Makalah Full
-
Upload
boceng-lesmana -
Category
Documents
-
view
365 -
download
5
description
Transcript of Makalah Full
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah adalah penanggung jawab dalam keberlangsungan negara. Berhasil atau
tidaknya sebuah negara merupakan implementasi nyata dari kinerja pemerintah. Salah satunya
adalah peran pemerintah dalam perekonomian negara. Peran pemerintah dalam kegiatan
ekonomi suatu negara, dapat di analogikan dengan kepala rumah tangga, dimana pemerintah
berupaya untuk menstabilkan gejolak ekonomi di dalam negaranya. Hampir seluruh negara di
dunia melibatkan peran pemeritah dalam sistem perekonomiannya. Termasuk di negara yang
menganut sistem kapitalis sekalipun, yang menghendaki peran swasta lebih dominan dalam
mengelola perekonomiannya. Karena tidak ada satupun negara kapitalis di dunia ini yang
menganut sistem kapitalis murni.
Dalam masa sekarang ini, pesatnya perkembangan dan kemajuan akibat semakin
majunya teknologi dan banyaknya penemu-penemu baru serta semakin terbukanya
perekonomian antar negara, menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling terkait dan
berbenturan. Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan dalam mengatur
jalannya sistem perekonomian, karena tidak sepenuhnya semua bidang perekonomian itu dapat
ditangani oleh swasta. Salah satu alasan yang membuat peran pemerintah begitu penting dalam
perekonomian adalah adanya kegagalan pasar yang disebabkan oleh penyediaan barang publik
dan eksterbalitas.
Dengan demikian dalam sistem perekonomian modern, peranan pemerintah dapat dibagi
dalam tiga bagian, yaitu:
1. Peranan alokasi
2. Peranan distribusi
3. Peranan stabilisasi
1
Sebagai contoh dari penyediaan barang adalah jalan yang berada di lingkungan kita. Jalan
merupakan barang publik yang dapat digunakan oleh semua orang. Namun terkadang
penggunaan jalan tersebut dirasakan tidak sesuai dengan fungsinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sebenarnya peran pemerintah dalam perekonomian?
2. Apa saja perbedaan peran ekonomi pemerintah?
3. Mengapa pemerintah perlu ikut serta berperan dalam perekonomian?
4. Apa saja jenis atau contoh kegagalan pasar dan bentuk-bentuk distribusi pendapatan?
5. Apa yang terjadi di lingkungan sekitar berkaitan dengan peran ekonomi pemerintah?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami peran pemerintah dalam perekonomian.
2. Mahasiswa mampu membedakan peran pemerintah dalam perekonomian.
3. Mahasiswa mengetahui alasan keikutsertaan pemerintah dalam perekonomian.
4. Mahasiswa mengetahui jenis atau contoh kegagalan pasar serta bentuk-bentuk distribusi
pasar.
5. Mahasiswa mampu secara langsung mengetahui contoh kasus dan peran nyata
pemerintah dalam perekonomian.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peran Ekonomi Pemerintah
Peran pemerintah dalam kegiatan ekonomi suatu negara, dapat di analogikan dengan
kepala rumah tangga, dimana pemerintah berupaya untuk menstabilkan gejolak ekonomi di
dalam negaranya. Tujuan pemerintah dalam menstabilkan ekonomi negaranya adalah:
a. Agar dapat memenuhi kebutuhan para pelaku ekonomi (produsen, konsumen, lembaga
penunjang ekonomi)
b. Membangun sistem perekonomian dalam bentuk sistem kelembagaan ekonomi, sistem
perundang-undangan dan peraturan kebijakannya, sistem pengelolaan manajemen
pemerintahan, perumusan kebijakan ekonomi, juga sistem distribusi dan pengembangan
infrastuktur publik.
c. Terus mengawasi agar terjadi pertumbuhan ekonomi.
1. Peranan Pemerintah Dalam Perekonomian Menurut Beberapa Ahli, antara lain:
a. Adam Smith
Memelihara keamanan dan pertahanan dalam negeri.
Menyelenggarakan peradilan.
Menyediakan barang-barang yang tidak bisa disediakan oleh swasta.
b. J.M Keynes
Perekonomian tidak diserahkan begitu saja pada mekanisme pasar. Hingga batas
tertentu, peran pemerintah justru diperlukan kalau perekonomian berjalan tidak sesuai
dengan yang diharapkan.
3
Keynes lebih sering mengandalkan kebijaksanaan fiskal. Dengan kebijaksanaan
fiskal, pemerintah bisa mempengaruhi jalannya perekonomian. Langkah itu dilakukan
dengan menyuntikkan dana berupa pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek
yang mampu menyerap tenaga kerja. Kebijaksanaan ini sangat ampuh dlm
meningkatkan output & memberantas pengangguran, terutama pada situasi saat
sumber-sumber daya belum dimanfaatkan secara penuh.
c. Richard Musgrave
Allocation Branch. Merupakan fungsi untuk menyediakan pemenuhan terhadap
publik want/kebutuhan publik. Dengan latar belakang kebaikan mekanisme pasar
pada fungsi alokasi secara optimal, juga dengan kekurangan-kekurangan mekanisme
pasar tampil peranan pemerintah dalam alocatioan branch ini. Jadi, tugas pemerintah
adalah mengisi kelemahan atau kekurangan mekanisme pasar dengan menyediakan
apa yang dinamakan dengan keinginan publik atau publik want.
Distribution Branch. merupakan fungsi politik anggaran belanja yang termasuk
fungsi klasik di mana pengeluaran dan penerimaan pemerintah ternyata memiliki efek
sosial ekonomi. Pertimbangan tentang kekayaan dan distribusi pendapatan,
kesempatan memperoleh pendidikan, mobilitas sosial, macam-macam warga negara
dengan berbagai bakatnya termasuk tugas cabang distribusi tersebut.
Stabilzation Branch. stabilisasi ini menyangkut usaha untuk mempertahankan tingkat
penggunaan faktor-faktor produksi yang tinggi dengan kestabilan nilai uang.
d. John Stuart Mills
The necessary function of government, yaitu fungsi yang tidak terpisahkan dari semua
macam pemerintahan. Fungsi ini hampir sama dengan fungsi yang dikemukakan oleh
Adam Smith.
The optional function of government, yaitu merupakan fungsi fakultatif. Menurut
Mills sedapat mungkin dibatasi. Contohnya, pemberian pengajaran, pemeliharaan
orang-orang sakit jiwa.
4
e. Adolf Wagner
Untuk mempertahankan hukum dan kekuasaan Negara (prinsip keadilan) dan
Memelihara perkembangan kebudayaan dan kemakmuran (misalnya, sekolah dan
rumah sakit).
2. Peranan pemerintah dalam sistem perekonomian modern dapat dibagi 3, antara lain:
a. Peranan Alokasi
Peranan alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal
penyediaan barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang
umum atau disebut juga barang publik. Karena dalam sistem perekonomian suatu negara,
tidak semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem pasar.
Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang disebut barang
publik tadi. Tidak dapat tersedianya barang-barang publik tersebut melalui sistem pasar
disebut dengan kegagalan pasar. Hal ini dikarenakan manfaat dari barang tersebut tidak dapat
dinikmati hanya oleh yang memiliki sendiri, tapi dapat dimiliki/dinikmati pula oleh yang
lain, dengan kata lain, barang tersebut tidak mempunyai sifat pengecualian seperti halnya
barang swasta. Contohnya seperti udara bersih, jalan umum, jembatan, dll.
Kegiatan dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi maupun barang-barang dan
atau jasa-jasa untuk memuaskan/memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi kegiatan ini untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu maupun kebutuhan masyarakat yang secara efektif
tidak dapat dipuaskan oleh mekanisme pasar. Contohnya dalam kegiatan pendidikan,
pertahanan dan keamanan, serta keadilan.
b. Peranan Distribusi
Peranan distribusi ini merupakan peranan pemerintah sebagai distribusi pendapatan
dan kekayaan. Tidak mudah bagi pemerintah dalam menjalankan peranan ini, karena
distribusi ini berkaitan erat dengan masalah keadilan. Sedangkan masalah keadilan sudah ini
sudah terlalu kompleks, sebab keadilan ini merupakan satu masalah yang bisa ditinjau dari
5
berbagai presepsi, bahkan masalah keadilan ini juga tergantung dari pandangan masyarakat
terhadap keadilan itu sendiri, karena keadilan itu merupakan masalah yang relatif dan
dinamis. Kegiatan dalam mengadakan redistribusi pendapatan atau mentransfer penghasilan
ini memberikan koreksi terhadap distribusi penghasilan yang ada dalam masyarakat.
Pemerintah dapat merubah distribusi pendapatn masyarakat baik secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya dengan pajak progresif, yaitu
membebankan pajak yang relatif lebih besar bagi orang kaya dan relatif lebih kecil bagi
orang misin, disertai subsidi bagi golongan miskin. Secara tidak langsung, bisa melalui
kebijaksanaan pengeluaran pemerintah, misalnya:pembangunan perumahan tipe sederhana
(RS) dan tipe sangat sederhana (RSS) yang lebih banyak porsinya dibanding rumah mewah,
untuk golongan pendapatn tertentu, subsidi untuk pupuk petani, dan lain sebagainya.
c. Peranan Stabilisasi
Kegiatan menstabilisasikan perekonomian yaitu dengan menggabungkan kebijakan-
kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan lain seperti kebijakan fiskal dan perdagangan
untuk meningkatkan atau mengurangi besarnya permintaan agregat sehingga dapat
mempertahankan fullemployment dan menghindari inflasi maupun deflasi. Peranan tabilisasi
pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalam menstabilkan perekonomian, seperti:
terjadi deflasi, inflasi, penurunan permintaan/penawaran suatu barang, yang nantinya
masalah-masalah tersebut akan mengangkibatkan timbulnya masalah yang lain secara
berturut-turut, seperti pengangguran, stagflasi, dll.
Permasalahannya sekarang ialah bagaimana menyelaraskan seluruh kebijaksanaan
yang akan diterapkan jika terjadi suatu masalah, tanpa bertentangan dengan kebijaksanaan
yang lain dan tanpa menimbulkan masalah baru. Baik itu kebijaksanaan dalam rangka
peranan pemerintah sebagai alat untuk mengalokasikan sumber-sumber ekonomi agar efisien,
distribusi pendapatan agar merata dan adil, serta stabilitas ekonomi. Demikian juga halnya
kebijaksanaan dibidang-bidang lain. Oleh karenanya dituntut kebijaksanaan yang betul-betul
seimbang dari pemerintah demi kesejahteraan masyarakat.
6
3. Peran Pemerintah Berdasarkan Bentuk Sistem Ekonomi, antara lain:
a. Sistem Ekonomi Liberal yaitu membebaskan individu untuk bertindak sesuka hati
sesuai kepentingan dirinya sendiri dan membiarkan semua individu untuk melakukan
pekerjaan tanpa pembatasan yang nantinya dituntut untuk menghasilkan suatu hasil yang
terbaik, yang menyajikan suatu benda dengan batas minimum dapat diminati dan disukai
oleh masyarakat (konsumen). Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung
dalam kegiatan ekonomi.
b. Sistem Ekonomi Kapitalis yaitu pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih
keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat
melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah
dilakukan secara besar-besaran untung kepentingan-kepentingan pribadi.
c. Sistem Ekonomi Sosialis atau disebut Command Economy, yaitu sistem ekonomi
dimana pemerintah membuat semua kebijakan menyangkut produksi, distribusi, dan
konsumsi. Dengan kata lain, dalam sistem ekonomi sosial yang murni, pemerintah
mengatur semua aspek kegiatan ekonomi.
d. Sistem Ekonomi Campuran yaitu gabungan dari sistem ekonomi pasar dan sistem
ekonomi terpusat. Dalam sistem ekonomi campuran, kebebasan individu dan perusahaan
dalam menentukan kegiatan ekonomi masih diakui, tetapi pemerintah ikut campur dalam
perekonomian sebagai stabilisator ekonomi dengan memberlakukan berbagai kebijakan
fiskal dan moneter.
4. Ada beberapa alasan perlunya peran dan fungsi pemerintah dalam perekonomian, antara lain
sebagai berikut:
a. Apabila perekonomian suatu negara diserahkan sepenuhnya kepada pasar bebas, akan
menimbulkan distorsi dan berantakan. Pelaku ekonomi hanya produsen dan konsumen.
Produsen akan memaksimumkan keuntungan, sementara konsumen akan
memaksimumkan kepuasan. Sehingga hanya produsen dan konsumen yang kuat saja
yang menang dalam persaingan.
b. Untuk memaksimumkan keuntungan, produsen akan menekan upah yang serendah-
rendahnya dan mematok harga jual yang tinggi. Akan terjadi kesenjangan sosial yang
7
sangat lebar karena konsumen yang kaya tidak mau berbagi dengan yang daya belinya
rendah.
c. Infrastruktur dasar (jalur transportasi dan keamanan) sebagai syarat terbentuknya iklim
berusaha tidak ada yang mau melaksanakannya karena biaya tinggi dan tidak
menghasilkan keuntungan.
d. Mekanisme pasar tidak dapat berfungsi tanpa keberadaan hukum yang dibuat pemerintah.
Hukum memberikan landasan bagi penerapan aturan main, termasuk pemberian hukuman
bagi pelaku ekonomi yang melanggarnya. Hukum hanya dapat ditegakkan dengan
undang-undang yang dibuat pemerintah. Dengan kata lain, peranan pemerintah menjadi
lebih penting karena mekanisme pasar saja tidak bisa menyelesaikan semua persoalan
ekonomi, untuk menjamin efisiensi, pemerataan dan stabilitas ekonomi.
e. Pembangunan ekonomi di banyak negara umumnya terjadi akibat campur tangan
pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung. Campur tangan pemerintah
sangat diperlukan dalam perekonomian untuk mengurangi dampak kegagalan pasar
(market failure), seperti kekakuan harga monopoli dan dampak negatif kegiatan usaha
swasta seperti pencemaran lingkungan.
5. Permaslaahan Dalam Keuangan Negara
a. Ketidaksesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan,
b. Kelemahan sistem pengendalian intern,
c. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,
d. Adanya campur tangan politik dalam pengelolaan keuangan negara,
e. Tidak akuntabilitas,
f. Tidak transparasi pengelolaan keuangan negara,
g. Korupsi
h. Dll.
2.2 Kegagalan Pasar
8
Dalam perjalanan pemerintah berperan dalam perekonomian, tidak selamanya
menghasilkan keberhasilan pasar. Terkadang kegagalan pasar pun dirasakan sangat nyata.
Kegagalan pasar sangat berpengaruh besar dalam kelangsungan perekonomian. Perekonomian
akan menjadi tidak stabil tatkala kegagalan tersebut tidak langsung dibenahi.
Kegagalan pasar tidak berarti bahwa sebuah pasar tidak lagi berfungsi. Kegagalan pasar
adalah situasi dimana sebuah pasar inefisien dalam mengatur produksi atau alokasi barang dan
jasa ke konsumen. Ekonom normalnya memakai istilah ini pada situasi dimana inefisiensi sudah
dramatis, atau ketika disugestikan bahwa institusi non pasar akan memberi hasil yang diinginkan.
Jenis atau contoh kegagalan pasar adalah:
a. Monopoli atau penyalahgunaan dari kekuasaan pasar dimana "seorang" pembeli atau
penjual bisa memberi pengaruh signifikan pada harga atau keluaran. Asumsi pasar
persaingan sempurna adalah produsen begitu banyak dan kecil-kecil sehingga secara
individu tidak mampu mempengaruhi pasar. Dengan kondisi demikian para produsen
dalam memasok barang bereferensi pada harga yang berlaku di pasar, sehingga mereka
hanya menjadi price taker. Akan tetapi kenyataannya sering terjadi dalam pasar hanya
ada satu (monopoli) atau beberapa produsen (oligopoli). Mereka dapat mempengaruhi
pasar dengan menentukan tingkat harga (price setter). Mereka bisa saja memproduksi
barang dengan jumlah yang sedikit dengan harga yang tinggi (jika dibandingkan dengan
kuantitas dan harga keseimbangan). Penyalahgunaan kekuasaan pasar bisa dikurangi
dengan menggunakan undang-undang anti-trust.
b. Eksternalitas, dimana terjadi dalam kasus dimana "pasar tidak dibawa kedalam akun
dari akibat aktivitas ekonomi di dalam orang luar/asing." Ada eksternalitas positif dan
eksternalitas negatif. Eksternalitas positif terjadi dalam kasus seperti dimana program
kesehatan keluarga di televisi meningkatkan kesehatan publik. Eksternalitas negatif
terjadi ketika proses dalam perusahaan menimbulkan polusi udara atau saluran air.
Eksternalitas negatif bisa dikurangi dengan regulasi dari pemerintah, pajak, atau subsidi,
atau dengan menggunakan hak properti untuk memaksa perusahaan atau perorangan
untuk menerima akibat dari usaha ekonomi mereka pada taraf yang seharusnya.
9
c. Barang Publik adalah konsumsi atas barang tersebut oleh suatu individu tidak akan
mengurangi jumlah barang yang tersedia untuk dikonsumsi oleh individu lainnya; dan
noneksklusif berarti semua orang berhak menikmati manfaat dari barang tersebut.
Sebagai contoh: jalan raya adalah barang publik, banyaknya pengguna jalan tidak akan
mengurangi manfaat dari jalan tersebut; semua orang dapat menikmati manfaat dari jalan
raya (noneksklusif) dan jalan raya dapat digunakan pada waktu bersamaan.
d. Informasi Asimetris atau ketidakpastian (informasi yang inefisien). Informasi asimetris
terjadi ketika salah satu pihak dari transaksi memiliki informasi yang lebih banyak dan
baik dari pihak yang lain. Biasanya para penjual yang lebih tahu tentang produk tersebut
daripada sang pembeli, tapi ini tidak selalu terjadi dalam kasus ini. Contohnya, para
pelaku bisnis mobil bekas mungkin mengetahui bagaimana mobil tersebut telah
digunakan sebagai mobil pengantar atau taksi, informasi yang tidak tersedia bagi
pembeli. Contoh dimana pembeli memiliki informasi lebih baik dari penjual merupakan
penjualan rumah atau vila, yang mensyaratkan kesaksian penghuni sebelumnya. Seorang
broker real estate membeli rumah ini mungkin memiliki informasi lebih tentang rumah
tersebut dibandingkan anggota keluarga yang ditinggalkan.
e. Adanya Barang Bersama. Dalam pasar persaingan sempurna ada hak kepemilikan
kepada setiap individu terhadap suatu barang sehingga seseorang dapat mengecualikan
orang lain untuk menggunakan barang tersebut. Ada beberapa jenis barang yang
kepemilikannya tidak dapat diberikan kepada satu individu melainkan kepada
sekelompok orang/masyarakat sehingga dapat terjadi “Tragedi Barang Bersama”.
f. Barang Altruisme adalah barang yang ketersediaannya berdasarkan suka rela.
Contohnya ialah darah, ginjal dan organ tubuh manusia lainnya. Supply darah ada karena
murni rasa kemanusiaan. Apabila barang ini diserahkan kepada mekanisme pasar maka
tidak akan terbentuk pasar karena aspek supply-nya bertentangan dengan ajaran
agama. Bahkan sekalipun harga sebuah ginjal begitu mahal, kita tidak dapat menemukan
perusahaan yang kegiatannya adalah menjual ginjal dan organ-organ tubuh lainnya
dengan berorientasi profit (kecuali mungkin di pasar gelap). Untuk menangani supply-
demand barang altruisme, pemerintah membentuk PMI (Palang Merah Indonesia) atau
membuat berbagai regulasi yang mencegah jual-beli organ tubuh secara ilegal.
10
g. Adanya Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja
sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran
umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat
menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan
menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan
dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat
jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
h. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang
memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang.
i. Ketidakseimbangan pasar pada umumnya terjadi karena adanya intervensi pemerintah
dalam penentuan harga pasar, baik dengan penetapan harga terendah (floor price) atau
harga tertinggi (ceiling price).
2.3 Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan adalah konsep yang lebih luas dibandingkan kemiskinan
karena cakupannya tidak hanya menganalisa populasi yang berada dibawah garis
kemiskinan. Kebanyakan dari ukuran dan indikator yang mengukur tingkat distribusi
11
pendapatan tidak tergantung pada rata-rata distribusi, dan karenanya membuat ukuran distribusi
pendapatan dipertimbangkan lemah dalam menggambarkan tingkat kesejahteraan.
1. Distribusi pendapatan menurut para ahli ekonomi dapat dibedakan antara lain:
a. Distribusi pendapatan perseorangan
Distribusi pendapatan perseorangan menunjukkan distribusi pendapatan yang
diterima oleh individu-individu dalam masyarakat. Fokus dalam model distribusi ini yaitu
seberapa besar pendapatan yang diterima oleh seseorang, tidak melihatk teknik/cara yang
dilakukan oleh individu/rumah tangga untuk memperoleh pendapatannya, banyaknya
anggota rumah tangga yang mencari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangganya atau apakah penghasilan tersebut berasal dari pekerjaan atau sumber lainnya
seperti bunga, hadiah, royalti, keuntungan maupun warisan. Lokasi dan sektor sumber
pendapatan juga turut diabaikan.
b. Distribusi pendapatan fungsional
Distribusi Pendapatan Fungsional menjelaskan proporsi dari pendapatan yang
diterima oleh tiap faktor produksi. Setiap faktor produksi memperoleh imbalan sesuai
dengan distribusinya pada produksi nasional. Distribusi Pendapatan yang didasarkan pada
pemilik faktor produksi ini akan berkaitan dengan proses pertumbuhan pendapatan.
Pertumbuhan pendapatan dalam masyarakat yang didasarkan pada kepemilikan faktor
produksi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
Pendapatan karena hasil kerja yang berupa upah/gaji dan besarnya tergantung tingkat
produktivitas.
Pendapatan dari sumber lain seperti sewa, laba, royalti, bunga, hadiah/warisan.
2. Ada dua jenis pendapatan, yaitu:
Labor income, meliputi upah (wages) dan gaji (salaries), benefit serta berbagai
jenis labor income lainnya.
12
Property Income, meliputi sewa (rent), bunga tabungan (interest paid on saving
account), laba perusahaan (corporate profit), dan proprietors income atau disebut juga
sebagai laba perusahaan perseorangan.
3. Ada dua indikator yang dapat digunakan untuk mengukur distribusi pendapatan suatu negara
yaitu:
a. Koefisien Gini (Gini Ratio)
Koefisien gini adalah analisis yang digunakan untuk mengukur distribusi pendapatan
masyarakat pada suatu daerah atau negara pada suatu periode. Atau juga bisa diartikan
sebagai rasio(perbandingan) antara luas bidang yang diarsir dengan luas segitiga OPE.
Koefisien Gini biasanya diperlihatkan oleh kurva yang disebut Kurva Lorenz, seperti
yang diperlihatkan kurva di bawah ini.
b. Kriteria Bank Dunia
Selain koefisien gini, dalam menilai pendapatan nasional dapat menggunakan kriteria
yang ditetapkan oleh Bank Dunia. Bank Dunia mengukur ketimpangan distribusi
pendapatan suatu negara dengan melihat besarnya kontribusi 40% penduduk termiskin
terhadap pendapatan atau pengeluaran nasional. Kriterianya dapat dilihat pada tabel
berikut.
4. Bentuk-Bentuk Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan adalah penyaluran pendapatan ke tiap anggota masyarakat dari
hasil pekerjaan, jasa, atau niaga. Adil atau meratanya suatu pembagian hasil pembangunan
ekonomi negara dapat dilihat dari distribusi pendapatan di negara tersebut. Distribusi pendapatan
yang diterima masyarakat dalam suatu negara dapat berarti meningkatkan tingkat hidup
masyarakat yang masih berada dalam garis kemiskinan.
Distribusi pendapatan menurut para ahli ekonomi dapat dibedakan antara lain:
a. Distribusi Pendapatan Perseorangan
13
Distribusi pendapatan perseorangan menunjukkan distribusi pendapatan yang diterima oleh
individu-individu dalam masyarakat. Fokus dalam model distribusi ini yaitu seberapa besar
pendapatan yang diterima oleh seseorang, tidak melihat teknik/cara yang dilakukan oleh
individu/rumah tangga untuk memperoleh pendapatannya, banyaknya anggota rumah tangga
yang mencari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya atau apakah
penghasilan tersebut berasal dari pekerjaan atau sumber lainnya seperti bunga, hadiah,
royalti, keuntungan maupun warisan. Lokasi dan sektor sumber pendapatan juga turut
diabaikan.
b. Distribusi Pendapatan Fungsional
Distribusi Pendapatan Fungsional menjelaskan proporsi dari pendapatan yang diterima oleh
tiap faktor produksi. Setiap faktor produksi memperoleh imbalan sesuai dengan
distribusinya pada produksi nasional. Distribusi Pendapatan yang didasarkan pada pemilik
faktor produksi ini akan berkaitan dengan proses pertumbuhan pendapatan. Pertumbuhan
pendapatan dalam masyarakat yang didasarkan pada kepemilikan faktor produksi dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
o Pendapatan karena hasil kerja yang berupa upah/gaji dan besarnya tergantung tingkat
produktivitas.
o Pendapatan dari sumber lain seperti sewa, laba, royalti, bunga, hadiah/warisan.
- Distribusi Pendapatan Menurut Pogue dan Stogzt:
a. Transfer Program
Pemerintah memberikan bantuan langsung berupa dana cash atau dalam bentuk barang.
b. Provision Of Good and Service
Pemerintah menyediakan barang dan jasa publik sehingga pendapatan masyarakat akan
meningkat akibat nilai/kegunaan barang publik tersebut.
c. Manipulate of market price melalui:
o Regulasi adalah mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau
pembatasan.
o Masuk dalam pasar,
14
o Subsidi adalah bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada suatu bisnis atau
sektor ekonomi. Sebagian subsidi diberikan oleh pemerintah kepada produsen atau
distributor dalam suatu industri untuk mencegah kejatuhan industri tersebut (misalnya
karena operasi merugikan yang terus dijalankan) atau peningkatan harga produknya
atau hanya untuk mendorongnya mempekerjakan lebih banyak buruh (seperti dalam
subsidi upah).
o Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga
dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut
penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-
barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
- Distribusi Pendapatan Menurut Musgrave:
a. Skema Tax Transfer merupakan kombinasi pajak progresif dari yang berpendapatan
tinggi dengan subsidi kepada rumah tangga yang berpendapatan rendah.
b. Pajak Progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan
semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan kenaikan
persentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik. Pajak ini digunakan untuk
membiayai pelayanan umum, misalnya bantuan perumahan bagi masyarakat yang
berpendapatan rendah.
c. Kombinasi antara pajak barang mewah bagi konsumen berpendapatan tinggi dengan
subsidi bagi konsumen berpendapatan rendah.
Program-program pemerintah dalam rangka distribusi pendapatan pada umumnya terdiri dari:
1. Transfer Tunai
Bentuk tansfer tunai ini adalah metode pemerataan dengan instrumen uang atau pendapatan
yang diterima. Macam-macam transfer tunai ini antara lain:
a. Negative Income Tax
Negative income tax adalah sebuah kebijakan pemerintah yang berakibat besar
pembayaran transfer yang diterima oleh masyarakat seimbang dengan tingkat
kemiskinan masyarakat tersebut. Dengan kata lain, semakin miskin masyarakat maka
15
akan semakin besar pembayaran transfer yang diterima. Program ini tidak dilaksanakan
di Indonesia. Dampak-dampak dari program ini antara lain:
- Meningkatkan kemalasan masyarakat untuk bekerja karena mendapatkan
penghasilan yang memadai meskipun tanpa bekerja.
- Munculnya anggapan ketidakadilan bagi masyarakat yang telah berpenghasilan
relatif tinggi bahwa program ini dianggap tidak menghargai kerja keras.
- Mengurangi insentif kerja
- Mengurangi tingkat upah netto atau mencipatakan welfare cost.
- Terjadinya tax incidence.
b. Demogrant
Demogrant adalah bentuk transfer tunai berdasarkan demografi tertentu. Contoh
program ini salah satunya adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT). Program ini adalah
program yang paling banyak dilakukan di Indonesia. Dampak-dampak dari penerapan
program ini antara lain sebagai berikut:
- Mengurangi insentif kerja
- Adanya welfare cost yaitu mengurangi tingkat upah netto
- Terjadinya tax incidence.
Tax Incidence adalah teori yang mempelajari pelaku-pelaku ekonomi mana yang
sesungguhnya menanggung beban pajak.
c. Subsidi Upah
Subsidi upah yakni dengan meningkatkan upah netto yang diterima pekerja. Program
semacam ini dapat dilihat dari tunjangan-tunjangan yang diterima pekerja di semua
sektor khusunya pegawai negeri. Dampak-dampak dari program ini antara lain:
- Meningkatkan insentif kerja
- Memperkecil adanya welfare cost.
2. Transfer barang
Program transfer barang atau transfer innatura adalah program transfer dengan wujud yang
ditransfer adalah barang fisik bukan uang. Kelemahan dari program ini yaitu penerima
16
transfer tidak bebas dalam membelanjakan transfer. Sementara kelebihannya yaitu
meningkatkan konsumsi atas barang yang ditransfer sehingga terjadi external benefits
produsen atas barang yang ditransfer. Hal ini juga menambah jumlah pajak yang disetor
kepada negara atas external benefits tersebut.
3. Program kesempatan kerja
Program kesempatan kerja adalah bentuk program distribusi pendapatan melalui penyediaan
lapangan kerja. Salah satu contoh program ini yaitu Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri. Program ini adalah program yang paling baik dibandingkan
program-program lainnya karena dengan adanya penyediaan lapangan kerja maka akan
meningkatkan investasi riil yang akan mengurangi pengangguran dan meningkatkan GDP.
Namun di sisi lain program ini akan mengurangi insentif kerja dan menyebabkan welfare
cost yang besar sehingga tingkat upah netto akan berkurang dan penawaran tenaga kerja di
sektor swasta akan berkurang. Selain itu tax rate bagi produsen akan kian meningkat.
2.4 Contoh Kasus Dari Peran Ekonomi Pemerintah
1. Penyediaan Barang Publik
Di lingkungan sekitar tempat tinggal kita pastilah ada jalan. Jalan yang digunakan setiap
hari untuk kita berkegiatan. Jalan merupakan contoh barang publik yang disediakan pemerintah
karena tempat tinggal saya merupakan perumahan milik pemerintah pusat. Dalam
penggunaannya, jalan disekitar lingkungan saya tidak hanya digunakan sebagai tempat berjalan
kaki atau berkegiatan lainnya seperti orang-orang yang menggunakan mobil atau motor, pra
pedagang yang berjalan kaki atau menggunakan kendaraan, dll. Pada kenyataannya, jalan yang
ada digunakan pula sebagai tempat untuk memarkir kendaraan terutama mobil. Orang-orang
yang tinggal di lingkungan tempat tinggal saya memang bukan hanya mereka yang bekerja di
instansi pemerintah pusat yang memiliki perumahan ini, ada juga orang-orang yang membeli
atau mengontrak rumah di lingkungan perumahan ini. Itu pula yang menyebabkan tingkat
kepemilikan kendaraan bermotor terutama mobil meningkat. Bahkan orang-orang yang tidak
17
memiliki garasi mobil pun sudah memiliki mobil dan mau tidak mau memarkir mobilnya di
jalanan dekat rumah mereka.
Hal ini sebenarnya mengganggu kenyamanan pengguna jalan yang lain, namun orang
yang merasa terganggu sulit untuk menuntut karena mengganggap tidak enak dan takut
menyinggung perasaan mereka yang memarkir mobilnya di jalanan. Kalaupun menuntut belum
tentu mereka langsung bisa menerima, mungkin saja mereka malah marah. Sebenarnya ada
tempat untuk memarkir kendaraan mereka selain di jalanan apabila mereka tidak memiliki
garasi, yaitu pul bis. Untuk memarkir disana, seseorang harus mengeluarkan biaya yang lumayan
besar. Oleh sebab itu banyak masyarakat yang lebih memilih memarkir mobilnya di jalanan
dekat rumah.
Seharusnya masyarakat lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya agar tidak
mengganggu masyarakat yang lainnya. Kalau memang tidak memiliki garasi lebih baik
memarkir kendaraan di tempat yang sudah disediakan. Sudah tanggung jawab pemilik mobil
untuk mengeluarkan uang dan tidak mengganggu kenyamanan pengguna jalan yang lainnya jika
tidak memiliki garasi pribadi.
2. Bentuk-Bentuk Distribusi Pendapatan di Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai
dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-
menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang
dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari
seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian
barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-
barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak
dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Beberapa pasar
tradisional yang "legendaris" antara lain adalah pasar Beringharjo di Yogyakarta, pasar Klewer
di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia terus mencoba bertahan
menghadapi serangan dari pasar modern.
18
Di dalam pasar tradisional berlangsung distribusi pendapatan. Salah satu contoh distribusi
pendapatan yang biasa ada di pasar-pasar tradisional adalah distribusi pendapatan fungsional
yang didasarkan pada pemilik faktor produksi dan berkaitan dengan proses pertumbuhan
pendapatan. Biasanya para pedagang yang menjajakan dagangan tidak lantas menggunakan
lahan/kiosnya secara gratis. Para pedagang harus membayar uang retribusi atau mebayar uang
sewa kepada si pemilik kios. Dengan begitu si pemiliki kios mendapatkan pendapatan dari
menyewakan kiosnya di pasar.
Selain itu ada pula Provision Of Good and Service, dimana pemerintah yang
menyediakan lahan untuk dijadikan pasar tradisional. Adanya pasar tersebut meningkatkan
pendapatan masyarakat sekitar pasar karena dapat berjualan di dalam pasar maupun di luar
lingkungan pasar dengan aturan tidak mengganggu pengguna jalan atau pengguna pasar lainnya.
Ada pula Skema Tax Transfer atau Skema Transfer Pajak yang terjadi di pasar tradisional adalah
mengenai harga barang-barang yang dijual di pasar, biasanya berbeda jauh dengan yang dijual di
supermarket atau minimrket karena pajak yang dikenakan lebih kecil daripada yang dikenakan
untuk supermarket atau minimarket. Hal ini menunjukkan bahwa pasar tradisional merupakan
sarana belanja untuk masyarakat yang tergolong dalam menengah sampai menengah ke bawah.
19
BAB III
KESIMPULAN
Peran pemerintah dalam kegiatan ekonomi suatu negara, dapat di analogikan dengan
kepala rumah tangga, dimana pemerintah berupaya untuk menstabilkan gejolak ekonomi di
dalam negaranya. Tujuan pemerintah dalam menstabilkan ekonomi negaranya adalah:
a. Agar dapat memenuhi kebutuhan para pelaku ekonomi (produsen, konsumen, lembaga
penunjang ekonomi)
b. Membangun sistem perekonomian dalam bentuk sistem kelembagaan ekonomi, sistem
perundang-undangan dan peraturan kebijakannya, sistem pengelolaan manajemen
pemerintahan, perumusan kebijakan ekonomi, juga sistem distribusi dan pengembangan
infrastuktur publik.
c. Terus mengawasi agar terjadi pertumbuhan ekonomi.
Dalam perjalanan pemerintah berperan dalam perekonomian, tidak selamanya
menghasilkan keberhasilan pasar. Terkadang kegagalan pasar pun dirasakan sangat nyata.
Kegagalan pasar tidak berarti bahwa sebuah pasar tidak lagi berfungsi. Kegagalan pasar adalah
situasi dimana sebuah pasar inefisien dalam mengatur produksi atau alokasi barang dan jasa ke
konsumen. Salah satu faktor kegagalan pasar adalah adanya barang publik. Barang publik adalah
konsumsi atas barang tersebut oleh suatu individu tidak akan mengurangi jumlah barang yang
tersedia untuk dikonsumsi oleh individu lainnya; dan noneksklusif berarti semua orang berhak
menikmati manfaat dari barang tersebut. Contohnya penggunaan jalan. Setiap orang berhak
menggunakan jalan namun bisa saja penggunaan jalan oleh seseorang mengurangi jatah
konsumsi orang lain walaupun tidak mengurangi jumlah jalan yang ada.
20
Di dalam kegiatan perekonomian terdapat distribusi pendapatan, yaitu penyaluran
pendapatan ke tiap anggota masyarakat dari hasil pekerjaan, jasa, atau niaga. Distribusi
pendapatan yang paling mudah di temui adalah di pasar tradisional. Di pasar tradisional, orang
biasanya elakukan transaksi jual-beli dengan mudah dan banyak kebutuhan pokok yang dijual
disana. Salah satu bentuk distribusi pendapatan yang terjadi di pasar tradisional adalah Provision
Of Good and Service, dimana pemerintah yang menyediakan lahan untuk dijadikan pasar
tradisional. Adanya pasar tersebut meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar pasar karena
dapat berjualan di dalam pasar maupun di luar lingkungan pasar dengan aturan tidak
mengganggu pengguna jalan atau pengguna pasar lainnya.
Dalam perekonomian suatu negara, peran pemerintah sangatlah penting. Terlepas dengan
apa yang dilakukan pemerintah demi menjaga kelangsungan perekonomian negaranya tetap
stabil, pemerintah telah mengupayakan segala cara untuk mensejahterakan masyarakatnya.
Sebagai masyarakat, kita harus mau dan mampu bekerja sama dengan baik dengan pemerintah
agar tetap terjalin hubungan yang saling menguntungkan antara pemerintah dan masyarakat.
Selain itu, pemerintah sebagai pengontrol jalannya perekonomian harus lebih peka terhadap hal-
hal yang menyangkut perekonomian negara dan hajat hidup masyarakatnya.
21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap aktivitas yang dilakukan setiap orang pasti akan melibatkan orang lain secara
langsung atau tidak langsung dan memiliki dampak, baik itu bersifat positif maupun negatif.
Dampak tersebut bisa saja dirasakan secara langsung atau tidak langsung oleh orang lain,
tergantung pada jenis aktivitas yang dilakukan seseorang. Hal ini disebut eksternalitas.
Eksternalitas biasanya berhubungan dengan bidang ekonomi dan dapat terjadi karena
adanya barang publik, sumber daya milik bersama (common property), ketidaksempurnaan
pasar, perilaku monopoli yang selalu berusaha memaksimumkan keuntungan berakibat
berkurang surplus yang diperoleh konsumen/masyarakat karena harga menjadi mahal dan
kegagalan pemerintah dalam membuat serta menegakkan regulasi yang telah dibuat.
Berdasarkan sifatnya, eksternalitas dibagi menjadi dua yaitu eksternalitas positif dan
eksternalitas negatif. Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan dari satu
tindakan yang dilakukan oleh pihak lain terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi yang
dibayarkan dari pihak yang diuntungkan. Eksternalitas negatif adalah dampak yang merugikan
pada orang lain tanpa adanya kompensasi yang dibayarkan oleh pihak yang menimbulkan
eksternalitas. Selain itu, eksternalitas juga dibagi berdasarkan penyebabnya yaitu eksternalitas
akibat konsumen dan produsen yang dibagi lagi menjadi eksternalitas produsen ke produsen,
produsen ke konsumen, konsumen ke konsumen, dan konsumen ke produsen.
22
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep eksternalitas?
2. Mengapa eksternalitas terjadi?
3. Apa saja jenis-jenis eksternalitas?
4. Bagaimana pengaruh eksternalitas terhadap perekonomian?
5. Masalah apa yang ditimbulkan dari eksternalitas?
6. Bagaimana solusi untuk masalah yang timbul akibat eksternalitas?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep eksternalitas.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab terjadinya eksternalitas.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis eksternalitas.
4. Mahasiswa mengetahui pengaruh eksternalitas terhadap perekonomian.
5. Mahasiswa mengetahui masalah yang timbul akibat eksternalitas.
6. Mahasiswa mampu menganalisis dan menjelaskan solusi dari masalah yang timbul
akibat eksternalitas.
23
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Eksternalitas
Eksternalitas adalah suatu efek samping dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap pihak
lain, baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan. Tindakan seseorang
mempunyai dampak terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi apapun juga sehingga timbul
inefisiensi dalam alokasi faktor produksi. Dalam bahasa asing disebut external effect,
externalities, neighborhood effect, dan side effect.
Baumol dan Oates (1975) menjelaskan tentang konsep eksternalitas dalam dua pengertian
yang berbeda, yaitu:
1) Eksternalitas yang bisa habis (a deplatable externality), yaitu suatu dampak eksternal
yang mempunyai ciri barang individu (private good or bad) yang mana jika barang itu
dikonsumsi oleh seseorang individu, barang itu tidak bisa dikonsumsi oleh orang lain.
2) Eksternalitas yang tidak habis (an udeplatable externality) adalah suatu efek eksternal
yang mempunyai ciri barang publik (public goods) yang mana barang tersebut bisa
dikonsumsi oleh seseorang dan juga bagi orang lain. Dengan kata lain, besarnya
konsumsi seseorang akan barang tersebut tidak akan mengurangi konsumsi bagi yang
lainnya. Polusi udara, air, dan suara merupakan contoh eksternalitas jenis yang tidak
habis, yang memerlukan instrumen ekonomi untuk menginternalisasikan dampak
tersebut dalam aktivitas dan analisa ekonomi
24
Eksternalitas dibagi menjadi dua, yaitu
a. Eksternalitas Positif, yaitu dampak yang menguntungkan darai satu tindakan yang
dilakukan oleh pihak lain terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi yang dibayarkan
dari pihak yang diuntungkan. Contoh seseorang yang membangun sesuatu pemandangan
yang indah dan bagus pada lokasi tertentu mempunyai dampak positif bagi orang sekitar
yang melewati lokasi tersebut.
b. Eksternalitas Negatif, yaitu dampak yang merugikan pada orang lain tanpa adanya
kompensasi yang dibayarkan oleh pihak yang menimbulkan eksternalitas. Contohnya
suatu limbah pabrik membuat masyarakat sakit dan pabrik tersebut tidak memberi
konpensasi kepada masyarakat yang mengalami kerugian.
2.2 Jenis-Jenis Eksternalitas
1. Eksternalitas karena kegiatan produksi adalah eksternalitas yang disebabkan karena tindakan
ekonomi suatu produsen. Saat produsen melakukan kegiatan ekonomi dan menimbulkan efek
samping terhadap pihak lain dengan tidak memberikan kompensasi apapun, maka telah terjadi
eksternalitas produsen.
Dua jenis eksternalitas berdasarkan kegiatan produksi, antara lain:
a. Eksternalitas produsen terhadap produsen, yaitu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya
perubahan atau pergeseran fungsi produksi dari produsen lain. Dampak atau efek yang
termasuk dalam kategori ini meliputi biaya pemurnian atau pembersihan air yang dipakai
(eater intake clen-up costs) oleh produsen hilir (downstream producers) yang menghadapi
pencemaran air (water polution) yang diakibatkan oleh produsen hulu (upstream
producers). Hal ini terjadi ketika produsen hilir membutuhkan air bersih untuk proses
produksinya. Dampak kategori ini bisa dipahami lebih jauh dengan contoh lain berikut
ini. Suatu proses produksi (misalnya perusahaan pulp) menghasilkan limbah-residu-
produk sisa yang beracun dan masuk ke aliran sungai, danau, atau semacamnya, sehingga
produksi ikan terganggu dan akhirnya merugikan produsen lain yakni para penangkap
25
ikan (nelayan). Dalam hal ini, kegiatan produksi pulp tersebut mempunyai dampak
negatif terhadap produksi lain (ikan) atau nelayan, dan inilah yang dimaksud dengan efek
suatu kegiatan produksi terhadap produksi komoditi lain.
b. Eksternalitas produsen terhadap konsumen, yaitu jika aktivitasnya merubah atau
menggeser fungsi utilitas rumah tangga (konsumen). Dampak atau efek samping yang
sangat populer dari kategori kedua yang populer adalah pencemaran atau polusi. Kategori
ini meliputi polusi suara (noise), berkurangnya fasilitas daya tarik alam (amenity) karena
pertambangan, bahaya radiasi dari stasiun pembangkit (polusi udara) serta polusi air,
yang semuanya mempengaruhi kenyamanan konsumen atau masyarakat luas. Dalam hal
ini, suatu agen ekonomi (perusahaan-produsen) yang menghasilkan limbah
(wasteproducts) ke udara atau ke aliran sungai mempengaruhi pihak dan agen lain yang
memanfaatkan sumber daya alam tersebut dalam berbagai bentuk. Sebagai contoh,
kepuasan konsumen terhadap pemanfaatan daerah-daerah rekreasi akan berkurang
dengan adanya polusi udara.
2. Eksternalitas karena kegiatan konsumsi adalah eksternalitas yang disebabkan karena
tindakan ekonomi suatu konsumen. Saat konsumen melakukan kegiatan ekonomi dan
menimbulkan efek samping terhadap pihak lain dengan tidak memberikan kompensasi
apapun, maka telah terjadi eksternalitas konsumen.
Dua jenis eksternalitas berdasarkan kegiatan konsumsi, antara lain:
a. Eksternalitas konsumen terhadap konsumen, yaitu aktivitas konsumsi seseorang dapat
secara langsung mempengaruhi tingkat kepuasan/utilitas orang lain tanpa adanya suatu
kompensasi atau biaya apapun juga. Dampak konsumen terhadap konsumen yang lain
terjadi jika aktivitas seseorang atau kelompok tertentu mempengaruhi atau menggangu
fungsi utilitas konsumen yang lain. Konsumen seorang individu bisa dipengaruhi tidak
hanya oleh efek samping dari kegiatan produksi tetapi juga oleh konsumsi oleh individu
yang lain. Dampak atau efek dari kegiatan suatu seorang konsumen yang lain dapat
terjadi dalam berbagai bentuk. Misalnya, bisingnya suara alat pemotong rumput tetangga,
kebisingan bunyi radio atau musik dari tetangga, asap rokok seseorang terhadap orang
sekitarnya dan sebagainya.
26
b. Eksternalitas konsumen terhadap produsen, yaitu aktivitas seseorang/sekelompok tertentu
mempengaruhi atau menganggu fungsi produksi suatu produsen. Dampak konsumen
terhadap produsen terjadi jika aktivitas konsumen mengganggu fungsi produksi suatu
produsen atau kelompok produsen tertentu. Dampak jenis ini misalnya terjadi ketika
limbah rumah tangga terbuang ke aliran sungai dan mencemarinya sehingga menganggu
perusahaan tertentu yang memanfaatkan air baik oleh ikan (nelayan) atau perusahaan
yang memanfaatkan air bersih.
2.3 Penyebab Eksternalitas
Eksternalitas timbul pada dasarnya karena aktivitas manusia yang tidak mengikuti
prinsip-prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan. Dalam pandangan ekonomi, eksternalitas
timbul karena salah satu atau lebih dari prinsip-prinsip alokasi sumber daya yang efisien tidak
terpenuhi. Karakteristik barang atau sumber daya publik, ketidaksempurnaan pasar, kegagalan
pemerintah merupakan keadaan-keadaan dimana unsur hak pemilikan atau pengusahaan sumber
daya (property rights) tidak terpenuhi. Sejauh semua faktor ini tidak ditangani dengan baik, maka
eksternalitas dan ketidakefisienan ini tidak bisa dihindari. Kalau ini dibiarkan, maka ini akan
memberikan dampak yang tidak menguntungkan terhadap ekonomi terutama dalam jangka
panjang. Bagaimana mekanisme timbulnya eksternalitas dari alokasi sumber daya sebagai akibat
dari adanya faktor diatas diuraikan satu per satu berikut ini.
1. Keberadaan Barang Publik
Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu
tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Selanjutnya, barang
publik sempurna (pure public good) didefinisikan sebagai barang yang harus disediakan
dalam jumlah dan kualitas yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat.
Kajian ekonomi sumber daya dan lingkungan salah satunya menitikberatkan pada persoalan
barang publik atau barang umum ini (common consumption, public goods, common
property resources). Ada dua ciri utama dari barang publik ini. Pertama, barang ini
merupakan konsumsi umum yang dicirikan oleh penawaran gabungan (joint supply) dan
27
tidak bersaing dalam mengkonsumsinya (non-rivalry in consumption). Ciri kedua adalah
tidak ekslusif (non-exclusion) dalam pengertian bahwa penawaran tidak hanya
diperuntukkan untuk seseorang dan mengabaikan yang lainnya. Barang publik yang
berkaitan dengan lingkungan meliputi udara segar, pemandangan yang indah, rekreasi, air
bersih, hidup yang nyaman dan sejenisnya.
Satu-satunya mekanisme yang membedakannya adalah dengan menetapkan harga (nilai
moneter) terhadap barang publik tersebut sehingga menjadi bidang privat (dagang) sehingga
benefit yang diperoleh dari harga itu bisa dipakai untuk mengendalikan atau memperbaiki
kualitas lingkungan itu sendiri. Tapi dalam menetapkan harga ini menjadi masalah tersendiri
dalam analisa ekonomi lingkungan. Karena ciri-cirinya diatas, barang publik tidak
diperjualbelikan sehingga tidak memiliki harga, barang publik dimanfaatkan berlebihan dan
tidak mempunyai insentif untuk melestarikannya. Masyarakat atau konsumen cenderung
acuh tak acuh untuk menentukan harga sesungguhnya dari barang publik ini. Dalam hal ini,
mendorong sebagain masyarakat sebagai “free rider”. Sebagai contoh, jika si A mengetahui
bahwa barang tersebut akan disediakan oleh si B, maka si A tidak mau membayar untuk
penyediaan barang tersebut dengan harapan bahwa barang itu akan disediakan oleh si B,
maka si A tidak mau membayar untuk penyediaan barang tersebut dengan harapan bahwa
barang itu akan disediakan oleh si B. Jika akhirnya si B berkeputusan untuk menyediakan
barang tersebut, maka si A bisa ikut menikmatinya karena tidak seorangpun yang bisa
menghalanginya untuk mengkonsumsi barang tersebut, karena sifat barang publik yang tidak
ekslusif dan merupakan konsumsi umum. Keadaan seperti ini akhirnya cenderung
mengakibatkan berkurangnya insentif atau rangsangan untuk memberikan kontribusi
terhadap penyediaan dan pengelolaan barang publik. Kalaupun ada kontribusi, maka
sumbangan itu tidaklah cukup besar untuk membiayai penyediaan barang publik yang
efisien, karena masyarakat cenderung memberikan nilai yang lebih rendah dari yang
seharusnya (undervalued).
2. Sumber Daya Bersama
Keberadaan sumber daya bersama–SDB (common resources) atau akses terbuka terhadap
sumber daya tertentu ini tidak jauh berbeda dengan keberadaan barang publik
28
diatas.Sumber-sumber daya milik bersama, sama halnya dengan barang-barang publik, tidak
ekskludabel. Sumber-sumber daya ini terbuka bagi siapa saja yang ingin memanfaatkannya,
dan Cuma-Cuma. Namun tidak seperti barang publik, sumber daya milik bersama memiliki
sifat bersaingan. Pemanfaatannya oleh seseorang, akan mengurangi peluang bagi orang lain
untuk melakukan hal yang sama. Jadi, keberadaan sumber daya milik bersama ini,
pemerintah juga perlu mempertimbangkan seberapa banyak pemanfaatannya yang efisien.
Contoh klasik tentang bagaimana eksternalitas terjadi pada kasus SDB ini adalah seperti
yang diperkenalkan oleh Hardin (1968) yang dikenal dengan istilah Tragedi Barang Umum
(the Tragedy of the Commons).
3. Ketidaksempurnaan Pasar
Masalah lingkungan bisa juga terjadi ketika salah satu partisipan didalam suatu tukar
manukar hak-hak kepemilikan (property rights) mampu mempengaruhi hasil yang terjadi
(outcome). Hal ini bisa terjadi pada pasar yang tidak sempuna (Inperfect Market) seperti
pada kasus monopoli (penjual tunggal). Ketidaksempurnaan pasar ini misalnya terjadi pada
praktek monopoli dan kartel. Contoh konkrit dari praktek kartel ini adalah Organisasi
negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dengan memproduksi dalam jumlah yang lebih
sedikit sehingga mengakibatkan meningkatknya harga yang lebih tinggi dari normal. Pada
kondisi yang demikian akan hanya berakibat terjadinya penignkatan surplus produsen yang
nilainya jauh lebih kecil dari kehilangan surplus konsumen, sehingga secara keseluruhan,
praktek monopoli ini merugikan masyarakat (worse-off).
4. Kegagalan Pemerintah
Sumber ketidakefisienan dan atau eksternalitas tidak saja diakibatkan oleh kegagalan pasar
tetapi juga karena kegagalan pemerintah (government failure). Kegagalan pemerintah
banyak diakibatkan tarikan kepentinan pemerintah sendiri atau kelompok tertentu (interest
groups) yang tidak mendorong efisiensi. Kelompok tertentu ini memanfaatkan pemerintah
untuk mencari keuntungan (rent seeking) melalui proses politik, melalui kebijaksanaan dan
sebagainya. Aksi pencarian keuntungan (rent seeking) bisa dalam berbagai bentuk:
29
a. Kelompok yang punya kepentingan tertentu (interest groups) melakukan loby dan
usaha-usaha lain yang memungkinkan diberlakukannya aturan yang melindungi serta
menguntungkan mereka.
b. Praktek mencari keuntungan bisa juga berasal dari pemerintah sendiri secara sah
misalnya memberlakukan proteksi berlebihan untuk barang-barang tertentu seperti
menegnakan pajak impor yang tinggi dengan alasan meningkatkan efisiensi perusahaan
dalam negeri.
c. Praktek mencari keuntungan ini bisa juga dilakukan oleh aparat atau oknum tertentu
yang mempunyai otoritas tertentu, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan bisa
memberikan uang jasa atau uang pelicin untuk keperluan tertentu, untuk menghindari
resiko yang lebih besar kalau ketentuan atau aturan diberlakukan dengan sebenarnya.
Praktek mencari keuntungan ini membuat alokasi sumber daya menjadi tidak efisien
dan pelaksanaan atuan-aturan yang mendorong efisiensi tidak berjalan dengan
semestinya. Praktek jenis ini bisa mendorong terjadinya eksternalitas. Sebagi contoh,
Perusahaaan A yang mengeluarkan limbah yang merusak lingkungan. Berdasarkan
perhitungan atau estimasi perusahaan A harus mengeluarkan biaya (denda) yang besar
(misalnya Rp. 1 milyar) untuk menanggulangi efek dari limbah yang dihasilkan itu.
Pencari keuntungan (rent seeker) bisa dari perusahaan itu sendiri atau dari pemerintah
atau oknum memungkinkan membayar kurang dari 1 milyar agar peraturan
sesungguhnya tidak diberlakukan, dan denda informal ini belum tentu menjadi revenue
pemerintah. Sehingga akhirnya dampak lingkungan yang seharusnya diselidiki dan
ditangani tidak dilaksanakan dengan semestinya sehingga masalahnya menjadi
bertambah serius dari waktu ke waktu.
2.4 Solusi Eksternalitas
1. Solusi Swasta Terhadap Eksternalitas
30
Inefisiensi pasar akibat eksternalitas tidak perlu selalu harus atau bisa diatasi dengan penegakan,
peningkatan standar moral atau ancaman penerapan sanksi sosial. Terkadang eksternalitas juga
bisa diatasi dengan solusi-solusi yang dijalankan oleh swasta, misalnya:
a. Amal atau Derma, yaitu pengumpulan dana oleh perusahaan-perusahaan untuk
melestarikan lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab sosialnya.
Contohnya adalah Sierra Club, sebuah organisasi sosial swasta yang sengaja dibentuk
untuk turut melestarikan lingkungan hidup. Organisasi ini mengandalkan pemasukannya
dari donasi pihak-pihak yang bersimpati atau iuran anggota. Hal ini sebagai contoh untuk
eksternalitas negatif. Sedangkan untuk eksternalitas positif, kita mengetahui banyak
perguruan tinggi yang membentuk yayasan yang menghimpun sumbangan dari para
alumni, perusahaan, atau pihak-pihak lain, untuk kemudian disalurkan sebagai beasiswa.
b. Membiarkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengatasinya. Motif utama mereka
memang untuk memenuhi kepentingannya sendiri, namun dalam melakukan suatu
tindakan, mereka juga sekaligus mengatasi eksternalitas.
Sebagai contoh, kita lihat saja apa yang akan dilakukan oleh seorang petani apel dan
seorang peternak lebah yang hidup berdekatan. Pada saat lebah-lebah itu mencari madu
dari satu bunga apel ke bunga lainnya, mereka membantu penyerbukan dan mempercepat
pohon-pohon apel itu berbuah. Ini menguntungkan si petani apel. Sedangkan si peternak
juga untung karena ia tidak perlu memberi makan lebah-lebahnya. Namun jika kerja
sama terselubung yang saling menguntungakan itu tidak dipehitungkan, maka kedua
belah pihak bisa merugi. Jika pohon apel yang ditanam si petani terlalu sedikit, maka
lebah-lebah itu akan kekurangan makanan. Sebaliknya, jika lebah yang dipelihara si
peternak terlalul sedikit, maka proses penyerbukan tidak lancar. Eksternalitas ini dapat
diinternalisasikan dengan cara penggabungan kedua usaha. Si petani membeli seluruh
atau sebagian usaha peternakan lebah, atau sebaliknya si peternak membeli seluruh atau
sebagian pohon apel. Jika kedua usaha itu disatukan, maka pengelolanya akan lebih
mudah menentukan berapa banyak pohon apel yang harus ditanam, dan berapa ekor lebah
yang harus dipelihara, demi membuahkan hasil yang maksimal. Dalam kenyataannya,
31
niat untuk mengupayakan internalisasi eksternalisasi seperti itulah, yang merupakan
penyebab mengapa banyak perusahaan yang menekuni lebih dari satu bidang/ jenis usaha
sekaligus.
c. Penyusunan Kontrak atau perjanjian diantara pihak yg berkepentingan, tiap pihak yang
berkepentingan menyusun kontrak sehingga masing-masing dapat memberikan
eksternalitas yang positif.
Dalam contoh di atas, si petani apel dan si peternak lebah dapat membuat perjanjian kerja
sama, agar masing-masing dapat memberikan eksternalitas positif yang optimal,
sekaligus menghilangkan eksternalitas negatifnya (jumlah pohon atau jumlah lebah yang
terlalu sedikit). Dalam perjanjian itu bisa diatur, berapa banyak pohon yang harus
ditanam si petani, dan berapa ekor lebah yang harus dipelihara si peternak. Jika biaya
yang dipikul keduanya tidak sama, maka bisa juga diatur siapa perlu membayar siapa,
dan berapa banyak. Melalui kontrak seperti ini, maka kemungkinan terjadinya inefisiensi
yang bersumber dari eksternalitas negatif bisa dihindari, dan kedua belah pihak akan
sama-sama lebih untung dibanding kalau keduanya menjalankan usahanya sendiri-
sendiri, tanpa memperhitungkan kepentingan pihak lain.
d. Teorema Coase menyatakan bahwa solusi swasta bisa sangat efektif seandainya
memenuhi satu syarat. Syarat itu adalah pihak-pihak yang berkepentingan dapat
melakukan negosiasi atau merundingkan langkah-langkah penanggulangan masalah
eksternalitas yang ada diantara mereka tanpa menimbulkan biaya khusus yang
memberatkan alokasi sumber daya yang sudah ada. Menurut teorema Coase, hanya jika
syarat itu terpenuhi, maka pihak swasta itu akan mampu mengatasi masalah eksternalitas
dan meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya.
Sebagai contoh, jika sapi di sebuah peternakan lari ke ladang yang dimiliki oleh tetangga,
dan menginjak-injak tanaman yang ada, siapa yang harus menanggung biaya (biaya yang
negatif) tersebut? Jika pemilik peternakan harus bertanggung jawab mengawasi sapi ini,
jika sapi tidak diikat dengan kuat, maka pemilik peternakan dan ladang sama-sama harus
menderita kerugian.
32
Menurut Coase, jika tidak ada biaya transaksi, apakah alokasi awal hak milik dapat
mewujudkan keuntungan ekonomi bagi pemilik peternakan maupun ladang sama sekali
tidak berarti? Jika dibangun pagar untuk membatasi sapi, jika biaya membangun pagar
lebih rendah daripada biaya kerugian pemilik ladang, maka pagar akan dibangun. Alokasi
awal hak milik menentukan siapa yang harus bertanggung jawab untuk membangun
pagar pembatas tersebut. jika pemilik ladang harus bertanggung jawab atas kerusakan
tanamannya, maka pemilik ladang akan mengeluarkan uang untuk membangun pagar;
jika pemilik peternakan bertanggung jawab terhadap kerusakan tanaman, maka pemilik
peternakan akan mengeluarkan uang untuk membangun pagar. Alokasi hak milik adalah
sebuah masalah keadilan masyarakat, yang memiliki dampak terhadap pembagian
kekayaan dan pendapatan, ini bukan masalah efektivitas ekonomi.
Jika biaya transaksi cukup besar, alokasi hak milik awal selain dapat memengaruhi
keadilan di masyarakat, juga berdampak terhadap efektivitas ekonomi. Jika hanya dilihat
dari sudut pandang tunggal yakni efisiensi ekonomi, saat mengalokasikan kepemilikan,
seharusnya pemegang hak kepemilikan dibuat agar bersedia melakukan tindakan yang
mendatangkan keuntungan ekonomi. Dengan kata lain, jika sapi yang dibiarkan tanpa
dibatasi apa pun dapat mendatangkan keuntungan paling besar, maka kepemilikan
tersebut seharusnya diberikan pada pemilik peternakan, dengan demikian sapi dapat
berkeliaran bebas seenaknya; namun jika sapi diikat dapat mendatangkan keuntungan
ekonomi yang terbesar, maka pemilik ladang seharusnya mendapatkan kepemilikan
tersebut, ia akan mengurung sapi di dalam pagar.
2. Solusi Pemerintah Terhadap Eksternalitas
a. Regulasi
Pemerintah dapat mengatasi suatu eksternalitas dengan melarang atau mewajibkan
perilaku tertentu dari pihak-pihak tertentu.
Sebagi contoh, untuk mengatasi kebiasaan membuang limbah beracun ke sungai, yang
biaya sosialnya jauh lebih besar dari pada keuntungan pihak-pihak yang melakukannya,
pemerintah dapat menyatakannya sebagai tindakan kriminal dan akan mengadili serta
33
menghukum pelakunya. Dalam kasus ini pemerintah menggunakan regulasi atau
pendekatan komando dan kontrol untuk melenyapkan eksternalitas tadi.
b. Pajak Pigovion
Selain menerapkan regulasi, untuk mengatasi eksternalitas, pemerintah juga dapat
menerapkan kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada pendekatan pasar, yang dapat
memadukan insentif pribadi/swasta dengan efisiensi sosial. Sebagai contoh, pemerintah
dapat menginternalisasikan eksternalitas dengan menggunakan pajak terhadap kegiatan-
kegiatan yang menimbulkan eksternalitas negatif, dan sebaliknya memberi subsidi untuk
kegiatan-kegiatan yang memunculkan eksternalitas positif. Pajak yang khusus diterapkan
untuk mengoreksi dampak dari suatu eksternalitas negatif lazim disebut sebagai Pajak
Pigovian (Pigovian tax).
Para ekonom umumnya lebih menyukai pajak Pigovian dari pada regulasi sebagai cara
untuk mengendalikan polusi, karena biaya penerapan pajak itu lebih murah bagi
masyarakat secara keseluruhan. Pajak Pigovian tidaklah sama dengan pajak-pajak lain,
dimana kita mengetahui bahwa pajak pada umumnya akan mendistorsikan insentif dan
mendorong alokasi sumber daya menjauhi titik optimum sosialnya. Pajak umumnya juga
menimbulkan beban baku berupa penurunan kesejahteraan ekonomis (turunnya surplus
produsen dan surplus konsumen), yang nilainya lebih besar dari pada pendapatan yang
diperoleh pemerintah dari pajak tersebut. Pajak Pigovian tidak seperti itu karena pajak ini
memang khusus diterapkan untuk mengatasi masalah eksternalitas. Akibat adanya
eksternalitas, masyarakat harus memperhitungkan kesejahteraan pihak lain. Pajak
Pigovian diterapkan untuk mengoreksi insentif ditengah adanya eksternalitas, sehingga
tidak seperti pajak-pajak lainnya, pajak Pigovian itu justru mendorong alokasi sumber
daya mendekati titik optimum sosial. Jadi, selain memberi pendapatan tambahan pada
pemerintah, pajak Pigovian ini juga meningkatkan efisiensi ekonomi.
c. Pertukaran Izin Mengeluarkan Polusi Yang Dapat Diperjualbelikan
Dengan adanya pertukaran izin mengeluarkan polusi maka perusahaan yang dapat
menanggulangi polusi dengan biaya rendah dapat menjual izinnya kepada perusahaan
34
yang menanggulangi polusi dengan biaya tinggi. Dari sudut pandang efisiensi ekonomi
pemberian izin bagi kedua pabrik tersebut akan menjadi kebijakan yang baik.
Kesepakatan antara kedua pabrik itu akan menguntungkan keduanya, karena mereka
secara sukarela menyetujuinya. Di samping itu, kesepakatan itu tidak akan
mengakibatkan dampak eksternal apa pun, karena batas polusi total tidak dilanggar. Jadi,
kesejahteraan total akan meningkat kalau EPA (Environmental Protection Agency)
mengizinkan kedua pabrik itu melakukan jual-beli hak berpolusi.
2.5 Contoh Kasus Dari Eksternalitas Yang Terjadi Di Lingkungan Sekitar Tempat
Tinggal
- Eksternalitas Positif
Seorang tetangga sangat menyukai tanaman. Ia menanam banyak tanaman disekitar
rumahnya. Termasuk menanam pohon besar di lingkungan depan rumahnya yang sudah
lama ia tanam. Hal itu menguntungkan bagi tetangga yang lain karena pertukaran udara di
sekitar lingkungannya menjadi lebih baik.
- Eksternalitas Negatif
Dari contoh eksternalitas positif tersebut, terdapat pula dampak negatif yang timbul yaitu
sampah daun kering dari pohon miliknya yang bertebaran dijalanan dan masuk ke
lingkungan rumah tetangga lain. Halaman tetangga yang semula bersih menjadi kotor
dengan adanya daun kering yang rontok dari pohon milik tetangga didekatnya.
2.6 Analisis
35
Dari contoh kasus diatas dapat dilihat bahwa tindakan seseorang memang menimbulkan
dampak bagi orang lain bahkan dampak positif dan negatif yang timbul bisa saja terjadi
bersamaan. Untuk itu, agar tidak terjadi ksalahpahaman akibat eksternalitas yang terjadi
masyarakat harus saling mengingatkan satu dengan yang lainnya. Menjalin komunikasi yang
baik antarwarga masyarakat sekitar merupaka solusi yang baik sehingga tidak mudah mengalami
kesalahpahaman sesama warga. Selain itu, sikap toleransi dari masyarakat yang mengalami
kerugian akibat eksternalitas yang terjadi harus lebih ditingkatkan karena apa yang dilakukan
oleh seorang warga di lingkungan sekitar tersebut merupakan hal yang positif dan menimbulkan
dampak yang positif pula bagi masyarakat sekitar.
Untuk sampah daun kering yang ditimbulkan akibat pohon tersebut, mungkin bisa
diadakan kerja sama untuk mengolah sampah tersebut menjadi limbah yang lebih bermanfaat
seperti pupuk kompos. Dari sampah yang sebelumnya tidak berguna bila dimanfaatkan dengan
baik dapat menjadi sesuatu yang lebih menghasilkan dan bermanfaat sehingga dampak negatif
dari eksternalitas yang terjadi tidak begitu merugikan masyarakat.
36
BAB III
Kesimpulan
Secara sempit eksternalitas diartikan sebagai sebuah dampak atau akibat dari suatu
aktivitas. Secara luas eksternalitas diartikan sebagai dampak atau efek samping dari aktivitas
yang dilakukan oleh produsen dan konsumen tanpa adanya kompensasi apapun yang diterima
atau dibayarkan oleh pihak yang terkena eksternalitas.
Menurut Baumol dan Oates (1975) eksternalitas terbagi atas dua pengertian yang
berbeda, yaitu eksternalitas yang bisa habis (a deplatable externality), yaitu jika barang itu
dikonsumsi oleh seseorang individu, barang itu tidak bisa dikonsumsi oleh orang lain. dan
eksternalitas yang tidak habis (an udeplatable externality), yaitu besarnya konsumsi seseorang
akan barang tersebut tidak akan mengurangi konsumsi bagi yang lainnya.
Eksternalitas dapat dibagi menjadi 2, yaitu eksternalitas positif dan eksternalitas negatif.
Berdasarkan jenisnya eksternalitas dibagi menjadi 4, yaitu eksternalitas dariprodusen ke
37
produsen, dari produsen ke konsumen, dari konsumen ke konsumen dan dari konsumen ke
produsen.
Eksternalitas timbul pada dasarnya karena aktivitas manusia yang tidak mengikuti
prinsip-prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan. Dalam pandangan ekonomi, eksternalitas
timbul karena salah satu atau lebih dari prinsip-prinsip alokasi sumber daya yang efisien tidak
terpenuhi, yaitu Keberadaan Barang Publik, Sumber Daya Bersama, Ketidaksempurnaan Pasar
dan Kegagalan Pemerintah.
Solusi untuk mengatasi eksternalitas yang terjadi bisa dilakukan oleh swasta dengan cara
mengadakan acara amal atau derma, membiarkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk
mengatasinya, penyusunan Kontrak atau perjanjian diantara pihak yg berkepentingan dan
menggunakan Teorema Coase. Sedangkan pemerintah mengatasi eksternalitas dengan cara
regulasi, menggunakan pajak pigavion dan pertukaran izin mengeluarkan polusi yang dapat
diperjualbelikan.
Contoh dari eksternalitas di lingkungan sekitar kita adalah ketika seseorang sangat
menyukai tanaman dan menanam pohon besar di halaman depan rumahnya. Hal tersebut tidak
hanya memberikan dampak positif tetapi dampak negatif juga yang bisa dirasakan langsung oleh
tetangganya. Dampak positifnya adalah pertukaran udara di sekitar tempat tinggalnya menjadi
lebih baik karena banyak tanaman hijau sedangkan dampak negatifnya, sampah daun kering
yang merugikan tetangga yang dekat rumahnya dengan orang yang suka tanaman itu. Namun
dengan adanya toleransi dan komunikasi yang baik kesalahpahaman akibat eksternalitas yang
terjadi bisa dihindari.
38
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada awalnya BUMN adalah hasil nasionalisasi ex-perusahaan-perusahaan asing
(Belanda) yang kemudian ditetapkan sebagai perusahaan Negara. Kemudian dengan UU No. 1
Prp 1969 dibentuklah pembagian 3 jenis bentuk Badan Usaha Milik Negara menjadi Perusahaan
Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Persero. Pembagian ini dibentuk sesuai
dengan tugas, fungsi dan misi usaha pada waktu itu.
Filosofi mengapa dibentuk Badan Usaha Milik Negara adalah karena berdasarkan pada
bunyi ketentuan UU Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3) yang mengandung maksud bahwa;
cabang-cabang produksi penting bagi negara yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai
oleh negara. Kemudian bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
39
Dengan demikian tugas pertama negara dengan membentuk badan usaha adalah untuk
memenuhi segala kebutuhan masyarakat, manakala sektor-sektor tersebut belum dapat dilakukan
oleh swasta. Kemudian tugas-tugas seperti itu diterjemahkan sebagai bentuk “pioneering” usaha
oleh negara yang membuat BUMN menjadi agen pembangunan/agent of development.
BUMN (Badan Usaha Milik Negara) atau perusahaan milik negara merujuk
kepada perusahaan atau badan usaha yang dimiliki pemerintah sebuah negara. Di setiap negara
pasti memiliki BUMN-nya masing-masing, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, definisi BUMN menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN dapat pula
berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat.
Sejak tahun 2001 seluruh BUMN dikoordinasikan pengelolaannya oleh Kementerian BUMN,
yang dipimpin oleh seorang Menteri BUMN. BUMN di Indonesia berbentuk perusahaan
perseroan, perusahaan umum, dan perusahaan jawatan.
BUMN merupakan aset negara yang harus dijaga. Namun pada kenyataanya tidaklah
semudah yang diperkirakan, banyak aset BUMN dijarah dan diambil secara paksa oleh pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab demi mengeruk keuntungan dari situasi yang ada. BUMN
kerap menjadi sumber korupsi, yang lazim dikenal sebagai sapi perahan bagi oknum pejabat
atau partai. Hal ini sangat merugikan pemerintah apalagi dengan kondisi pemerintah yang masih
harus berjuang demi melunasi pinjaman luar negeri.
Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan mengakhiri
berbagai praktek persaingan tidak sehat. Fungsi regulasi usaha dipisahkan dari BUMN. Sebagai
akibatnya, banyak BUMN yang terancam gulung tikar, tetapi beberapa BUMN lain berhasil
memperkokoh posisi bisnisnya. Dengan mengelola berbagai produksi BUMN, pemerintah
mempunyai tujuan untuk mencegah monopoli pasar atas barang dan jasa publik oleh perusahaan
swasta yang kuat. Karena, apabila terjadi monopoli pasar atas barang dan jasa yang memenuhi
hajat hidup orang banyak, maka dapat dipastikan bahwa rakyat kecil yang akan menjadi korban
sebagai akibat dari tingkat harga yang cenderung meningkat.
40
Namun dalam perjalanannya, pemerintah tidak serta merta mendapat respon yang baik
dari masyarakat mengenai privatisasi BUMN yang dilakukan pemerintah. Tidak jarang dari
mereka menganggap, apa yang dilakukan pemerintah akan merugikan Indonesia di kemudian
hari karena membiarkan aset berharga milik negara dikelola dan dinikmati juga oleh asing.
Tetapi tidak sedikit pula yang mendukung keputusan pemerintah ini dan menganggap privatisasi
sebagai jalan keluar terbaik untuk menyelamatkan keutuhan negara di kemudian hari.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari privatisasi?
2. Apa maksud dan tujuan diadakannya privatisasi?
3. Apa latar belakang adanya privatisasi?
4. Bagaimana perkembangan privatisasi saat ini?
5. Apa contoh dari privatisasi yang ada saat ini?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai konsep privatisasi.
2. Mahasiswa mengerti dan memahami maksud dan tujuan diadakannya privatisasi.
3. Mahasiswa mengetahui latar belakang terjadinya privatisasi.
4. Mahasiswa mengetahui perkembangan privatisasi saat ini.
5. Mahasiswa mampu memberikan contoh nyata dari privatisasi yang terjadi di Indonesia.
41
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Privatisasi
Privatisasi (istilah lain: denasionalisasi) adalah proses pengalihan kepemilikan dari milik
umum menjadi milik pribadi. Secara teori, privatisasi membantu terbentuknya pasar bebas,
mengembangnya kompetisi kapitalis, yang oleh para pendukungnya dianggap akan memberikan
harga yang lebih kompetitif kepada publik. Sebaliknya, para sosialis menganggap privatisasi
sebagai hal yang negatif, karena memberikan layanan penting untuk publik kepada sektor privat
akan menghilangkan kontrol publik dan mengakibatkan kualitas layanan yang buruk, akibat
penghematan-penghematan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mendapatkan profit.
Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai privatisasi, seperti yang
dikatakan oleh Emanuel S. Savas dalam “The Key to Better Governments” menyatakan
privatisasi sebagai “an act of reducing the role of government, or increasing the role of the
private sector, in an activity or in the ownership of assets”. Privatisasi mengandung pengertian
42
adanya transfer fungsi-fungsi dan aset yang dilaksanakan dan dimiliki pemerintah kepada sektor
swasta. Dengan privatisasi maka peran swasta makin meningkat sedangkan peran publik makin
berkurang. Berikut adalah beberapa definisi privatisasi yang dikutip dari beberapa ahli:
1. Peacock (1930-an)
Privatisasi, pada umumnya diartikan sebagai pemindahan kepemilikan industri dari
pemerintah ke sektor swasta yang berimplikasi bahwa dominasi kepemilikan saham akan
berpindah ke pemegang saham swasta: ‘....Privatisasi mencakup perubahan “dari dalam
ke luar”, dimana terdapat kontrak pembelian dan jasa pemerintahan”.
2. Beesley dan Littlechild (1980-an)
Secara umum, “Privatisasi” diartikan sebagai “pembentukan perusahaan”. Sedangkan,
menurut Company Act, privatisasi diartikan sebagai penjualan yang berkelanjutan
sekurangkurangnya sebesar 50% dari saham milik pemerintah ke pemegang saham
swasta. Jadi ide privatisasi merupakan konsep pengembangan industri dengan
meningkatkan peranan kekuatan pasar.
3. Dunleavy (1980-an)
Privatisasi diartikan sebagai pemindahan permanen aktivitas produksi barang dan jasa
yang dilakukan oleh perusahaan negara ke perusahaan swasta atau dalam bentuk
organisasi non publik, seperti lembaga swadaya masyarakat.
4. J.A.Kay dan D.J.Thompson
Privatisasi merupakan cara mengubah hubungan antara pemerintah dan sektor swasta.
5. Cho Chang Hyung
Privatisasi adalah keterlibatan sektor swasta di dalam produksi dan atau penyelenggaraan
pelayanan publik.
6. Ramanadham
Privatisasi adalah membawa perusahaan publik ke dalam displin pasar.
Definisi privatisasi juga diberikan oleh Bank Dunia. Lembaga keuangan internasional ini
membedakan privatisasi dalam arti sempit dan privatisasi dalam arti luas. Privatisasi dalam arti
sempit merupakan bentuk pembebasan perusahaan, tanah, dan aset-aset lain yang dikuasai
43
negara. Privatisasi dalam arti luas di definisikan sebagai semua tindakan yang menggerakkan
perusahaan atau suatu sistem perekonomian ke arah kepemilikan swasta, atau semua tindakan
yang cenderung membuat perilaku perusahaan negara mirip seperti perusahaan swasta.
Privatisasi bukan semata-mata berurusan dengan transfer of ownership perusahaan
negara, tetapi juga mencakup restrukturisasi perusahaan yang berupaya memasukkan manajemen
dan perilaku swasta ke dalam pengelolaan perusahaan negara.
Sesuai dengan UU Nomor 19 Tahun 2003, definisi privatisasi adalah penjualan saham
Persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan
kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta
memperluas pemilikan saham oleh masyarakat.
2.2 Latar Belakang Adanya Privatisasi
1. Tuntutan Internal
a. Keharusan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi sektor-sektor usaha milik
negara.
b. Krisis ekonomi dan keuangan yang dialami negara.
c. Buruknya kinerja BUMN (tidak efisien).
d. Beratnya beban anggaran pemerintah untuk menopang BUMN.
e. Kesulitan utang luar negeri.
f. Dan lain-lain.
2. Tuntutan Eksternal
a. Adanya resesi ekonomi dunia.
b. Kecendrungan global menuju pasar bebas.
c. Tuntutan untuk semakin mengurangi peran pemerintah dalam perekonomian.
d. Adanya dukungan dari IMF dan Bank Dunia.
e. Teladan privatisasi dari Inggris dan negara-negara pendahulunya.
f. Dan lain-lain.
44
2.3 Dasar Hukum, Maksud dan Tujuan dari Privatisasi
Privatisasi merupakan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi terkait
perekonomian negara dan BUMN. Privatisasi tersebut disetujui dan dilegalkan berdasarkan
Undang-Undang No.19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara Pasal 74 s.d 84, dengan
penjelasan sebagai berikut:
Pasal 74
(1) Privatisasi dilakukan dengan maksud untuk:
a. Memperluas kepemilikan masyarakat atas Persero;
b. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan;
c. Menciptakan struktur keuangan dan manajemen keuangan yang baik/kuat;
d. Menciptakan struktur industri yang sehat dan kompetitif;
e. Menciptakan Persero yang berdaya saing dan berorientasi global;
f. Menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro, dan kapasitas pasar.
(2) Privatisasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dan nilai tambah
perusahaan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemilikan saham Persero.
Pasal 75
Privatisasi dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip transparansi, kemandirian,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran.
Pasal 76
(1) Persero yang dapat diprivatisasi harus sekurang-kurangnya memenuhi kriteria:
a. Industri/sektor usahanya kompetitif; atau
b. Industri/sektor usaha yang unsur teknologinya cepat berubah.
(2) Sebagian aset atau kegiatan dari Persero yang melaksanakan kewajiban pelayanan
umum dan/atau yang berdasarkan Undang-undang kegiatanusahanya harus dilakukan
45
oleh BUMN, dapat dipisahkan untuk dijadikan penyertaan dalam pendirian perusahaan
untuk selanjutnya apabila diperlukan dapat diprivatisasi.
Pasal 77
Persero yang tidak dapat diprivatisasi adalah:
a. Persero yang bidang usahanya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
hanya boleh dikelola oleh BUMN;
b. Persero yang bergerak di sektor usaha yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan
negara;
c. Persero yang bergerak di sektor tertentu yang oleh pemerintah diberikan tugas khusus
untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat;
d. Persero yang bergerak di bidang usaha sumber daya alam yang secara tegas berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan dilarang untuk diprivatisasi.
Pasal 78
Privatisasi dilaksanakan dengan cara:
a. Penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal;
b. Penjualan saham langsung kepada investor;
c. Penjualan saham kepada manajemen dan/atau karyawan yang bersangkutan.
Pasal 79
(1) Untuk membahas dan memutuskan kebijakan tentang privatisasi sehubungan dengan
kebijakan lintas sektoral, pemerintah membentuk sebuah komite privatisasi sebagai
wadah koordinasi.
(2) Komite privatisasi dipimpin oleh Menteri Koordinator yang membidangiperekonomian
dengan anggota, yaitu Menteri, Menteri Keuangan, dan Menteri Teknis tempat Persero
melakukan kegiatan usaha.
(3) Keanggotaan komite privatisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan
dengan Keputusan Presiden.
Pasal 80
(1) Komite privatisasi bertugas untuk:
46
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan umum dan persyaratan pelaksanaan
Privatisasi;
b. Menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memperlancar proses
Privatisasi;
c. Membahas dan memberikan jalan keluar atas permasalahan strategis yang timbul
dalam proses Privatisasi, termasuk yang berhubungan dengan kebijakan sektoral
pemerintah.
(2) Komite privatisasi dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat mengundang, meminta masukan, dan/atau bantuan instansi pemerintah atau pihak
lain yang dipandang perlu.
(3) Ketua komite privatisasi secara berkala melaporkan perkembangan pelaksanaan
tugasnya kepada Presiden.
Pasal 81
Dalam melaksanakan Privatisasi, Menteri bertugas untuk:
a. Menyusun program tahunan Privatisasi;
b. Mengajukan program tahunan Privatisasi kepada komite privatisasi untuk memperoleh
arahan;
c. Melaksanakan Privatisasi.
Pasal 82
(1) Privatisasi harus didahului dengan tindakan seleksi atas perusahaanperusahaan dan
mendasarkan pada kriteria yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
(2) Terhadap perusahaan yang telah diseleksi dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan,
setelah mendapat rekomendasi dari Menteri Keuangan, selanjutnya disosialisasikan
kepada masyarakat serta dikonsultasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Pasal 83
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Privatisasi diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 84
47
Setiap orang dan/atau badan hukum yang mempunyai potensi benturan kepentingan dilarang
terlibat dalam proses Privatisasi.
2.4 Manfaat Privatisasi
Manfaat dari program privatisasi pada dasarnya dapat ditinjau berdasarkan manfaat dari
skala makroekonomi, mikroekonomi dan dalam perspektif internal manajemen perusahaan, yang
dipaparkan sebagai berikut:
1. Manfaat Skala Mikroekonomi Privatisasi:
a. Restrukturisasi modal. Privatisasi diarahkan untuk membentuk struktur pasar modal yang
lebih baik dan dapat meningkatkan ekuitas perusahaan sehingga dana yang dibutuhkan
untuk mendanai proyek ataupun operasi perusahaan dapat dipenuhi dari modal sendiri.
b. Keterbukaan dalam pengelolaan perusahaan. Keterlibatan sektor swasta dan perubahan
kepemilikan saham perusahaan menuntut manajemen untuk lebih transparan dalam
melaksanakan good corporate governance.
c. Peningkatan efisiensi dan produktivitas, sebagai upaya penerapan good corporate
governance. Perubahan kepemilikan perusahaan dari pemerintah pada swasta diharapkan
mampu meningkatkan kinerja manajemen.
2. Manfaat Skala Makroekonomi Privatisasi:
a. Membantu pemerintah memperoleh dana pembangunan.
o Dengan privatisasi akan memberikan kontribusi dalam bentuk pajak dan deviden
maupun kontribusi langsung terhadap APBN
o Dengan melibatkan swasta dana pembangunan menjadi lebih besar sehingga dapat
mewujudukan perekonomian lebih demokratis.
b. Pengganti kewajiban setoran tambahan modal pemerintah, karena BUMN sebagai aset
yang dimiliki dan agen pembangunan nasional.
c. Mendorong pasar modal dalam negeri. Privatisasi melalui penerbitan saham diharapkan
dapat mendorong pasar modal dalam negeri.
48
d. Perubahan budaya perusahaan, upaya mendorong untuk melakukan revitalisasi
manajemen dan perubahan budaya perusahaan.
o Perusahaan bekerja lebih profesional disegala lini.
o Orientasi perusahaan tidak lagi pada pemenuhan kebutuhan publik semata, tetapi lebih
diarahkan pada upaya pembentukan BUMN sebagai entitas bisnis yang profesional
dan memiliki daya saing tinggi.
3. Dalam perspektif internal manajemen perusahaan:
a. Memperoleh investor strategis sehingga dapat memacu kinerja manajemen terutama
terkait dengan kemampuan teknis, marketing dan managerial skills.
b. Memperoleh cash inflows untuk kepentingan pembangunan infrastruktur.
c. Akselerasi teknologi baru dan metode pengoperasiannya.
d. Keterbukaan perusahaan publik diharapkan dapat mempercepat perubahan dan
meminimalkan pengaruh birokrasi.
Selain manfaat yang terlah dipaparkan diatas, privatisasi BUMN juga mampu
memberikan manfaat positif bagi masyarakat, yaitu memperluas kepemilikan (penjualan saham
melalui pasar modal), menciptakan lapangan kerja karena peningkatan aktivitas ekonomi, dan
memperbaiki kualitas jasa & produk melalui pertumbuhan perusahaan serta peningkatan
partisipasi dan kontrol masyarakat investor terhadap perusahaan.
2.5 Metode-Metode Privatisasi BUMN
Dari beberapa pengalaman pelaksanaan privatisasi, ada beberapa metode yang sering dipakai:
1. Penjualan langsung seluruh perusahaan kepada publik (Direct Sale of Entire Company to
Public). Dalam beberapa kasus, negara-negara memilih untuk mentransfer kepemilikan
industri atau pergeseran perusahaan secara menyeluruh. Argentina, Inggris, Chili, dan
Selandia Baru, adalah negara-negara yang menerapkan metode ini.
2. Penjualan sebagian perusahaan kepada publik (Partial Sale of Company to Public). Metode
ini sering disebut sebagai metode penjualan yang bertahap (gradual), dan paling banyak
49
diterapkan. Contohnya, dalam kasus British Petroleum, dimana pada 1977, pemerintah
Inggris mengurangi kepemilikannya dari 66 persen menjadi 51 persen, menjadi 46 persen
pada 1979, 31 persen pada 1983, kurang dari 2 persen pada 1987, dan menjadi nol persen
pada 1995.
3. Menjual perusahaan milik negara kepada perusahaan lain atau konsorsium (Sale of State-
Owned Company to Another Company or Consortium). Kerapkali pemerintah memilih
untuk menjual perusahaan milik negara secara langsung kepada perusahaan – apakah kepada
perusahaan asing atau perusahaan domestik. Sebagai contoh, pemerintah Bolivia
memprivatisasi perusahaan listrik negara yang monopolistik dengan menjual langsung
kepada perusahaan asing, terutama perusahaan Amerika Serikat.
4. Deregulasi (Deregulation). Bentuk lain dari privatisasi adalah deregulasi yakni, pengurangan
aturan-aturan pemerintah yang bersifat membatasi aktivitas ekonomi pasar.
5. Pencabutan subsidi-subsidi (Removal of Subsidies). Subsidi dianggap sebagai bagian dari
intervensi negara dalam pasar yang mengakibatkan timbulnya distorsi pasar. Di samping itu,
subsidi juga melanggar prinsip kompetisi karena memberikan keistimewaan terhadap salah
satu pelaku pasar. Penghapusan subsidi untuk operasi batubara di Eropa, sebagai contoh,
mempercepat penyatuan industri penambangan batubara Eropa dan mendorong pergeseran
besar-besaran dalam investasi dari penambang Eropa ke penambang Amerika, Australia, dan
Amerika Latin.
6. Skema Voucher (Voucher Schemes). Aspek lain dari privatisasi adalah perhatian agar
kepemilikan publik tercapai. Di banyak negara bekas komunis, skema voucher ini berhasil
sebagai cara untuk mentransfer kepemilikan industri kepada masyarakat umum tanpa
pertukaran tunai. Kesenjangan dalam hal pengembangan equity markets, bisa didorong
dengan jalan skema voucher ini. Dengan memiliki voucher, seseorang bisa membeli atau
menjual dengan voucher tersebut dengan cara mendorong terciptanya pasar modal.
7. Kontrak luar (Contracting Out atau sering disebut Outsourcing). Melalui metode ini,
pemerintah mengompetisikan kontrak dengan sebuah organisasi swasta, baik profit maupun
non-profit, untuk menyediakan sebuah pelayanan atau sebagian pelayanan.
8. Kontrak Manajemen (Management Contracts). Melalui metode ini, fasilitas operasi
perusahaan dikontrakkan kepada sebuah perusahaan swasta. Fasilitas dimana manajemen
dikontrakkan termasuk lapangan udara, lokasi dan pusat-pusat konvensi.
50
9. Waralaba (Franchise). Di sini, sebuah perusahaan swasta diberi hak istimewa untuk
menyediakan pelayanan dalam sebuah area geografi tertentu.
10. Korporatisasi (Corporatization). Dalam metode ini, organisasi pemerintah direorganisasi
seluruh lini bisnisnya. Biasanya, korporatisasi ini dilakukan untuk membayar pajak,
meningkatkan modal dalam pasar (tanpa dukungan pemerintah – eksplisit maupun implisit),
dan beroperasi menurut prinsip-prinsip komersial. Perusahaan pemerintah difokuskan untuk
memaksimalisasi keuntungan dan mendapatkan keuntungan dari investasinya. Mereka juga
bebas dari fasilitas pemerintah, personal, maupun sistem anggaran.
11. Right Issue (RI) adalah strategi privatisasi BUMN dengan cara menjual sebagian saham
yang dikuasai pemerintah kepada publik, di mana BUMN tersebut telah melakukan
penjualan saham melalui pasar modal pada waktu sebelumnya.
Pada dasarnya metode Right Issue tidak jauh berbeda dengan metode initial public offering.
Metode Right Issue tidak menyebabkan pemerintah lepas kendali atas BUMN yang
diprivatisasi selama masih menjadi pemegang saham mayoritas.
Right issue cocok untuk dipilih apabila nilai saham yang akan diprivatisasi jumlahnya cukup
besar, BUMN pernah melakukan penawaran saham melalui IPO, memiliki kondisi
keuangan yang baik, memiliki kinerja manajemen yang baik, tersedia cukup waktu untuk
melaksanakan Right Issue, serta tersedia likuiditas dana di pasar modal.
2.6 Pro-Kontra Mengenai Privatisasi
Sebagai sebuah kebijakan yang menyangkut kepentingan publik, program privatisasi
masih disikapi secara pro dan kontra. Berikut ini akan diuraikan mengenai alasan-alasan yang
menyebabkan terjadinya pro dan kontra tersebut.
o Alasan-Alasan Yang Mendukung Privatisasi
a. Peningkatan efisiensi, kinerja dan produktivitas perusahaan yang diprivatisasi
BUMN sering dilihat sebagai sosok unit pekerja yang tidak efisien, boros, tidak
profesional dengan kinerja yang tidak optimal, dan penilaian-penilaian negatif lainnya.
Beberapa faktor yang sering dianggap sebagai penyebabnya adalah kurangnya atau
51
bahkan tidak adanya persaingan di pasar produk sebagai akibat proteksi pemerintah atau
hak monopoli yang dimiliki oleh BUMN. tidak adanya persaingan ini mengakibatkan
rendahnya efisiensi BUMN.
Hal ini akan berbeda jika perusahaan itu diprivatisasi dan pada saat yang bersamaan
didukung dengan peningkatan persaingan efektif di sektor yang bersangkutan, semisal
meniadakan proteksi perusahaan yang diprivatisasi. Dengan adanya disiplin persaingan
pasar akan memaksa perusahaan untuk lebih efisien. Pembebasan kendali dari pemerintah
juga memungkinkan perusahaan tersebut lebih kompetitif untuk menghasilkan produk
dan jasa bahkan dengan kualitas yang lebih baik dan sesuai dengan konsumen.
Selanjutnya akan membuat penggunaan sumber daya lebih efisien dan meningkatkan
output ekonomi secara keseluruhan.
b. Mendorong perkembangan pasar modal
Privatisasi yang berarti menjual perusahaan negara kepada swasta dapat membantu
terciptanya perluasan kepemilikan saham, sehingga diharapkan akan berimplikasi pada
perbaikan distribusi pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Privatisasi juga dapat
mendorong perusahaan baru yang masuk ke pasar modal dan reksadana. Selain itu,
privatisasi BUMN dan infrastruktur ekonomi dapat mengurangi defisit dan tekanan
inflasi yang selanjutnya mendukung perkembangan pasar modal.
c. Meningkatkan pendapatan baru bagi pemerintah
Secara umum, privatisasi dapat mendatangkan pemasukan bagi pemerintah yang berasal
dari penjualan saham BUMN. Selain itu, privatisasi dapat mengurangi subsidi pemerintah
yang ditujukan kepada BUMN yang bersangkutan. Juga dapat meningkatkan penerimaan
pajak dari perusahaan yang beroperasi lebih produktif dengan laba yang lebih tinggi.
Dengan demikian, privatisasi dapat menolong untuk menjaga keseimbangan anggaran
pemerintah sekaligus mengatasi tekanan inflasi.
o Alasan-Alasan Yang Menolak Program Privatisasi
52
Beberapa alasan yang diajukan oleh pihak yang mendukung program privatisasi
sebagaimana telah dipaparkan di atas, dinilai tidak tepat oleh pihak-pihak yang kontra.
Alasan bahwa privatisasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja perusahaan
yang diprivatisasi dianggap tidak sesuai dengan fakta. Sebab jika itu yang menjadi motifnya,
maka seharusnya yang diprivatisasi adalah perusahaan-perusahaan yang tidak efisien,
produktivitasnya rendah dan kinerjanya payah. Sehingga dengan diprivatisasi, diharapkan
perusahaan tersebut berubah menjadi lebih efisien, produktivitasnya meningkat, dan
kinerjanya menjadi lebih bagus. Padahal, pada kenyatannya yang diprivatisasi adalah
perusahaan yang sehat dan efisien. Jika ada perusahaan negara yang merugi dan tidak
efisien, biasanya disehatkan terlebih dahulu sehingga menjadi sehat dan mencapai profit,
dan setelah itu baru kemudian dijual.
Alasan untuk meningkatkan pendapatan negara juga tidak bisa diterima. Memang ketika
terjadi penjualan aset-aset BUMN itu negara mendapatkan pemasukan. Namun sebagaimana
layaknya penjualan, penerimaan pendapatan itu diiringi dengan kehilangan pemilikan aset-
aset tersebut. Ini berarti negara akan kehilangan salah satu sumber pendapatannya. Akan
menjadi lebih berbahaya jika ternyata pembelinya dari perusahaan asing. Meskipun
pabriknya masih berkedudukan di Indonesia, namun hak atas segala informasi dan bagian
dari modal menjadi milik perusahaan asing.
2.7 Contoh Kasus Privatisasi BUMN di Indonesia
Menkeu dan DPR Bahas Privatisasi PT Semen Baturaja
Jakarta, 04/02/2013 MoF (Fiscal) News - Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo kembali
menghadiri rapat kerja (Raker) dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk
melakukan pembahasan mengenai rencana privatisasi PT Semen Baturaja pada Senin (4/2).
Pada kesempatan tersebut, Menkeu menjelaskan bahwa rencana penawaran umum saham
perdana (Initial Public Offering/IPO) PT Semen Baturaja Persero akan membuat ekspansi
perusahaan tersebut lebih cepat dengan kinerja yang lebih baik. "Rencana dari Semen Baturaja
53
bukan hanya perluasan pertama, tapi terus sampai tahun 2017 masih akan terus melakukan
ekspansi. Dan tentu dengan ekspansi itu akan menjadikan kita tuan rumah di negara sendiri.
Selain itu juga menciptakan lapangan kerja, dan isu menciptakan lapangan kerja ini adalah salah
satu yang kita lihat akan konkret untuk dapat diwujudkan. Dan perluasan-perluasan tadi sumber
dananya tidak hanya dari bank, dan juga tidak mengharapkan dari PMN (Penyertaan Modal
Negara), tapi bisa dari obligasi, right issue lagi, atau melakukan pinjaman dengan akses yang
lebih bagus karena sudah menjadi perusahaan publik," papar Menkeu.
Ia menambahkan, saat ini 100 persen saham PT Semen Baturaja dimiliki oleh pemerintah.
Menurut rencana, 35 persen saham tersebut akan dilepas dalam bentuk IPO. Menkeu
memaparkan, manfaat IPO Semen Baturaja antara lain yaitu dana yang diperoleh untuk ekspansi
tidak harus dikembalikan kepada negara dan tidak dikenakan beban bunga. IPO, dilakukan dalam
rangka memperkuat permodalan dan ekspansi PT Semen Baturaja sehingga dapat
meningkatkan market share perusahaan dalam rangka pengembangan perusahaan, yaitu
mendirikan pabrik baru dan dapat meningkatkan kapasitas produksi sebesar 1,5 juta ton per
tahun. "Di mana salah satu sumber pendanaan untuk pembangunan pabrik baru tersebut akan
diperoleh dari hasil IPO tersebut. Hasil privatisasi, semua masuk ke perusahaan," ungkapnya.
Pemerintah, lanjut Menkeu, juga telah melihat berbagai faktor terkait perlunya privatisasi PT
Semen Baturaja. "Bila kita lihat dari faktor produksi, utilitas produksi saat ini sudah maksimal,
dengan kondisi pabrik yang relatif tua. Sedangkan kapasitas produksi relatif kecil dibandingkan
dengan pabrik pesaing, sehingga perlu ada ekspansi," paparnya. Menurutnya, salah satu tujuan
IPO yaitu agar setelah dimiliki oleh masyarakat, PT Semen Baturaja dapat menerapkan good
governance secara lebih baik. "Karena masyarakat ikut mengkritisi, setiap kuartal harus
mengeluarkan laporan keuangan, dan juga tidak lagi merupakan perusahaan tertutup, karena ada
regulator, dalam hal ini ada Otoritas Jasa Keuangan yang akan mengawasi. Dan mekanisme
penjualan juga tidak langsung dijual, tetapi harus diperbaiki dulu restrukturisasi sampai betul-
betul optimal baru bisa go public," ungkapnya.
Sebelumnya, Menkeu menilai, dari faktor pemasaran hingga kini perseroan terus berproduksi
dengan kapasitas maksimum. Namun, hal tersebut tidak sebanding dengan kondisi pasar yang
terus berkembang. Sementara, dari sisi keuangan, kinerja perseroan terus meningkat dari tahun
54
ke tahun, diikuti dengan saldo utang yang terus menurun setiap tahunnya. "Kemampuan
perseroan dalam menghimpun dana internal cukup tinggi," ucapnya.
2.8 Analisis
a. Sejarah PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
PT Semen Baturaja (Persero) didirikan pada tanggal 14 November 1974 oleh PT. Semen
Gresik dengan saham 45% dan PT. Semen padang 55%. Pada tanggal 9 November 1979 status
Perusahaan berubah dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi Persero dengan
komposisi saham Pemerintah Republik Indonesia 88%, PT. Semen Padang 7% dan PT. Semen
Gresik 5%. Sejak tahun 1991 diambil alih secara keseluruhan oleh Pemerintah Republik
Indonesia.
Produksi yang di hasilkan oleh PT Semen Baturaja (Persero) adalah Semen Portland
Type I dan Semen Portland Komposit (SPK) dengan lokasi pabrik di Baturaja, Palembang dan
Panjang. Pusat Produksi terletak di Baturaja yaitu Produksi Terak. Sedangkan proses
penggilingan dan pengantongan semen selain dilaksanakan di Pabrik Palembang dan panjang
yang selanjutnya siap untuk didistribusikan ke daerah-daerah pemasaran.
Untuk penyempurnaan peralatan yang sudah ada dalam rangka pencapaian kapasitas
tepasang yaitu sebesar 500.000 ton semen per tahun, sekaligus persiapan untuk meningkatkan
kapasitas terpasang PT Semen Baturaja (Persero) melaksanakan Proyek Optimalisasi I (OPT l).
proyek ini dimulai tahun 1992 dan selesai tahun 1994 dengan kapasitas terpasang meningkat
menjadi 550.000 ton semen per tahun.
Sebagai tindak lanjut proyek OPT I, pada tahun 1996 Perseroan melaksanakan Proyek
Optimalisasi ll (OPT ll), untuk meningkatkan kapasitas menjadi sebesar 1.250.000 ton semen per
tahun. Proyek OPT ll selesi tahun 2001 dan telah berproduksi sampai dengan sekarang.
55
Bahan baku produksi berupa Batu Kapur dan Tanah Liat diperoleh dari pertambangan
Batu Kapur dan Tanah Liat milik Perseroan yang berlokasi hanya 1,2 km dari pabrik di Baturaja.
Sedangkan bahan baku pendukung seperti Pasir Silika diperoleh dari tambang rakyat disekitar
Baturaja, Pasir Besi diperoleh dari tambang rakyat di provinsi Lampung, gypsum dibeli dari
Petro Kimia Gresik dan impor dari Thailand, sedangkan kantong semen diperoleh dari produsen
kantong jadi di dalam negeri.
Pada tanggal 20 juni 2004 PT Semen Baturaja (Persero) menerbitkan Obligasi I sebesar
Rp. 200 milyar. Emisi obligai ini merupakan program lanjutan Restrukturisasi keuangan dalam
rangka meningkatkan profitabilitas sekaligus likuiditas Perusahaan.
Daerah pemasaran utama PT Semen Baturaja (Persero) adalah Sumatra Selatan dan
Lampung merupakan wilayah di Indonesia yang menikmati pertumbuhan ekonomi yang cukup
baik dan stabil. Pada tahun 2012, pertumbuhan nasional mencapai 6,3% sedangkan rata-rata
pertumbuhan Sumbagsel mencapai 6%. Hal ini memberi peluang bagi Semen Baturaja untuk
meningkatkan penjualan dan mencapai kapasitas terpasang.
Setelah diselesaikannya penambahan kapasitas produksi pada tahun 2001, peluang untuk
meningkatkan pendapatan di masa datang terbuka lebar. Selain itu secara historis kamampuan
perusahaan dalam mengelola masalah operasional dan menjaga profitabilitas operasi terbukti
cukup baik.
Dalam menyalurkan produknya perusahaan menggunakan distributor dengan jaringan
yang tersebar di seluruh wilayah Sumatra Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu, Banten dan
sekitarnya. Sebagian besar penjualan atau transaksi Perusahaan dilakukan dalam bentuk tunai,
sedangkan untuk penebusan semen secara kredit para distributor di wajibkan untuk menyediakan
jaminan dalam bentuk bank garasi dan/atau bentuk jaminan lainnya.
Keberadaan PT Semen Baturaja (Persero) banyak memberikan manfaat baik langsung
maupun tidak langsung, berupa pajak dan retribusi kepada Pemerintah Pusat dan Daerah, dividen
kepada pemegang saham, kesempatan kerja maupun dalam bentuk Kemitraan dan Bina
Lingkugan bagi masyarakat sekitar pabrik.
56
b. Penyebab Dilakukannya Privatisasi Pada PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.
Melihat dari faktor produksi, utilitas produksi saat ini sudah maksimal namun tidak
sebanding dengan kondisi pabrik yang relatif tua. Sehingga perlu adanya peremajaan dan
pengembangan untuk memperbaiki kondisi pabrik. Kondisi pabrik yang relatif tua akan membuat
pekerja menjadi kurang aman karena bisa saja sewaktu-waktu pabrik mengalami masalah yang
merugikan pekerja. Sedangkan kapasitas produksi relatif kecil dibandingkan dengan pabrik
pesaing. Hal ini bisa membuat PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. mengalami kerugian jika terus
dibiarkan.
Dari faktor pemasaran hingga kini perseroan terus berproduksi dengan kapasitas
maksimum. Namun, hal tersebut tidak sebanding dengan kondisi pasar yang terus berkembang.
Sementara, dari sisi keuangan, kinerja perseroan terus meningkat dari tahun ke tahun, diikuti
dengan saldo utang yang terus menurun setiap tahunnya. "Kemampuan perseroan dalam
menghimpun dana internal cukup tinggi.
c. Bentuk Privatisasi Yang Diambil Untuk Privatisasi PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.
Bentuk privatisasi yang diambil adalah penawaran umum saham perdana (Initial Public
Offering/IPO) PT Semen Baturaja Persero akan membuat ekspansi perusahaan tersebut lebih
cepat dengan kinerja yang lebih baik.
Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana adalah penjualan
pertama saham umum sebuah perusahaan kepada investor umum. Perusahaan tersebut akan
menerbitkan hanya saham-saham pertama, namun bisa juga menawarkan saham kedua. Biasanya
perusahaan tersebut akan merekrut seorang bankir investasi untukmenjamin penawaran tersebut
dan seorang pengacara korporat untuk membantu menulis prospektus. Penjualan saham diatur
oleh pihak berwajib dalam pengaturan finansial dan jika relevan, sebuah bursa saham. Biasanya
menjadi sebuah persyaratan untuk mengungkapkan kondisi keuangan dan prospek sebuah
perusahaan kepada para investor.
d. Manfaat Privatisasi PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.
57
Manfaat IPO PT Semen Baturaja (Persero) Tbk antara lain yaitu dana yang diperoleh untuk
ekspansi tidak harus dikembalikan kepada negara dan tidak dikenakan beban bunga. IPO,
dilakukan dalam rangka memperkuat permodalan dan ekspansi PT Semen Baturaja (Perseroan)
Tbk sehingga dapat meningkatkan market share perusahaan dalam rangka pengembangan
perusahaan, yaitu mendirikan pabrik baru dan dapat meningkatkan kapasitas produksi sebesar
1,5 juta ton per tahun. Di mana salah satu sumber pendanaan untuk pembangunan pabrik baru
tersebut akan diperoleh dari hasil IPO tersebut. Hasil privatisasi, semua masuk ke perusahaan.
e. Dampak Privatisasi Bagi Perusahaan dan Masyarakat
- Dampak Bagi Perusahaan
Perusahaan akan lebih mudah dalam melakukan perbaikan dan pengembangan pabrik
serta dalam produksi. Privatisasi akan memudahkan perusahaan dalam mengelola
keuangan karena dana yang diperoleh tidak harus di kembalikan ke negara. Perusahaan
bisa mendirikan pabrik baru atau anak perusahaan yang akan lebih menguntungkan juga
untuk negara karena akan menambah pendapatan negara dari pajak yang diperoleh dari
PT Semen Baturaja Tbk.
- Dampak Bagi Masyarakat
Perusahaan dapat menciptakan lapangan kerja, dan isu menciptakan lapangan kerja ini
adalah salah satu yang kita lihat akan konkret untuk dapat diwujudkan. Pabrik
membentuk Kemitraan dan Bina Lingkungan bagi masyarakat sekitar pabrik sehingga
adanya pabrik bukan berarti menutup jalan masyarakat untuk memperoleh penghasilan
meskipun tidak bekerja di perusahaan tersebut.
58
BAB III
KESIMPULAN
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Negara atau yang kemudian disebut BUMN adalah adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN merupakan aset negara yang harus
dijaga. Namun pada kenyataanya tidaklah semudah yang diperkirakan, banyak aset BUMN
dijarah dan diambil secara paksa oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab demi mengeruk
keuntungan dari situasi yang ada.
59
Untuk mengatasi persoalan yang membayangi BUMN, pemerintah gencar melakukan
privatisasi sejak tahun 1998. Privatisasi adalah salah satu kebijakan yang diambil pemerintah
untuk menyelesaikan persoalan mengenai perekonomian di Indonesia. Privatisasi itu sendiri
adalah kebijakan yang diterapkan pemerintah dengan memberikan berbagai fasilitas yang
memudahkan pihak swasta dalam mengambil alih perusahaan-perusahaan milik negara.
Seiring perjalanannya, privatisasi yang dilakukan pemerintah ini masih menuai pro dan
kontra. Namun begitu, pemerintah tetap terus mengupayakan yang terbaik untuk memperbaiki
perekonomian bangsa. Karena salah satu tujuan adanya privatisasi adalah untuk meningkatkan
efesiensi dan produktifitas.
Salah satu contoh BUMN yang sedang dicanangkan akan dilakukan privatisasi adalah PT
Semen Baturaja Tbk. PT Semen Baturaja Tbk adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak pada bidang industri semen di wilayah Sumatera Bagian Selatan. Privatisasi pada
perusahaan ini dimaksudkan untuk memperbaiki perekonomian Indonesia di bidang industri
semen karena Indonesia merupakan salah satu penghasil semen terbaik. Jika pengembangannya
tidak dilakukan, mungkin saja perusahaan tersebut akan gulur tikar nantinya.
60