Makalah EHK
-
Upload
wely-supriatna -
Category
Documents
-
view
271 -
download
10
description
Transcript of Makalah EHK
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Dalam Undang-
Undang Dasar, setiap orang memiliki hak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Kemudian, Negara bertanggung jawab
atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya
pembangunan yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian
pembangunan yang menyeluruh terarah dan terpadu, termasuk di antaranya
pembangunan kesehatan. Di Indonesia perkembangan hukum dalam bidang
kesehatan telah diimplementasikan dengan dikeluarkannya berbagai undang-
undang yang bersifat sektoral. Sebagai contoh, antara lain Undang-Undang No.23
Tahun 1992 yang diganti oleh Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, dan
Undang-Undang Tahun No.38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.
Salah satu tenaga kesehatan yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan adalah tenaga profesi perawat. Perawat merupakan tenaga
profesional yang memiliki body of knowledge yang khusus dan spesifik dan
dalam menjalankan praktik profesinya memiliki tanggung jawab dan tanggung
gugat, sehingga perawat juga sangat terikat oleh atauran-aturan hukum yang
mengatur praktik tenaga kesehatan.
B. Ruang Lingkup Masalah
1. Lafal sumpah perawat
2. Standar profesi perawat dan Standar asuhan keperawatan
3. Permenkes No.HK.02.02/Menkes/148 Tahun 2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktek Keperawatan
1
4. PP No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
5. UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
6. UU No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Lafal sumpah perawat
2. Untuk Mengetahui Standar profesi perawat dan Standar asuhan
keperawatan
3. Untuk Mengetahui Permenkes No.HK.02.02/Menkes/148 Tahun 2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Keperawatan
4. Untuk Mengetahui PP No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
5. Untuk Mengetahui UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
6. Untuk Mengetahui UU No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. LAFAL SUMPAH JABATAN PERAWAT
Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi di bidang keperawatan
melalui belajar terus menerus.
Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta
ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang kuat
dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila
melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi
kepada orang lain.
Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan selalu menunjukkan perilaku professional
B. STANDAR PROFESI PERAWAT DAN STANDAR ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Standar profesi perawat
Pasal 24 ayat (1) PP 23/1996 Tentang Tenaga Kesehatan menentukan
bahwa perlindungan hokum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan
tugas yang sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan. Standar profesi
merupakan ukuran kemampuan rata-rata tenaga kesehatan dalam menjalankan
pekerjaannya.
Sampai saat ini perawat belum pempunyai standar profesi yang dapat
berfungsi sebagai sarana perlindungan hokum. Dengan memenuhi standar profesi
dalam melaksanakan tugasnya, perawat terbatas dari pelanggaran kode etik.
Sebagai tolak ukur kesalahan perawat dalam melaksanakan tugasnya,
dapat dipergunakan pendapat “LEENEN” sebagai standar pelaksanaan profesi
keperawatan, yang meliputi:
a. Terapi harus dilakukan dengan teliti,
b. Harus sesuai dengan ukuran ilmu pengetahuan keperawatan,
3
c. Sesuai dengan kemampuan rata-rata yang dimiliki oleh perawat dengan
kategori keperawatan yang sama.
d. Dengan sarana dan upaya yang wajar dan sesuai dengan tujuan konkret
upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan.
Dengan demikian, manakala perawat telah berupaya dengan sungguh-
sungguh, sesuai dengan kemampuan dan pengalaman rata-rata seorang perawat
dengan kualifikasi yang sama, maka dia telah bekerja dengan memenuhi standar
profesi.
2. Standar asuhan keperawatan
Standar Asuhan Perawat yang disusun oleh Tim Depertemen Kesehatan
Republik Indonesia diberlakukan sebagai Standar Asuhan Perawatan di Rumah
Sakit berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik Nomor
Y.M.00.03.2.6.7637, pada tanggal 18 Agustus 1993. Keputusan ini mengacu pada
Sistem Kesehatan Nasional dan UU 23/1992.
Standar Asuhan Perawatan terdiri dari delapan standar yang harus
dipahami dan dilaksaakan oleh perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan,
khususnya pelayanan keperawatan, yaitu :
Standar I
Berisi filsafah keperawatan. Falsafah adalah pandangan hidup, anggapan,
gagasan, dan sikap batin yang paling umum yang dimiliki oleh orang atau
masyarakat. Falsafah keperawatan berisi nilai-nilai yang dijadikan pedoman
dan harus ada dalam asuhan keperawatan.
Standar II
Berisi tujuan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan pada dasarnya
adalah meningkatkan status kesehatan, mencegah penyakit, memperbaiki
status kesehatan, dan membantu pasien mengatasi masalah kesehatan.
Standar III
Menenentukan pengkajian keperawatan. Untuk memberikan asuhan
keperawatan yang paripurna diperlukan data yang lengkap dan dikumpulkan
secara terus-menerus, tentang keadaan pasien untuk menentukan kebutuhan
asuhan keperawatan.
4
Standar IV
Tentang diagnose keperawatan. Diagnose ini dirumuskan berdasarkan data
status kesehatan pasien yang dihasilkan pada fase pengkajian untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data dianalisis dan dibandingkan
dengan norma yang berlaku dan pola fungsi kehidupan pasien.
Standar V
Tentang perencanaan keperawatan. Perencanaan keperawatan disusun
berdasarkan diagnose keperawatan. Di dalamnya menunjukkan prioritas
masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan berikut rencana
tindakan yang akan dilakukan perawat untuk mencapainya. Tindakan yang
direncanakan didalamnya hanyalah tindakan yang bersifat care yang
merupakan kewenangan perawat.
Standar VI
Menentukan intervensi keperawatan, Intervensi keperawatan merupakan
pelaksanaan tindakan yang telah ditentukan dalam rencana keperawatan.
Implementasi atas rencana keperawatan dalam sebuah asuhan keperawatan
dengan maksud mengupayakan pemenuhan kebutuhan pasien secara maksimal
yang mencakup aspek peningkatan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan
dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Hal ini berbeda dengan
pelayanan medis oleh dokter berupa penyembuhan penyakit yang diupayakan
dengan tindakan medic tertentu berupa pengobatan atau tindakan lain (aspek
kuratif).
Standar VII
Menentukan evaluasi keperawatan. Evaluasi dilakukan dengan melibatkan
pasien dan tenaga kesehatan lain. Hal itu dilakukan secara periodic, sistematis,
dan berencana untuk menilai perkembangan pasien setelah dilakukannya
tindkan keperawatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam asuhan
keperawatan. Hasilnya dipergunakan sebagai dasar pertimbangan bagi
tindakan kperawatan selanjutnya, apakah rencana yang telah disusun
dilanjutkan pelaksanaanya atau diadakan perubahan apabila dipertimbangkan
jika rencana tetap dijalankan tujuan tidak tercapai.
5
Standar VIII
Tentang catatan asuhan keperawatan. Setiap informasi tentang pasien yang
berkaitan tentang kondisi kesehatan, analisis perawat dan kesimpulannya,
rencana dan tujuan tindakan serta implementasi dari rencana beserta hasilnya
harus dicatat.
C. PERMENKES RI No.HK.02.02/MENKES/148/I/2010
Pemerintah khususnya Kementrian Kesehatan mengeluarkan peraturan
menteri kesehatan yang mengatur tentang izin dan penyeleggaraan praktek
perawat di Indonesia, peraturan ini dikeluarkan sebagai pengganti Kepmenkes
No.1239/Menkes/SK/IV/2001 yang isinya tentang registrasi dan praktek perawat.
Dalam peraturan menteri kesehatan yang baru ini, perawat diberikan
kewenangan untuk melakukan praktek mandiri dan atau berkelompok sehingga
perawat dapat menerapkan keahlian bidang keilmuannya dan tentu saja dalam
melaksanakan prakteknya perawat harus memasang papan nama.
D. PP NO. 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN
Tenaga kesehatan yang diatur dalam Pasal 2 ayat (2) sampai dengan ayat
(8)Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan terdiri
dari :
1. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi;
2. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan;
3. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten
apoteker;
4. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog
kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator
kesehatan dan sanitarian;
5. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien;
6. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis
wicara;
6
7. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi,
teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, othotik
prostetik, teknisi tranfusi dan perekam medis;
E. UU NO.36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
POIN-POIN PENTING UNDANG-UNDANG NO. 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN
Kesehatan adalah Investasi
Azas pembangunan kesehatan adalah perikemanusiaan, keseimbangan,
manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan,
gender, dan nondiskriminasi dan norma-norma agama. Sedangkan tujuan
pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Hak dan Kewajiban
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan. Juga memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau. Setiap orang berhak secara mandiri dan
bertanggungjawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan dan
mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan yang
diperlukan bagi dirinya.
Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Juga
berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan
yang sehat baik fisik, biologi, maupun sosial.
Tanggung jawab Pemerintah
Pemerintah bertanggungjawab merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan
yang merata dan terjangkau oleh masayarakat. Juga sumber daya di bidang
kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh
7
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Bertanggungjawab atas pelaksanaan
jaminan kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan sosial nasional bagi upaya
kesehatan perseorangan.
Dilarang Menolak Pasien
Fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas pelayanan kesehatan
perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.fasilitas pelayanan kesehatan
meliputi pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan tingkat kedua,
dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
Fasilitas pelayanan kesedilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
swasta. Ketentuan perizinan fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah.
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa
pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Dalam keadaan darurat,
fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak
pasien dan/atau meminta uang muka.
Harga Obat
Pemerintah menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan
perbekalan kesehatan, terutama obat esensial. Dalam menjamin ketersediaan obat
dalam keadaan darurat, pemerintah dapat melakukan kebijakan khusus untuk
pengadaan dan pemanfaatan obat dan bahan yang berkhasiat obat.
Pengelolaan perbekalan kesehatan dilakukan agar kebutuhan masyarakat
akan perbekalan kesehatan terpenuhi. Pengelolaan perbekalan kesehatan yang
berupa obat esensial dan alat kesehatan dasar tertentu dilaksanakan dengan
memperhatikan kemanfaatan, harga dan gaktor yang berkaitan dengan pemerataan
Pemerintah menyusun daftar dan jenis obat yang secara esensial harus
tersedia bagi kepentingan masyarakat. Daftar dan jenis tersebut ditinjau dan
disempurnakan paling lama setiap dua tahun sesuai dengan perkembangan
kebutuhan dan teknologi.
8
Perbekalan kesehatan berupa obat generik yang termasuk dalam daftar
obat esensial nasional harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya,
sehingga penetapan harganya dikendalikan oleh pemerintah.
Perlindungan Pasien
Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh
tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan
memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap. Hak menerima
atau menolak tidak berlaku pada penderita penyakit yang penyakitnya dapat
secara cepat menular ke masyarakat yang lebih luas.
Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara / petugas kesehatan.
Pelayanan Kesehatan Tradisional
Pelayanan kesehatan tradisional meliputi kesehatan tradisional yang
menggunakan ketrampilan dan yang menggunakan ramuan. Pelayanan kesehatan
tradisional dibina dan diawasi oleh pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan
manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma-norma agama.
Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional harus
mendapat izin dari lembaga kesehatan yang berwenang. Pemerintah mengatur dan
mengawasi pelayanan kesehatan tradisional dengan didasarkan pada keamanan,
kepentingan, dan perlindungan masyarakat..
Pencegahan Penyakit
Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan segala bentuk
upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat
untuk mengoptimalkan kesehatan dan menghindari atau mengurangi resiko,
masalah, dan dampak buruk akibat penyakit.
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi meliputi saat sebelum hamil, hamil, melahirkan dan
sesudah melahirkan; pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, dan kesehatan
seksual; kesehatan sistem repsoduksi.
Setiap orang dilarang melakukan aborsi. Larangan aborsi dikecualikan
berdasarkan indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,
9
baik yang mengancam ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau kehamilan akibat perkosaan yang
dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. Tindakan dapat
dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan
diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.
Pelayanan Darah
Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang
memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan
dan tidka untuk tujuan komersial.darah diperolehd ari pendonor darah sukarela
yang sehat dan memenuhi kriteria seleksi pendonor dengan mengutamakan
kesehatan pendonor. Darah yang diperoleh dari pendonor darah sukarela sebelum
digunakan harus dilakukan pemeriksaan laboratorium guna mencegah penularan
penyakit.
Penyelenggaraan donor darah dilakukan oleh Unit Transfusi Darah (UTD).
UTD dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
organisasi sosial yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kepalang-merahan.
Pengamanan Zat Adiktif
Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan
agar tidak menggangguan membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga,
masyarakat, dan lingkungan.
Zat adiktif meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau padat,
cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan
kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya. Produksi, peredaran, dan
penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif harus memenuhi standar dan/atau
persayaratan yang ditetapkan.
Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak
Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu
sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta
mengurangi angka kematian ibu.
10
Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama
enam bulan, kecuali ada indiaksi medis. Selama pemberian ASI, pihak keluarga,
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara
penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus yaitu di tempat kerja dan
tempat sarana umum.
Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan
anak. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas
untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak.
Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara
bertanggungjawab sehingga memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara
sehat dan optimal.
Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan
yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar dari segala
bentuk diskriminasi dan tindak kekerasan yang dapat mengganggu kesehatannya.
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat berkewajiban untuk
menjamin terselenggarakan perlindungan bayi dan anak dan menyediakan
pelayanan kesehatan sesuasi dengan kebutuhan.
Penyakit Menular
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggungjawab
melaksanakan upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit
menular serta dampak yang ditimbulkannya.
Upaya itu dilakukan untuk melindungi masyarakat dari tertularnya
penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat, dan/atau meninggal dunia serta
untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular.
Pemerintah menjamin ketersediaan bahan imunisasi yang aman, bermutu,
efektif, terjangkau, dan merata bagi masyarakat untuk upaya pengendalian
penyakit menular melalui imunisasi.
Penyakit Tidak Menular
11
Pengendalian penyakit tidak menular dilakukan dengan pendekatan
surveilansa faktor resiko, registrasi penyakit, dan surveilans kematian. Kegiatan
dimaksud bertujuan memperoleh informasi yang esensial serta dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan dalam upaya pengendalian penyakit tidak menular.
Kegiatannya dilakukan melalui kerja sama lintas sektor dan dengan membentuk
jejaring baik nasional maupun internasional.
Pembiayaan Kesehatan
Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat, dan swasta dan sumber lain.
Besar anggaran pemerintah dialokasikan minimal lima persen dari anggaran
pendapatan belanja negara diluar gaji.
Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah propinsi, kabupaten/kota
dialokasikan minimal sepuluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah diluar gaji.
Besaran anggaran kesehatan diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik
yang besarnya sekurang-kurangnya dua per tiga dari anggaran kesehatan dalam
APBN dan APBD.
Badan Pertimbangan
Untuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam menyelenggarakan
pembangungan bidang kesehatan dibentuk Badan Pertimbangan Kesehatan Pusat
dan Daerah. Badan Pertimbangan Kesehatan Pusat dinamakan Badan
Pertimbangan Kesehatan Nasional (BPKN) berkedudukan di Ibukota Negara
Republik Indonesia. Badan Pertimbangan Kesehatan Daerah (BPKD)
berkedudukan di ibukota propinsi dan ibukota kabupaten/ kota.
Pidana
Pimpinan unit pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang
melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan
sengaja tidak memberikan pertolongan pertama pada pasien yang dalam keadaan
gawat darurat dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan denda
paling banyak dua ratus juta rupiah.
12
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang dengan
sengaja tidka memberikan pertolongan pertama pada pasien yang dalam keadaan
gawat darurat mengakibatkan kecacatan dan/atau kematian dipidana dengan
pidana paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak satu milyar rupiah.
Setiap orang yang tanpa ijin melakukan praktek pelayanan kesehatan
tradisional yang menggunakan alat dan teknologi sehingga mengakibatkan
kerugian harta benda, luka berat, dan/atau kematian dipidana dengan penjara
paling lama satu tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah.
F. UU No.38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN
HAL-HAL DALAM UU No.38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN
Pengaturan Keperawatan ini bertujuan untuk:
Pasal 3
Pengaturan Keperawatan bertujuan:
a. meningkatkan mutu Perawat;
b. meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan;
c. memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Perawat
dan Klien; dan
d. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Mengenai Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Keperawatan diatur
dalam pasal 11 undang-undang ini:
Pasal 11
(1) Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Keperawatan harus memenuhi
Standar Nasional Pendidikan Keperawatan.
(2) Standar Nasional Pendidikan Keperawatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
(3) Standar Nasional Pendidikan Keperawatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun secara bersama oleh kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan, kementerian yang
13
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan, asosiasi
institusi pendidikan, dan Organisasi Profesi Perawat.
(4) Standar Nasional Pendidikan Keperawatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan.
Mengenai Perizinan Praktik Keperawatan harus memenuhi :
Pasal 19
(1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIPP.
(3) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh Pemerintah
Daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang
berwenang di kabupaten/kota tempat Perawat menjalankan praktiknya.
(4) Untuk mendapatkan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2),
Perawat harus melampirkan:
a. salinan STR yang masih berlaku;
b. rekomendasi dari Organisasi Profesi Perawat; dan
c. surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari
pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(5) SIPP masih berlaku apabila:
a. STR masih berlaku; dan
b. Perawat berpraktik di tempat sebagaimana tercantum dalam SIPP.
Mengenai Praktik Keperawatan diatur dalam pasal 28-35
Mengenai Hak dan Kewajiban Perawat
Pasal 36
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak:
a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional,
dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
b. memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/atau
keluarganya.
14
c. menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah diberikan;
d. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode
etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau
ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan
e. memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.
Pasal 37
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban:
a. melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan
standar Pelayanan Keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan;
b. memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
c. merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga
kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya;
d. mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar;
e. memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya;
f. melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain
yang sesuai dengan kompetensi Perawat; dan
g. melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Sementara itu hak dan kewajiban Klien:
Pasal 38
Dalam Praktik Keperawatan, Klien berhak:
a. mendapatkan informasi secara, benar, jelas, dan jujur tentang tindakan
Keperawatan yang akan dilakukan;
b. meminta pendapat Perawat lain dan/atau tenaga kesehatan lainnya;
15
c. mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d. memberi persetujuan atau penolakan tindakan Keperawatan yang akan
diterimanya; dan
e. memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya.
Pasal 39
(1) Pengungkapan rahasia kesehatan Klien sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38 huruf e dilakukan atas dasar:
a. kepentingan kesehatan Klien;
b. pemenuhan permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum;
c. persetujuan Klien sendiri;
d. kepentingan pendidikan dan penelitian; dan
e. ketentuan Peraturan Perundang-undangan. (2) Ketentuan lebih
lanjut mengenai rahasia kesehatan Klien diatur dalam Peraturan
Menteri.
Pasal 40
Dalam Praktik Keperawatan, Klien berkewajiban:
a. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang masalah
kesehatannya;
b. mematuhi nasihat dan petunjuk Perawat;
c. mematuhi ketentuan yang berlaku di Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan
d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Mengenai Sanksi diatur dalam:
Pasal 58
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 18 ayat (1), Pasal 21, Pasal
24 ayat (1), dan Pasal 27 ayat (1) dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
16
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis;
c. denda administratif; dan/atau
d. pencabutan izin.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan di sahkan nya UU No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan yang
menjadi dasar hukum perawat dalam upaya pelayanan kesehatan lebih terjamin
dan mendapat perlindungan hukum. Perawat telah memberikan konstribusi besar
dalam peningkatan derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan
pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan
hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan.
B. Saran
Seorang perawat hendaknya tidak boleh takut dengan hukum, tetapi lebih
melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap harapan masyarakat pada
penyenggara pelayanan keperawatan yang profesional.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://kamahusada.blogspot.com/2010/04/permenkes-no-148-tahun-2010.html
http://muhammadsaink.blogspot.com/2011/03/standar-profesi-perwat-dan-
standar.html
http://www.fakta.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&Itemid=118&id=154:uu-no-36-tahun-2009-
tentang-kesehatan
http://www.hukumonline.com/pusatdata/download/lt5450bae463c75/node/
lt5450baaec2c93
Majalah MEDIAKOM edisi XX Oktober 2009
19