Makalah Disaster

39
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana merupakan gangguan atau kekacauan fungsi sosial yang serius yang menyebabkan meluasnya kerugian jiwa, materi atau lingkungan. Bencana terjadi ketika sumber daya atau kapasitas yang tersedia sangat tidak memadai dalam mengatasi ancaman (hazard). Bencana juga berarti proses dimana ada jarak antara kejadian alam seperti tsunami, gempa bumi, badai dan sebagainya dengan kejadian bencana seperti kehilangan, kematian dan sebagainya. Jarak antara kejadian alam dan kejadian bencana sangat bergantung pada tingkat distribusi kerentanan yang terjadi (UU Penanganan Bencana No. 24/2007). Statistik bencana dunia tahun 1995 – 2006 menyebutkan bahwa trend bencana terus menerus terjadi setiap tahun dengan jumlah korban dan kerugian ekonomis semakin meningkat yang menunjukan bahwa bencana terjadi secara berkelanjutan. Bencana alam yang terjadi di Indonesia antara lain Tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 yang menelan korban kurang lebih 170.000 orang meninggal, 500.000 orang kehilangan tempat tinggal dan belasan ribu anak jadi yatim piatu, bencana meluapnya Lumpur Lapindo dan gempa bumi di Jogjakarta pada tahun 2007 yang menyebabkan banyak korban 1

Transcript of Makalah Disaster

Page 1: Makalah Disaster

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bencana merupakan gangguan atau kekacauan fungsi sosial yang serius yang

menyebabkan meluasnya kerugian jiwa, materi atau lingkungan. Bencana terjadi ketika

sumber daya atau kapasitas yang tersedia sangat tidak memadai dalam mengatasi

ancaman (hazard). Bencana juga berarti proses dimana ada jarak antara kejadian alam

seperti tsunami, gempa bumi, badai dan sebagainya dengan kejadian bencana seperti

kehilangan, kematian dan sebagainya. Jarak antara kejadian alam dan kejadian bencana

sangat bergantung pada tingkat distribusi kerentanan yang terjadi (UU Penanganan

Bencana No. 24/2007).

Statistik bencana dunia tahun 1995 – 2006 menyebutkan bahwa trend bencana

terus menerus terjadi setiap tahun dengan jumlah korban dan kerugian ekonomis semakin

meningkat yang menunjukan bahwa bencana terjadi secara berkelanjutan. Bencana alam

yang terjadi di Indonesia antara lain Tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004

yang menelan korban kurang lebih 170.000 orang meninggal, 500.000 orang kehilangan

tempat tinggal dan belasan ribu anak jadi yatim piatu, bencana meluapnya Lumpur

Lapindo dan gempa bumi di Jogjakarta pada tahun 2007 yang menyebabkan banyak

korban menderita kerugian baik berupa kehilangan tempat tinggal, kerugian ekonomi dan

lain lain.

Dampak bencana terhadap masyarakat antara lain kehilangan orang yang dicintai,

kehilangan rumah dan kepemilikan lain, kerusakan lingkungan, kerusakan struktur dan

fungsi sosial, trauma psikologis yang berkepanjangan/ respon pasca trauma akibat

keterpaparan terhadap korban cedera dan kematian, respon histeris saat bencana, tidak

adekuatnya koping strategis, kurangnya dukungan/support dan lain lain. Faktor yang

mempengaruhi respon individu terhadap bencana yang dialami adalah derajat atau tingkat

keterpaparan terhadap bencana, dan pandangan atau penerimaan individu terhadap

bencana yang dialami.

1

Page 2: Makalah Disaster

Managemen penanganan bencana telah memiliki dasar hukum atau peraturan

yang jelas secara Nasional dan Internasional. Rengelolaan bencana International antara

lain telah terbentuknya badan atau organisasi penanggulangan bencana antara lain

International Decade for Natural Disaster Reduction (IDNDR) tahun 1990-2000, World

Conference on Natural Disater Reduction di Yokohama tahun 1994, World Conference

for Disaster Reduction (WCDR) di Kobe tahun 2005. Organisasi tersebut melakukan

koordinasi dengan organisasi penanggulangan bencana lokal di daerah bencana dan

memberikan bantuan berupa materi, fasilitas dan personil dalam penanggulangan bencana

kepada negara negara di dunia.

Managemen penanggulangan bencana di Indonesia telah memiliki dasar hukum

yang jelas seperti yang tertuang dalam UU Penanggulangan Bencana No. 24 tahun 2007

bahwa kordinasi penanggulangan bencana yang sebelumnya dilaksanakan oleh Badan

Koordinasi Nasional (Bakornas) sesuai Keppres No. 11/2001 digantikan oleh Badan

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam pasal pasal UU No. 24/2007 telah

mengatur tanggung jawab dan wewenang organisasi atau lembaga nasional, daerah dan

internasional dalam penanggulangan bencana; mengatur hak dan kewajiban masyarakat;

managemen penanggulangan bencana yang terdiri dari pra bencana (Predisaster), selama

bencana (during diaster) dan setelah bencana (after disaster), serta mengatur proses

pendanaan, pengelolaan bantuan, pengawasan dan penyelesaian sengketa akibat bencana.

Meskipun setelah dilakukan evaluasi, kinerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana

secara umum berjalan baik namun tidak efektif dalam menanggulangi masalah Lumpur

Lapindo (ADPC 2003 dalam www.ntt-academia.org)

Usaha penanggulangan bencana yang bersifat mengandalkan peran aktif Badan

Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas) memiliki banyak kelemahan antara lain

sangat tergantung pada stabilitas ekonomi negara, krisis keuangan negara dan utang luar

negeri sehingga mengalami masalah dalam pembiayaan persiapan dan pengadaan

personil, fasilitas, penyelesaian sengketa dengan korban bencana sehingga penekanan

bantuan yang diberikan hanya pada respon emergency (selama bencana) dan respon

pemulihan; hanya fokus pada bantuan fisik, material dan teknis semata serta hanya fokus

pada penyelesaian sengketa pada satuan keluarga (ADPC 2003 dalam www.ntt-

academia.org)

2

Page 3: Makalah Disaster

Berdasarkan hal tersebut maka muncul paradigma baru dalam penanggulangan

bencana yaitu Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas (Community Based Disaster

Risk Management/CBDRM). CBDRM adalah pemberdayaan komunitas agar dapat

mengelola bencana dimana masyarakat terlibat atau difasilitasi untuk terlibat aktif dalam

pengelolaan resiko bencana (perencanaan, implementasi, pengawasan, evaluasi) dengan

input sumber daya lokal maksimum dan input eksternal minimun.

CBDRM memiliki kelebihan dibanding penanggulangan bencana mengandalkan

peran aktif Bakornas antara lain melibatkan peran serta aktif masyarakat dalam

pengelolaan bencana dengan cara mereduksi risiko bencana/ kerentanan dan

meningkatkan kapasitas individu/keluarga/komunitas dalam menghadapi dampak

bencana sedangkan pihak luar (LSM, donor, pemerintah/Bakornas) berperan mendukung

dan menfasilitasi misalnya membantu analisis situasi, mengukur tingkat perencanaan dan

implementasi CBDRM. Fokus CBDRM bukan hanya pada saat terjadi bencana tetapi

meliputi seluruh elemen perencanaan/ siklus penanganan bencana yaitu sebelum bencana,

selama bencana dan setelah bencana.

Peran perawat komunitas sangat penting dalam meningkatkan kemandirian

masyarakat dalam penanggulangan bencana karena perawat komunitas dengan ilmu dan

keterampilan keperawatan yang dimiliki serta kemampuan pengelolaan masyarakat dalam

peningkatan status kesehatannya. Peran perawat komunitas antara lain pada saat sebelum

bencana berperan sebagai pendidik dan motivator bagi masyarakat untuk berperan aktif

dalam penanggulangan bencana, sebagai fasilitator dalam membantu masyarakat

mengidentifikasi faktor resiko bencana yang ada di masyarakat, mengidentifikasi

kapasitas/kemampuan atau sumber daya yang ada di masyarakat yang dapat digunakan

dalam penanggulangan bencana, membantu menyusun perencanaan penanggulangan

bencana dan pedoman implementasi dan evaluasi, serta menjadi fasilitator dalam

mengawasi dan mengevaluasi program penanggulangan bencana di masyarakat. Selain

berperan sebagai fasilitator bagi masyarakat, seorang perawat komunitas juga harus

memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan korban bencana pada kondisi

emergency saat bencana terjadi serta berperan aktif dalam rehabilitasi korban bencana

baik rehabilitasi fisik maupun rehabilitasi psikologis akibat bencana.

3

Page 4: Makalah Disaster

Dalam menjalankan peran dan tugasnya membantu masyarakat dalam

penanggulangan bencana maka seorang perawat komunitas harus memiliki kompetensi

tertentu yang terdiri dari (1) Sikap/ perilaku yang mendasar sebagai perawat bencana , (2)

Pengkajian sistematik terhadap kebutuhan pelayanan keperawatan, (3) Pemberian

Perawatan kepada individu yang rentan dan keluarganya, (4) Managemen perawatan

dalam kondisi bencana, (5) Membuat laporan praktek keperawatan pada saat terjadi

bencana dan terus menerus mengembangkan pengetahuan dan kemampuan diri tentang

perawat bencana.

Makalah ini akan menguraikan secara lebih jelas tentang managemen

penanggulangan bencana yang terdiri dari managemen sebelum bencana, selama bencana

dan setelah bencana, Model penanggulangan bencana berbasis komunitas (CBDRM),

peran perawat dalam penanggulangan bencana serta indikator keberlanjutan

penanggulangan bencana berbasis komunitas.

B. TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Memberikan gambaran tentang managemen penanggulangan bencana terdiri dari

sebelum bencana, selama bencana dan seteleh bencana

2. Memberikan gambaran tentang Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas

3. Memberikan gambaran tentang peran perawat dalam Penanggulangan Bencana

Berbasis Komunitas

4. Memberikan gambaran Indikator keberlanjutan Penanggulangan Bencana

Berbasis Komunitas

4

Page 5: Makalah Disaster

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN BENCANA

Bencana merupakan gangguan atau kekacauan fungsi sosial yang serius yang

menyebabkan meluasnya kerugian jiwa, materi atau lingkungan. Bencana terjadi ketika

sumber daya atau kapasitas yang tersedia sangat tidak memadai dalam mengatasi

ancaman (hazard). Beberapa tipe ancaman (hazards) yang menyebabkan bencana adalah

ancaman geofisik (Geo-hazard) seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus; ancaman

hidroklimatis (hydro-climatic hazard) seperti banjir, kebakaran hutan, kekeringan;

ancaman biologis (biological hazards) seperti penyebaran HIV, flu burung, epidemik;

ancaman tekhnologi (technological hazard) seperti kebakaran, polusi udara, kecelakaan

nuklir, industrial explosions, waste exposure, lumpur lapindo; dan ancaman sosial (social

hazard) seperti kriminalitas/kekerasan, perang, konflik, kemiskinan absolut dan

terorisme.

Bencana juga berarti proses dimana ada jarak antara kejadian alam seperti

tsunami, gempa bumi, badai dan sebagainya dengan kejadian bencana seperti kehilangan,

kematian dan sebagainya. Jarak antara kejadian alam dan kejadian bencana sangat

bergantung pada tingkat distribusi kondisi kerentanan atau rawan bencana. Kondisi rawan

bencana atau kerentanan adalah kondisi atau karakteristik biologis, hidrologis,

klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi dan tekhnologi pada suatu

wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam,

mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk

bahaya tertentu.

Berdasarkan kecepatan terjadinya, bencana terbagi atas bencana yang terjadi

perlahan lahan (slow onset hazard) seperti kekeringan/kelaparan, letusan gunung api, dan

banjir serta bencana yang terjadi secara tiba tiba (sudden onset hazard) yaitu ancaman

akibat fenomena fenomena alam seperti gempa bumi, badai, banjir, tanah longsor,

5

Page 6: Makalah Disaster

tsunami, angin putting beliung yang terjadi tanpa peringatan dini yang menyebabkan

ketidaksiapan dalam menghadapi bencana.

Berikut ini akan diuraikan definisi terminologi tentang bencana yang terdapat

dalam UU Penanggulangan Bencana No. 24 tahun 2007 :

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebbakan baik oleh

faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

harta benda dan dampak psikologis.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,

gunung meletus, namjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.

Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa non alam antara lain berupa gagal tekhnologi, gagal modernisasi, epidemi,

dan wabah penyakit.

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok

atau antar komunitas masyarakat dan teror

B. MANAGEMEN PENANGGULANGAN BENCANA

Dalam penanganan bencana perlu ada suatu organisasi atau sistem komando

kejadian bencana yang dibentuk oleh negara untuk menyusun panduan penanganan

bencana dan melakukan koordinasi terhadap personil, fasilitas, sistem komunikasi dan

transportasi dalam penanganan bencana. Organisasi ini sebelum menyusun Panduan

Penanganan Bencana (Emergency Operations Plan/EOP) terlebih dahulu melakukan

pengkajian terhadap lingkungan dan komunitas untuk mengetahui daerah yang beresiko

tinggi terkena bencana, tipe bencana yang mungkin terjadi baik bencana alam seperti

banjir, sunami, gunung meletus, maupun bencana akibat perbuatan manusia misalnya

kebakaran, kecelakaan dan lain lain. Pengkajian juga dilakukan terhadap fasilitas

6

Page 7: Makalah Disaster

penanganan bencana di tempat kejadian seperti tenaga/personil bantuan, transportasi,

farmakologi, alat dan bahan pertolongan kegawat daruratan (lokal facility), organisasi

penangan bencana lokal (Safety committee), kantor atau posko penanganan bencana

(Safety Officer or emergency department). Setelah dilakukan pengkajian secara lengkap

kemudian disusun Panduan Penanganan Bencana baik panduan antisipasi atau

pencegahan bencana (Preparedness), panduan penanganan saat bencana (during disaster)

serta panduan penanganan setelah bencana (Postdisaster).

Komponen komponen penting yang terdapat dalam Panduan Penanganan Bencana

(EOP) adalah sebagai berikut :

Informasi secara cepat dan mudah. Fasilitas penanganan bencana (health care

facility) harus dapat diakses dengan cepat dan mudah kapanpun dan dimanapun

bencana terjadi misalnya perlu ada jalur telepon emergency yang gratis, cepat dan

mudah ke kantor atau fasilitas penanganan bencana.

Jalur komunikasi secara internal dan eksternal. Jalur komunikasi untuk koordinasi

personil, fasilitas dan transportasi dalam penanggulangan bencana harus jelas dan

siaga termasuk informasi dari tempat kejadian bencana ke posko atau rumah sakit

rujukan korban bencana.

Perencanaan terhadap penanganan korban bencana (coordinated patient care),

termasuk didalamnya triage korbaan bencana, sistem rujukan dan transportasi ke

posko atau rumah sakit rujukan korban bencana.

Perencanaan keamanan terhadap korban, fasilitas dan personil terhadap kondisi yang

sangat parah dan mengancam

Identifikasi sumber atau fasilitas penanganan bencana baik lokal, regional dan negara

serta bagaimana menghubunginya

Pedoman penanganan korban bencana, masyarakat, media dan strategi pembagian

tugas dalam tim

Strategi managemen data korban dan kejadian bencana

Penanganan respon pasca bencana

Pedoman penyelamatan diri bagi masyarakat dan melakukan latihan sebelum bencana

terjadi

7

Page 8: Makalah Disaster

Antisipasi kebutuhan masyarakat setelah bencana seperti air bersih dan makanan

untuk jangka waktu yang lama

Perkiraan insiden kejadian bencana serta strategi identifikasi bencana seperti alarm

bencana

Personil dalam penanganan bencana harus memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang baik dan ahli terhadap setiap kondisi bencana sehingga memiliki

kesiapan dan kesigapan dalam melakukan tindakan sesuai tugas dan perannya masing

masing berdasarkan pedoman penanganan bencana yang telah ada.

Pedoman Penanganan bencana juga termasuk struktur atau alur penanganan

bencana beserta tugas dan peran masing masing mulai dari penanganan di daerah bencana

sampai transportasi dan persiapan posko atau rumah sakit rujukan korban bencana.

Petugas penanganan bencana juga harus memiliki pengetahuan tentang bahasa,

latar belakang budaya dan aspek spiritual yang ada pada berbagai komunitas. Hal ini

dilatar bekangi oleh karena kesulitan bahasa dapat meningkatkan ketakutan dan frustasi

para korban, terdapat kepercayaan dan praktek spiritual yang berbeda terhadap terapi

pengobatan, hygiene atau diet, waktu dan tempat khusus untuk berdoa, ritual khusus

menangani korban yang meninggal dan lain lain.

Managemen penanggulangan bencana di Indonesia telah memiliki dasar hukum

yang jelas seperti yang tertuang dalam UU Penanggulangan Bencana No. 24 tahun 2007

bahwa kordinasi penanggulangan bencana yang sebelumnya dilaksanakan oleh Badan

Koordinasi Nasional (Bakornas) sesuai Keppres No. 111/2001 digantikan oleh Badan

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam pasal pasal UU No. 24/2007 telah

mengatur tanggung jawab dan wewenang organisasi atau lembaga nasional, daerah dan

internasional dalam penanggulangan bencana, mengatur hak dan kewajiban masyarakat,

managemen penanggulangan bencana yang terdiri dari pra bencana (Predisaster), selama

bencana (during diaster) dan setelah bencana (after disaster), serta mengatur proses

pendanaan, pengelolaan bantuan, pengawasan dan penyelesaian sengketa akibat bencana.

Managemen penanggulangan bencana terdiri dari penanganan sebelum bencana

(predisaster), penanganan saat bencana (during disaster) dan penangana setelah bencana

(afterdisaster) selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut :

8

Page 9: Makalah Disaster

a. Penanganan Sebelum Bencana (Predisaster)

Penanganan sebelum terjadinya bencana disebut juga tindakan pencegahan atau

prevention terdiri dari pengkajian faktor resiko bencana (risk assessment), Kegiatan

pencegahan bencana, mitigasi (disaster mitigation), peringatan dini, dan kesiapsiagaan/

tanggap darurat bencana (preparedness).

Pengkajian terhadap faktor resiko bencana terdiri dari pengkajian terhadap

lingkungan atau keterpaparan terhadap ancaman (hazard), analisis kerentanan dan

kelompok yang rentan di masyarakat serta analisis sumber atau kapasitas yang dapat

digunakan dalam menghadapi bencana.

Setelah faktor resiko bencana teridentifikasi maka selanjutnya dilakukan

pencegahan atau mitigasi dalam rangka menghilangkan dan atau mengurangi faktor

resiko atau ancaman bencana. Tindakan pencegahan dan mitigasi terdiri dari manajemen

lingkungan, upaya fisik dan teknis dalam mengatasi faktor resiko bencana, regulasi/

legislasi/kebijakan pembangunan yang mendukung pencegahan bencana, upaya

penyadaran dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana, serta

membangun kemitraan dan jaringan (networking) dalam persiapan bencana.

Selain melakukan tindakan pencegahan dan mitigasi, perlu juga dipersiapkan alat

peringatan dini dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Peringatan dini adalah

serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang

kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.

Kegiatan peringatan dini dapat berupa pemantauan yang terus menerus terhadap faktor

resiko bencana disertai tanda alarm peringatan akan terjadinya bencana. Peringatan dini

ini akan memberikan tanda kepada masyarakat agar siap siaga untuk menyelamatkan diri

dan keluarga, serta sebagai tanda kepada para petugas penanggulangan bencana untuk

mempersiapkan diri dalam membantu masyarakat dalam menghadapi bencana.

Pemantuan secara terus menerus terhadap faktor resiko bencana adalah dengan

menggunakan tekhnologi untuk mendeteksi dan memprediksi resiko timbulnya dan

terjadinya bencana seperti tsunami dan gunung meletus. Informasi atau peringatan

tentang resiko terjadinya bencana berupa alarm bencana disebarkan kepada masyarakat

melalui media televisi dan radio. Tekhnologi terbaru adalah dengan memberikan

9

Page 10: Makalah Disaster

informasi tentang resiko bencana atau alarm bahaya melalui handphone (HP) sehingga

individu yang tidak bisa atau tidak sempat menonton televisi tetap mendapatkan

informasi sehingga dapat mempersiapkan diri terhadap kemungkinan terjadinya bencana.

b. Penanganan Saat Bencana (During disaster)

Penanganan saat bencana terdiri dari evakuasi atau penyelamatan korban bencana

dan transportasi korban ke posko atau rumah sakit rujukan korban bencana. Managemen

penyelamatan korban bencana pada jumlah korban yang sangat banyak maka perlu

dilakukan tindakan triage.

Triage adalah proses penentuan atau penyeleksian pasien atau korban berdasarkan

prioritas kebutuhan terhadap perawatan dan pengobatan. Dalam penanganan bencana

dengan korban yang banyak maka perlu dilakukan penyeleksian pasien untuk

menentukan korban yang perlu penanganan prioritas atau segera dan korban yang bisa

ditunda penanganannya. Meskipun tindakan ini dapat dinilai tidak ethis karena cenderung

mengabaikan pasien atau korban lain yang juga membutuhkan pertolongan namun

tindakan triage perlu dilakukan untuk memprioritaskan penanganan emergency kepada

korban dengan kondisi yang lebih serius/parah dan perlu penanganan segera.

Petugas triage melakukan pemeriksaan atau pengkajian terhadap korban secara

cepat dan memberikan penanganan emergency atau resusitasi sebelum diberikan

penanganan tindakan penyelamatan lanjutan atau dibawa ke posko atau rumah sakit

rujukan penanganan bencana. Seorang petugas triage memberikan tanda kepada pasien

berdasarkan derajat keseriusan kondisi dan prioritas kebutuhan terhadap tindakan

emergency sehingga petugas yang lain dapat langsung memberikan bantuan atau

langsung membawa pasien ke lokasi penanganan lanjutan. Perlu disiapkan alat alat dan

pengobatan terhadap kondisi emergency dan transportasi terhadap pasien ke posko

perawatan atau rumah sakit rujukan bencana.

Kategori tanda triage yang diberikan adalah berdasarkan derajat keparahan dari

cedera yang dialami oleh korban. Terdapat berbagai tanda triage yang dapat digunakan di

beberapa negara dan perawat bencana harus memahami sistem yang ada di masyarakat

atau negara tersebut. Salah satu contoh sistem triage oleh North Atlantic Treaty

10

Page 11: Makalah Disaster

Organization (NATO) adalah dengan menggunakan kode warna yang terdiri dari warna

merah, kuning, hijau dan hitam. Masing masing warna memiliki perbedaan tingkatan

prioritas yang secara jelas diuraikan sebagai berikut :

KATEGORI TRIASE PRIORITAS WARNA KONDISI PASIEN

Immediate / Segera :

Cedera yang dapat

mengancam kehidupan

dan dapat bertahan hidup

jika cepat segera diatasi.

Pasien dalam kondisi ini

dapat berkembang kearah

kematian jika ditunda

penanganannya.

I Merah Obstruksi jalan nafas akibat

trauma, Trauma dada, show,

hemotórax, tension

pneumothoraks, asfixia, trauma

luka pada dada atau abdomen

yang tidak stabil, amputasi

inkomplit, fraktur terbuka pada

tulang panjang, luka bakar

derajat 2 atau 3 dengan luas

permukaan tubuh terbakar 15 –

40 %.

Delayed/Dapat ditunda :

Cedera serius dan

membutuhkan pengobatan

tapi dapat ditunda atau

menunggu dalam

beberapa jam. Pasien ini

akan menerima

pengobatan atau treatment

setelah korban yang perlu

penanganan segera

ditangani lebih dulu.

2 Kuning Trauma luka abdomen yang

stabil tanpa perdarahan yang

hebat, cedera jaringan lunak,

trauma wajah tanpa komplikasi

pada jalan nafas, trauma

pembuluh darah dengan fungsi

kolateral yang adekuat, gangguan

pada saluran genitourinaria,

fraktur yang membutuhkan open

reduktion, debridement, eksternal

fiksasion

Minimal : cedera minimal

dan treatment atau

penanganan dapat ditunda

3 Hijau Fraktur ekstremitas atas, luka

bakar minor, luka yang kecil

tanpa perdarahan yang

11

Page 12: Makalah Disaster

selama beberapa jam

sampai beberapa hari.

Pasien dalam kategori ini

harus dipisahkan dari

lokasi triage utama.

signifikan, perubahan perilaku

atau gangguan psikologis.

Expectant : Cedera yang

sangat parah dan tidak

dapat bertahan hidup

meski dengan perawatan

emergency. Korban harus

dipisahkan dari pasien

yang lain tapi tidak

diabaikan. Tindakan yang

diberikan adalah

menyediakan kenyamanan

bagi korban jika

memungkinkan

4 Hitam Luka penetrasi pada kepala

dengan pasien yang tidak

berespon, cedera tulang belakang

yang parah, luka pada multi sisi

dan organ tubuh, luka bakar

derajat 2 dan 3 dengan luas

permukaan tubuh terbakar 60 %

atau lebih, kejang atau muntah

setelah terkena radiasi lebih dari

24 jam, shock dengan multiple

injury, nadi tidak teraba,

Tekanan darah tidak teraba,

Pupil dilatasi atau pin point.

c. Penanganan Setelah Bencana (Post disaster)

Penanganan setelah bencana meliputi pengkajian terhadap kerugian atau

kerusakan yang terjadi akibat bencana (damage assessment), rehabilitasi dan

rekonstruksi. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik

atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan

sasaran utama untuk normalisasi/berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan

kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. Rekonstruksi adalah pembangunan

kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana baik

pada tingkat pemerintah maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan

berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan

12

Page 13: Makalah Disaster

ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan

bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.

Selain rehabilitasi dan rekonstruksi fisik sarana dan prasarana serta lingkungan,

juga perlu dilakukan rehabilitasi terhadap mental dan psikologis korban bencana karena

meskipun mengalami bencana yang sama, beberapa individu dapat mengalami trauma

psikologis yang berkepanjangan. Beberapa respon yang biasanya terjadi adalah depresi,

ansietas, gangguan psikosomatis (fatigue, malaise, sakit kepala, gangguan saluran

gastrointestinal, kemerahan pada kulit), posttraumatic disorder, keracunan zat, konflik

interpersonal, dan gangguan penampilan (Brunner & Suddarth).

Faktor yang mempengaruhi respon individu terhadap bencana yang dialami

adalah derajat atau tingkat keterpaparan terhadap bencana, kehilangan teman atau orang

yang dicintai, kehilangan rumah dan harta kepemilikan yang lain, tidak adekuatnya

koping strategis, hilang atau kurang sumber dukungan atau support, serta pandangan atau

penerimaan individu terhadap bencana yang dialami. Kondisi keterpaparan terhadap

korban kematian, cedera, dan kekuatan bencana, respon histeris saat bencana, aktivitas

petugas penananganan bencana dalam membantu korban dapat menjadi keadaan yang

menimbulkan gangguan emosional pada individu.

C. COMMUNITY BASED DISASTER RISK MANAGEMENT (CBDRM)/

PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS MASYARAKAT

1. PENGERTIAN

Dasar dari Penanggulangan bencana berbasis masyarakat adalah reduksi resiko bencana.

Masyarakat berperan serta dalam kegiatan pengelolaan bencana yang meliputi kegiatan

tanggap darurat dasar yang dapat dilakukan oleh masyarakat, dan kegiatan – kegiatan

yang dapat mengurangi resiko bencana (Yodmani, S. 2006). Adapun definisi dari

Community based disaster risk management (CBDRM) adalah pemberdayaan komunitas

agar dapat mengelola bencana dengan tingkat keterlibatan pihak/kelompok masyarakat

dalam perencanaan dan pemanfaatan sumber daya lokal dalam kegiatan implementasi

oleh masyarakat sendiri (ADPC 2003 dalam www.ntt-academia.org).

13

Page 14: Makalah Disaster

Community based disaster risk management (CBDRM) adalah kerangka kerja

pengelolaan bencana yang inklusif dimana masyarakat terlibat atau difasilitasi untuk

terlibat aktif dalam pengelolaan risiko bencana (perencanaan, implementasi, pengawasan,

evaluasi) dengan input sumber daya lokal maksimum dan input eksternal minimum

(Indosasters 2006 dalam www.ntt-academia. org ).

2. TUJUAN CBDRM

Penanggulangan bencana berbasis masyarakat/CBDRM merupakan suatu proses

yang sistematik untuk mengidentifikasi, membuat perkiraan dan membuatt prioritas dari

resiko bencana. Kondisi ini membuat masyarakat menjadi lebih sadar terhadap resiko

bencana yang ada di daerahnya. Penganggulangan bencana berbasis masyarakat

merupakan suatu pengambilan keputusan yang bersifat bottom up untuk menentukan

strategi, perencanaan dan program dalam redusksi resiko bencana.

Tujuan dari CBDRM adalah membantu masyarakat untuk membuat prioritas resiko

bencana yang ada di daerahnya, membuat perencanaan program reduksi bencana yang

adekuat, membuat perencanaan program yang membutuhkan daya yang efisien dan

berkelanjutan, mengidentifikasi sumber daya eksternal yang dapat dimanfaatkan untuk

pelaksanaan program dan membuat indikator untuk menilai keberhasilan program

(Yodmani, S. 2006).

3. LANGKAH DAN PROSES CBDRM

Langkah & proses CBDRM adalah (ADPC 2003 dalam www.ntt-academia.org) :

a. Faktor eksternal

Tahap 1 : Involvement

i. Pengkajian wilayah – wilayah yang berresiko terhadap bencana

ii. Mengidentifikasi bahaya dan kerentanan yang ada

iii. Bencana yang mungkin terjadi di wilayah tersebut

14

Page 15: Makalah Disaster

iv. Pengetahuan tentang manajemen bencana dan sumber daya yang

ada

v. Pengetahuan tentang situasi lokal, proses dan sistem

b. Faktor masyarakat

Tahap 2 : Community profilling

Community profilling merupakan gambaran perkembangan posisi dan isi dimana

bencana akan terjadi, hal yang diidentifikasi adalah : Kelompok sosial yang ada

dimasyarakat, Kebudayaan, Kegiatan ekonomi, dan Karakteristik masyarakat

Tahap 3 : Pengkajian resiko di masyarakat

Tujuannya adalah menyeimbangkan pengetahuan tentang resiko dan sumber daya

yang ada. Identifikasi meliputi :

a. Pengkajian bahaya

b. Pengkajian kerentanan

c. Pengkajian sumber daya

Hal ini dapat dijadikan dasar untuk mengetahui besarnya masalah dan kesempatan untuk

melakukan penanggulangan.

Tahap 4 : Perencanaan penganggulangan bencana

Meliputi :

a. Penilaian terhadap persiapan

b. Penilaian terhadap reduksi resiko ( peran, tanggung jawab, jadwal

dan input)

Tahap 5 : Implementasi dan monitoring

Tahap 6 Evaluasi dan Umpan balik

15

Page 16: Makalah Disaster

4. KOMPONEN – KOMPONEN DALAM PENGKAJIAN CBDRM

Komponen – komponen yang harus dikaji dalam melakukan CBDRM adalah (ADPC

2003 dalam www.ntt-academia.org) :

A. Pengkajian persepsi masyarakat terhadap resiko

Identifikasi persepsi masyarakat terhadap resiko bencana yang ada didaerahnya sehingga

dapat mengidentifikasi penilaian masyarakat terhadap bencana yang akan terjadi

B. Pengkajian terhadap ancaman

Type of Hazards (Tipe Ancaman)

a. Social Hazards (Ancaman Sosial) meliputi Kriminalitas/kekerasan, perang,

konflik, kemiskinan absolut, terorisme.

b. Technological Hazard (Ancaman Teknologi) meliputi Industrial explosions,

kebakaran, polusi udara, waste exposure, kecelakaan nuklir, lumpur Lapindo

c. Biological Hazards (Ancaman Biologis) meliputi HIV/AIDS, Ebola, dan

epidemic, etc.

d. Hydro-Climatic Hazard (Ancaman hirdoklimatis) meliputi Banjir, kebakaran

hutan, kekeringan

e. Geo-Hazard (Anacaman Geofisik) meliputi Gempa, tsunami, gunung api.

Karakter hazard/ancaman

pemicu

tanda-tanda ilmiah maupun tradisional

jarak antara peringatan dan kejadian

lamanya kejadian

kekerapan

16

Page 17: Makalah Disaster

waktu/pola waktu

ancaman ikutan yang timbul

kemungkinan jangkauan dampak

C . Pengkajian kerentanan

1. Pemetaan kerentanan

Suatu proses yang menghasilkan pengertian akan jenis dan tingkat kerentanan dari

manusia, harta benda dan lingkungan terhadap efek dari ancaman tertentu pada

waktu tertentu.

Proses ini lebih pada mengidentifikasi kondisi fisik, sosial dan ekonomi yang

rawan terhadap dampak suatu ancaman.

Suatu proses partisipasi untuk mengidentifikasi unsur-unsur risiko pada setiap

ancaman, dan untuk menganalisa akar masalah adanya unsur-unsur risiko

tersebut.

Penilaian kerentanan adalah proses perkiraan kerentanan pada ancaman-ancaman

yang potensial dengan cara (1.) Mengidentifikasi unsur-unsur risiko pada setiap

type ancaman (2). Menganalisa akar masalah adanya unsur-unsur risiko tersebut.

2. Pengkajian kerentanan meliputi :

a. Kerentanan Fisik/Material meliputi :

Kepemilikkan aset yang tidak mencukupi untuk bertahan dari

kemungkinan yang merugikan; kurangnya alternatif ekonomi,

tidak cukupnya keanekaragaman alam yang menyebabkan suatu

ekosistem tidak mampu bertahan/pulih dari suatu ancaman,

masyarakat yang tinggal di daerah rawan ancaman (di tempat rawan

banjir, rawan gempa, dll),

17

Page 18: Makalah Disaster

sarana dan prasarana (rumah, jalan, jembatan, saluran irigasi, dll) yang

menyebabkan mereka tidak mampu untuk menghadapi dan bertahan dari

suatu ancaman.

Lokasi rumah-rumah masyarakat pada daerah yang rawan, lahan

pertanian, infrastruktur dan pelayanan dasar

Model dan konstruksi bahan-bahan rumah dan bangunan

Sumber penghidupan yang tidak aman dan berbahaya

Kurangnya akses dan kontrol terhadap prasyarat 2X produksi (tanah,

input pertanian, hewan dan modal)

Ketergantungan pada lintah darat (kontroversi)

Peristiwa kekurangan pangan yang gawat atau kronis

Latar belakang pendidikan dan ketrampilan yang tidak memadai

Tingkat kematian yang tinggi, malnutrisi, peristiwa penyakit,

kemampuan perawatan yang tidak memadai

Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan

Kekurangan pelayanan mendasar : pendidikan, kesehatan, air bersih,

perumahan, sanitasi, jalan, listrik, komunikasi.

Kekerasan yang terselubung (rumah tangga, konflik masyarakat atau

perang)

b. Kerentanan Perilaku/motivasi

Sikap negatif/reaktif terhadap perubahan

Ketidakpedulian, fatalisme, tidak punya harapan, bergantung pada orang

lain

Tergantung pada bantuan dari pihak luar/mental bantuan, sikap yang

negatif terhadap perubahan

Ketidakpedulian, fatalisme, tidak punya harapan, bergantung pada orang

lain

Kurangnya inisiatif, tidak memiliki semangat jiwa

Kurang bersatu, kerja sama dan solidaritas

Tidak menyadari ancaman dan konsekuensinya

c. Kerentanan Sosial/Kelembagaan

18

Page 19: Makalah Disaster

Kurangnya informasi yang menyangkut bencana

Kurangnya pelayanan publik, perencanaan, kesiapan dan respon

terhadap keadaan darurat

Minimnya peran & ketiadaan informasi tentang keberadaan organisasi-

organisasi kemasyarakatan, mekanisme dukungan sosial

Masalah gender, diskriminasi ras, etnik, agama

Struktur kekeluargaan/persaudaraan yang lemah

Terisolasi secara sosial

Kurangnya kepemimpinan, leadership, struktur organisasi untuk

memecahkan masalah atau konflik

Pengambilan keputusan yang tidak efektif, masyarakat/kelompok-

kelompok dihapuskan

Kondisi partisipasi masyarakat yang tidak merata

Kekurangan atau lemahnya organisasi-organisasi masyarakat (formal,

pemerintahan dan lokal/penduduk asli)

Desas-desus, pembagian, konflik, etnis, kelas, kepercayaan, kasta,

ideologi

Praktek-praktek yang tidak adil, kurangnya akses pada proses politik

3. Pengkajian sumber daya

Dikelompokkannya ke dalam 5 kelompok aset yang sering disebut sebagai

Pentagon Aset atau Pentagon Capital yaitu:

Human Capital (Sumber Daya Manusia)

Meliputi : tenaga kerja, ketrampilan, pendidikan, pengetahuan, dll

Natural Capital (Sumber Daya Alam)

Meliputi : Tanah dan produksinya, air dan sumber daya air didalamnya, pohon

dan hasil hutan, kehidupan liar, serat dan pangan yang tidak dibudidayakan,

keanekaragaman hayati, dan sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan terkait

lingkungan

Financial Capital (Sumber Daya Keuangan)

19

Page 20: Makalah Disaster

Meliputi tabungan atau simpanan, kredit/hutang baik fomal maupun informal

maupun yang diberikan LSM, kiriman dari keluarga yang bekerja di luar daerah,

dana pensiun, dan upah/gaji

Social Capital (Sumber Daya Sosial)

Meliputi jaringan dan koneksi (patron yang terbangun, kerukunan antar tetangga

dan hubungan baik ), hubungan yang berbasis rasa saling percaya dan saling

mendukung, kelompok formal dan informal, peraturan umum dan sanksi,

keterwakilan, mekanisme berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan,

dan kepemimpinan

Physical Capital (Sumber Daya Infrastruktur)

Meliputi Infrastruktur ( jaringan transportasi, jalan, kendaraan, gedung gedung

dan tempat tinggal yang aman, sarana kebersihan dan air bersih, energi, jaringan

komunikasi), serta teknologi dan alat-alat (alat alat dan peralatan untuk produksi,

bibit, pupuk, pestisida,teknologi tradisional)

D. INDIKATOR KEBERLANJUTAN PENANGGULANGAN BENCANA

BERBASIS KOMUNITAS

Prasyarat Keberlanjutan CBDRM (ADPC 2003 dalam www.ntt-academia.org):

Adalah rakyat/manusia/komunitas yang membuat proses CBDRM berkelanjutan

Keberlanjutan partisipasi rakyat/komunitas bergantung pada ‘link and match’

antara kegiatan reduksi risiko bencana dan proyek/program dengan kebutuhan

seketika (strategis/praktis)

Terlibatnya masyarakat secara aktif dalam proses studi dan pengambilan

keputusan dalam identifikasi solusi realistis, kesiapan yang mampu dilakukan,

dan solusi solusi mitigasi

Relevansi keterlibatan menciptakan kepemilikan bahkan ketika capaian yang

dihasilkan tidak besar, maka keberlanjutan kegiatan CBDRM bisa dipastikan.

Kesatuan/kohesifitas rakyat/komunitas/orang/masyarakat dalam komitmen

reduksi bencana dilanggengkan oleh praktek CBDRM

20

Page 21: Makalah Disaster

Faktor kelembagaan tetap/menetap yang ada dikomunitas mampu melanggengkan

proses-proses CBDRM yang bertujuan memproteksi penghidupan dan kehidupan

rakyat secara berkelanjutan.

E. PERAN PERAWAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

Peran perawat komunitas dalam penanggulangan bencana bervariasi berdasarkan

tahapan disaster managemen (M. Kandasamy, jurnal of india, 2007). Peran perawat

kesehatan komunitas pada tahap preparedness adalah :

a. Memfasilitasi dalam mempersiapan komunitas dalam menghadapi bencana dan

menyiapkan tempat penampungan korban

b. Inisiatif daan memperbaharui rencana penanggulangan bencana

c. Menyediakan program pendidikan menghadapi bencana pada berbagai area

d. Menyediakan dan memperbaharui laporan atau catatan populasi rentan yang ada

di komunitas

e. Memberikan pendidikan kesehatan pada populasi rentan tentang tindakan

penyelamatan yang dapat dilakukan pada saat bencana

f. Sebagai advokat masayarakat dalam menciptakan dan menjaga lingkungan yang

aman

g. Melakukan pengkajian dan laporan tentang bahaya lingkungan

h. Mengetahui sumber sumber yang dapat digunakan dalam penanganan bencana

serta menggerakan kerja sama dengan komunitas/masyarakat.

Peran perawat kesehatan komunitas pada saat bencana terjadi tergantung dari

pengalaman dalam penanggulangan bencana, peran perawat dalam institusi dan

persiapan komunitas (preparedness), pelatihan atau training yang pernah diikuti dan

ketertarikan dalam penanggulangan bencana. Peran perawat pada saat bencana adalah

a. Bertanggung jawab memberikan informasi yang akurat kepada badan atau

organisasi penanganan bencana yang ada agar dapat memfasilitasi tindakan

penyelamatan segera.

b. Melakukan evakuasi dan triage terhadap korban bencana berdasarkan tingkat

keparahan cedera yang dialami korban.

21

Page 22: Makalah Disaster

c. Memberikan pertolongan dan perawatan emergency pada korban bencana sesuai

triage yang dilakukan

d. Terus menerus membuat laporan perkembangan kejadian bencana

Peran perawat kesehatan komunitas pada tahap setelah bencana (recovery) adalah :

a. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan korban bencana seperti air bersih,

makanan, minuman dan lain lain

b. Membantu kesehatan mental korban yang mengalami trauma dan merujuk kepada

terapis mental untuk penanganan lebih lanjut.

c. Memperhatikan bahaya lingkungan yang dapat terjadi setelah bencana

d. Melakukan home visit untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan korban bencana

akan rumah sehat, air bersih dan listrik.

e. Memperhatikan kemungkinan adanya binatang yang hidup atau mati yang dapat

membahayakan kesehatan korban bencana

f. Case finding dan memberikan asuhan keperawatan pada korban bencana

berdasarkan masalah yang ditemukan

g. Membantu korban agar dapat beraktivitas secara normal sesuai perannya

dimasyarakat.

Peran perawat kesehatan komunitas juga sangat penting dalam CBDRM yaitu

meningkatkan kemandirian masyarakat dalam penanggulangan bencana. Perawat

komunitas dengan ilmu dan keterampilan keperawatan yang dimiliki dan kemampuan

pengelolaan masyarakat dalam peningkatan status kesehatannya dapat berperan

sebagai pendidik dan motivator bagi masyarakat untuk berperan aktif dalam

penanggulangan bencana

Perawat juga dapat berperan sebagai fasilitator dalam membantu masyarakat

mengidentifikasi faktor resiko bencana yang ada di masyarakat, mengidentifikasi

kapasitas/kemampuan atau sumber daya yang ada di masyarakat yang dapat

digunakan dalam penanggulangan bencana, membantu menyusun perencanaan

penanggulangan bencana dan pedoman implementasi dan evaluasi, serta menjadi

fasilitator dalam mengawasi dan mengevaluasi program penanggulangan bencana di

masyarakat.

22

Page 23: Makalah Disaster

BAB III

PEMBAHASAN

ANALISIS BERDASARKAN METODE SWOT

Berikut ini adalah analisis kesenjangan antara CBDRM dengan kondisi yang ada

di lapangan dengan menggunakan analisis SWOT:

STRENGTH/KEKUATAN :

1. CBDRM banyak digunakan untuk memberikan panduan yang

sistematik sebagai panduan dalam merencanakan program penanggulangan bencana

berbasis masyarakat

2. CBDRM mengidentifikasi kebutuhan yang diperlukan oleh

masyarakat untuk mengurangi faktor resiko terhadap bencana sehingga dapat

meminimalkan dampak dari bencana

3. CBDRM melibatkan peran serta aktif dari masyarakat dalam

meminimalkan dampak bencana

WEAKNESS/KELEMAHAN :

1. CBDRM belum diterapkan di seluruh Indonesia

2. CBDRM tidak disosialsasikan secara luas keseluruh daerah di Indonesia yang

merupakan daerah rawan bencana

3. CBDRM lebih banyak dikelola oleh agen non pemerintah (NGO) yang dalam hal ini

keberlanjutan dari program tergantung dari pendanaan yang ada

4. Koordinasi pelaksanaan CBDRM belum jelas keberlanjutanya

5. CBDRM belum banyak dipahami oleh masyarakat di Indonesia, karena CBDRM

cenderung diberikan pada daerah yang sudah terkena bencana sedangkan daerah yang

rawan bencana belum tersosialisasikan

23

Page 24: Makalah Disaster

OPPORTUNITY/KESEMPATAN

1. CBDRM bersifat fleksibel dan dapat diaplikasikan pada semua wilayah dengan

karateristik warga yang berbeda

2. Terdapatnya kerjasama lintas sektoral yang sangat luas dalam aplikasi CBDRM

TREATH/ANCAMAN

1. Masalah bencana sangat komplek dan CBDRM memerlukan monitoring untuk

keberlanjutan program dimana saat ini proses monitoring belum ada indikator yang

jelas

2. Dukungan pemerintah yang lemah terhadap program CBDRM dapat menghambat

proses keberlanjutan dari CBDRM

24

Page 25: Makalah Disaster

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. CBDRM memiliki kelebihan dibanding penanggulangan bencana mengandalkan

peran aktif BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) antara lain peran

serta aktif masyarakat dalam pengelolaan bencana dengan cara mereduksi risiko

bencana/ kerentanan dan meningkatkan kapasitas individu/keluarga/komunitas

dalam menghadapi dampak bencana .

2. Peran perawat komunitas sangat penting dalam meningkatkan kemandirian

masyarakat dalam penanggulangan bencana karena perawat komunitas dengan

ilmu dan keterampilan keperawatan yang dimiliki dan kemampuan pengelolaan

masyarakat dalam peningkatan status kesehatannya

3. CBDRM dapat diaplikasikan dan sangat signifikan dalam mereduksi resiko

bencana oleh masyarakat

B. SARAN

1. Sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan daerah yang

rawan bencana sehingga perlu disosialisasikan sistem CBDRM secara

menyeluruh

2. CBDRM perlu dijadikan sebagai program didaerah – daerah

yang rawan bencana

3. Diperlukan monitoring untuk keberlanjutan program dan

indikator yang jelas dalam pelaksanaan CBDRM

25

Page 26: Makalah Disaster

DAFTAR PUSTAKA

ADPC (2003). Risk Disaster Management. Diambil dari dalam www.ntt-academia.org. Diakses tanggal 8 April 2008.

Brunner & Suddarth’s. (2000). Medical Surgical Nursing : textbook of medical surgical nursing. 10th edition. JB. Lippincott : Philadelphia.

Kandasamy, M. (2007) Community Health Nurse in Disaster Management. Diambil dari www.proquest.pqdauto. Diakses tanggal 8 April 2008.

26