Compilation AKP Revisi - Perpus 24 Jam

34
ANALISIS KEBIJAKAN PENGURANGAN WAKTU OPERASIONAL RUANG BELAJAR 24 JAM DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA Disusun Oleh: Ayu Nugraini Soekoer (1206206751) Devin (1206206846) Edo Setyadi (1206265703) Miryana Vinka Dayanti (1206241943) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Analisis Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 2015

description

Penelitian sederhana namun dapat dipelajari.

Transcript of Compilation AKP Revisi - Perpus 24 Jam

  • ANALISIS KEBIJAKAN

    PENGURANGAN WAKTU OPERASIONAL RUANG BELAJAR 24 JAM

    DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS INDONESIA

    Disusun Oleh:

    Ayu Nugraini Soekoer (1206206751)

    Devin (1206206846)

    Edo Setyadi (1206265703)

    Miryana Vinka Dayanti (1206241943)

    Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Analisis Kebijakan Publik

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Indonesia

    2015

  • i

    STATEMENT OF AUTHORSHIP

    Saya/kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa tugas terlampir adalah murni

    hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa

    menyebutkan sumbernya.

    Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk tugas pada mata ajaran

    lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya menyatakan menggunakannya.

    Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau

    dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

    Mata Ajaran : Analisis Kebijakan Publik

    Judul Makalah : Analisis Kebijakan Pengurangan Waktu Operasional Ruang Belajar

    24 Jam di Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

    Indonesia

    Tanggal : 26 Mei 2015

    Dosen : Prof. Dr. Ine Minara S. Ruky S.E., M.E.

    Niniek Listyani Gyat S.E., M.Sc.

    Disusun Oleh : Ayu Nugraini Soekoer, 1206206751

    Devin, 1206206846

    Edo Setyadi, 1206265703

    Miryana Vinka Dayanti, 1206241943

    Tanda Tangan :

    Ayu Nugraini

    Soekoer

    Devin

    Edo Setyadi

    Miryana Vinka

    Dayanti

  • ii

    Kata Pengantar

    Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan

    karunia-Nyalah makalah akhir ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun

    tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kebijakan

    Publik, pada semester VI, di tahun ajaran 2014/2015 sebagai tugas akhir semester.

    Dengan membuat tugas ini, penulis diharapkan mampu untuk mengaplikasikan berbagai

    teori yang sudah dipelajari pada mata kuliah ini dan melakukan proses analisis kebijakan publik

    pada praktek nyata. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala bentuk

    bantuan dalam menjalani perkuliahan Analisis Kebijakan Publik selama satu semester ini.

    Ucapan terimakasih tersebut tertuju kepada:

    Ibu Prof. Dr. Ine Minara S. Ruky S.E., M.E. dan Ibu Niniek Listyani Gyat S.E., M.Sc.,

    selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Analisis Kebijakan Publik

    Ibu Endang Wahyulestari, S.S., M. Hum, selaku Kepala Perpustakaan FEB UI dan Bapak

    Saprudin, selaku pegawai perpustakaan FEB UI bagian rumah tangga, sebagai narasumber

    Bapak Sofyan Hadi selaku Wakil Komandan Satpam sebagai narasumber

    Ibu Sujanti S.E., MEc.Dev, selaku Manajer Umum FEB UI tahun 2013 sebagai narasumber

    Bapak Pribadi Setiyanto S.E., M.A, selaku Kepala Pusat Kegiatan Mahasiswa FEB UI

    Para mahasiswa FEB UI sebagai responden survey

    Serta semua pihak yang telah turut membantu dan terlibat dalam pembuatan tugas ini yang

    tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu.

    Penulis sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan

    makalah ini mungkin masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat

    mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan laporan yang lebih baik lagi

    di masa yang akan datang.

    Depok, 26 Mei 2015

    Penulis

  • iii

    DAFTAR ISI

    Statement of Authorshipi

    Kata Pengantar...ii

    Daftar Isiiii

    BAB I Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang1

    1.2 Permasalahan...2

    1.3 Tujuan..4

    1.4 Metode.4

    BAB II Permasalahan

    2.1 Tidak Jelasnya Keberadaan Ruangan..5

    2.2 Berkurangnya Manfaat Ruangan.6

    BAB III Analisis Opsi

    3.1 Opsi Alternatif Kebijakan8

    3.2 Analisis Cost and Benefit Alternatif Kebijakan...9

    BAB IV Hasil dan Kesimpulan.11

    BAB V LAMPIRAN

    5.1 Interview Guidelines....................................................................................................12

    5.2 Hasil Wawancara Narasumber.13

    5.3 Kuesioner Survey.22

    5.4 Hasil Survey.24

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Perpustakaan pada hakikatnya merupakan sebuah sarana yang memiliki fungsi utama

    untuk memfasilitasi penggunanya untuk meminjam buku dan sarana pembelajaran terkait

    lainnya. Perpustakaan juga menyediakan fasilitas lainnya berupa ruang baca dan/atau ruang

    belajar yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan belajar dan menciptakan suasana

    kondusif yang diperlukan. Salah satu jenis perpustakaan adalah perpustakaan universitas yang

    fasilitasnya diperuntukkan bagi dosen dan mahasiswa universitas terkait. Perpustakaan

    universitas secara spesifik menyediakan fasilitas berupa buku untuk para mahasiswa dan dosen,

    akses skripsi, akses jurnal ilmiah, serta fasilitas belajar di luar ruang kelas.

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) memiliki sebuah keunikan

    tersendiri dimana fasilitas perpustakaannya masih tersedia di lingkungan fakultas dan tidak ikut

    diintegrasikan ke Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, (perpustakaan fakultas-fakultas

    lainnya diintegrasikan). Kebijakan ini diambil mengingat fasilitas yang disediakan oleh

    Perpustakaan FEB UI turut menyediakan fasilitas-fasilitas yang tidak dapat dipenuhi oleh

    Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, diantaranya adalah Pusat Data Ekonomi dan Bisnis

    (PDEB), fasilitas ruang diskusi, fasilitas tempat belajar, serta fasilitas ruang belajar 24 jam.

    Perpustakaan FEB UI menjunjung fungsinya sebagai Resource and Learning Center yang

    bersifat customer-oriented dalam bentuk modern library, lebih dari sekedar perpustakaan biasa.

    Fasilitas ruang belajar 24 jam perpustakaan FEB UI menjadi salah satu fasilitas unggulan

    yang dibuat dan diperuntukkan bagi mahasiswa FEB UI dan tidak dimiliki oleh mahasiswa

    fakultas lainnya. Fasilitas ruang belajar tersebut terletak di lantai Basement, memiliki

    kelengkapan pendukung seperti WiFi, kamera CCTV sebagai instrumen kontrol keamanan, air

    conditioner sebagai pendingin untuk kenyamanan mahasiswa, serta meja dan kursi belajar.

    Kehadiran ruang belajar ini mendapat apresiasi yang tinggi, tak hanya dari mahasiswa dan warga

    FEB UI, tetapi juga dari para assessor akreditasi. Ruangan ini kerap ramai dihiasi mahasiswa

    dari program S1 maupun S2 dari pagi sampai bertemu pagi lagi. Namun hal ini tak berlangsung

    lama, ruang belajar 24 jam ditetapkan untuk dibatasi waktu operasionalnya sehingga tidak

    berfungsi selama 24 jam lagi.

  • 2

    1.2 Permasalahan

    Chart 1. Alur Permasalahan

    Kehadiran ruang belajar 24 jam efektif beroperasi sejak perpustakaan FEB UI selesai

    direnovasi pada tahun 2011 sampai pertengahan tahun 2013. Namun pada tahun 2013 ruang

    belajar tersebut mengalami perubahan jam operasional. Waktu operasional fasilitas ruang belajar

    tersebut berkurang menjadi dari pukul 08.00 hingga 22.00 WIB, hanya lebih lama dua jam dari

    waktu penutupan perpustakaan. Perubahan jam operasional ini dipicu oleh berbagai masalah

    penyalahgunaan dan ketidaktertiban pengguna akibat tidak adanya peraturan terkait tata tertib

    ruangan1, serta kekhawatiran terhadap keamanan pengguna fasilitas ruang belajar 24 jam

    tersebut2.

    Permasalahan penyalahgunaan ruangan timbul ketika pembukaan ruang belajar ini tidak

    disertai dengan peraturan dan tata tertib penggunaan yang jelas. Akibatnya ruang belajar 24 jam

    tidak ekslusif bisa diakses oleh mahasiswa FEB UI saja namun juga mahasiswa-mahasiswa

    fakultas lain seperti Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, dan Fakultas Ilmu Budaya. Terlebih lagi

    terjadi penyalahgunaan karena terdapat mahasiswa yang tertangkap mengakses situs porno saat

    malam hari bahkan membawa kasur dan tikar untuk menginap.

    1 Hasil wawancara narasumber: Ibu Endang Wahyulestari selaku Kepala Perpustakaan FEB UI 2 Hasil wawancara narasumber: Bapak Sofyan Hadi selaku Wakil Komandan Satpam FEB UI

    Tidak Adanya Peraturan

    Penyalahgunaan Ruangan

    Pengurangan Waktu

    Operasional Ruang Belajar

    Keberadaan Ruangan yang

    Tidak Jelas

    Manfaat Ruangan yang Berkurang

    Lokasi Ruangan yang Rawan Kejahatan

    Kekhawatiran Keamanan

  • 3

    Selain itu, keamanan pengguna ruang belajar 24 jam di malam hari juga dikhawatirkan

    akibat lokasinya yang cenderung terletak di bagian belakang kampus, jauh dari jangkauan pos

    satpam. Sehingga mungkin saja dapat terjadi ancaman keamanan dari orang-orang tak dikenal

    yang berniat jahat yang bisa menyusup masuk ke area tersebut, misalnya dari Jembatan Tek-Sas.

    Apalagi para pengguna ruangan yang membawa motor juga kerap memarkirkan motornya di

    depan ruang belajar 24 jam yang berada dekat dengan kantin fakultas. Kebiasaan ini sangat

    berbahaya mengingat satpam tidak dapat berjaga di sekitar area ruang belajar tersebut secara

    terus-menerus dikarenakan tugasnya untuk melakukan patroli penjagaan inventarisasi kampus

    keliling seluruh area fakultas. Meskipun para pembawa motor sudah berkali-kali diingatkan,

    mereka tetap saja tidak mengindahkan himbauan tersebut. Selain itu, ternyata 2 (dua) buah cctv

    yang seharusnya bisa mengawasi area ruang belajar 24 jam tidak dapat menangkap gambaran

    keseluruhan ruangan karena penempatannya hanya dipasang di kedua pintu masuk (dari arah

    perpustakaan dalam dan dari arah perpustakaan luar). Monitor pengawasannya pun terletak di

    ruang kerja pegawai perpustakaan lantai 1 yang dikunci setelah waktu operasional perpustakaan

    biasa selesai sehingga satpam yang bertugas juga tidak bisa melakukan pengawasan melalui

    CCTV tersebut. Alhasil alasan kekhawatiran keamanan ini dijadikan landasan bagi satuan

    satpam yang dipimpin oleh Bapak Lobo selaku Komandan Satpam untuk mengajukan

    pembatasan waktu operasional ruang belajar 24 jam kepada chain of command-nya yaitu bagian

    Fastur (Fasilitas dan Infrastruktur) untuk selanjutnya diajukan kepada Bapak Jossy P. Moeis

    selaku Pelaksana Tugas Dekan dan Ibu Sujanti selaku Manajer Umum FEB UI pada tahun ajaran

    tersebut.

    Setelah melalui berbagai rangkaian rapat dan perundingan bersama berbagai stakeholder

    terkait3, keputusan untuk membatasi waktu operasional pelayanan fasilitas ruang belajar 24 jam

    di malam hari dengan menetapkan waktu buka dari pukul 08.00 22.00 ditetapkan oleh pihak

    pimpinan Dekanat FEB UI. Namun kebijakan perubahan jam operasional fasilitas ruang belajar

    24 jam yang akhirnya dipilih dan ditetapkan oleh pihak pimpinan Dekanat FEB UI pada tahun

    tersebut dirasakan sebagai sebuah solusi yang kurang efektif untuk menyelesaikan permasalahan

    ketidaktertiban pengguna fasilitas ruang belajar tersebut. Banyak mahasiswa FEB UI yang

    membutuhkan adanya ruang belajar 24 jam sebagai sarana penunjang kegiatan belajar

    mahasiswa yang nyaman. Mereka juga bertanya-tanya mengapa kini nama ruangan tidak

    konsisten dengan jam operasionalnya. Ketidak-konsistenan nama ruang belajar ini lantas

    berpotensi menimbulkan pembohongan publik. Oleh karena itu, pada studi kasus analisis

    kebijakan publik ini, peneliti akan mencoba untuk membahas dan mengelaborasi kebijakan ini

    lebih dalam dan pada gilirannya akan mengajukan alternatif kebijakan atau solusi yang dirasakan

    tepat untuk mengatasi permasalahan yang ditimbukan dari penetapan kebijakan pembatasan

    waktu operasional ruang belajar 24 jam tersebut.

    3 Di antaranya yaitu Plt. Dekan (Bapak Jossy P Moeis), Manajer Umum (Ibu Sujanti), Kepala Perpustakaan (Ibu Endang Wahyulestari), pihak satpam, dosen-dosen kode etik (Ibu Mayling Oey, Ibu Cintavhati, dll), Biro

    Pendidikan (Mas Hafizh), dan masih banyak lagi. Sumber: Ibu Sujanti, yang ditemui langsung sebagai narasumber

    wawancara

  • 4

    1.3 Tujuan

    Merumuskan masalah yang terjadi terkait kebijakan pengurangan waktu operasional

    ruang belajar 24 jam Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

    Mengidentifikasi tujuan yang ingin dicapai, yaitu untuk memberi rekomendasi alternatif

    kebijakan yang kiranya dapat diambil agar dapat mengatasi permasalahan-permasalahan

    yang terjadi untuk membuat kehidupan publik (dalam hal ini pengguna fasilitas dan

    warga FEB UI secara keseluruhan) menjadi lebih baik

    Mencari beberapa opsi alternatif kebijakan yang mungkin mengatasi permasalahan terkait

    penyediaan fasilitas ruang belajar 24 jam Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Indonesia

    Memperhitungkan cost and benefit dari berbagai opsi alternatif kebijakan yang diajukan

    Memberi rekomendasi kebijakan yang dirasa paling efektif untuk mengatasi

    permasalahan yang ada.

    Memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Analisis Kebijakan Publik

    1.4 Metode

    Mencari informasi mengenai latar belakang permasalahan melalui rangkaian wawancara

    terhadap para ahli atau narasumber yang terkait dengan permasalahan ini

    Merumuskan masalah dengan metode brainstorming

    Membuat dan menyebar kuesioner survey yang ditujukan bagi mahasiswa Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia untuk menampung aspirasi mahasiswa

    Memperhitungkan cost and benefit dari masing-masing opsi alternatif kebijakan dengan

    perkiraan monetarisasi tiap cost and benefit serta menggunakan analisis deskriptif

  • 5

    BAB II

    PERMASALAHAN

    2.1 Tidak Jelasnya Keberadaan Ruangan

    Keberadaan ruang belajar 24 jam yang seharusnya beroperasi selama 24 jam sesuai

    judulnya, pada kenyataannya hanya beroperasi dari pukul 08.00 22.00 atau setara dengan 14

    jam. Ketidaksesuaian nama ruangan yang dipublikasikan dengan praktek operasionalnya

    menampakkan adanya inconsistency pada nama ruangan tersebut juga pembohongan kepada

    mahasiswa pada khususnya dan publik pada umumnya. Mahasiswa merasa terbohongi karena

    dengan judul yang menyatakan kata-kata 24 jam, mereka seharusnya dapat menikmati haknya

    untuk menggunakan ruangan tersebut dalam waktu penuh 24 jam pula. Ketika pada prakteknya

    waktu operasional ruangan ini harus dibatasi menjadi kurang dari 24 jam, terjadi ketidakadilan

    dimana ada hak mahasiswa yang secara tidak langsung tidak terpenuhi. Selain mahasiswa, pihak

    publik juga dapat terbohongi, contohnya yaitu assessor akreditasi yang menurut salah satu

    sumber berhasil menaruh apresiasi yang tinggi ketika diinformasikan tentang masih tersedianya

    fasilitas ruang belajar 24 jam di perpustakaan FEB UI, sehingga menjadikannya penyumbang

    nilai plus pada skor akreditasi AUN (Asean University Network) FEB UI. Nilai plus tersebut

    konon katanya diberikan karena ruang belajar 24 jam memberikan fasilitas layanan belajar yang

    memenuhi standar internasional. Namun pada faktanya, seperti yang kita tahu, ruang belajar 24

    jam yang dimaksud secara harfiah tidak ada, karena yang ada hanyalah sebuah ruang belajar

    yang beroperasi 14 jam. Klaim yang tidak sesuai fakta ini membuat sesuatu yang tidak ada

    seolah-olah dikatakan ada. Dalam kata lain, memberikan suatu informasi yang tidak benar karena

    tidak jujur. Meskipun besar-kecilnya signifikansi kontribusi ruangan ini terhadap nilai akreditasi

    masih kontroversial, tetapi lebih baik kita selaku institusi pendidikan konsisten dan teguh

    menerapkan slogan kampus Universitas Indonesia yang berbunyi Veritas, Probitas, Iustitia

    yang bermakna Kebenaran, Kejujuran, dan Keadilan. Untuk itu, tidak jelasnya keberadaan

    ruangan akibat inconsistency nama ruangan selanjutnya memicu pembohongan publik dan hal ini

    menjadi permasalahan yang berarti karena sangat bertentangan dengan 3 nilai dalam slogan

    Universitas Indonesia.

  • 6

    2.2 Berkurangnya Manfaat Ruangan

    Selain masalah ketidakjelasan keberadaan ruangan, masalah yang terjadi akibat

    dibatasinya waktu operasional ruang belajar 24 jam ialah berkurangnya manfaat ruangan yang

    seharusnya bisa dinikmati mahasiswa apabila ruangan tersebut benar-benar beroperasi penuh 24

    jam. Manfaat-manfaat yang dimaksud antara lain seperti hilangnya kesempatan menikmati

    fasilitas perlengkapan dan tempat belajar malam yang nyaman dan hilangnya fasilitas internet

    untuk mengakses bahan pembelajaran di malam hari. Peralatan dan perlengkapan penunjang

    kenyamanan yang tersedia di ruang belajar 24 jam di antaranya yaitu meja dan kursi belajar, stop

    kontak, air conditioner, dan WiFi. Dalam menganalisis permasalahan ini kami menggunakan

    metode survey. Setelah melalui rangkaian pengumpulan dan pengolahan data, hasil survey yang

    didapat adalah sebagai berikut:

    Chart 2. Hasil Survey Pertanyaan No. 1 3

  • 7

    Chart 3. Hasil Survey Pertanyaan No. 4 6

  • 8

    Chart 4. Hasil Survey Pertanyaan No. 7 10

    Dari survey atas 10 pertanyaan yang telah tim kami tujukan kepada mahasiswa FEB UI

    sebanyak 277 responden, 77.5% responden menyatakan bahwa mereka pernah menggunakan

    fasilitas ruang belajar 24 jam. Selain itu, 84% dari responden juga mengatakan bahwa fungsi dari

    ruang belajar 24 jam tersebut penting, dimana 47.8% merasa fasilitas ini sangat penting dan 37%

    merasa fasilitas ini penting. Sebagian besar dari responden memanfaatkan ruangan itu untuk

  • 9

    belajar dan mencari bahan pembelajaran (86.2%) dan browsing hal-hal yang tidak terkait dengan

    pembelajaran maupun perkuliahan (46.3%)4. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pengguna

    bergantung terhadap ruangan tersebut karena kebutuhannya akan tempat beserta peralatan

    pendukung untuk belajar serta fasilitas internetnya yang dapat berfungsi untuk mendukung

    kegiatan pembelajaran ataupun hal-hal di luar itu.

    Meskipun hampir setengah dari responden menyatakan bahwa mereka turut

    menggunakan fasilitas internet di ruangan itu untuk browsing hal-hal di luar pembelajaran

    dimana kegiatan ini tidak sejalan dengan tujuan ruang belajar yang dimaksud, menurut kami

    belum tentu kegiatan browsing tersebut harus diartikan sebagai kegiatan yang mutlak berbau

    negatif. Secara alami, kami sebagai mahasiswa pun merasa merupakan suatu hal yang alamiah

    ketika di tengah-tengah proses belajar, seseorang memerlukan sedikit distraksi atau refreshing,

    contohnya streaming lagu atau video, membaca berita, mengakses media sosial, dan sebagainya.

    Selain itu hasil survey menunjukkan bahwa hanya 22.5% responden yang pernah

    menggunakan fasilitas ruang belajar 24 jam di atas pukul 22.00 sedangkan sisa 77.5%-nya belum

    pernah sama sekali. Hal ini bisa diartikan bahwa proporsi 22.5% yang sempat bisa

    memanfaatkan ruang belajar 24 jam di atas jam 22.00 cenderung dirugikan karena waktu

    kunjung yang bisa dimanfaatkan oleh mereka telah terbatasi. Sedangkan mayoritas 77.5%

    sisanya menjadi pihak yang benar-benar tidak diberi kesempatan untuk menikmati ruangan

    belajar tersebut secara full time. Di lain hal, ketika responden ditanya tentang kemungkinan

    mereka untuk menggunakan fasilitas ruangan ini di atas pukul 22.00 apabila ruang belajar 24 jam

    waktu operasionalnya dinormalkan kembali menjadi 24 jam penuh, 58.3% menjawab akan

    menggunakannya sementara 41.7% menjawab tidak akan menggunakannya. Meskipun jawaban

    dari pernyataan tersebut cenderung seimbang baik untuk yang akan menggunakan maupun yang

    tidak, tetapi di saat ujian 23.2% menyatakan membutuhkan ruang belajar tersebut beroperasi

    setidaknya 2 jam lebih lama dari pukul 22.00 dan 50.4% membutuhkan ruang belajar 24 jam

    benar-benar beroperasi 24 jam penuh. Hasil ini semakin menguatkan argumen bahwa mahasiswa

    FEB UI membutuhkan ruang belajar 24 jam beserta fasilitas pendukungnya memang cenderung

    berlandaskan keperluan belajar dan bukan semata-mata disengajakan untuk perilaku

    penyalahgunaan seperti kasus-kasus yang sudah terjadi. Sehingga dalam hal ini kami

    menyimpulkan bahwa kebijakan pengurangan waktu operasional ruang belajar 24 jam memicu

    permasalahan berkurangnya manfaat ruangan tersebut bagi para pengguna ruangan dan

    mahasiswa FEB UI pada umumnya.

    4 Hasil ini didapat dari pertanyaan survey No. 6 yang mewajibkan responden memilih 2 dari 6 pilihan kegiatan.

  • 10

    BAB III

    ANALISIS OPSI

    3.1 Opsi Alternatif Kebijakan

    1. Do nothing

    (Tetap pada kondisi ruang belajar bernama Ruang Belajar 24 Jam dengan waktu

    operasional 14 jam pada pukul 08.00 22.00)

    Dalam alternatif kebijakan ini, penulis menyarankan pihak terkait tidak melakukan

    apapun dan tetap membiarkan ruang perpustakaan 24 jam beroperasi selama 14 jam.

    2. Mengubah nama ruang belajar supaya konsisten

    (Menghapus kata-kata 24 jam menjadi hanya Ruang Belajar atau mengganti

    namanya menjadi Ruang Belajar 14 Jam)

    Alternatif kebijakan ini menyarankan agar pihak terkait mengubah nama ruang belajar 24

    jam sesuai dengan waktu operasional yang diimplementasikan untuk menghindari

    pembohongan publik.

    3. Mengembalikan waktu operasional ruang belajar kembali 24 jam dilengkapi dengan

    sistem reservasi untuk menghindari pengguna non-mahasiswa FEB serta membuat dan

    menerapkan peraturan yang menertibkan pengguna perpustakaan (penempelan peraturan

    dan himbauan penggunaan ruang belajar 24 jam serta pemasangan kamera CCTV

    tambahan)

    Mekanisme sistem reservasi yang ditawarkan dari alternatif kebijakan ini adalah sebagai

    berikut: para pengguna yang berniat untuk menggunakan fasilitas ruang 24 jam

    diharuskan untuk melakukan reservasi pada pihak keamanan yang nantinya akan

    bertanggung jawab atas ruang 24 jam. Para pengguna diwajibkan meninggalkan Kartu

    Anggota Perpustakaan FEB UI dan kemudian sebagai gantinya ia akan diberikan Kartu

    Izin Penggunaan Ruangan. Bagi orang pertama yang masuk ke ruang 24 jam akan

    diberikan kunci dan ia diharuskan mengunci dari dalam untuk menghindari orang lain

    yang tidak memiliki KIPR masuk. Orang kedua yang datang harus menunjukkan KIPR

    kepada orang pertama yang masuk agar dibukakan. Begitu seterusnya sampai orang

    terakhir (ada batasan jumlah meja di ruangan). Alternatif kebijakan ini memerlukan trust

    dan juga disiplin dari para pengguna yang kebanyakan mahasiswa. Selain itu, perlu

    ditempel peraturan penggunaan fasilitas ruang 24 jam, seperti harus menjaga ruangan dan

    sanksi berupa tidak diperbolehkan bagi pelanggar untuk mengakses fasilitas yang

    ditawarkan perpustakaan (peminjaman buku, ruang diskusi, PDEB, dll). Dalam alternatif

    ini, kami juga mengusulkan untuk menambah kamera CCTV karena CCTV yang tersedia

    di ruang 24 jam masih kurang jumlahnya (dua buah) dan lokasi CCTV yang ada tidak

    dapat menangkap gambaran keseluruhan ruangan karena penempatannya hanya dipasang

    di kedua pintu masuk (dari arah perpustakaan dalam dan dari arah perpustakaan luar).

  • 11

    4. Menetapkan jam operasional ruang belajar yang sama (tetap 14 jam) di hari-hari biasa

    namun memberikan tambahan jam operasional (bahkan hingga 24 jam apabila

    memungkinkan) di hari-hari ujian dan menjelang ujian dengan alasan kebutuhan

    tambahan untuk belajar mahasiswa dilengkapi dengan sistem reservasi untuk

    menghindari pengguna non-mahasiswa FEB serta membuat dan menerapkan peraturan

    yang menertibkan pengguna perpustakaan (penempelan peraturan dan himbauan

    penggunaan ruang belajar 24 jam serta pemasangan CCTV tambahan)

    Alternatif kebijakan ini mengusulkan agar penggunaan fasilitas ruang belajar 24 jam

    hanya dibuka di saat-saat menjelang ujian agar tetap dapat memfasilitasi mahasiswa

    untuk belajar dan mengakses fasilitas 24 jam ini.

    3.2 Analisis Cost and Benefit Alternatif Kebijakan (per 6 bulan)

    Kebijakan Keterangan Benefit / (Cost) Net Benefit /

    (Net Cost)

    Do Nothing Kebijakan ini merupakan

    benchmark dan menjadi tolak ukur

    status quo dari permasalahan dalam

    analisis.

    Rp 0,-

    ______________

    Rp 0,-

    Mengubah

    nama Ruang

    Belajar

    Benefit

    (+) Kejelasan status ruang belajar

    yang lebih jelas sehingga tidak ada

    mahasiswa yang salah paham dan

    berkunjung ke ruang belajar di luar

    jam operasional 14 jam

    *asumsi: 1 hari terdapat 1 orang

    yang salah paham dan mengunjungi

    ruang belajar 24 jam dengan

    mengendarai ojek pulang dan pergi

    dengan biaya Rp 20.000,-

    Cost

    (-) Pembelian papan nama Ruang Belajar 14 Jam (-) Pembelian stiker baru untuk

    nama Ruang Belajar 14 Jam

    20.000 x 30 x 6

    Rp 3.600.000,-

    (Rp 50.000,-)

    (Rp 5.000,-)

    ______________

    Rp 3.600.000,-

    ______________

    (Rp 55.000,-)

    Rp 3.545.000,-

    Mengembalikan

    waktu

    operasional

    ruang belajar

    24 jam

    Benefit

    (+) Willingness to pay mahasiswa

    pengguna ruang belajar (Rp 1.000,-

    per mahasiswa per bulan

    berdasarkan hasil survey)

    1.000 x

    [(600x2)+(700x2)] x 6

  • 12

    *asumsi: pengguna ruang belajar

    terdiri dari seluruh mahasiswa

    (terjustifikasi karena sampling

    menangkap willingness to pay

    mahasiswa yang juga tidak mau

    membayar tapi ikut mau

    menggunakannya) 600 mahasiswa

    FEB UI angkatan 2011 dan 2012

    serta 700 mahasiswa FEB UI

    angkatan 2013 dan 2014.

    Cost

    (-) Pembelian kamera CCTV

    kualitas standard

    Tambahan tariff listrik untuk:

    AC *asumsi 2 AC dengan kekuatan

    1 PK, pemakaian energy 840 watt

    per jam dengan tariff listrik Rp

    1.300,- /kWh untuk 10 jam

    tambahan operasional selama 6

    bulan

    Lampu *asumsi 10 lampu dengan

    daya 18 watt dengan tariff listrik Rp

    1.300,- /kWh untuk 10 jam

    tambahan operasional selama 6

    bulan

    Rp 15.600.000,-

    (Rp 750.000,-)

    2 x 840 x 1300 /

    1000 x 10 x 30 x 6

    (Rp 3.931.200,-)

    10 x 18 x 1300 /

    1000 x 10 x 30 x 6

    (Rp 421.200,-)

    ______________

    Rp 15.600.000,-

    ______________

    (Rp 4.352.400,-)

    Rp 11.247.600,-

    Mengembalikan

    waktu

    operasional

    ruang belajar

    24 jam selama

    masa ujian dan

    persiapan ujian

    Benefit

    (+) Willingness to pay mahasiswa

    pengguna ruang belajar selama masa

    ujian dan persiapan ujian (Rp

    3.450,- per mahasiswa per bulan

    berdasarkan hasil survey)

    *asumsi: pengguna ruang belajar

    terdiri dari seluruh mahasiswa

    (terjustifikasi karena sampling

    menangkap willingness to pay

    mahasiswa yang juga tidak mau

    membayar tapi ikut mau

    menggunakannya) 600 mahasiswa

    FEB UI angkatan 2011 dan 2012

    serta 700 mahasiswa FEB UI

    angkatan 2013 dan 2014. Masa ujian

    dan persiapan ujian diasumsikan

    selama 2 bulan per semester (2

    3.450 x

    [(600x2)+(700x2)] x 2

  • 13

    minggu efektif masa ujian dan 2

    minggu persiapannya, untuk UTS

    dan UAS)

    Cost

    (-) Pembelian kamera CCTV

    kualitas standard

    Tambahan tariff listrik untuk:

    AC *asumsi 2 AC dengan kekuatan

    1 PK, pemakaian energy 840 watt

    per jam dengan tariff listrik Rp

    1.300,- /kWh untuk 10 jam

    tambahan operasional selama 2

    bulan ujian dan persiapannya

    Lampu *asumsi 10 lampu dengan

    daya 18 watt dengan tariff listrik Rp

    1.300,- /kWh untuk 10 jam

    tambahan operasional selama 2

    bulan ujian dan persiapannya

    Rp 17.940.000,-

    (Rp 750.000,-)

    2 x 840 x 1300 /

    1000 x 10 x 30 x 2

    (Rp 1.310.400,-)

    10 x 18 x 1300 /

    1000 x 10 x 30 x 2

    (Rp 140.400,-)

    ______________ Rp 17.940.000,-

    ______________

    (Rp 2.200.800,-)

    Rp 15.739.200,-

    *data tariff listrik diambil dari http://www.pln.co.id/disjaya/files/2014/12/Tarif-Pemerintah-dan-

    PJU.png

    Berdasarkan analisis benefit and cost yang telah dilakukan, kebijakan yang memberikan

    net benefit tertinggi adalah kebijakan untuk menerapkan jam operasional 24 jam ketika masa

    ujian dan masa persiapan ujian dan tetap beroperasi 14 jam di hari lainnya, dengan net benefit

    sebesar Rp 15.739.200,- per semester kepada seluruh pemangku kepentingan perpustakaan

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia secara umum dan Ruang Belajar

    Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia secara spesifik, dengan

    asumsi-asumsi yang telah disebutkan sebelumnya.

    Oleh karena itu, rekomendasi kebijakan yang peneliti keluarkan adalah supaya Ruang

    Belajar Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia adalah untuk

    menerapkan jam operasional 24 jam hanya di masa ujian dan persiapan ujian untuk

    memaksimalkan benefit yang diterima oleh seluruh pemangku kepentingan Ruang Belajar

    Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.

  • 14

    BAB VI

    HASIL DAN KESIMPULAN

    Kebijakan pembatasan ruang belajar 24 jam yang ditetapkan pada tahun 2013 sampai saat

    ini masih menuai perdebatan. Perdebatan muncul disebabkan nama ruangan tersebut yang tidak

    sesuai dengan realisasi waktu operasional ruangan. Berdasarkan hasil yang di dapat dari

    kuesioner dengan responden sebanyak 277 mahasiswa FEB UI, sebanyak 84% responden

    mengatakan bahwa keberadaan ruang belajar 24 jam adalah penting. Persentase ini menunjukkan

    bahwa keberadaan fasilitas ruang 24 jam masih dibutuhkan oleh mahasiswa FEB UI meskipun

    sebesar 77,5% responden mengaku belum pernah menggunakan fasilitas tersebut lebih dari pukul

    22.00. Penelitian ini mengusulkan 4 (empat) opsi alternatif kebijakan yang dapat diambil untuk

    permasalahan ruang belajar 24 jam ini, yaitu 1. Do nothing; 2. Mengubah nama ruangan sesuai

    dengan jam operasional yang sesungguhnya; 3. Mengembalikan waktu operasional menjadi 24

    jam, dan; 4. Mengembalikan waktu operasional menjadi 24 jam hanya pada masa-masa

    menjelang ujian.

    Dari perhitungan cost and benefit analysis, opsi kebijakan 1 dijadikan baseline sebagai

    tolak ukur status quo dari kondisi permasalahan, selanjutnya penelitian ini menunjukkan bahwa

    opsi kebijakan 2 memiliki net benefit negatif sehingga kebijakan ini tidak direkomendasikan.

    Opsi kebijakan 4 adalah alternatif kebijakan yang memberikan net benefit paling besar

    dibandingkan dengan opsi kebijakan 3, yakni sebesar Rp. 7.494.600. Untuk itu, berdasarkan hasil

    yang didapat dari perhitungan cost and benefit analysis didukung dengan pertimbangan hasil

    survey kepada Mahasiswa FEB UI sebagai responden, penulis merekomendasikan opsi alternatif

    kebijakan 4 sebagai alternatif kebijakan yang sebaiknya diambil oleh para pihak penentu

    kebijakan perihal penggunaan fasilitas ruang belajar 24 jam demi kebaikan bersama.

    Kebijakan penetapan waktu operasional ruangan selama 14 jam (tetap pukul 08.00

    22.00) di masa perkuliahan biasa dan pengembalian waktu operasional ruangan menjadi 24 jam

    untuk masa menjelang ujian, disertai dengan penetapan peraturan tata-tertib, sanksi pelanggaran,

    sistem reservasi, dan peningkatan pengawasan, diharapkan menjadi opsi yang dapat menjawab

    dan mengatasi permasalahan ketidakjelasan keberadaan ruangan dan berkurangnya manfaat

    ruangan.

  • 15

    BAB V

    LAMPIRAN

    5.1 Interview Guidelines

    Subjek:

    Ruang Belajar 24 Jam, Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia

    1) Apakah pada awalnya ruang belajar 24 jam diperuntukkan untuk pemakaian oleh

    mahasiswa selama 24 jam? Jika iya, apakah ada alasan spesifik mengapa ruang tersebut

    diperuntukkan selama 24 jam? (cari tahu lebih dalam tentang tujuan ruang belajar 24

    jam)

    2) Peraturan apa saja yang mengatur pemakaian ruang 24 jam?

    3) Dimana peraturan tersebut dapat diakses dan diketahui oleh mahasiswa?

    4) Siapakah yang memiliki otoritas untuk menegakkan peraturan yang dimaksud? Dengan

    instrumenapa saja peraturan tersebut ditegakkan serta diawasi?

    5) Sejak kapan ruang belajar 24 jam peruntukannya tidak lagi 24 jam? Insiden apa yang

    menyebabkan hal tersebut?

    6) Apakah sebelumnya pihak-pihak terkait sempat mengantisipasi insiden-insiden tidak

    diinginkan tersebut?

    7) Siapa yang mengambil keputusan untuk membatasi jam penggunaan ruang 24 jam hingga

    tidak 24 jam lagi?

    8) Apakah dengan penerapan kebijakan tersebut penyimpangan penggunaan bisa efektif

    teratasi?

    9) Apakah terdapat keluhan dari mahasiswa mengenai penerapan kebijakan untuk

    menjadikan ruang 24 jam tidak 24 jam lagi?

  • 16

    5.2 Hasil Wawancara Narasumber

    Narasumber 1 : Endang Wahyulestari, S.S., M. Hum.

    Jabatan : Kepala Pusat Sumber Belajar FEB UI

    Narasumber 2 : Saprudin

    Jabatan : Pegawai Perpustakaan FEB UI, Bag. Rumah Tangga

    Q: Apakah pada awalnya ruang belajar 24 jam diperuntukkan untuk pemakaian oleh mahasiswa

    selama 24 jam? Jika iya, apakah ada alasan spesifik mengapa ruang tersebut diperuntukkan selama 24

    jam? (Gali tujuan ruang belajar 24 jam)

    A: Ya, pada awalnya ruang belajar 24 jam memang didesain oleh Kepala Perpustakaan agar dapat

    dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk kepentingan pembelajaran selama full 24 jam. Sejarahnya, dulu

    sebelum renovasi pada tahun 2011, perpustakaan FEB UI hanyalah perpustakaan biasa, bukan

    modernlibrary.Aktivitas dan fungsi yang dijalankan hanya berkisar tentang peminjaman buku dan

    penyediaan tempat baca buku.Namun FEB UI berani untuk beralih dan meningkatkan fungsinya

    menjadi sebuah Resource and Learning Center (RLC).Oleh karena itu hal ini menjadi salah satu

    alasan pula mengapa perpustakaan FEB UI tidak terintegrasi dengan perpustakaan pusat se-UI.Untuk

    mengakomodir aktivitas dari fungsi baru RLC, perpustakaan FEB UI pun mengalami renovasi.

    Sebagai perpustakaan yang berorientasi pelayanan, pembangunan ruang belajar 24 jam diniatkan

    untuk memberikan fasilitas bagi seluruh mahasiswa FEB UI dari S1, S2, sampai S3 supaya dapat

    belajar dekat dengan perpustakaan, terlebih lagi bagi mahasiswa kurang mampu yang santer sulit

    memenuhi kebutuhan akses belajar memadai seperti halnya internet. Selain itu, tujuan lainnya ialah

    untuk optimalisasi akses pembelajaran sekaligus memperpanjang akses mahasiswa ke sumber belajar,

    contohnya pada pemanfaatan jurnal-jurnal dan e-book berbayar yang hanya bisa diakses lewat

    kampus. Animo mahasiswa terhadap dibukanya ruang belajar 24 jam tergolong sangat tinggi. Bahkan

    fasilitas ini sering dipromosikan kepada assessor akreditasi dan mendapat apresiasi yang tinggi pula.

    Q: Peraturan apa sajakah untuk pemakaian ruang 24 jam?

    A: Ini merupakan salah satu internal problem. Karena excitement yang hadir atas fasilitas baru yang

    tak biasa ini, segala bentuk peraturan terhadap pemanfaatan ruangan ini dinyatakan lupa untuk

    dibuat. Fakta yang terjadi everybody can enter the room, baik mahasiswa FEB UI, mahasiswa

    fakultas lain, maupun tamu dari luar UI.

    Q: Dimana peraturan tersebut dapat diakses dan diketahui oleh mahasiswa?

    A: Belum ada peraturan apapun begitu juga dengan akses untuk mengetahuinya.

    Q: Siapakah yang memiliki otoritas untuk menegakkan peraturan yang dimaksud? Dengan

    instrumenapa saja peraturan tersebut ditegakkan serta diawasi?

  • 17

    A: Belum sempat dibentuk peraturan. Namun terdapat 4 lini stakeholders yang terlibat dalam hal

    ruang belajar 24 jam ini, di antaranya:

    1. Pihak Perpustakaan, sebagai penyedia tempat

    2. Pimpinan (Dekan, Wakil Dekan Bag. Umum, Manajer Umum), sebagai penentu kebijakan

    3. Satpam, sebagai pihak yang berfungsi menjalankan fungsi pengawasan / controlling.

    4. Mahasiswa, sebagai pengguna.

    Q: Sejak kapan ruang belajar 24 jam peruntukannya tidak lagi 24 jam? Insiden apa yang

    menyebabkan hal tersebut?

    A: Mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2013, ruang belajar 24 jam efektif beroperasi selama 24

    jam. Namun sejak terjadinya akumulasi berbagai masalah penyalahgunaan dari mahasiswa di ruang

    tersebut, ruang belajar 24 jam diputuskan untuk dibatasi waktu operasinya. Penyalahgunaan tersebut

    terjadi dalam bentuk:

    Banyak mahasiswa fakultas lain, contohnya mahasiswa Fakultas Teknik dan Fakultas Hukum,

    yang kerap didapati turut memanfaatkan fasilitas ini (datang, belajar, bersantai, menginap,

    dll). Padahal ruang belajar 24 jam ini sejatinya hanya diperuntukkan untuk mahasiswa FEB

    UI saja.

    Terdapat mahasiswa yang tertangkap sedang menonton film porno dan memanfaatkan akses

    WiFi membuka situs-situs terlarang.

    Terdapat mahasiswa yang tertangkap berpacaran dan melakukan tindakan asusila seperti

    berciuman.

    Berkali-kali didapati mahasiswa yang dengan sengaja membawa bantal, tikar, dan kasur untuk

    bermalam di ruang belajar 24 jam.

    Q: Apakah sebelumnya pihak-pihak terkait sempat mengantisipasi berbagai penyalahgunaan

    tersebut?

    A: Di pojok ruang belajar dipasang kamera CCTV.Hanya saja ternyata monitor untuk memantau

    CCTV terletak di lantai 1, tepatnya di ruang petugas perpustakaan. Tak ada orang yang memantaunya

    saat jam malam, termasuk para satpam yang tidak diberi wewenang dan tugas untuk mengaksesnya

    karena ruangan tempat menonton monitor CCTV dikunci saat malam hari. Alhasil, hasil rekaman

    CCTV hanya bermanfaat sebagai alat menonton kembali dan klarifikasi apabila terjadi kasus-kasus

    yang tidak diinginkan.

    Q: Siapa yang mengambil keputusan untuk membatasi jam penggunaan ruang 24 jam hingga tidak 24

    jam lagi?

    A: Bapak Jossy Moeis sebagai Plt. Dekan FE UI dan Ibu Sujanti sebagai Manajer Umum FE UI pada

    periode tahun 2013 memutuskan ruang belajar 24 jam menjadi hanya beroperasi selama 14 jam, mulai

    pukul 08.00 sampai dengan 22.00. Namun sampai sekarang nama ruangan tidak berubah, tetap

    dikenal sebagai Ruang Belajar 24 Jam. Kronologis keluarnya keputusan ini, menurut Ibu Endang

    dan Pak Saprudin, pada awalnya dimulai saat pihak satpam FEB UI yang memang bertugas

  • 18

    melakukan kontrol diam-diam tiap pukul 01.00-03.00 terhadap aktivitas di ruang 24 jam mendapati

    berbagai penyalahgunaan oleh mahasiswa dari hari ke hari. Melalui Pak Lobo sebagai Komandan

    Satpam, diajukanlah surat formal terkait gagasan untuk membatasi waktu operasional ruang tersebut.

    Namun yang disayangkan adalah sikap pihak satpam yang mengajukan hal tersebut tanpa

    berkomunikasi terlebih dahulu dengan pihak perpustakaan sebagai penyedia tempat.Pihak satpam

    langsung memberitakannya kepada pihak dekanat untuk selanjutnya dipertimbangkan oleh pimpinan.

    Q: Apakah dengan penerapan kebijakan tersebut penyimpangan penggunaan bisa efektif teratasi?

    A: Menurut kedua narasumber, mengenai aktivitas-aktivitas menyimpang tersebut seharusnya bukan

    diatasi dengan membatasi jam operasional dari ruang belajar 24 jam. Perilaku asusila juga mungkin

    saja terjadi di siang hari, sehingga memotong waktu penyediaan fasilitas ruangan di malam hari dirasa

    kurang efektif untuk mengatasinya. Kebijakan ini dianggap kurang tepat bagi pihak pengurus

    perpustakaan karena sesungguhnya yang melakukan penyalahgunaan hanya segelintir orang, tetapi

    yang terkena malah seluruh mahasiswa yang di antaranya berintensi untuk memanfaatkan fasilitas

    ruang belajar 24 jam sesuai fungsi dan gunanya.

    Q: Apakah terdapat keluhan dari mahasiswa mengenai penerapan kebijakan untuk menjadikan ruang

    24 jam tidak 24 jam lagi?

    A: Ya. Beberapa mahasiswa menanyakan alasan mengapa ruang belajar 24 jam tidak lagi dibuka

    selama 24 jam kepada para staff perpustakaan. Namun pihak perpustakaan yang sebetulnya turut

    kecewa dengan dikeluarkannya kebijakan dari pimpinan ini pun hanya bisa menjelaskan cerita di

    balik munculnya kebijakan itu. Upaya untuk memperjuangkan tetap dibukanya ruang belajar 24 jam

    sudah sempat diprakarsai dan dilakukan Ibu Endang, namun apa daya keputusan tetap ada di pihak

    pimpinan. Pihak perpustakaan sangat berharap jika memang mahasiswa merasa ruang belajar 24 jam

    sangat berguna dan dibutuhkan, maka mahasiswa harus berani bergerak menyatakan pendapat dan

    argumen yang kuat kepada pembuat kebijakan agar pada akhirnya ruang belajar 24 jam kembali pada

    fungsi awalnya. Jika berhasil, pihak perpustakaan berencana untuk merancang peraturan-peraturan

    yang jelas dan tegas terkait penggunaan fasilitas ini.

  • 19

    Narasumber : Sofyan Hadi

    Jabatan : Wakil Komandan Satpam

    Q: Mengapa ruang belajar 24 jam di Perpustakaan FEB UI tidak lagi dibuka selama 24 jam?

    A: Ruang belajar 24 Jam tersebut dikurangi waktu operasionalnya tentunya dengan beberapa alasan,

    antara lain ruang belajar 24 jam sangat rawan disalahgunakan oleh para mahasiswa FEB UI yakni

    sebagai tempat menonton film porno juga menginap sampai membawa bantal dan kasur ke ruang

    belajar tersebut. Selain itu ruang belajar 24 jam juga sering dipakai oleh mahasiswa selain FEB

    seperti dari FH, FISIP, dsb. Ruang belajar 24 jam ini juga ditutup dengan beberapa alasan keamanan

    lain.

    Q: Apa saja alasan keamanannya?

    A: Ruang belajar yang buka 24 jam hanya ada di FEB UI, di fakultas lain masih belum ada.

    Perpustakaan pusat saja tidak dibuka 24 jam. Dengan adanya fasilitas jam buka ruang belajar selama

    24 jam dari para satpam sendiri harus menambah daerah untuk patrolinya, dikarenakan satpam tidak

    bisa terpaku berjaga hanya di depan ruang belajar saja untuk mengontrol keamanan inventarisasi

    kampus. Selain itu ruang belajar 24 jam rawan akan kejahatan karena lokasi ruang belajar 24 jam

    yang berada di belakang, sehingga memungkinkan adanya penjahat yang bisa menyusup lewat

    jembatan Teksas. Mahasiswa yang berada di ruang belajar 24 jam juga sering memarkirkan motornya

    di belakang, padahal kami dari satpam sudah memberitahukan kepada mahasiswa agar

    memarkirkanya di depan selasar. Apa daya himbauan itu sering tidak diindahkan oleh mereka.

    Q: Bagaimana proses perubahan waktu operasional ruang belajar 24 jam terjadi?

    A: Pembatasan jam buka ruang belajar 24 jam dilakukan oleh pihak-pihak terkait, yakni dekanat yang

    berwenang saat itu. Pembatasan itu dilakukan atas dasar laporan dari para satpam mengenai ruang

    belajar 24 jam yang sering disalahgunakan. Alurnya, satpam melaporkan kepada Fastur selaku chain

    of command dari satuan satpam FEB UI.Fastur kemudian berkoordinasi dengan pimpinan langsung

    dan bagian perpustakaan FEB UI. Selanjutnya masalah ini dirapatkan dan akhirnya dirumuskanlah

    keputusan untuk mengurangi waktu operasionalnya menjadi hanya 14 jam (dari 08.00-22.00).

    Q: Berapa jumlah satpam yang biasanya berjaga saat malam hari?

    A: Terdapat 2 shift satpam yang berjaga di FEB UI, masing masing shift berlangsung selama 12 jam.

    Shift pertama dimulai dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam, sementara shift kedua dimulai dari jam 8

    malam sampai jam 8 pagi. Saat malam hari satpam yang berjaga berjumlah 13 orang yang terdiri dari

    10 satpam tetap dan 3 satpam outsourcing.Jumlah regu tersebut dirasa sudah cukup untuk

    mengakomodasi tugas penjagaan FEB UI di malam hari.

    Q: Apa yang dari pihak satpam lakukan saat menemukan penyalahgunaan yang terjadi di ruang

    belajar 24 jam kala itu?

  • 20

    A: Dari pihak satpam sendiri saat menemukan penyalahgunaan, yang pertama dilakukan adalah

    memeriksa apakah si pelanggar merupakan mahasiswa FEB atau tidak, jika iya maka si pelanggar

    hanya akan ditegur dan besoknya dilaporkan kepada pimpinan jika di ruang belajar 24 jam telah

    terjadi pelanggaran. Untuk mahasiswa yang tidak berasal dari FEB biasanya dari pihak satpam

    mengambil tindakan untuk langsung mengusir mahasiswa tersebut. Kami tidak menanyakan dan

    melaporkan nama oknum pelanggar atas dasar kasihan.

    Q: Apakah dari pihak satpam merasa keberatan jika ruang belajar 24 jam waktu operasionalnya

    dikembalikan seperti semula?

    A: Dari pihak satpam merasa keberatan dengan beban tambahan tersebut. Karena selain ditugaskan

    untuk menjaga inventaris fakultas, di samping itu beban-beban lain dapat hadir ketika banyak

    pengguna ruang belajar tersebut yang kembali memarkirkan kendaraannya di belakang (dekat ruang

    belajar) saat ruang belajar 24 jam operasionalnya dikembalikan menjadi 24 jam lagi. Dari

    pengalaman sebelumnya sudah sering diingatkan kepada mahasiswa untuk memarkirkannya di depan

    selasar agar satpam dapat mudah mengawasinya, pada kenyataannya masih banyak mahasiswa saat

    itu yang hanya mengiyakan saja namun bertindak tidak taat.

    Q: Seandainya diberikan upah tambahan, apakah pihak satpam akan terinsentif apabila ditempatkan

    untuk berjaga intensif di area ruang belajar 24 jam?

    A: Pihak satpam sebenarnya tidak terpengaruh dengan insentif berupa upah tambahan. Jika menurut

    pimpinan ruang belajar 24 jam akan dikondisikan seperti semula maka dari pihak satpam mau tidak

    mau akan melaksanakan tugas yang sudah diamanahkan karena hal itu dirasa sudah merupakan

    kewajiban.

  • 21

    Narasumber : Sujanti S.E., MEc.Dev.

    Jabatan : Manajer Umum FEB UI (2013), Dosen Inti MPKT (sekarang)

    Q: Bagaimana kronologis dikeluarkannya keputusan untuk merubah dan mengurangi waktu

    operasional ruang belajar 24 jam?

    A: Saya sudah tahu bahwa pasti banyak mahasiswa dan pihak-pihak lain yang menyangka bahwa

    keputusan ini hadir karena otoritas saya selaku manajer umum bersama Pak Jossy selaku Plt. Dekan

    pada zaman itu. Namun perlu diketahui bahwa keputusan ini sudah melalui rangkaian rapat dan

    perundingan bersama berbagai stakeholder terkait, di antaranya yaitu pihak perpustakaan (Ibu Endang

    Wahyulestari), pihak satpam, dosen-dosen kode etik (Ibu Mayling Oey, Ibu Cintavhati, dll), Biro

    Pendidikan (Mas Hafizh), dan masih banyak lagi. Jadi ini bukan semena-mena maunya Pak Jossy dan

    saya. Lagipula keputusan ini dibuat dengan landasan etika yang berniat mendidik mahasiswa.Terlebih

    lagi Pak Jossy merupakan sosok yang menjunjung tinggi nilai-nilai religious dan insiden-insiden

    pelanggaran etika seperti ini tidak disukai olehnya. Tapi di samping itu, seingat saya kami masih

    memperbolehkan perpanjangan waktu operasional ruang belajar itu pada masa-masa menjelang ujian,

    kalau tidak salah sampai pukul 00.00. Menurut saya pun sesuatu yang tidak masuk akal apabila

    mahasiswa setiap hari belajar pada pukul 03.00 pagi ketika hari-hari biasa, apalagi kebanyakan

    mahasiswa ada kuliah pagi.

    Q: Apa saja hal-hal yang memicu keputusan ini dibuat?

    A: Kebijakan ini ada karena berbagai rangkaian insiden yang dilaporkan satpam atas hal-hal tak

    beretika yang ternyata terjadi dalam pemanfaatan ruang belajar 24 jam itu. Kami sangat mempercayai

    laporan satpam, karena memang mereka pihak yang diberi amanah untuk mengontrol kampus dan

    mengecek keadaan ruang itu. Saya pribadi awalnya juga tidak tahu dimana dan seperti apa ruang

    belajar 24 jam tersebut, sampai suatu ketika saya diharuskan berkunjung ke TKP akibat banyaknya

    laporan atas kasus penyalahgunaan yang terjadi. Laporan yang ada memberitakan bahwa ruangan itu

    dipakai mahasiswa untuk mesum dengan menonton film porno saat malam hari, bahkan sampai ada

    yang membawa kasur untuk tidur karena kamar kost-nya panas. Menurut saya, hal-hal mesum seperti

    menonton film porno sebetulnya manusiawi saja, tetapi seharusnya janganlah kegiatan itu dilakukan

    dengan memanfaatkan fasilitas kampus. Untuk itu dikeluarkanlah keputusan ini.

    Q: Jadi alasan pengurangan waktu operasional ini diputuskan bukan karena ada pasangan mesum?

    Karena berita yang beredar di kalangan mahasiswa seperti itu.

    A: Bukan. Sepengetahuan saya tidak ada kejadian sampai seperti itu. Hanya perilaku mesum antara

    mahasiswa laki-laki dengan laptopnya, yakni dengan menonton film porno. Dan hal ini terjadi bukan

    hanya 1-2 kali, namun satpam sudah melaporkan berita acara berkali-kali.

    Q: Seperti kita tahu, sebelumnya memang belum ada peraturan yang mengatur tata tertib penggunaan

    ruang belajar 24 jam tersebut sama sekali. Apabila kelak peraturan beserta sanksi-sanksi bagi

    pelanggarnya dibuat, masih adakah kemungkinan kebijakan ini dicabut dan memperbolehkan waktu

    operasional kembali seperti semula (24 jam)?

  • 22

    A: Kalau menurut saya, aturan dan sanksi itu tidak akan berpengaruh banyak merubah etika

    mahasiswa. Tentang sanksi, menurut saya sanksi yang paling efektif hanya Drop Out (DO).

    Sayangnya hukuman DO sangat berat untuk dilakukan di FEB UI. Apalagi kalau penyebabnya hanya

    hal manusiawi seperti menonton film porno. Yang kami inginkan, mahasiswa tertib, melakukan

    tindakan sesuai etika dari hatinya bukan karena takut akan peraturan dan sanksi yang ada. Kalaupun

    dibuat aturan restriksi terhadap pengunjung non-FEB (fakultas lain, tamu, dll), saya malah

    memandang kehadiran mereka yang turut memanfaatkan fasilitas perpustakaan kita sebagai sebuah

    kebanggaan karena hanya FEB UI yang dapat menyediakan fasilitas seperti ini, tidak ada yang lain.

    Sehingga pembatasan pengguna ruang belajar 24 jam hanya diperuntukkan bagi yang mahasiswa FEB

    saja tidak akan efektif.

    Q: Apabila satpam diminta untuk bertugas khusus memantau keadaan ruang belajar 24 jam tepat di

    lokasi, apakah memungkinkan untuk kebijakan ini dicabut dan memperbolehkan waktu operasional

    kembali seperti semula (24 jam)?

    A: Tidak mungkin meminta satpam untuk terus-menerus duduk memantau di ruangan itu karena

    beban satpam sudah banyak untuk berpatroli menjaga inventaris kampus. Lagipula, mahasiswa juga

    akan merasa tidak nyaman kalau saat belajar di cek satu-satu monitornya.

    Q: Apakah pernah ada protes langsung dari mahasiswa mengenai kebijakan perubahan waktu

    operasional ruang belajar 24 jam kepada pihak pimpinan?

    A: Sempat ada beberapa, namun hal itu sudah lama sehingga saya lupa persis siapa mahasiswanya.

    Yang pasti pihak yang pernah merasa paling keberatan atas kebijakan ini adalah Kepala Perpustakaan

    saat itu.

  • 23

    Narasumber : Pribadi Setiyanto, S.E., M.A.

    Jabatan : Kepala Pusat Kegiatan Mahasiswa FEB UI

    Q: Apakah bapak setuju dengan ide Ruang Belajar 24 Jam?

    A: Itu merupakan ide yang baik. Lagipula ruang 24 jam merupakan fasilitas penunjang yang baik

    karena disana disediakan sebuah ruangan yang tertutup, dilengkapi dengan AC, dan internetnya juga

    bagus. Saya ingin memberitahu kalau ruangan tersebut namanya bukanlah Ruang Belajar 24 Jam,

    melainkan Ruang Baca 24 Jam. Ada perbedaan antara belajar dan membaca, ya. Kalau membaca

    cenderung lebih tenang dan bersifat individualis, jadi memang ruang tersebut diperuntukkan untuk

    mereka yang ingin membaca.

    Q: Menurut bapak, apakah penyebab ruangan tersebut dikurangi jam operasionalnya?

    A: Karena peraturannya tidak ada. Tidak ada peraturan yang jelas mengenai penggunaan ruang 24 jam

    tersebut saat pertama ruangan tersebut diadakan. Penyebab ruangan tersebut dikurangi jam

    operasionalnya karena terjadi penyalahgunaan yang dilakukan oleh pihak mahasiswa. Satuan

    pengamanan juga tidak dilengkapi dengan SOP yang jelas. Terlebih lagi di UI, ada peraturan kampus

    yang mengatur mengenai jam operasional aktivitas di kampus, kalau tidak salah memang sampai

    pukul sepuluh malam. Akan tetapi, memang ada beberapa fakultas, seperti Fasilkom contohnya, yang

    mengizinkan mahasiswanya untuk menginap di kampus karena mahasiswanya sedang mengikuti

    kegiatan kompetisi yang bergengsi sehingga mereka memerlukan fasilitas kampus yang lebih

    memadai.

    Q: Menurut bapak, siapa yang memiliki otoritas untuk membuat peraturan mengenai penggunaan

    ruang 24 jam ini?

    A: Pihak-pihak yang terlibat, menurut saya, adalah pihak kemahasiswaan, pihak bidang umum, dan

    pihak perpustakaan. Terntu saja komitmen mahasiswa juga memegang peranan penting karena

    nantinya ruangan ini akan lebih diberdayakan oleh mahasiswa.

    Q: Bapak tadi mengatakan bahwa dari awal memang tidak ada peraturan yang jelas mengenai

    penggunaan ruangan ini, pernahkah bapak mengajukan usulan pembuatan peraturan? Dan apakah

    bapak pernah mengupayakan untuk pengembalian jam operasional ruangan tersebut sesuai namanya?

    A: Pernah. Saya pernah membicarakan perihal ini dengan manajer umum, tetapi manajer umum

    mengatakan bahwa ia tidak bisa memperpanjang secara otomatis menjadi 24 jam lagi. Hal ini dengan

    pertimbangan jika jam operasionalnya diperpanjang sampai pukul 12 malam, nanti bagaimana

    mahasiswa pulang ke kost mereka. Akan lebih berbahaya pulang tengah malam seperti itu. Namun,

    jika kami juga tidak bisa serta merta menjadikan jam operasional nya kembali 24 jam karena kami

    tidak ingin kejadian penyalahgunaan dan penyimpangan terjadi lagi, kami tidak ingin membuka celah

    kejadian serupa untuk terjadi lagi. Alasan yang utama mengapa jam operasional ruangan tersebut tidak

    kembali seperti sedia kala adalah karena tidak ada demand-nya. Beberapa mahasiswa memang

    mengeluh, tetapi tidak ada yang mempermasalahkan sampai melakukan aksi memperjuangkan

    pengembalian jam operasional 24 jam. Pihak dari perpustakaan juga sempat menyampaikan

  • 24

    penolakannya saat awal kebijakan pengurangan jam operasional ruangan ditetapkan, namun sepertinya

    sudah memutuskan menyerah melakukan aksi lanjutan. Untuk sekarang, kami sedang mengupayakan

    jam operasional 24 jam seminggu menjelang ujian.

    Q: Dengan pengurangan jam operasional ruang 24 jam ini yang tidak sesuai namanya dan tidak ada

    kejelasan apakah kebijakan ini akan berlaku seterusnya atau tidak tentunya ini terlihat seperti

    pembohongan publik. Ruangan 24 jam tidak hanya menguntungkan mahasiswa sebagai pengguna,

    tetapi juga pihak fakultas karena kepemilikan ruangan 24 jam penting untuk akreditasi. Apakah

    sebaiknya nama dari Ruang Baca 24 Jam itu diubah saja?

    A: Pengubahan nama bukanlah langkah yang taktis. Untuk keperluan akreditasi, mungkin Wakil

    Dekan 1 tidak menjadikan kepemilikan ruang 24 jam sebagai salah satu faktor yang signifikan untuk

    penilaian. Saya lebih setuju kalau ruangan tersebut tetap dibuka 24 jam, tetapi dilengkapi dengan

    peraturan.

    Q: Menurut bapak, peraturan seperti apa yang tepat agar Ruang Baca 24 Jam ini tetap bisa beroperasi

    24 jam seperti namanya?

    A: Pertama, ruangan ini harus memakai sistem reservasi. Meja belajar yang disediakan kan tidak

    banyak, jadi mahasiswa yang ingin menggunakannya harus reservasi tempat terlebih dahulu. Reservasi

    dapat dilakukan di satpam karena nantinya pihak satpam yang akan bertugas pada malam hari. Sistem

    reservasi ini juga dilakukan untuk mencegah mahasiswa atau pihak non-FE untuk dapat mengakses

    ruangan ini. Kedua, pengecekan berkala perlu dilakukan. Dalam hal ini, satuan pengamanan yaitu

    satpam yang bertugas melakukan pengecekan berkala karena memang sudah menjadi tugasnya. Para

    pengguna, dalam hal ini kebanyakan adalah mahasiswa, juga harus turut serta menjaga dan tidak

    menyalahgunakan penggunaan ruangan ini. Tidak adil jika hanya karena beberapa pengguna yang

    tidak bertanggung jawab ini kemudian merugikan semua orang. Menambah CCTV saya rasa masih

    perlu dipertimbangkan lagi karena adanya masalah biaya.

    Q: Apakah peraturan tersebut akan efektif?

    A: Jika dilakukan secara konsisten pasti efektif.

    Q: Menurut bapak, apakah sanksi yang pantas untuk pengguna yang melanggar?

    A: Sanksi akademis cukup sulit dilakukan. Saya berpendapat sanksi yang lebih pantas adalah tidak

    diizinkannya pelanggar tersebut untuk mengakses dan menggunakan fasilitas perpustakaan, seperti

    dilarang meminjam buku, menggunakan fasilitas PDEB, dan fasilitas-fasilitas lain yang disediakan

    perpustakaan.

  • 25

    5.3 Kuesioner Survey Kebutuhan Ruang Belajar 24 Jam di Perpustakaan Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia

    Jurusan : ..

    Angkatan : ..

    1) Dalam setahun terakhir, apakah Saudara pernah menggunakan fasilitas perpustakaan?

    (termasuk meminjam buku wajib dan bebas, menggunakan fasilitas ruang seminar dan

    diskusi, menumpang duduk mengisi waktu kosong, belajar bersama, dsb.)

    a. Pernah

    b. Tidak Pernah

    2) Apakah Saudara memiliki kartu anggota perpustakaan pada tahun akademik

    2014/2015 ini?

    a. Memiliki

    b. Tidak Memiliki

    3) Apakah Saudara pernah menggunakan fasilitas ruang belajar 24 jam?

    a. Pernah

    b. Tidak Pernah

    4) Apakah Saudara mengetahui tentang pernah adanya fasilitas ruang belajar 24 jam yang

    benar-benar memiliki jam operasional 24 jam? (sekarang jam operasional adalah 8.00

    22.00 WIB)

    a. Mengetahui (lanjutkan ke pertanyaan berikutnya)

    b. Tidak Mengetahui (lanjutkan ke pertanyaan nomor 7)

    5) Apakah Saudara pernah memakai fasilitas ruang belajar diatas pukul 22.00 WIB?

    (menggunakan fasilitas ruang belajar sebagaimana dimaksud benar-benar memiliki jam

    operasional 24 jam)

    a. Pernah

    b. Tidak Pernah

    6) Apakah kegiatan yang paling sering Saudara lakukan saat menggunakan fasilitas ruang

    belajar tersebut? (pilih 2 jawaban pilihan)

    a. Belajar dan mencari bahan pembelajaran

    b. Browsing hal-hal yang tidak terkait dengan pembelajaran maupun perkuliahan

    c. Hiburan (nonton film, mendengarkan musik, dsb.)

    d. Menemani teman apapun kegiatan yang dilakukan oleh teman

    e. Menginap untuk tidur dan beristirahat (terutama untuk yang menggunakan fasilitas

    ruang belajar di atas pukul 22.00 WIB)

  • 26

    f. Kegiatan lainnya, yakni.

    7) Menurut Saudara, seberapa penting ketersediaan ruang belajar 24 jam yang memiliki jam

    operasional 24 jam bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas

    Indonesia?

    (1: sangat tidak penting, 2: tidak penting, 3: penting, 4: sangat penting)

    1 2 3 4

    8) Jika dan hanya jika fasilitas ruang belajar 24 jam benar-benar kembali

    dioperasikan selama 24 jam, bagaimanakah respon Saudara?

    a. Setuju terhadap kebijakan tersebut

    b. Tidak setuju terhadap kebijakan tersebut

    c. Tidak peduli

    9) Jika dan hanya jika fasilitas ruang belajar 24 jam benar-benar kembali

    dioperasikan selama 24 jam, apakah Saudara akan menggunakan fasilitas ruang belajar

    di atas pukul 22.00 WIB?

    a. Menggunakannya

    b. Tidak Menggunakannya

    10) Apabila sedang dalam masa waktu mendekati ujian, apakah saudara membutuhkan

    fasilitas ruang belajar 24 jam?

    a. Ya, membutuhkan ruang 24 jam beroperasi 24 jam penuh

    b. Ya, membutuhkan ruang 24 jam beroperasi setidaknya 2 jam lebih lama dari pukul

    22.00

    c. Tidak, tidak membutuhkan fasilitas ruang belajar 24 jam di perpustakaan FEB UI

    Survey Tambahan: Accidental Sampling untuk Mengetahui Willingness to Pay Mahasiswa

    11) Berapakah jumlah uang yang rela anda bayar (dalam sekali bayar per bulan) untuk

    menjadikan ruang belajar 24 jam di perpustakaan FEB UI kembali beroperasi selama 24

    jam seperti semula saat masa perkuliahan biasa?

    a. Tidak bersedia membayar

    b. Rp 1 Rp 5.000

    c. Rp 5.001 Rp 10.000

    d. Rp 10.001 Rp 15.000

    e. Rp 15.001 Rp 20.000

    f. > Rp 20.000

  • 27

    12) Berapakah jumlah uang yang rela anda bayar (dalam sekali bayar per bulan) untuk

    menjadikan ruang belajar 24 jam di perpustakaan FEB UI kembali beroperasi selama 24

    jam seperti semula saat masa menjelang ujian?

    a. Tidak bersedia membayar

    b. Rp 1 Rp 5.000

    c. Rp 5.001 Rp 10.000

    d. Rp 10.001 Rp 15.000

    e. Rp 15.001 Rp 20.000

    f. > Rp 20.000

    5.4 Hasil Survey

  • 28

  • 29

  • 30

    Frekuensi Distribusi Willingness to Pay Ruang Belajar 24 Jam Selama Masa Perkuliahan Biasa

    Mahasiswa FEB UI

    Accidental Sampling

    Kelas Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Kumulatif

    Tidak Membayar 0 40 40 0 - 5000 2500 7 47 5000 - 10000 7500 2 49 10000 - 15000 12500 0 49 15000 - 20000 17500 1 50 20000 - 25000 22500 0 50 Mean 1000

    Frekuensi Distribusi Willingness to Pay

    Ruang Belajar 24 Jam Selama Masa Ujian Mahasiswa FEB UI

    Accidental Sampling

    Kelas NilaiTengah Frekuensi Frekuensi Kumulatif Tidak Membayar 0 27 27

    0 5000 2500 9 36 5000 10000 7500 10 46 10000 - 15000 12500 1 47 15000 - 20000 17500 1 48 20000 - 25000 22500 2 50 Mean 3450