Makalah Genetalia Laki2 Editt
Click here to load reader
-
Upload
rinta-tri-runika -
Category
Documents
-
view
63 -
download
0
Transcript of Makalah Genetalia Laki2 Editt
SISTEM REPRODUKSI PRIA
Sistem reproduksi pada laki-laki berkaitan terutama dengan kelangsungan keberadaan spesies
manusia. Oleh karena itu, sistem ini berbeda dengan sistem organ lainnya dalam tubuh yang
berhubungan dengan homeostatis dan kemampuan bertahan individu. Proses reproduksi pada
laki-laki meliputi, maturasi seksual (perangkat fisiologi untuk reproduksi), pembentukan
gamet (spermatozoa), dan ejakulasi.
Bagian-bagian dalam sistem reproduksi pria, antara lain :
A. Sepasang Testis
Kelenjar kelamin penghasil sperma dan hormon testosteron. Lokasi testis berada pada
skrotum yang memiliki lingkungan suhu lebih rendah beberapa derajat daripada suhu tubuh.
Pada kasus cryptorchidism (testis yang masih ada di rongga peritoneum, tidak turun ke
skrotum), lingkungan testis menjadi lebih panas yang mengakibatkan tidak dapat
menghasilkan sperma yang viabilitasnya baik, karena sperma sangat sensitif terhadap suhu.
Testis menghasilkan jutaan sperma setiap hari mulai dari masa pubertas sampai meninggal
dunia. Jika tidak dikeluarkan, sel-sel sperma akan mati dan diserap kembali oleh tubuh.
B. Epididimis
Saluran yang baru keluar dari testis disebut epididimis. Saluran ini berjalan berkelok-kelok
membentuk suatu gumpalan memanjang menempel di belakang testis. Sel-sel sperma yang
telah masak akan ditampung dalam saluran tersebut. Fungsi epididimis ialah sebagai tempat
penyimpanan dan pematangan spermatozoa. Sewaktu orgasme dan terjadi ejakulasi, otot
polos epididimis berkontraksi, mendorong sperma menuju duktus deferens dan uretra. Umur
spermatozoa dalam epididimis kira-kira 1 bulan.
C. Vas Deferens
Saluran vas deferens keluar dari epididimis berjalan lurus meninggalkan kantung buah pelir
(testis) untuk menuju rongga panggul. Vas deferens tersebut masuk di daerah lipat paha yang
berjalan diantara serabut-serabut otot untuk masuk ke dalam rongga panggul. Di dalam
rongga panggul kedua vas deferens kanan-kiri saling mendekat di belakang kantong kemih
kemudian menembus kelenjar prostat (glandula prostata) untuk bermuara dalam uretra
(saluran air kemih). Selanjutnya sel-sel mani dapat mengalir melalui uretra dalam penis. Jadi,
uretra-penis selain mengalirkan air kemih juga mengalirkan sel-sel mani.
D.Penis
Terdiri dari 3 bagian: akar, badan dan glans penis yang membesar yang banyak mengandung
ujung-ujung saraf sensorik. Organ ini berfungsi untuk tempat keluar urine dan semen serta
sebagai organ kopulasi.
1. Kulit penis tipis dan tidak berambut kecuali di dekat akar organ. Prepusium (kulup) adalah
lipatan sirkular kulit longgar yang merentang menutupi glans penis kecuali jika di angkat
melalui sirkumsisi. Korona adalah ujung proksima glans penis.
2. Badan penis, badan penis di bentuk dari 3 massa jaringan erektil silindris ; 2 korpus
karvenosum dan 1 korpus spongiosum ventral di sekitar uretra.
a. Jaringan erektil adalah jaringan-jaringan ruang darah irregular (venosa sinusoid) yang
diperdarahi oleh arteriol aferen dan kapilar, di drainase oleh venula dan di kelilingi jaringan
ikat rapat yang disebut tunika albuginea.
b. Korpus Kavernosum dikelilingi jaringan ikat rapat yang disebut tunika aluginea.
3. Mekanisme ereksi penis. Ereksi adalah salah satu fungsi vaskular korpus kavernosum
dibawah pengendalian SSO.
a. Jika penis lunak, stimulus simpatis terhadap arteriol penis menyebabkan konstriksi
sebagian organ ini, sehingga aliran darah yang melalui penis tetap dan hanya sedikit darah
yang masuk ke sinusoid kavernosum.
b. Saat stimulasi mental/seksual, stimulus parasimpatis menyebabkan vasodilatasi arteriol
yang memasuki penis. Lebih banyak darah yang memasuki vena dibandingkan yang dapat di
drainase vena.
c. Sinusoid korpus kavernosum berdistensi karena berisi darah dan menekan vena yang
dikelilingi tunika albuginea non-distensi.
d. Setelah ejakulasi, impuls simpatis menyebabkanterjadinya vasokonstriksi arteri dan darah
akan mengalir ke vena untuk dibawa menjauhi korpus. Penis mengalami detumesensi atau
kembali ke kondisi lunak.
E. Kelenjar Tambahan :
Kelenjar tambahan berfungsi untuk mengsekresi cairan yang diperlukan sebagai media
berenangnya sperma, mempertahankan kehidupan sperma, dan menetralisir asam. Cairan ini
akan bergabung dengan sperma di saat ejakulasi, menghasilkan air mani (semen). Terdapat 3
kelenjar tambahan, yaitu :
1. Vesikula Seminalis
Epitel sekretorik menyekresi bahan mukus yang mengandung fruktosa, asam sitrat,
prostaglandin, dan fibrinogen. Setelah itu vas deferens mengeluarkan sperma dan menamabah
semen yang diejakulasi, fruktosa, dan zat gizi lainnya yang dibutuhkan oleh sperma untuk
membuahi ovum. Prostaglandin membutuhkan proses pembuahan yang bereaksi dengan
mukus serviks dan membuat lebih reseptif (menerima) terhadap gerakan sperma untuk
menggerakkan sperma sampai mencapai ke ujung atas tuba fallopi dalam waktu 5 menit.
2. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat menghasilkan cairan encer yang mengandung ion sitrat, ion phosphat, enzim
pembeku, dan profibrinosilin. Selama pengisian kelenjar prostat berkontraksi sejalan dengan
kontraksi vas deferens sehingga cairan encer dapat dikeluarkan untuk menambah lebih
banyak jumlah semen. Sifat yang sedikit basa dari cairan prostat memungkinkan untuk
keberhasilan fertilisasi (gumpalan) ovum karena cairan vas deferens sedikit asam. Cairan
prostat menetralisir sifat asam dari cairan lain setelah ejakulasi. Menghasilkan cairan basa
berwarna putih susu. Cairan ini berfungsi untuk menetralkan sifat asam pada saluran vasa
eferentia dan cairan pada vagina sehingga sperma dapat bergerak dengan aktif.
3. Kelenjar Cowperi (Bulbouretralis)
Ada sepasang, terletak pada diafragma urogenital di bawah kelenjar prostat, salurannya
bermuara di uretra spongiosa, panjangnya 2-5cm, penghasil cairan pelicin.
F. Semen
Cairan semen berasal dari vas deferens dan merupakan cairan yang terakhir diejakulasi.
Semen berfungsi untuk mendorong sperma keluar dari duktus ejakulatorius dan uretra. Cairan
dari vesikula seminalis membuat semen lebih kental. Enzim pembeku dari cairan prostat
menyebabkan fibrinogen dari cairan vesikula semenalis membentuk kuagulum yang lemah.
Walaupun sperma dapat hidup beberapa minggu dalam duktus genitalia pria setelah sperma
diejakulasi ke dalam semen, akan tetapi jangka hidup sperma maksimal 24-48 jam. Air mani
yang normal memiliki beberapa kriteria, antara lain :
a) Berupa cairan yang sedikit kental, warna putih kadang-kadang kekuningan.
b) Volume 3-5 cc.
c) Lebih dari 60 persen sperma bergerak aktif.
d) Jumlah sperma 50-100 juta per cc, bila dibawah 20 juta per cc menunjukkan infertilisasi
(tak dapat menghasilkan keturunan).
e) Jumlah sperma yang normal harus lebih besar dari 70 persen.
G. Duktus seminalis
Merupakan kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudian duktus ini berjalan
masuk ke dalam rongga perut kemudian ke kandung kemih, di belakang kandung kemih
akhirnya bergabung dengan saluran vesika seminalis dan selanjutnya membentuk
ejakulatorius, dan bermuara di prostat, panjang duktus deferens 50-60cm berjalan bersama
pembuluh darah dan saraf dalam funikulus spermatikus melalui kanalis inguinalis memanjang
pada bagian akhir berbentuk kumparan disebut ampula duktus deferentis, terletak dalam
osteum fesika seminalis berlanjut sebagai duktus ejakulotorius yang menembus prostat.
H. Uretra
Uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh.
Berfungsi sebagai saluran pengeluaran air mani. Panjang uretra sekitar 20 cm dan berakhir
pada akhir penis. Uretra pada pria dibagi menjadi 4 bagian, dinamakan sesuai dengan
letaknya:
1. Pars pra-prostatica, terletak sebelum kelenjar prostat.
2. Pars prostatica, terletak di prostat, Terdapat pembukaan kecil, dimana terletak muara vas
deferens.
3. Pars membranosa, sekitar 1,5 cm dan di lateral terdapat kelenjar bulbouretralis.
4. Pars spongiosa/cavernosa, sekitar 15 cm dan melintas di corpus spongiosum penis.
I. Skrotum
Sebuah kantung kulit yang menggantung dibawah penis. Tugasnya adalah menyanggah dan
melindungi testis. Karena menggantung diluar tubuh, Skrotum juga membuat suhu testis
lebih rendah dari suhu tubuh. Kondisi ini menguntungkan karena testis dapat membuat
sperma pada kondisi terbaik dalam menjalankan fungsinya, skrotum dapat merubah
ukuranya. Bila suhu udara dingin, skrotum akan mengerut dan menyebabkan testis lebih
dekat dengan tubuh dan dengan demikian lebih hangat sebaliknya pada cuaca panas, skrotum
akan membesar dan mengendur akibatnya luas permukaan skrotum meningkat dan panas
dapat di keluarkan.
J. Fenikulus spermatikus
Merupakn bangunan penyambung yang berisi duktus seminalis, pembuluh limfe dan serabut-
serabut saraf.
K. Vasa eferentia
Vasa eferentia merupakan bagian yang berfungsi menampung sperma untuk disalurkan ke
epididimis berjumlah antara 10-20 buah.
L. Korpus Spongiosum
Jaringan seperti spons yang bisa membesar dan menegang. Bila hasrat seksual seorang pria
meningkat, jaringan ini akan terisi darah dan akibatnya penis membesar dan mengeras.
Keadaan ini disebut ereksi. Kemampuan untuk ereksi sangat berperan dalam fungsi
reproduksi.
M. Hormon Pada Pria :
1. Hormon Testosteron
Dihasilkan oleh sel interstial yang terletak antara tubulus seminiferus. Sel ini berjumlah
sedikit pada bayi dan anak, tetapi banyak terdapat pada pria dewasa.
Setelah pubertas, sel interstial banyak menghasilkan hormon testosteron yang disekresi oleh
testis. Sebagian besar testosteron berikatan longgar dengan protein plasma yang terdapat
dalam darah dan sebagian terikat pada jaringan yang dibuahi dalam sel menjadi dehidrasi
testosteron. Testosteron yang tidak terikat pada jaringan dengan cepat diubah oleh hati
menjadi aldosteron dan dehidroepialdosteron. Konjugasi ini disekresi dalam usus melalui
empedu ke dalam urin.
Fungsi hormon testosteron :
1. Efek desensus (penempatan) testis.
Hal ini menunjukkan bahwa testosteron merupakan hal yang penting untuk
perkembangan seks pria selama kehidupan manusia dan merupakan faktor
keturunan.
2. Perkembangan seks pria dan sekunder.
Sekresi testosteron setelah pubertas menyebabkan penis, testis, dan skrotum
membesar sampai usia 20 tahun serta mempengaruhi pertumbuhan sifat
seksual sekunder pria mulai pada masa pubertas.
2. Hormon Gonadotropin
Kelenjar hipofisis anterior menghasilkan dua macam hormon, yaitu Lutein Hormon (LH) dan
Folikel Stimulating Hormon (FSH). Bila testis dirangsang oleh LH dari kelenjar hipofisis,
maka sekresi testosteron selama kehidupan fetus penting untuk peningkatan pembentukan
organ seks pria.
3. Hormon Estrogen
Dibentuk dari testosteron dan dirangsang oleh hormon perangsang folikel. Hormon ini
memungkinkan spermatogenesis untuk menyekresi protein pengikat endogen untuk mengikat
testosteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan lumen tubulus
semininferus untuk pematangan sperma.
4. Hormon Pertumbuhan
Diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi metabolisme testis secara khusus dan untuk
meningkatkan pembelahan awal spermatogenesis sendiri. Bila tidak terdapat hormon
pertumbuhan, maka spermatogenesis sangat berkurang atau tidak ada sama sekali.
N. Fisiologi Sperma
Mortilitas dan fertilitas sperma terjadi karena gerakan flagella melalui medium cairan.
Sperma normal cenderung untuk bergerak lurus daripada berputar. Aktivitas ini ditingkatkan
dalam medium netral dan sedikit basa. Pada medium yang sangat asam dapat mematikan
sperma dengan cepat. Aktivitas sperma dapat meningkat bersamaan dengan peningkatan suhu
dan kecepatan metabolisme. Sperma pada traktus genetalia wanita hanya dapat hidup 1-2
hari.
O. Spermatogenesis
Tubulus seminiferus mengandung banyak sel epitel germinativum yang berukuran kecil
dinamakan spermatogenia, menjadi sprematosit, dan membelah diri membentuk 2
spermatosit yang masing-masing mengandung 23 kromosom setelah beberapa minggu
menjadi spermatozoa. Spermatid pertama kali dibentuk masih mempunyai sifat umum sel
epiteloid kemudian sitoplasma menghilang lalu spermatid memanjang menjadi spermatozoa
yang terdiri atas kepala, leher, badan, dan ekor.
Setelah pembentukan tubulus seminiferus, sperma masuk ke seminiferus selama 18 jam-10
hari hingga mengalami proses pematangan. Epididimis menyekresi cairan yang mengandung
hormon, enzin, dan gizi yang sangat penting dalam proses pematangan sperma. Sebagian
besar terdapat pada vas deferens dan sebagian kecil di dalam epididimis.
Sel sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses
kompleks yang disebut dengan spermatogenesis. Secara simultan proses ini memproduksi
sperma matang di dalam tubulus seminiferus lewat langkah-langkah berikut ini:
1. Ketika seorang anak laki-laki mencapai pubertas pada usia 11 sampai 14
tahun, sel kelamin jantan primitif yang belum terspesialisasi dan disebut
dengan spermatogonium menjadi diaktifkan oleh sekresi hormon
testosteron.
2. Masing-masing spermatogonium membelah secara mitosis untuk
menghasilkan dua sel anak yang masing-masing berisi 46 kromosom
lengkap.
3. Dua sel anak yang dihasilkan tersebut masing-masing disebut
spermatogonium yang kembali melakukan pembelahan mitosis untuk
menghasilkan sel anak, dan satunya lagi disebut spermatosit primer yang
berukuran lebih besar dan bergerak ke dalam lumen tubulus seminiferus.
4. Spermatosit primer melakukan meiosis untuk menhasilkan dua
spermatosit sekunder yang berukuran lebih kecil dari spermatosit
primer. Spermatosit sekunder ini masing-masing memiliki 23 kromosom yang terdiri atas 22
kromosom tubuh dan satu kromosom kelamin (Y atau X).
5. Kedua spermatosit sekunder tersebut melakukan mitosis untuk
menghasilkan empat sel lagi yang disebut spermatid yang tetap memiliki
23 kromosom.
6. Spermatid kemudian berubah menjadi spermatozoa matang tanpa
mengalami pembelahan dan bersifat haploid (n) 23 kromosom.
Keseluruhan proses spermatogenesis ini menghabiskan waktu sekitar 64 hari.
Sperma dihasilkan oleh tubulus seminiferus yang memiliki panjang 250 m
dalam testes. Sel-sel yang berada di tubulus seminiferus berupa sel germinal dengan
bermacam-macam tahap perkembangan dan sel Sertoli yang memberikan dukungan penting
pada spermatogenesis. Spermatogenesis adalah proses kompleks sel germinal prmordial
spermatogonia (46 kromosom) berproliferasi dan dikonversi menjadi spermatozoa motil (23
kromosom). Prosesnya memerlukan waktu 64 hari dengan 3 tahap: mitosis, meiosis, dan
spermiogenesis. Spermatozoa memiliki 4 bagian, yaitu kepala, akrosom, midpiece, dan ekor.
Kepala terdiri dari nukleus yang terdapat informasi genetik. Akrosom adalah vesikel pada
kepala yang terdapat enzim yang digunakan untuk penetrasi sperma. Akrosom dibentuk
dengan agregasi vesikel dihasilkan oleh retikulum endoplasmik/ kompleks golgi. Mobilitas
spermatozoa dapat terjadi karena adanya ekor yang panjang yang tumbuh dari sentriol.
Pergerakan ekor terjadi hasil dari pergerakan mikrotubul yang menggunakan energi (ATP)
dari mitokondria yang berada pada bagian midpiece sperma. Proses spermatogenesis ini dapat
terjadi karena dukungan dari sel Sertoli.
Fungsi penting sel Sertoli selama proses spermatogenesis antara lain:
1. Sel Sertoli membentuk tight junction sebagai barrier spermatozoa dengan
darah sehingga dapat mencegah pembentukan antibodi yang dapat
menyerang sel spermatozoa (dianggap sebagai zat asing karena haploid,
sel tubuh bersifat diploid).
2. Memberikan makanan.
3. Sel Sertoli berfungsi untuk memfagosit sitoplasma dari spermatid yang
berubah menjadi spermatozoa dan menghancurkan sel germinal yang
rusak.
4. Sel Sertoli membentuk lumen cairan tubulus seminiferus sehingga
sperma dapat dilepaskan dari tubulus ke epididimis untuk disimpan dan
diproses lebih lanjut.
5. Sel Sertoli mensekresi androgen-binding protein (ABP). ABP berfungsi
untuk mempertahankan testosteron tetap berada dalam tubulus
seminiferus, karena testosteron berupa lipid yang mudah keluar dari
membran plasma dan meninggalkan lumen.
6. Menghasilkan hormon inhibin sebagai umpan balik negatif yang
mengontrol sekresi FSH.
P. Pematangan Sperma
Setelah terbentuk dalam tubulus semeniferus, spema membutuhkan waktu beberapa hari
untuk melewati epididimis. Sperma bergerak dari tubulus seminiferus ke bagian awal
epididimis selama 18-24 jam. Sperma memiliki kemampuan mortalitas walaupun beberapa
faktor menghambat cairan dalam epididimis untuk mencegah mobilitas setelah ejakulasi
menyekresi cairan yang mengandung hormon testosteron dan estrogen, enzim-enzim, serta
nutrisi khusus untuk pematangan sperma.
Q. Penyimpanan Sperma
Kedua testis dapat membentuk sperma ± 120 juta setiap hari. Sejumlah kecil sperma dapat
disimpan dalam epididimis, sedangkan sebagian besar sisanya disimpan dalam vas deferens
dan ampula vas deverens sehingga dapat mempertahankan fertilitasnya dalam duktus
genitalis selama 1 bulan. Dengan aktivitas seksualitas yang tinggi, penyimpanan hanya
beberapa hari saja.
R. Kegiatan Seksual Pria
Rangasangan akhir organ sensorik dan sensasi seksual menyebar melalui saraf pudendus
melalui pleksus sakralis dari medula spinalis untuk membantu rangsangan aksi seksual dalam
mengirim sinyal ke medula dan berfungsi untuk meningkatkan sensasi seksual yang berasal
dari struktur interna. Dorongan seksual akan mengisi organ seksual dengan sekret yang
menyebabkan keinginan seksual dengan merangsang kandung kemih dan mukosa uretra.
Unsur psikis rangsangan seksual : sesuai dengan meningkatnya kemampuan seseorang untuk
melakukan kegiatan seksual dengan memikirkan/khayalan akan menyebabkan terjadinya aksi
seksual sehingga menimbulkan ejakulasi atau pengeluaran sepanjang mimpi/khayalan,
terutama usia remaja.
Aksi seksual pada medula spinalis : fungsi otak tidak terlalu penting karena rangsangan
genital yang menyebabkan ejakulasi dihasilkan dari mekanisme refleks yang sudah
terintegrasi pada medula spinalis lumbalis. Mekanisme ini dapat dirangsang secar psikis dan
seksual yang nyata ataupun kombinasi keduanya.
S. Pengaturan Fungsi Reproduksi
Pengaturan fungsi reproduksi dimulai dari pelepasan hormon gonadotropin (GnRH) oleh
hipotalamus lalu merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk menyekresi Lutein Hormon,
hormon perangsang Lutein Hormon (LH), dan Folikel Stimulating Hormon (FSH). Lutein
Hormon merupakan rangsangan utama untuk sekresi testosteron oleh testis dan folikel
stimulating. Hormon yang disekresi akan merangsang spermatogenesis.
Ejakulasi disertai orgasme merupakan titik kulminasi aksi seksual laki-laki. Semen
diejeksikan melalui serangkaian semprotan.
1. Impuls simpatis dari pusat refleks medula spinalis menjalar di sepanjang spinal lumbal (L1
dan L2) menuju organ genital dan menyebabkan kontraksi peristaltik dalam duktus testis
epididimis dan duktus deferens. Kontraksi ini menggerakkan sperma di sepanjang saluran.
2. Impuls parasimpatis menjalar pada pusat pudendal dan menyebabkan otot bulbo
kavernosum pada dasar penis berkontraksi secara berirama.
3. Kontraksi awal pada vesikel spinalis, prostat, dan kelenjar bolborektalis menyebabkan
terjadinya sekresi cairan seminal yang bercampur dengan sperma untuk membentuk semen.
T. Pengaruh GnRH Meningkatkan Sekresi LH dan FSH
Hipotalamus melepaskan Gonadotropin Hormon (GnRH) yang diangkut ke kelenjar
hipotalamus anterior untuk merangsang pelepasan LH dan FSH dalam darah porta.
Perangsangan hormon ini ditentukan oleh frekuensi dari siklus sekresi dan jumlah GnRH
yang dilepas dari setiap siklus. Sekresi LH mengikuti pelepasan GnRH lalu sekresi FSH
berubah lebih lambat sebagai respons perubahan jangka panjang GnRH.
Pengaruh hormon gonadotropin terhadap LH dan FSH : hormon ini disekresi oleh sel-sel
yang sama dalam kelenjar hipofisis anterior. LH dan FSH adalah glikoprotein yang berkaitan
dengan protein dalam molekul yang sangat bervariasi. Dalam keadaan yang berbeda dapat
mengubah kemampuan aktivitas dasar LH maupun FSH hingga mengeluarkan pengaruhnya
pada jaringan di dalan testis melalui aktivitas pengaktifan sistem enzim khusus dalam sel-sel
target berikutnya.
U. Sekresi Metabolisme dan Sifat Kimia
Sekresi androgen dalam tubuh memiliki efek maskulinisasi termasuk testosteron. Aktivitas
maskulinisasi dari semua hormon sangat sedikit yaitu kurang dari 5% seluruh aktivitas tubuh
pria dewasa. Sifat kimia androgen adalah senyawa steroid untuk testosteron yang dapat
dibentuk dari kolesterol langsung dari asetil koenzim A. Setelah testosteron di metabolisme
dan disekresi testis, sekitar 97% testosteron akan menjadi lemah ikatannya dengan albumin
plasma atau lebih kuat berikatan dengan globulin yang disebut globulin pengikat hormon
kelamin dan bersirkulasi dengan darah.
Sebagian besar testosteron yang terikat ke jaringan diubah dalam sel-sel menjadi
dehidrotestosteron dalam organ khusus seperti kelenjar prostat pada pria dewasa dan dalam
genitalia eksterna pada janin laki-laki. Pembentukan estrogen juga terjadi pada pria. Di
samping itu, testosteron dan estrogen juga ditemukan dalam urine pria. Jumlah estrogen
dalam cairan tubulus seminiferus cukup tinggi dan menjalankan perannya dalam
spermatogenesis.