makalah farmakognosi
-
Upload
chu-arien-angelaugh -
Category
Documents
-
view
137 -
download
4
description
Transcript of makalah farmakognosi
KATA PENGANTAR
Penulis ingin mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat dan ridha-Nya lah penulis bisa menyelesaikan makalah ini.
Penulis juga ingin berterima kasih kepada orang-orang terdekat yang telah
membantu memberikan saran dalam proses pembuatan makalah ini, terutama
kepada Dosen mata kuliah yang bersangkutan.
Makalah ini berisi penjelasan tentang, identifikasi senyawa alkaloid
prosedur wall dan prosedur kiang-douglas.
Penulis berharap makalah ini bisa menjadi resensi para pembaca dan dapat
dipergunakan untuk menambah pengetahuan pembaca tentang senyawa alkaloid.
Kritik dan saran pembaca sangat diperlukan untuk kepentingan makalah ini.
Makassar,8 april 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak
ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian
besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan
monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit.
Senyawa alkaloid merupakan hasil metabolisme dari tumbuh–tumbuhan
dan digunakan sebagai cadangan bagi sintesis protein. Kegunaan alkaloid
bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat
tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Alkaloid mempunyai efek fisiologis.
Sumber alkaloid adalah tanaman berbunga, angiospermae, hewan, serangga,
organisme laut dan mikroorganisme.
Pada tanaman yang mengandung alkaloid, alkaloid mungkin terisolasi
dalam jumlah tinggi pada bagian tanaman tertentu. Untuk memperoleh
alkaloid tersebut, dibutuhkan ilmu ,fitokimia, yang sangat berkaitan dengan
proses-proses ekstraksi, isolasi, identifikasi, dan penetapan kadar suatu
senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan.
Pada makalah ini penulis akan menyajikan tentang prosedur Wall dan
prosedur Kiang-Doughlas untuk identifikasi tanaman yang mengandung
alkaloid.
B. Rumusan Masalah
Pada penulisan makalah ini penyusun menyajikan tentang prosedur Wall
serta prosedur Kiang-Doughlas pada identifikasi tanaman yang mengandung
alkaloid
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memperoleh gambaran
mengenai prosedur Wall dan prosedur Kiang-Doughlas
BAB II
ISI
Pengertian Alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan
di alam. Pengertian Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam
bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N
(Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik
atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada
manusia dan hewan. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina
sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai
anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf
Identifikasi Alkaloid
Prosedur Wall dan Prosedur Kiang-Doughlas
Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang
mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan
tanaman kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring,
residu dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang
tertinggal dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan
alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila
hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan yang bersifat
asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan
asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti
tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti untuk
menentukan adanya alkaloid quartener.
Sebagai basa, alkaloida biasanya diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut
alkaloida yang bersifat encer (HCL 1M atau asam asetat 10% yang kemudian di
endapkan dalam amonium pekat). Pemisahan pendahuluan demikian dari bahan
tumbuhan lainnya dapat diulang atau pemurnian selanjutnya dilaksanakan dengan
ekstraksi pelarut. Adanya alkaloida pada ekstrak nisibi kasar yang kemudian dapat
diuji dengan menggunakan berbagai pereaksi alkalida
Prosedur Kiang-Douglas agak berbeda terhadap garam alkaloid yang
terdapat dalam tanaman (lazimnya sitrat, tartrat atau laktat). Bahan tanaman
kering pertama-tama diubah menjadi basa bebas dengan larutan encer amonia.
Hasil yang diperoleh kemudian diekstrak dengan kloroform, ekstrak dipekatkan
dan alkaloid diubah menjadi hidrokloridanya dengan cara menambahkan asam
klorida 2 N. Filtrat larutan berair kemudian diuji terhadap alkaloidnya dengan
menambah pereaksi mayer,Dragendorff atau Bauchardat. Perkiraan kandungan
alkaloid yang potensial dapat diperoleh dengan menggunakan larutan encer
standar alkaloid khusus seperti brusin.
Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis
alkaloid. Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung
dengan logam yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen,
atau jood. Pereaksi mayer mengandung kalium jodida dan merkuri klorida dan
pereaksi Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit
berair.
Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung
kalium jodida dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung kompleks
silikon dioksida dan tungsten trioksida. Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan
perbedaan yang besar dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda.
Ditilik dari popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan
pereaksi wagner atau dragendorff. Kromatografi dengan penyerap yang cocok
merupakan metode yang lazim untuk memisahkan alkaloid murni dan campuran
yang kotor. Seperti halnya pemisahan dengan kolom terhadap bahan alam selalu
dipantau dengan kromatografi lapis tipis.
Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah
pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan
memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian
perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan α-
piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi
tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat,
jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida.
Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa
membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk
menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich (p-
dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna yang sangat
karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot. Perteaksi serium
amonium sulfat (CAS) berasam (asam sulfat atau fosfat) memberikan warna yang
berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna tergantung pada kromofor
ultraungu alkaloid. Campuran feriklorida dan asam perklorat digunakan untuk
mendeteksi alkloid Rauvolfia. Alkaloid Cinchona memberikan warna jelas biru
fluoresen pada sinar ultra ungu (UV) setelah direaksikan dengan asam format dan
fenilalkilamin dapat terlihat dengan ninhidrin. Glikosida steroidal sering dideteksi
dengan penyemprotan vanilin-asam fosfat. Pereaksi Oberlin-Zeisel, larutan feri
klorida 1-5% dalam asam klorida 0,5 N, sensitif terutama pada inti tripolon
alkaloid kolkisin dan sejumlah kecil 1 μg dapat terdeteksi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan
di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas
dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat
pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita
mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit.. Alkloid dapat di deteksi dengan
2 Metode yaitu metode wall dan metode Kiang Douglas, dimana untuk
menandakan adanya alkaloid dibutuhkan bantuan pereaksi seperti Mayer, pereaksi
Dragendorff dan wagner serta pereaksi spesifik lainnya. Isolasi dapat dilakukan
dengan ekstraksi dan kombinasi kromtografi. Pemurnian biasanya digunakan
dengan metode gradian pH.
DAFTAR PUSTAKA
Sastrohamijdojo.1996. Sintesis bahan Alam.Yogyakarta: UGM Press
http://nindraleksana.blogspot.com/2010/03/alkaloid.html
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Penerjemah: Padmawinata, K., dan Iwang, S. Edisi II.Bandung: ITB Press. Hal. 102-103, 147-148
http://kimbahanalam.blogspot.com/2013/11/metodeisolasi-dan-pemurnian-senyawa.html.
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKALAH FARMAKOGNOSI
OLEH
NAMA : ARIN RIZKI TALIB
STB : 15020130082
KELAS : C.3
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2014