Makalah fraktur

30
OLEH KELOMPOK III : ASTUTI MUHRI MICI RISKAWATI FITRIADI JUMAIL SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) MAKASSAR 2012 1

Transcript of Makalah fraktur

Page 1: Makalah fraktur

OLEH

KELOMPOK III :

ASTUTI MUHRI

MICI

RISKAWATI

FITRIADI

JUMAIL

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)

MAKASSAR

2012

1

Page 2: Makalah fraktur

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “FRAKTUR”.

Tak lupa kami haturkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini.

Begitupun kepada dosen yang membimbing kami guna

menyelesaikan makalah ini.

Meskipun masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam

makalah ini, tapi kami selalu berusaha agar makalah yang kami

buat bisa bermanfaat baik bagi kami sendiri maupun orang lain.

Kami sangat berharap kepada siapa saja yang bisa

memberikan kritik dan saran agar kedepannya, kami bisa membuat

makalah yang lebih baik lagi.

Makassar, Desember 2012

Kelompok III

2

Page 3: Makalah fraktur

DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................i

Kata Pengantar.................................................................................ii

Daftar Isi...........................................................................................iii

Bab I Pendahuluan............................................................................1

Bab II Tinjauan Pustaka.....................................................................3

Bab III Asuhan Keperawatan Fraktur.................................................9

Bab IV Penutup...............................................................................16

Daftar Pustaka.................................................................................iv

3

Page 4: Makalah fraktur

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fraktur atau patah tulang merupakan masalah yang sangat

menarik perhatian masyarakat. Banyak kejadian yang tidak

terduga yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur, baik itu

fraktur tertutup maupun fraktur terbuka.

Terjadinya kecelakaan secara tiba-tiba yang menyebabkan

fraktur seringkali membuat orang panik dan tidak tahu tindakan

apa yang harus dilakukan. Ini disebabkan tidak adanya kesiapan

dan kurangnya pengetahuan terhadap fraktur tersebut.

Seringkali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat, mungkin

dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia. Contohnya ada

seseorang yang mengalami fraktur. Tetapi, karena kurangnya

pengetahuan dalam penanganan pertolongan pertama terhadap

fraktur, ia pergi ke dukun pijat karena mungkin ia menganggap

bahwa gejala fraktur mirip dengan gejala orang yang terkilir.

Olehnya itu, kita harus mengetahui paling tidak bagaimana

penanganan pada korban fraktur.

B. Perumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan fraktur?

2. Apa saja klasifikasi fraktur?

3. Apa saja penyebab terjadinya fraktur?

4. Bagaimana patofisiologi terjadinya fraktur?

5. Bagaimana manifestasi klinisnya?

6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus fraktur?

7. Bagaimana tindakan pertolongan pada pasien fraktur?

8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien fraktur?

4

Page 5: Makalah fraktur

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran asuhan keperawatan

pada sistem indera yaitu indera pengelihatan sehingga

dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam asuhan

keperawatan pada sistem indera.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu memahami definisi dari fraktur

b. Mampu memahami klasifikasi fraktur

c. Mampu memahami etiologi dari fraktur

d. Mampu memahami patofisiologi fraktur

e. Mampu memahami manifestasi klinis fraktur

f. Mampu memahami pemeriksaan penunjang dari fraktur

g. Mampu memahami dan melaksanakan asuhan

keperawatan pada pasien fraktur.

5

Page 6: Makalah fraktur

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Fraktur adalah rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang

yang disebabkan adanya ruda paksa yang timbul secara

mendadak. Selain itu, fraktur juga dapat didefenisikan sebagai

rusaknya kontinuitas tulang normal yang disebabkan tekanan

eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh

tulang.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan

ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur dapat terjadi jika

tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat

diabsorbsi.

B. Klasifikasi Fraktur

Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan

cruris dst).

2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :

a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang

tulang atau melalui kedua korteks tulang).

b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui

seluruh garis penampang tulang).

3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :

a. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan).

b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak

berhubungan).

6

Page 7: Makalah fraktur

c. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada

tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur

humerus, fraktur femur dan sebagainya).

4. Berdasarkan posisi fragmen :

a. Undisplaced (tidak bergeser) / garis patah komplit tetapi

kedua fragmen tidak bergeser.

b. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur

5. Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :

a. Tertutup

b. Terbuka (adanya perlukaan dikulit).

6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan

mekanisme trauma :

a. Garis patah melintang.

b. Oblik / miring.

c. Spiral / melingkari tulang.

d. Kompresi

e. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya.

Missal pada patela.

7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :

a. Tidak adanya dislokasi.

b. Adanya dislokasi

1) At axim : membentuk sudut.

2) At lotus : fragmen tulang berjauhan.

3) At longitudinal : berjauhan memanjang.

4) At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan

memendek.

C. Etiologi

Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu :

a. Fraktur akibat peristiwa trauma

Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan

berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan

7

Page 8: Makalah fraktur

pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan yang kuat langsung mengenai

tulang, besar kemungkinan dapat menyebabkan fraktur pada tempat yang

terkena dan jaringan lunak yang ada di sekitarnya pasti akan ikut rusak.

b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan

Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda

lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering ditemukan

pada tibia, fibula atau metatarsal terutama pada atlet, penari atau calon

tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.

c. Fraktur petologik karena kelemahan pada tulang

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut

lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

D. Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas

untuk menahan tekanan. Tapi, apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar

dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang

mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.

Ketika tulang patah, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah,

sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi

perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan

hematoma pada kanal medulla antara tepi tulang di bawah periosteum dengan

jaringan tulang yang mengatasi fraktur.

Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotis adalah ditandai

dengan vasodilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi kerusakan tulang,

tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cedera, tahap

ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematoma yang terbentuk

bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian

merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam

pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematoma

menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler,

kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan

protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya

8

Page 9: Makalah fraktur

edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung saraf, yang bila berlangsung

lama bisa menyebabkan Syndroma Comportement.

E. Manifestasi klinis

1. Nyeri terus-menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang

diimobilisasi, hematoma, dan edema.

2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah.

3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang

melekat di atas dan di bawah tempat fraktur.

4. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma

dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

F. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur untuk menentukan lokasi, luasnya.

2. Pemeriksaan jumlah darah lengkap.

3. Arteriografi dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.

G. Penanganan Fraktur

Penanganan fraktur disesuaikan dengan lokasi fraktur. Ada

beberapa penanganan fraktur, yaitu :

1. Reduksi

Meskipun terapi umum dan resusitasi harus selalu

didahulukan, tidak boleh ada keterlambatan Fraktur yang

melibatkan permukaan sendi ini harus di reduksi sempurna

mungkin karna setiap ketidakberesan akan memudahkan

timbulnya arthritis degenerative. Terdapat dua metode

reduksi; tertutup dan terbuka.

2. Mempertahankan reduksi

Metode  yang tersedia untuk mempertahankan reduksi adalah:

a. traksi terus-menerus;

9

Page 11: Makalah fraktur

H. Komplikasi

Secara umum, komplikasi akibat fraktur yang mungkin terjadi antara lain :

1) Komplikasi awal

a) Kerusakan Arteri

b) Compartement Syndrom

c) Fat Embolism Syndrom

d) Infeksi

e) Avaskuler Nekrosis

f) Shock

2) Komplikasi dalam waktu lama

a) Delayed Union

b) Non Union

c) Mal Union

11

Page 12: Makalah fraktur

I. Penyimpangan KDM fraktur

12

Page 13: Makalah fraktur

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR

A. Pengkajian

Menurut Doengoes, ME (2000) pengkajian fraktur meliputi :

1. Aktivitas/istirahat

Tanda  : Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang

terkena (mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi

secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri)

2. Sirkulasi

Gejala : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon

terhadap nyeri/ansietas), atau hipotensi (kehingan darah)

3. Neurosensori

Gejala  :   Hilang gerak/sensasi,spasme otot,

Kebas/kesemutan (parestesis)

Tanda : Demormitas local, angulasi abnormal,

pemendakan, krepitasi (bunyi berderit, spasme otot,

terlihat kelemahan atau hilang fungsi).

4. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin

terlokalisasi pada jaringan/kerusakan tulang, dapat

berkurang pada imobilisasi) tak ada nyeri akibat kerusakan

saraf.

5. Keamanan

Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan,

perubahan lokal.

Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap

atau tiba-tiba).

6. Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala : Lingkungan cedera

Page 14: Makalah fraktur

Pertimbangan :  DRG menunjukkan rerata lama dirawat :

femur 7-8 hari, panggul/ pelvis 6-7 hari, lain-lainya 4 hari

bila memerlukan perawatan dirumah sakit.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien

Fraktur menurut Doenges (2000) antara lain :

1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, edema dan

cedera pada jaringan lunak.

2. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan

kehilangan integritas tulang.

3. Resiko tinggi terhadap disfungsi terhadap disfungsi

neurovaskuler prifer berhubungan dengan  penurunan atau

intrupsi aliran darah, edema berlebihan, hipovolemia.

4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

perubahan aliran darah/emboli lemak.

5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

rangka/tulang neuromuskuler.

6. Kerusakan integrasi jaringan kulit berhubungan dengan

fraktur terbuka, bedah perbaikan, pemasangan traksi pen,

kawat, sekrup.

7. Kurang pengetahuan terhadap  kondisi, prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang

paparan informasi.

Dari diagnosa di atas dapat diprioritaskan sebagai berikut :

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan

spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, dan cedera

pada jaringan lunak, immobilisasi, stress, ansietas.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

rangka/tulang neuromuskuler : nyeri ketidaknyamanan,

terapi restriktif, immobilisasi tungkai.

Page 15: Makalah fraktur

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak

adekuatnya pertahanan primer; kerusakan kulit, trauma

jaringan, terpajan pada lingkungan.

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional

Gangguan rasa

nyaman : nyeri

berhubungan

dengan spasme

otot, gerakan

fragmen tulang,

edema, dan cedera

pada jaringan

lunak, immobilisasi,

stress, ansietas.

Kriteria hasil :

menunjukkan

tindakan santai;

mampu

berpartisipasi

dalam

aktivitas/tidur/istira

hat dengan tepat.

Menunjukkan

penggunaan

keterampilan

relaksasi dan

aktivitas terapiutik

sesuai tindakan

untuk situasi

individual.

Pertahankan

imobilisasi bagian

yang sakit dengan

tirah baring, gips,

pembebat, traksi.

Tinggikan dan dukung

ekstremitas yang

terkena.

Evaluasi keluhan

nyeri/ketidaknyamana

, perhatikan lokasi dan

karakteristik,

termasuk intensitas

(skala 0-10).

Perhatikan pertunjuk

nyeri nonverbal

(perubahan tanda vital

dan emosi/perilaku).

Berikan alternatif

tindakan kenyamanan,

contoh pijatan,

perubahan posisi.

Dorong menggunakan

teknik manajemen

Menghilangkan nyeri

dan mencegah

kesalahan posisi

tulang / tegangan

jaringan yang cedera.

Meningkatkan aliran

balik vena,

menurunkan edema,

dan menurunkan

nyeri.

Mempengaruhi

pilihan/pengawasan

keefektifan

intervensi, tingkat

ansietas dapat

mempengaruhi

persepsi atau reaksi

terhadap nyeri.

Meningkatkan

sirkulasi umum,

menurunkan area

tekanan lokal, dan

kelelahan otot.

Memfokuskan

Page 16: Makalah fraktur

stres, contoh relaksasi

otot progresif, latihan

nafas dalam, imajinasi

visualisasi.

Identifikasi aktivitas

terapeutik yang tepat

untuk usia pasien,

kemampuan fisik, dan

penampilan pribadi.

Kolaborasi

Lakukan kompres

dingin/es 24-48 jam

pertama dan sesuai

kebutuhan.

Berikan obat sesuai

indikasi : narkotik dan

analgesik non

narkotik; NSAID

injeksi contoh

ketorolac, relaksan

otot, contoh

siklobenzaprin.

kembali perhatian,

meningkatkan rasa

kontrol, dan dapat

meningkatkan

kemampuan koping

dalam manajemen

nyeri, yang mungkin

menetap untuk

periode lebih lama.

Mencegah

kebosanan,

menurunkan

tegangan, dan dapat

meningkatkan

kekuatan otot; dapat

meningkatkan harga

diri dan kemampuan

koping.

Menurunkan

edema/pembentukan

hematoma,

menurunkan sensasi

nyeri.

Diberikan untuk

menurunkan nyeri

dan/atau spasme otot.

Gangguan Kaji derajat mobilitas Pasien mungkin

Page 17: Makalah fraktur

mobilitas fisik

berhubungan

dengan kerusakan

rangka/tulang

neuromuskuler :

nyeri

ketidaknyamanan,

terapi restriktif,

immobilisasi

tungkai.

Kriteria hasil :

meningkatkan /

mempertahankan

mobilitas pada

tingkat paling

tinggi yang

mungkin.

Mempertahankan

posisi fungsional.

Meningkatkan

kekuatan / fungsi

yang sakit dan

mengkompensasi

bagian tubuh.

Menunjukkan

teknik yang

memampukan

melakukan

aktivitas.

yang dihasilkan oleh

cedera / pengobatan

dan perhatikan

persepsi pasien

terhadap imobilisasi.

Dorong partisipasi

pada aktivitas

terapeutik / rekreasi.

Pertahankan

rangsangan

lingkungan, contoh

radio, tv, koran,

kunjungan teman /

keluarga.

Instruksikan / bantu

pasien untuk dalam

rentang gerak pasien

atau aktif pada

ekstremitas yang

sakit dan yang tak

sakit.

Berikan papan kaki,

bebat pergelangan,

gulungan trokanter /

tangan yang sesuai.

dibatasi oleh

pandangan diri /

persepsi diri tentang

keterbatasan fisik

aktual, memerlukan

informasi /

intervensi untuk

meningkatkan

kemajuan kesehatan.

Memberikan

kesempatan untuk

mengeluarkan

energi,

memfokuskan

kembali perhatian,

meningkatkan rasa

kontrol diri / harga

diri, dan membantu

menurunkan isolasi

sosial.

Meningkatkan aliran

darah ke otot dan

tulang untuk

meningkatkan tonus

otot,

mempertahankan

gerak sendi,

mencegah atrofi.

Berguna untuk

mempertahankan

posisi fungsional

ekstremitas,

Page 18: Makalah fraktur

Berikan / bantu

dalam mobilisasi

dengan kursi roda,

kruk, tongkat

sesegera mungkin.

Instruksikan

keamanan dalam

menggunakan alat

mobilitas.

tangan/kaki, dan

mencegah

komplikasi.

Mobilisasi dini

menurunkan

komplikasi tirah

baring dan

meningkatkan

penyembuhan dan

normalisasi fungsi

organ. Belajar

memperbaiki cara

menggunakan alat

penting untuk

mempertahankan

mobilisasi optimal

dan keamanan

pasien.

Resiko tinggi

terhadap infeksi

berhubungan

dengan tak

adekuatnya

pertahanan primer;

kerusakan kulit,

trauma jaringan,

terpajan pada

lingkungan.

Kriteria hasil :

mencapai

penywmbuhan luka

sesuai waktu,

Inspeksi pen/kulit

untuk adanya iritasi

atau robekan

kontinuitas.

Kaji sisi kulit,

perhatikan keluhan

peningkatan nyeri /

rasa terbakar atau

adanya edema,

eritema, drainase/bau

tidak enak.

Berikan perawatan pen

/ kawat steril sesuai

protokol dan latihan

Pen / kawat tidak

harus dimasukkan

melalui kulit yang

terinfeksi,

kemerahan, atau

abrasi (dapat

menimbulkan

infeksi tulang).

Dapat

mengindikasikan

timbulnya infeksi

lokal / nekrosis

jaringan, yang dapat

menimbulkan

Page 19: Makalah fraktur

bebas drainase

purulen atau

eritema, dan

demam.

mencuci tangan.

Observasi luka untuk

pembentukan bula,

krepitasi, perubahan

warna kulit.

Kaji tonus otot, refleks

tendon dan

kemampuan berbicara.

Lakukan prosedur

isolasi.

Kolaborasi

Awasi pemeriksaan

laboratorium, contoh :

darah lengkap, LED,

kultur dan sensitivitas

luka, scan radioisotop.

Berikan obat sesuai

indikasi, contoh :

antibiotik IV, tetanus

toksoid.

Berikan irigasi luka /

tulang dan berikan

sabun basah / hangat

sesuai indikasi.

osteomielitis.

Dapat mencegah

kontaminasi silang

dan kemungkinan

infeksi.

Tanda perkiraan

infeksi gas gangren.

Kekakuan otot,

spasme tonik otot

rahang, dan disfagia

menunjukkan

terjadinya tetanus.

Adanya drainase

purulen akan

memerlukan

kewaspadaan luka /

linen untuk

mencegah

kontaminasi silang.

Anemia dapat

terjadi pada

osteomielitis ;

leukositosis

biasanya ada dengan

proses infeksi.

Antibiotik spektrum

luas dapat

digunakan secara

profilaktik atau

dapat ditujukan pada

mikroorganisme

khusus.

Page 20: Makalah fraktur

Debridemen lokal /

pembersihan luka

menurunkan

mikroorganisme dan

insiden infeksi

sistemik.

Page 21: Makalah fraktur

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan

ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur dapat terjadi

jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat

diabsorbsi.

Patah tulang umumnya digolongkan dalam 2 macam, yaitu

fraktur terbuka dan tertutup. Pada fraktur tertutup, tulang

yang patah tidak sampai keluar melewati kulit. Sedangkan

patah tulang terbuka, sebagian atau keseluruhan tulang

yang patah terlihat menembus kulit.

Fraktur dapat disebabkan karena :

a. peristiwa trauma

b. peristiwa kelelahan atau tekanan

c. kelemahan pada tulang

Fisioterapi sangat berperan dalam gangguan gerak dan fungsi sendi akibat

patah tulang, baik penanganan setelah operasi ataupun konservatif (non

operatif) dengan modalitas yang dimiliki.

B. Saran

Pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) fraktur sangat

perlu untuk diketahui. Hal ini untuk mengantisipati adanya kecelakaan

secara tiba-tiba dan menyebabkan fraktur. Dengan adanya pengetahuan

tersebut, kita bisa memberikan pertolongan secara darurat jika tidak ada

pos kesehatan atau rumah sakit terdekat agar korban kecelakaan bisa

diselamatkan.

Penulis menyarankan kepada pembaca agar tidak bosan untuk memperluas

pengetahuan tentang fraktur dengan membaca literatur-literatur kesehatan

lainnya.

Page 22: Makalah fraktur

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan

Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian

Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne. 1997. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner &

Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC

Zydlo, Stanley M. 2009. First Aid Cara Benar Pertolongan

Pertama dan Penanganan Darurat. Yogyakarta : Casmic Book