Makalah Gerontik Pain Compilation Print

download Makalah Gerontik Pain Compilation Print

of 19

Transcript of Makalah Gerontik Pain Compilation Print

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSetiap orang, apalagi lansia (lanjut usia), tentu pernah merasakan nyeri selama perjalanan hidupnya. Perasaan nyeri ini kualitas dan kuantitasnya berbeda dari satu orang ke orang lain, tergantung dari tempat nyeri, waktu, penyebab dan lain-lain. Pada lansia rasa nyeri ini sudah menurun, sehingga keluhan akan berkurang, karena kepekaan sarafnya sudah mulai berkurang bahkan bisa sampai hilang sama sekali. Karena berkurangnya rasa nyeri inilah maka diagnosis nyeri pada lansia seringkali sulit atau bahkan kabur untuk dapat menentukan tempat/daerah asal nyeri (Warfields, 1991; Park and Fulton, 1991).Nyeri adalah masalah bagi pasien dalam semua kelompok usia. Studi secara konsisten menunjukkan nyeri yang tidak ditangani dengan baik. Kurang dari 1% dari 4000 makalah tentang nyeri yang diterbitkan setiap tahunnya memfokuskan pada lansia. Studi ayang ada secara konsisten menunjukkan bahwa penanganan nyeri adalah suatu masalah. Penggunaan analgesic menurun seiring bertambahnya usia, dan lansia menambah sejumlah kecil nyeri pada saat masuk ke klinik. Suatu studi pada penghuni rumah perawatan lansia melaporkan bahwa 83% mengalami nyeri, banyak berada pada tingkat berat.Mungkin sulit bagi beberapa pasien untuk mengomunikasikan nyerinya karena nyeri adalah perasaan subyektif. Lansia mungkin segan untuk mengatakan bahwa mereka mengalami nyeri, dan jika ya, laporannya sering tidak ditanggapi oleh pemberi perawatan kesehatan yang salah mempercayai bahwa lansia tidak dapatmerasakan nyeri atau tidak mampu untuk menilainya.1.2 Rumusan MasalahBagaimana Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Nyeri?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada lansia dengan nyeri.

1.3.2 Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui pengertian nyeri.

2. Untuk mengetahui etiologi nyeri.

3. Untuk mengetahui cara penilaian nyeri.

4. Untuk mengetahui klasifikasi nyeri.

5. Untuk mengetahui aspek aspek psikososial dari nyeri.

6. Untuk mengetahui penatalaksanaan.1.4 Manfaat1. Bagi Mahasiswa Agar mahasiswa lebih mengetahui tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan nyeri.

2. Bagi InstitusiAgar institusi lebih menambah referensi tentang tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan nyeri.

3. Bagi Masyarakatagar masyarakat dapat mengetahui bagaimana tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan nyeri.

BAB IIPEMBAHASAN2.1Pengertian Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan. (Potter & Perry, 2005).Menurut International Association For Study Of Pain ( IASP ) dalam situs wikipedia. Nyeri adalah sensori subjective dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atu menggmbarkan kondisi terjadinya kerusakan.Nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. (Wikipedia, Desember 2007).Menurut Arthur C Curton (1983) dalam buku KDM Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sudah rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.

2.2 EtiologiLebih dari 80% lansia mengalami kondisi medis atau penyakit kronis yang biasanya dikaitkan dengan nyeri, seperti osteoarthritis dan penyakit pada pembuluh darah perifer.Lansia sering mengalami penyakit baik kronis dan/ atau akut, dan mungkin merasakan beberapa jenis nyeri dari berbagai sumber atau komplikasi penyakit.Nyeri memiliki efek besar bagi kesehatan, fungsi dan kualitas hidup lansia jika tidak diatasi. Nyeri bisa berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut: 1. Depresi2. Gangguan pola tidur.3. Penurunan sosialisasi dan penarikan atau isolasi diri.4. Defisit fungsional dan peningkatan ketergantungan 5. Eksaserbasi kerusakan kognitif6. Peningkatan biaya dan penggunaan layanan kesehatanPerawat memiliki peran penting dalam manajemen nyeri. Edukasi tehnik relaksasi dan meringankan nyeri merupakan dasar praktek keperawatan. Perawat perlu mengetahui tentang nyeri pada lansia untuk memberikan perawatan yang optimal, memberikan edukasi pada pasien dan keluarga dan serta bekerja secara efektif dalam interdisiplin tim perawatan kesehatan.The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations (Komisi Gabungan Akreditasi Organisasi Kesehatan) sekarang memerlukan penilaian secara konvensional dan sistematis terhadap nyeri pada semua pasien rawat inap. Karena pasien lansia memiliki populasi besar di banyak lokasi perawatan akut, perawat harus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi rasa nyeri secara spesifik yang dirasakan oleh tiap-tiap lansia.2.3 Cara Penilaian NyeriIntensitas nyeri yang dilaporkan sendiri oleh pasien merupakan alat pengukuran yang paling dapat diandalkan. Skala intensitas nyeri yang paling banyak digunakan digunakan dengan orang dewasa yang lebih tua adalah Numeric Rating Scale (NRS), Verbal Descriptor Scale (VDS) dan Face Pain Scale-Revised (FPS-R). a. Skala numerik penilaian nyeri (NRS)Pasien diminta memberikan penilaian rasa nyeri yang mereka rasakan mulai dari numerik 0 (tidak terasa nyeri) hingga numerik 10 (nyeri terparah yang bisa dibayangkan).b. Skala penilaian nyeri secara verbal (VDS)Pasien diminta menggambarkan rasa nyeri dari tidak nyeri agak nyeri sangat nyeri.c. Revisi skala nyeri berdasarkan ekspresi wajah (FPS-R) Pasien diminta menggambarkan ekspresi wajah yang mereka keluarkan saat serangan nyeri terjadi.NRS dapat digunakan pada pasien tanpa gangguan kognitif, berbeda dengan FPS-R yang lebih banyak digunakan pada pasien dengan gangguan kognitif. Namun alat penilaian nyeri secara cepat tersebut sebaiknya tidak menghilangkan pengkajian riwayat kesehatan secara menyeluruh dan pemeriksaan fisik yang spesifik untuk menentukan etiologi nyeri yang dirasakan pasien.2.4 Target

Ketiga skala penilaian nyeri diatas dapat digunakan oleh semua masyarakat termasuk orang tua dengan nyeri akut atau perawatan jangka panjang. Meskipun terdapat alat khusus yang dapat digunakan lansia dengan gangguan kognitif untuk mengukur nilai nyeri secara non-verbal, namun penelitian telah menunjukkan bahwa NRS, VDS dan FPS-R juga efektif untuk digunakan pada lansia dengan gangguan kognitif. Namun skala yang digunakan pada tiap-tiap individu harus konstan.2.5 Kelebihan dan Kekurangan NRS dapat digunakan pada pasien tanpa gangguan kognitif, berbeda dengan FPS-R yang lebih banyak digunakan pada pasien dengan gangguan kognitif. Namun alat penilaian nyeri secara cepat tersebut sebaiknya tidak menghilangkan pengkajian riwayat kesehatan secara menyeluruh dan pemeriksaan fisik yang spesifik untuk menentukan etiologi nyeri yang dirasakan pasien.

2.6 Klasifikasi Nyeri a. Nyeri Akut

Nyeri akut merupakan nyeri secara umum yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang yang tidak melebihi 6 bulan. Biasanya disebabkan oleh penyakit dan merupakan reaksi biologis yang merupakan suatu peringatan bagi pasien untuk mencari pertolongan. Nyeri ini merupakan suatu rangsangan yang sering mengakibatkan gerakan yang tak terkendali ( refleks ) segera setelah respon dari corteks serebri. Nyeri akut memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi, yaitu awitan kejadian yang berlangsung dalam waktu pendek dan tiba-tiba, terbatas dan menurun seiring dengan penyembuhan. Hal tersebut biasnya disertai dengan ansietas. Penatalaksanaan nyeri akut pada lansia hampir sama dengan yang terjadi pada pasien yang lebih muda. Nyeri akut biasnya menurun setelah penyebabnya ditangani dengan pengobatan, istirahat, pembedahan, panas atau dingin, atau imobilisasi.b. Nyeri Kronik

Nyeri kronik merupakan nyeri yang timbul secara perlahan biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan, contohnya nyeri akibat Ca, nyeri psikomatis.

Perawat memiliki peran yang penting dalam mambantu menanganu nyeri pasien. Salah satu cara yang paling sederhana adalah untuk mempercayai pasien dan mengakui bahwa nyeri tersebut nyata. Dukungan harus diberikan untuk menunjukkan bahwa perawat mencoba untuk memahami nyeri tersebut.Lansia cenderung mengalami nyeri kronis, tetapi perwat harus menyadari bahwa kedua tipe nyeri tersebut dapat terjadi pada orang yang sama, dan setiap tipe memerlukan penanganan khusus.2.7 Aspek Aspek Psikososial dari NyeriBagian dari respons nyeri yang dibangkitkan oleh otak merupakan suatu komponen emosional. Karena pengalaman nyeri seseorang bersifat alamiah dan unik, lansia dapat merasa sendirian dan cemas. Mereka merasa takut kalau nyeri tersebut tidak akan pernah pergi, jika hal itu terjadi, nyeri akan kembali lagi. Ansietas mereka mungkin dikombinasikan dengan depresi, karenanya akan mengganggu kendali nyeri lebih lanjut. Selain itu, lansia sering mengalami berbagai kehilangan yang membuat mereka merasa berduka: keamanan ekonomi, teman-teman dan keluarga yang dapat mendukung, kemandirian, kesehatan, kekuatan, dan kenyamanan tubuh. Mereka bisa merasa tidak bedaya untuk mengendalikan nyeri dan dampaknya pada kehidupan mereka. Masalah lain yang dapat mempersulit penatalaksanaan nyeri adalah penyalit kronis, regimen obat multiple dan efek-efek yang berkaitan denagn penuaan pada kimia otak, termasuk penurunan kadar opiat endogen.Lansia mungkin mengalami konfusi karena penurunan aliran darah otak, efek obat, dan nyeri. Mungkin terdapat deficit memori yang dapat terganggu oleh pengobatan sendiri dan deskripsi nyeri yang akurat. Kejadian nyeri sebelumnya dapat juga memiliki efek pada pengalaman nyeri saat ini. Lansia memiliki akumulasi berbagai memori tentang kejadian-kejadian yang menyakitkan.Lansia dengan nyeri kronis dapat menjadi tidak bersahabat atau menyiksa diri. Banyaknya stressor ini sering memengaruhi hubungan interpersonal secara berlawanan. Keluarga dan teman-teman dapat menarik diri, demikian juga pasien tersebut. Anggota keluarga perlu di bantu untuk memahami seperti apa nyeri yang dirasakan, untuk membantu pasien bicara tentang perasaan-perasaan ini dan menemukan cara untuk mengendalikannya.Perawat dapat membantu pasien-pasien yang mengalami nyeri ini secara sederahan hanya dengan menggunakan keterampilan interpersonal yang baik. Mendengarkan pasien lansia dapat memperkuat kemampuan koping mereka. Beriakan dukungan pada pasien untuk tetap seaktif mungkin. Informasi untuk membantu pasien-pasien ini mencapai beberapa pengendalian terhadap nyeri yang mereka rasakan. Peran perawat adalah untuk membantu pasien lansia yang mengalami nyeri mempertahankan kenyamanannya semaksimal mungkin dan mempertahankan kualitas kehidupan yang baik.2.8 Penatalaksanaan1) FarmakologisDalam penatalaksanaan rasa nyeri, diagnosis spesifik untuk menentukan tipe nyeri akan sangat membantu pemilihan analgesik atau terapi lain. Diagnosis yang spesifik tersebut juga mengarahkan pengertian atas penyebab rasa nyeri. Bila nyeri disebabkan oleh penyakit vaskuler perifer, misalnya, obat-obat untuk memperbaiki sirkulasi, kompres hangat, perlindungan pada daerah ekstrimitas, dan pemberian perhatian yang lebih pada daerah kulit dan kuku, sedangkan obat yang mengganggu sirkulasi harus dihentikan.Kadang diagnosis spesifik tidak bisa ditegakkan, sehingga terapi farmakologik diberikan atas dasar karakteristik nyeri. Pemilihan obat dan rejimen pengobatan ditentukan oleh jenis dan asal nyeri, periodisitasnya, saat-saat dimana nyeri paling dirasakan, keperluan memberikan obat antiinflamasi, obat-obat lain yang didapat dan kemungkinan interaksinya, riwayat pernah menggunakan analgesik, catatan tentang alergi obat, dan kemampuaan penderita untuk mematuhi jadwal pengobatan. Riwayat atau pengetahuan mengenai jenis analgesik yang pernah atau masih dipakai, efektivitas dan efek samping yang dirasakan, dapat membantu pemilihan analgesik.Dalam anamnesis nyeri, aktivitas rutin sehari-hari serta derajat nyeri dari waktu ke waktu serta hubungannya dengan aktivitas akan bisa membantu menentukan rejimen dosis bagi penderita tersebut yang disesuaikan dengan kegiatan sehari-hari dan tingkat rasa nyerinya.Efek samping harus sudah diperkirakan dan sebaiknya diadakan tindakan pencegahan. Konstipasi merupakan efek samping yang sering (terutama dengan opiat), sedasi dan konfusio (dengan opiat, trisiklik, anti konvulsan), dispepsia (obat AINS). Penderita biasanya sangat menghargai pemberitahuan tentang efek samping dari masing-masing obat dan apa yang harus dikerjakan bila efek samping obat tersebut timbul.Berbagai obat dan tatacara pengobatan yang sering digunakan pada penatalaksanaan nyeri adalah sebagai berikut:a. Analgesik Sederhana

Parasetamol dan aspirin merupakan analgesik sederhana, dimana aspirin juga mempunyai efek anti-inflamasi. Dalam penatalaksanaan nyeri, aspirin tidak lebih baik dari obat AINS lain dan penggunaannya tidak direkomendasikan untuk pemakaian rutin yang teratur.b. Obat AINS Obat AINS merupakan analgesik efektif dengan daya anti-inflamasi. Obat ini sering digunakan pada artritis dan nyeri muskuloskeletal serta keluhan nyeri lain yang berdasar atas peradangan. Dikatakan bahwa golongan obat ini merupakan golongan obat terbanyak ke-4 yang diresepkan pada usia lanjut.Untuk pemakaian pada usia lanjut, harus diperhatikan bahwa ekskresi ginjal sudah menurun, oleh karena itu obat AINS yang diekskresikan lewat ginjal (diflunisal, indometasin, naproksen dan ketoprofen) harus diberikan dengan hati-hati. Berbagai obat AINS mengadakan interaksi dengan obat-obat lain yang sering banyak digunakan pada usia lanjut, diantaranya: digoksin, warfarin, fenitoin, valproat dan litium. Untuk mengantisipasi hal ini, lakukan monitor kadar obat dalam plasma.Efek samping lain yang dapat terjadi antara lain konfusio, tinnitus, agitasi dan retensi cairan (hati-hati pada penderita hipertensi, gagal ginjal dan penyakit jantung kongestif). Seperti juga pengobatan pada usia lanjut umumnya, harus diperhatikan bahwa terapi dengan obat AINS tidak harus diberikan selamanya, dan secara periodik harus diadakan reviu. Apabila inflamasi sudah terkontrol, fisioterapi mungkin dapat mempertahankan fungsi tubuh dan pemberian analgesik sederhana mungkin sudah cukup untuk mengobati nyeri ringan yang timbul.c. Analgesik OpioidTerdapat pengertian yang keliru mengenai efek analgesik opioid pada usia lanjut dan golongan usia lainnya. Ketakutan akan terjadinya adiksi dan efek samping (terutama pada usia lanjut) seperti sedasi, konfusio, gangguan keseimbangan, konstipasi, konsentrasi berkurang dan nausea. Akan tetapi perlu diketahui bahwa efek analgesik biasanya sudah tercapai dengan dosis dibawah dosis yang menyebabkan adiksi, dan pemberian dengan titrasi serta pengawasan yang baik, efek penyembuhan nyeri dapat dicapai tanpa efek samping berarti. Asosiasi Internasional untuk studi tentang nyeri telah memberikan panduan untuk pemakaian golongan obat ini (Workman BS, 1998).Kodein, sendiri atau dalam kombinasi dengan parasetamol cukup efektif untuk mengontrol nyeri sedang sampai berat. Penggunaannnya dibatasi oleh efek analgesik atap (ceiling effect) dan efek samping konstipasi. Apabila nyeri belum terkontrol dengan dosis 60 mg fosfat kodein tiap 4-6 jam, dianjurkan untuk menggantinya dengan analgesik yang lebih kuat.Oksi-kodon, merupakan obat analgesik opioid yang lebih kuat dibanding kodein. Ditoleransi dengan lebih baik, dengan efek samping konstipasi yang lebih sedikit dan jangka kerja yang lebih panjang. Terdapat bentuk oral maupun supositoria. Bila dengan pemberian oral 4x10 mg belum dapat mengontrol nyeri, perlu penggantian dengan morfin.Morfin, merupakan obat yang sangat baik untuk mengontrol nyeri kronik berat dan tersedia dalam berbagai bentuk sediaan.d. Anti-konvulsanKarbamasepin, valproat sodium dan fenitoin seringkai digunakan pada nyeri neuropatik. Pada usia lanjut, nyeri pasca-herpetika, nyeri pasca stroke dan nyeri neuropati perifer sering terdapat dan obat anti-konvulsan ini seringkali lebih efektif dibanding analgesik untuk mengontrolnya. Kesemua obat tersebut di eliminasi secara lambat pada lansia, dengan efek samping sentral berupa sedasi, konfusio dan penurunan konsentrasi.e. Anti Depresan

Nyeri kronik seringkali didapatkan dalam bentuk campuran dengan depresi klinik, yang mungkin timbul sekunder akibat nyeri yang menetap yang sering kali mengakibatkan imobilisasi dan ketergantungan. Depresi dapat diterapi dengan obat anti-depresan dan/ atau psikoterapi. Antidepresan jenis trisiklik walaupun bukan terapi pilihan untuk depresi pada lansia karena efek samping antikolinergiknya, sering digunakan untuk nyeri neuropatik.f. Obat-obatan Lain

Kapsaisin (zat aktif dari cabe/lombok) merupakan obat topikal yang digunakan untuk nyeri neuropatik. Obat ini berdaya menurunkan substansi P di terminal saraf, suatu neuro-transmiter yang bertanggung jawab atas transmisi nyeri. Kapsaisin mungkin berefek baik pada nyeri neuropatik neuralgia pasca herpetika, nyeri neuropatik perifer dan pada beberapa luka saraf.Meksiletin Obat ini menunjukkan hasil baik pada beberapa penderita nyeri neuropatik, akan tetapi penggunaannya pada usia lanjut dibatasi oleh efek sampingnya pada jantung.Klonidin Obat ini kadang-kadang digunakan untuk nyeri neuropatik, akan tetapi efektivitasnya rendah. Efek samping membatasi penggunaannya, dan pada usia lanjut jarang sekali digunakan.g. Terapi dan Rehabilitasi LainLanjut usia dengan nyeri kronik biasanya mengalami perubahan fungsi sendi-sendi, kekuatan otot, gerak langka, postur, mobilitas, tingkat kebugaran dan ketergantungan sebagai akibat dari nyeri yang diderita. Fisioterapi dan terapi okupasi sering kali menguntungkan dan memberi alternatif lain untuk mengembalikan fungsi penderita. Sebagai hasilnya, rasa nyeri sering berkurang disertai peningkatan ketidak tergantungan. Alat bantu gerak dan alat untuk membantu meningkatkan ketidak tergantungan dalam aktivitas personal maupun domestik membantu meningkatkan kualitas hidup. Upaya penyederhanaan tugas dan ergonomik sering mencegah kekambuhan nyeri pada saat melakukan aktivitas harian.Teknik fisioterapi spesifik, antara lain olah raga ringan, pelatihan kembali pada gerak langka, hidroterapi, interferential dan terapi panas atau dingin sangat berharga dalam pengurangan rasa nyeri. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) dapat digunakan secara terus menerus untuk mengurangi nyeri kronik. Alat ini cukup aman dan cocok untuk berbagai jenis nyeri kronik dan dapat digunakan terus menerus atau secara intermiten sesuai keinginan penderita. Dapat digunakan sendiri oleh penderita lansia asalkan dapat melakukan pemasangan elektrode dengan benar, atau ada keluarga yang membantu pemasangannya.Terapi psikologik Lansia seringkali memerlukan intervensi psikologik untuk penatalaksanaan nyeri kroniknya. Edukasi tentang apa itu nyeri dan akibatnya, konseling, relaksasi, imagery, bio-feedback, teknik pengalihan/distraction), hipnotis atau meditasi bisa bermanfaat. Beberapa lansia mungkin mengalami kesulitan untuk merubah pola pikir dan perilaku, akan tetapi banyak diantaranya yang mendapat manfaat dari strategi non farmakologik ini.Konseling anggota keluarga dan mereka yang merawat penderita mungkin bermanfaat bila penderitaan nyeri kronik dari salah seorang anggota keluarga menimbulkan stres pada keluarga dan perubahan dalam dinamika keluarga tersebut.2) Non Farmakologisa. Kaji keyakinan dan perubahan perilaku, preferensi dan pengalaman terapi nyeri secara non-farmakologis.

b. Evaluasi respon terapi non-farmakologis pada tiap-tiap individu.

c. Strategi perubahan perilaku kognitif yang berfokus pada mengubah persepsi lansia terhadap nyeri (misalnya, pemberian edukasi, terapi relaksasi dan distraksi) kemungkinan tidak sesuai untuk diterapkan pada lansia dengan gangguan kognitif.

d. Untuk mengurangi rasa nyeri pada lansia diperlukan edukasi yang berfokus untuk meningkatkan kenyamanan dan mengubah respon fisiologis terhadap nyeri (misalnya, pemberian buli-buli panas/dingin, TENS unit) yang umumnya bersifat aman dan efektif.3) Kombinasi dari terapi nyeri secara farmakologis dan non-farmakologis seringkali lebih efektif.BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN NYERI PADA LANSIA3.1 Pencegahan Primer Lansia adalah subjek terhadap nyeri akut dari infeksi, pembedahan, dan trauma. Masalah-masalah keseimbangan, vertigo, ketidakstabilan sendi, kelemahan otot, dan penurunan ketajaman penglihatan merupakan predisposisi bagi lansia untuk mengalami kecelakaan. Hal yang penting untuk mencegah dan mengatasi rasa nyeri adalah mempertahankan kesehatan yang optimal. Nutrisi, hidrasi, tidur, dan aktivitas perlu ditingkatkan3.2 Pencegahan Sekunder 3.2.1 Pengkajian Sebagian besar profesional kesehatan hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang prevalensi nyeri pada lansia karena kurangnya pengkajian dan dokumentasi. Untuk dapat ditangani, nyeri terlebih dahulu harus diidentifikasi dan didokumentasikan. Banyak orang percaya bahwa nyeri tidak dapat dihindarkan seiring dengan penuaan. Lansia dapat menyangkal rasa nyeri yang dirasakan karena takut menderita kanker, pengobatan medis, biaya, menjadi beban keluarga, atau kemungkinan diinstitusionalisasi.Tersedia beberapa alat yang sangat membantu untuk mengkaji nyeri. Salah satu alat yang paling nyaman digunakan adalah skala intensitas nyeri 0 sampai 10. Skala memberikan suatu pemahaman yang lebih objektif tentang nyeri seseorang. Skala tersebut biasanya dengan mudah dapat digunakan dalam berbagai situasi. Grafik wajah-wajah nyeri dan gambar grafik tubuh juga merupakan alat yang sangat berguna. Lansia harus diminta untuk menggambarkan kualitas nyeri dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Perawat dapat meminta pasien untuk menentukan apa yang membuat nyeri terasa lebih baik atau yang membuatnya lebih buruk. Anjurkan pasien untuk menunjuk ke daerah nyeri atau menandai lokasinya pada grafik tubuh.Jika lansia mengalami nyeri akut, hanya pertanyaan esensial yang harus ditanyakan. Seringnya memposisikan pasien atau imobilisasi dapat memperberat nyeri. Pertanyaan yang tepat adalah sebagai berikut:a. Kapan nyeri dimulai muncul?b. Bagaimana kualitas nyerinya, termasuk intensitasnya?c. Apa yang telah dilakukan untuk mengatasinya nyeri yang timbul?d. Kapan hal itu terjadi?e. Apakah anda mengalami nyeri kronis?f. Di mana itu?g. Bagaimana kualitasnya?Untuk melakukan pengkajian nyeri yang lengkap, perawat harus menanyakan kepada klien tentang riwayat medisnya. Sering kali, ketika pasien berada dalam keadaan nyeri, ia mungkin pergi ke beberapa dokter dan menerima berbagai jenis resep. Perawat harus menemukan pengobatan yang digunakan oleh pasien, baik yang diresepkan maupun yang dibeli bebas. Jika terdapat penyakit penyerta, ada resiko terjadi toksisitas dan reaksi sensitivitas karena asupan obat-obat yang tidak sesuai.

Tanyakan apakah pasien menggunakan obat-obat tradisional untuk nyeri? Bagaimana nyeri mempengaruhi kualitas kehidupan klien? Aktivitas? Fungsi sosial? Apakah pasien mengalami depresi karena rasa nyerinya?Kesulitan dalam pengkajian nyeri dapat terjadi pada lansia yang tidak dapat mengungkapkan sesuatu secara verbal, koma, atau konfusi. Perilaku-perilaku tertentu dapat mengekspresikan nyeri seperti mengerang, kegelisahan, atau penarikan diri. Juga, perawat harus waspada bahwa setiap kondisi atau penanganan yang oleh pasien yang dapat berbicara dikatakan sebagai penyebab nyeri mungkin juga menjadi penyebab nyeri pada lansia yang tidak dapat berbicara dalam situasi yang hampir sama. Reaksi terhadap penanganan nyeri mungkin sama tidak bergantung pada apakah dia bisa atau tidak bisa mengungkapkan nyeri secara verbal. Contoh kondisi ini adalah mengatur posisi pasien dengan fraktur atau kontraktur, mengganti balutan, dan pemberian makanan melalui slang. Pasien tersebut harus diobati walaupun mereka tidak dapat mengungkapkan nyerinya.3.3 Intervensi Keperawatan dengan FarmakologisAnalgesik secara kontinu merupakan terapi utama dalam penatalaksanaan nyeri. Sayangnya, salah satu alasan terbesar penanganan nyeri yang tidak tepat di negara maju adalah akibat kurangnya pengetahuan tentang farmakologi analgesik. Untuk mencapai pengendalian nyeri yang optimal melalui penggunaan analgesik, seseorang harus memahami prinsip-prinsip dasar dari pemberian analgesik. Walaupun prinsip-prinsip ini diterapkan untuk semua pasien yang merasa nyeri, ada beberapa hal khusus yang harus diperhatikan tentang penggunaan analgesik untuk lansia.Tiga jenis pengobatan yang biasa digunakan untuk mengendalikan nyeri: analgesik nonopioid (mis: asetaminofen/tylenol dan aspirin), opioid (mis: NSAID), dan adjuvan. Adjuvan bukan merupakan analgesik yang sebenarnya, tetapi zat tersebut dapat membantu jenis-jenis nyeri tertentu, terutama nyeri kronis.3.4 Intervensi Non-invasifWalaupun nyeri terutama ditangani melalui penggunaan obat-obatan, beberapa teknik noninvasive dapat juga membantu mengendalikan nyeri: masase, relaksasi dan imajinasi, stimulasi saraf dengan listrik transkutan (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation [TENS]), penggunaan kompres panas atau dingin, sentuhan terapeutik, meditasi, hipnotis, dan akupresur. Teknik-teknik ini pada umumnya aman, tersedia dengan mudah, dan dapat dilakukan di rumah atau dalam lingkungan fasilitas perawatan akut.Terdapat beberapa hal yang penting untuk diingat ketika menggunakan terapi panas atau dingin atau TENS untuk lansia yang mengalami nyeri. Kewaspadaan diperlukan ketika menggunakan terapi panas atau dingin pada pasien dengan riwayat penyakit vaskuler atau diabetes. Luka bakar atau kerusakan jaringan akibat es dapat terjadi dengan mudah pada seseorang dengan penurunan sensasi atau penurunan tingkat kesadaran. TENS dikontraindikasikan pada lansia yang menggunakan pacu jantung karena stimulasi listrik dapat mengganggu kerja alat pacu jantung jenis-jenis tertentu.3.5 Strategi RelaksasiLatihan-latihan ini dirancang untuk membuat seseorang yang cemas, stress menjadi relaks. Latihan ini dapat mengurangi nyeri secara efektif dengan cara melawan komponen stress. Strategi relaksasi termasuk imajinasi terbimbing, relaksasi otot progresif, dan pengobatan. Perawat dapat dengan mudah mengajarkan pasien untuk melakukan bentuk latihan relaksasi yang sederhana seperti napas dalam dan memfokuskan pada suatu objek. Bentuk latihan relaksasi singkat ini dapat efektif untuk mengontrol nyeri jangka pendek, dan nyeri tipe procedural.Karena lansia kaya dengan pengalaman hidup, teknik distraksi yang sederhana dapat dilakukan dengan cara meminta pasien untuk mengingat masa-masa bahagia di masa lalu, dengan melihat album foto, dan dengan menceritakan cerita-cerita dalam kaset rekaman. Teknik apapun yang aman dan mudah untuk dilakukan sendiri oleh pasien sangat bermanfaat untuk penatalaksanaan nyeri.3.6 Pencegahan TersierPerawat Sebagai Advokat Dan Edukator Pasien. Posisi perawat dalam merawat lansia yang mengalami nyeri meliputi menjadi model peran untuk orang lain untuk memeriksa sikap dan prasangka pasien pada nyeri. Perawat menjadi advokat dengan mengajarkan kepada lansia dan keluarganya untuk mengharapkan pengurangan nyeri yang adekuat. Perawat harus mengetahui sumber-sumber yang tersedia untuk nyeri dan penatalaksanannya untuk membantu lansia yang mengalami nyeri.Melalui advokasi dan pengajaran, upaya perawat dan upaya berbagai pihak untuk mengurangi nyeri adalah langkah pertama dalam melawan masalah nyeri pada lansia.BAB IVPENUTUP4.1 Kesimpulan 1. Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan.2. Nyeri pada lansia dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, fisik dan psikologis. Penanganan nyeri pada lansia, tergantung dari lokasi, lamanya nyeri tersebut berlangsung dan berbagai faktor lain yang mempengaruhi.3. Penanganan rasa nyeri ini harus dilakukan secara adekuat. Nyeri akut harus diselesaikan segera, dan penanganan nyeri kronis harus dilakukan secara hati-hati.4. Penanganan nyeri tersebut harus dilakukan dengan assesmen yang sering melibatkan disiplin lain: psikiater, occupational therapist dan dibawah pimpinan seorang geriatrist dari penyakit dalam.

4.2 Saran1. Bagi Mahasiswa Agar mahasiswa lebih mengetahui tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan nyeri.

2. Bagi InstitusiAgar institusi lebih menambah referensi tentang tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan nyeri.

3. Bagi MasyarakatAgar masyarakat dapat mengetahui bagaimana tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan nyeri.DAFTAR PUSTAKADarmojo, R. Boedhi dan H. Hadi Martono. 2006. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Uchi. 2010. Asuhan Keperawatan Lansia dengan Nyeri. http.www.nyeri/asuhan-keperawatan-klien-dengan-nyeri.html (diakses pada tanggal 28 September 2012)

Ellisa. 2010. Asuhan Keperawatan Lansia dengan Nyeri. http.www. asuhan keperawatan pada lansia dgn nyeri.htm (diakses pada tanggal 28 September 2012)http://ranierembeuzz.blogspot.com/2012/10/askep-lansia-dengan-masalah-nyeri.html diakses pada tanggal 25 November 2013 pada pukul 15.00Keperawatan Gerontik Pain | 6