Makalah Fisiologi penglihatan

6
Laporan Praktikum Fisiologi Penglihatan dan Waktu Reaksi Kelompok D2 Nama Nim Ttd Yono Suhendro (ketua kelompok) 102013002 Nurfitri Setioningsih 102011328 Rudy Tanius Tejo Ismanto 102011420 Erma Khairunissa 102012349 Selvi Gunawan 102013052 Giovani Alice Halim 102013150 Hendra Susanto 102013188 Vania Faustina 102013277 Gracella Noni T M Taneo 102013344 Alvin 102013364 Devyta Christia 102013457 Hariz Ikhwan Bin Abd Rahman 102013505

description

praktikum tentang percobaan penglihatan

Transcript of Makalah Fisiologi penglihatan

Laporan Praktikum FisiologiPenglihatan dan Waktu Reaksi

Kelompok D2

NamaNimTtd

Yono Suhendro (ketua kelompok)102013002

Nurfitri Setioningsih 102011328

Rudy Tanius Tejo Ismanto102011420

Erma Khairunissa102012349

Selvi Gunawan 102013052

Giovani Alice Halim 102013150

Hendra Susanto 102013188

Vania Faustina 102013277

Gracella Noni T M Taneo 102013344

Alvin 102013364

Devyta Christia 102013457

Hariz Ikhwan Bin Abd Rahman 102013505

Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida WacanaArjuna Utara No. 6 Jakarta 11510

Telepon: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731Tahun Ajaran 2012/2013

Percobaan II : Pemeriksaan Luas Lapang Pandang (Perimetri)

A. Tujuan

B. Alat-alat dan Bahan

1.Perimeter

2. Lidi dengan bulatan berwarna-warni

3. Kertas Formulir

4. Pensil

5. Sapu tangan

C. Cara Kerja

1. OP duduk membelakangi cahaya menghadap perimeter.

2. OP menutup mata kirinya menggunakan sapu tangan.

3. OP meletakkan dagunya di tempat sandaran dagu dan mengatur tingginya hingga tepi bawah mata kanan OP terletak setinggi bagian atas batang vertikal sandaran dagu.

4. OP memusatkan penglihatan pada titik fiksasi di tengah perimeter. Selama pemeriksaan, penglihatan pasien simulasi harus tetap dipusatkan pada titik fiksasi tersebut.

5. Gunakan lidi warna-warni secara bergantian pada busur perimeter untuk pemeriksaan luang lapang pandang. Pilih bulatan berwarna putih dengan diamter sedang (sekitar 5mm) pada benda tersebut

6. Gerakan perlahan-lahan bulatan putih itu menyusuri busur dari tepi kiri OP ke tengah. Tepat pada saat OP melihat bulatan putih tersebut penggeseran beda dihentikan.

7. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat.

8. Ulangi tindakan nomor 6 dan 7 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi busur.

9. Ulangi tindakan no 6,7, dan 8 setelah busur tiap kali diputar 30 sesuai arah jarum jam dari pemeriksa, sampai posisi busur vertikal.

10.Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula. Pada posisi ini tidak perlu dilakukan pencatatan lagi.

11.Ulangi tindakan no 6,7, dan 8 setelah memutar busur tiap 30 berlawanan arah jarum jam dari pemeriksa, ,sampai tercapai posisi busur 60 dari bidang horizontal.

12.Periksa juga lapang pandang pasien simulasi untuk berbaga warna lain : merah, hijau, kuning, dan biru dengan cara yang sama seperti diatas.

13.Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kiri hanya dengan bulatan berwarna putih.

14. Catatlah hasil percobaan semua warna pada formulir yang tersedia.

D. Hasil Percoban

Mata KiriMata Kanan

PutihPutihMerahBiruHijauKuning

T 1853N 1805565786450

N 043T 05647457482

T 21037N 2106064727865

N 3025T 304463676569

T 24015N 2403065656060

N 6052T 605634746874

D 27045D 2705663645048

U 9029U 902560503634

N 30015T 3006550465449

T 12048N 1204950302425

N 33033T 3305156687275

T 15053N 1505754565348

Lapangan PandangMata KiriMata KananNormal

Temporal53o56o85o

Temporal Bawah52o58o85o

Bawah45o56o65o

Nasal Bawah48o45o50o

Nasal43o55o60o

Nasal Atas39o58o55o

Atas29o25o45o

Temporal Atas57o50o55o

Total366o403o500o

E. Hasil Percobaan

Lapang pandang masing-masing mata adalah area yang dapat dilihat oleh sebuah mata pada suatu jarak tertentu. Dibagian lapangan pandang yang ditempati diskus optikus terdapat sebuah titik buta (blind spot). Titik buta dibagian lain lapangan pandang disebut skotoma. Pada retinitis pigmentosa bagian-bagian retina mengalami degenerasi dan terjadi pengendapan berlebihan pigmen melanin dibagian-bagian ini. Proses biasanya berawal di retina perifer dan kemudian meluas kearah tengah.1Salah satu kegunaan perimetri yang penting adalah unutk mengetahui lokalisasi lesi di jaras saraf penglihatan. Lesi pada saraf optic, kiasma optikum, traktus optikus, dan radiasio optika menimbulkan pola aerah kebutaan lapang pandang yang berbeda. Kerusakan pada saraf optic menimbulkan kebutaan pada mata tersebut. Kerusakan kiasma optikum menghambat penjalaran impuls pada kedua retimna bagian nasal yang berfungsi untuk melihat lapang pandang bagian temporal. Gangguan pada traktus optikus memutuskan persarafann separuh bagian tiap retina pada sisi yang sama dengan lesi. Akibatnya, kedua mata tidak dapat melihat objek pada sisi yang berlawanan. Keadaan ini disebut hemianopsia homonim. Kerusakan pada radiasio optika atau pada korteks penglihatan juga akan menyebabkan hemianopsia homonim.2

Dari hasil percobaan yang telah kelompok kami lakukan, didapatkan beberapa sisi ada nilai lapangan pandang OP lebih rendah dari nilai normalnya. Namun di beberapa sisi juga ada nilai lapangan pandang OP yang lebih tinggi dari nilai normalnya. Secara keseluruhan diketahui bahwa total kumulatif luas lapangan pandang pada OP lebih rendah dari nilai normal. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan selama proses percobaan, seperti misalnya posisi derajat busur perimeter yang krurang akurat, kurang fokusnya OP, cara menggerakan bulatan kecil salah atau bulatan kecil warna putih yang dipakai warnanya sudah agak kusam sehingga lebih sulit untuk terlihat.

F. Daftar Pustaka

1. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and asburys general ophthalmology. Edisi 17. USA: McGraw-Hill; 2008.h.387.2. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 7. Jakarta: EGC; 1994.h.35.