterior dan anterior. b. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid dan konektor lain bersifat non rigid. Dapat digunakan untuk gigi posterior dan anterior. c. Spring bridge : pontic jauh dari retainer dan dihubungkan dengan palatal bar. Digunakan pada kasus diastema/space yang mengutamakan estetis. d. Cantilever bridge : satu ujung bridge melekat secara kaku pada retainer sedang ujung lainnya bebas/menggantung. e. Compound bridge : adalah kombinasi dua atau lebih dari tipe bridge.

4. Abutment, adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk menahan gigitiruan cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah membran periodontal, panjang serta jumlah akar. Sesuai dengan jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah: a. Single abutment hanya mempergunakan satu gigi penyangga b. Double abutment bila memakai dua gigi penyangga c. Multiple abutment bila memakai lebih dari dua gigi penyangga d. Terminal abutment e. Intermediate/pier abutment f. Splinted abutment g. Double splinted 2.5Kegagalan GTJAdapun beberapa bentuk kegagalan dari pemakaian gigi tiruan jembatan yang dapat ditemukan antara lain : a. Intrusi gigi pendukungPerubahan yang terjadi dimana posisi gigi pendukung, menjauhi bidang oklusal. b.Karies gigi pendukungUmumnya disebabkan karena pinggiran restorasi retainer yang terlampau panjan,kurang panjang atau tidak lengkap serta terbuka. Sebab lain, yaitu terjadi kerusakan pada bahna mahkota retainer yang lepas, embrasure yang terlalu sempit, pilihan tipe retainer yang salah, serta mahkota sementara yang merusak atau ,mendorong gingival terlalu lama. c.Periodontitis jaringan pendukung d.Konektor patah. e. Penderita mengeluh akan adanya perasaan yang tidak enak. Hal yang dapat menyebabkan gangguan ini adalah kontak prematur atau oklusi yang tidak sesuai, bidang oklusi yang terlalu luas dan atau penimbunan sisa makanan antara pontik dan retainer, tekanan yang berlebih pada gingiva. Daerah servikal yang sakit, shock termis oleh karena pasien belum terbiasa. f.Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Ada kalanya satu jembatan yang lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah penyebab dari lepasnya restorasi tersebut diketahui dan dihilangkan. Jika tidak semua retainer lepas maka jembatan dikeluarkan dengan cara dirusak dan dibuatkan kembali jembatan yang baru, jika sesuatu dan kondisi memungkinkan g.Jembatan kehilangan dukungan, dapat terganggu oleh karena jembatan, luas permukaan oklusal, bentuk embrasure, bentuk retainer, kurang gigi penyangga, trauma pada periodontium dan teknik pencetakan. h.Terjadi perubahan pada pulpa, dapat disebabkan oleh cara preparasi, preparasi yang tidak dilindungi dengan mahkota sementara, karies yang tersembunyi, rangsangan dari semen serta terjadinya perforasi. i.Jembatan patah, dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau bahu yang tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan bahan. j.Kehilangan lapisan estetik.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1Macam-macam Kegagalan Gigi Tiruan Jembatan dan Penyebabnya 1.Biologikal a. Rasa tidak nyaman b. Karies c. Perforasi pulpa d. Kerusakan periodontal e. Masalah oklusal f. Fraktur gigi penyangga 2.Mekanikal a. Fraktur gigi tiruan b. Keausan oklusal gigi tiruan 3.Estetik a. Perubahan warna gigi tiruan b. Kontur yang tidak sesuai

Penyebab kegagalan GTJ:a. Pinggiran restorasi retainer yang terlampau panjang, kurang panjang atau tidak lengkap serta terbuka. b. Terjadi kerusakan pada bahan mahkota retainer yang lepas, embrasure yang terlalu sempit, pilihan tipe retainer yang salah, serta mahkota sementara yang merusak atau mendorong gingiva terlalu lama. c.Inadekuat gigi abutment d.OH buruk e.Bidang oklusi yang terlalu luas f.Penimbunan sisa makanan antara pontik dan retainer, tekanan yang berlebih pada gingiva. Daerah servikal yang sakit, shock termis oleh karena pasien belum terbiasa. g.Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Ada kalanya satu jembatan yang lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah penyebab dari lepasnya restorasi tersebut diketahui dan dihilangkan. Jika tidak semua retainer lepas maka jembatan dikeluarkan dengan cara dirusak dan dibuatkan kembali jembatan yang baru, jika sesuatu dan kondisi memungkinkan h.Jembatan kehilangan dukungan, dapat terganggu oleh karena jembatan, luas permukaan oklusal, bentuk embrasure, bentuk retainer, kurang gigi penyangga, trauma pada periodontium dan teknik pencetakan. i.Kesalahan cara preparasi, preparasi yang tidak dilindungi dengan mahkota sementara, karies yang tersembunyi, rangsangan dari semen serta terjadinya perforasi. j.Jembatan patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau bahu yang tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan bahan. k.Kehilangan lapisan estetik.l.Trauma oklusal.m.Beban kunyah yang berlebihan.n.Tekanan yang berlebihan pada jaringan lunak.

3.3Penatalaksanaan Kegagalan Gigi Tiruan Jembatan Pada Kasus di SkenarioUntuk mencegah kegagalan-kegagalan tersebut, sebelum dalam pembuatan gigi tiruan jembatan, diperlukan tahap-tahap sebagai berikut:3.3.1Perawatan Bahan Syarat-syarat bahan secara umum adalah memiliki aspek:1. Biologis Non iritan Non toksik Kariostatik 2. Kelarutan Bahan tersebut harus tahan terhadap saliva (tidak larut dalam saliva) 3. Mekanis Memiliki daya tahan abrasi yang baik Modulus elasticitysama dengan enamel dan dentin 4. Sifat termis Koefisien muai panas sama dengan enamel dan dentin. 3.3.2Perawatan Pendahuluan Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan lunak maupun keras, dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigi tiruan. Keberhasilan atau gagalnya gigi tiruan cekat tergantung pada beberapa faktor di antaranya meliputi: 1. Kondisi mulut pasien 2. Keadaan periodontal gigi abutment Tujuan perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan sanitasi mulut, juga untuk menciptakan kondisi oklusi normal, yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan pendukungnya. Perawatan ini meliputi: 1. Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan pendukung gigi abutmentHal ini berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada sehingga dapat memberikan dukungan dan fungsi yang baik untuk gigi tiruan. Mengevaluasi keadaan jaringan periodontal gigi abutment secara radiografi juga perlu dilakukan untuk menilai apakah gigi tersebut masih dapat digunakan sebagai penyangga atau tidak. 2. Tindakan Konservasi Sebelum merencanakan gigi tiruan harus diketahui perbaikan yang akurat terhadap gigi-gigi yang ada. 3. Tindakan Prostetik Setelah semua gigi penyangga dan jaringan pendukungnya dievaluasi tahap berikutnya adalah pembuatan gigi tiruan cekat yang baru. Keuntungan dari perencanaan, pembuatan dan pelaksanaan persiapan di dalam mulut yang teliti adalah sangat mendasar. Preparasi yang tepat akan mengarahkan gaya pengunyahan, sehingga desain gigi tiruan akan mendukung satu sama lain. Gaya yang seimbang dan didistribusikan dengan sesuai dapat membantu mempertahankan struktur rongga mulut yang masih ada dan restorasi. Akhirnya keadaan ini dapat menghasilkan ramalan, prognosa yang baik untuk suatu restorasi. Setelah dilakukan perawatan pendahuluan yang baik, barulah dapat dilakukan pengambilan cetakan pada pasien untuk pembuatan gigitiruan, karena gigi tiruan dapat bertindak sebagai pengganti fungsi gigi yang hilang dan mengembalikan kesehatan jaringan mulut. 3.3.3Pemilihan Desain Pertimbangan pemilihan desain dasar Gigi Tiruan Jembatan: 1. Desain retainer 2. Desain pontik

Penatalaksanaan kasus pada skenario:Kasus pada skenario disebutkan bahwa, berdasarkan pemeriksaan klinis diketahui gigi 25 dan 27 adalah retainer dengan desain extracoronal retainer berupa porcelain fused to metal. Pontic pada gigi 26 dengan tipe ridge lap pontic. Pada retainer gigi 25 menunjukkan lapisan porcelain-nya telah hilang pada bagian oklusal. Pada gigi penyangga 27 terdapat fraktur akar dan adanya karies pada bagian servikal gigi tersebut. Pasien menginginkan gigi tiruannya diganti.Penatalaksanaan pada gigi 27: 1.Menghilangkan karies 2.Perawatan saluran akar 3.Pembuatan dowel retainer Dowel retainer adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau tanpa jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri sendiri. Indikasi: a. Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf b. Gigi tiruan pendek c. Tekanan kunyah ringan d. Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi Keuntungan: a. Estetis baik b. Posisi dapat disesuaikan Kerugian: Sering terjadi fraktur akar Penatalaksanaan pada gigi 25: Perawatan prostetik dengan pembuatan retainer yang baru.

BAB IVKESIMPULAN

Gigi tiruan jembatan adalah suatu restorasi yang tidak dapat dilepas sendiri oleh pasien karena dilekatkan secara permanen pada gigi asli atau akar gigi yang merupakan pendukung utama dari alat tersebut. Gigi tiruan jembatan dibuat untuk mengembalikan fungsi pengunyahan, fungsi estetik, fungsi fonetik, mencegah terjadinya pemindahan tempat dari gigi-gigi sekitar ruangan yang kosong dan ntuk memelihara atau mempertahankan kesehatan gingiva.Penggunaan gigi tiruan jembatan dapat mengalami kegagalan, di antaranya: 1.Biologikal Rasa tidak nyaman, karies, perforasi pulpa, kerusakan periodontal, masalah oklusal, fraktur gigi penyangga.2.Mekanikal Fraktur gigi tiruan, keausan oklusal gigi tiruan.3.Estetik Perubahan warna gigi tiruan, kontur yang tidak sesuai.

Untuk kasus pada skenario, pada gigi 27, penatalaksanaannya adalah dengan menghilangkan karies, perawatan saluran akar, dan pembuatan dowel retainer. Sedangkan pada gigi 25 dilakukan perawatan prostetik dengan pembuatan retainer yang baru.