Makalah Deklamsi dan Pementasan Karya Sastra Anak
-
Upload
universitas-negeri-semarang -
Category
Education
-
view
128 -
download
10
Transcript of Makalah Deklamsi dan Pementasan Karya Sastra Anak
MAKALAH
Kajian Bahasa Indonesi Sekolah Dasar
Deklamasi dan Pementasan Karya Sastra Anak
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi Tugas
Mata Kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD
Disusun Oleh:
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM S1 PGSD
Kampus Kemandungan Jalan Kol. Sugiono PO BOX 17 Tegal
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, sebab karena rahmat dan nikmat-
Nyalah kami dapat mnyelesaikan sebuah tugas makalah Kajian Bahasa Indonesia Sekolah
Dasar ini, yang diberikan oleh Bapak Suwandi selaku dosen Pembimbing Kajian Bahasa
Indonesia Sekolah Dasar.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas makalah dari dosen
yang bersangkutan agar memenuhi tugas kelompok , dan juga agar setiap mahasiswa dapat
terlatih dalam pembuatan makalah. Makalah ini berjudul “ Deklamasi dan Pementasan
Karya Sastra Anak”.
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari beberapa
buku yang membahas tentang materi yang berkaitan dan juga melalui media internet. Kami
sebagai penyusun makalah ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau tidak
dapat secara langsung untuk mengucapkannya.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun dengan
kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak
sekali kekurangan-kekurang yang ditemukan, oleh karena itu kami mengucapkan mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Kami mangharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca
sekalian dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Tegal, 17 Desember 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................2
Daftar Isi ............................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................4
1.3 Tujuan .....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................5
2.1 Pengertian deklamasi ..............................................................................5
2.2 Syarat berdeklamasi ................................................................................5
2.3 Deklamasi dan unsur penilaian ...............................................................6
2.4 Pengertian drama ....................................................................................8
2.5 Teknik pementasan drama ......................................................................8
2.6 Dasar-dasar pementasan drama anak .....................................................9
2.7 Mementaskan Drama ...........................................................................10
BAB III PENUTUP..........................................................................................12
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................12
3.2 Saran .....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Deklamasi dan pementasan sastra saat ini banyak kita jumpai umumnya pada dunia
hiburan yang banyak dipraktikkan oleh orang dewasa. Sebenarnya hal itu dapat dipraktikkan
pada anak-anak, akan tetapi belum dapat mementaskannya secara maksimal, seperti halnya
pada anak-anak SD yang disuruh gurunya untuk menampilkan drama kecil atau baca puisi di
dalam kelas. Hal tersebut terjadi karena siswa belum mengerti dan paham cara-cara
pementasan yang baik, benar, dan menarik perhatian. Mereka cenderung semaunya sendiri,
terkadang ragu-ragu dan malu-malu serta tidak memperhatikan aturan dalam pendeklamasian
dan pementasan.
Ketidaktahuan mereka merupakan tangggung jawab pendidik untuk membuat mereka
menjadi tahu sehingga mampu menampilkan sebuah karya yang indah dan menarik. Oleh
karena itu, kita sebagai calon pendidik perlu mempelajari deklamasi dan pementasan karya
sastra anak sebagai bekal pengajar, ataupun yang ingin menjadi deklamator dan
deklamaktris.
1.2 Rumusan masalah
1. Pengertian deklamasi?
2. Cara berdeklamasi yang baik
3. Penilaian dalam deklamasi dan pementasan karya sastra anak
4. Pengertian Drama
5. Teknik Pementasan Drama
6. Dasar-dasar pementasan drama anak
7. Cara Mementaskan drama
1.3 Tujuan penulisan
1. Mengetahui pengertian deklamasi.
2. Mengetahui cara berdeklamasi dan mementaskan karya sastra yang baik.
3. Mengetahui penilaian dalam deklamasi dan pementasan karya sastra.
4. Mengetahui cara mementaskan drama.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian deklamasi
Kata “deklamasi“ berasal dari bahasa Inggris “declamation” yang berarti penyuaraan
sesuatu lewat suara. Secara umum, deklamasi merupakan suatu kegiatan membawakan atau
menyampaikan suatu karya sastra seperti puisi atau prosa secara lisan disertai mimik,
intonasi, dan gerak jasmaniah yang wajar sesuai konteks makna larik atau yang dituturkan.
Aspek-aspek tersebut harus saling menunjang dan atau saling melengkapi dalam menciptakan
suasana deklamasi yang dapat memukau para penonton.
Bahan yang dideklamasikan tidak hanya berupa pantun, puisi, sajak namun novel dan
cerpen juga bisa dideklamasikan dengan memilih sajak puisi dan pantun yang baik, dan
menarik untuk dideklamasikan. Orang yang menyampaikan berdeklamasi hasil karya sastra
disebut deklmator untuk laki-laki dan deklamaktris untuk perempuan.
Junaedi (1989) mengemukakan beberapa perbedaan antara baca puisi dan deklamasi
dari berbagai segi: (1) baca puisi sipembaca memegang naskah puisi sedang deklamasi tidak
memegang naskah puisi sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik melakukan gerak
jasmaniah secara bervariasi, (2) pada baca puisi, jumlah dan panjang puisi yang dibaca lebih
banyak dan panjang daripada deklamasi, (3) pada baca puisi faktor suara/intonasi banyak
berperan, sedang deklamasi disamping intonasi juga faktor mimik dan gestur atau gerak
jasmaniah, (4) baca puisi relatif untuk diri sendiri dan orang lain, sedang deklamasi semata-
mata untuk orang lain.
2.2 Syarat berdeklamasi
Menjadi pendeklamasi puisi yang baik ada sejumlah syarat yang perlu dipenuhi.
Syarat-syarat tersebut sifatnya saling menunjang. Salah satu syarat yang kurang dipenuhi
akan berpengaruh secara totalitas terhadap taraf kemenarikan deklamasi puisi yang
ditampilkan. Menurut Ali (1982) syarat yang harus dipenuhi seorang pembaca atau deklamasi
puisi adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai kemampuan teknis
Kemampuan teknis yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang pembaca atau
deklamator puisi yang baik adalah suara yang jelas, vokal yang sempurna, mahir
membentuk irama, mampu mengubah warna suara secara tepat dan menarik.
b. Penguasan mimik
Seorang deklamator harus memiliki kemampuan mengubah-ubah raut muka yang
alamiah dan wajar sesuai makna larik atau bait puisi yang dideklamasikan, mimik marah,
mimik takut, mimik terharu, mimik sedih,mimik.heran, dan sebagainya.
c. Penguasaan gestur
Seorang pembaca atau deklamator puisi harus memiliki penguasan gerak anggota
tubuh (gestur) secara reflek dan pantas sesuai isi larik puisi yang dideklamasikan.
Fungsinya sebagai komplementer bagi pelafalan dan intonasi larik atau baik yang
dilantunkan.
d. Penguasaan memahami puisi dengan tepat
Salah memahami isi suatu sajak yang dideklamasikan akan berpengaruh terhadap
lafal, intonasi, mimik, dan gerak tubuh yang ditampilkan. Karena itu, seorang pembaca
atau deklamator puisi harus memiliki kemampuan memahami isi, suasana, sikap
pengarang yang tersembunyi.
2.3 Deklamasi dan unsur penilaian
Menilai dan menentukan suatu deklamasi yang baik perlu memperhatikan berbagai
aspek berikut:
a. Pelafalan
Pelafalan yang dimaksud adalah pelafalan bunyi vokal, konsonan secara tepat,
misalnya makan tidak diucapkan makang tetapi makan, cepat tidak dilafalkan cepa’
tetapi cepat, kemana tidak dilafalkan kemana tetap kemana, kiri tidak dilafalkan keri
tetapi kiri dan lain sebagainya. Di samping itu, pelafalan menyangkut pula dengan
masalah kejelasan yakni pelafalan bunyi vokal, konsonan, dengan volume suara yang
jelas dan sempurna, sebagi contoh vokal /o/ dilafalkan denga suara yang keras atau jelas
serta dengan bentuk mulut yang tidak setengah bundar.
b. Intonasi
Intonasi yang dimaksud berkaitan dengan deklamasi puisi bukan hanya berkaitan
dengan aspek panjang pendeknya suara (tempo), tinggi rendahnya suara (nada)
melainkan juga termasuk keras lembutnya suara (tekanan) dan perhentian suara sejenak
(jeda) pada saat mendeklamasikan larik atau bait puisi. Keseluruhan aspek tersebut tentu
tampak secara keseluruhan sebagai suatu komponen yang saling berhubungan secara
utuh.
c. Efek wajah atau mimik
Efek wajag atau mimik adalah perubahan raut wajah sesuai konteks makna dan
suasana puisi atau prosa yang dibaca. Penampakan mimik yang tepat merupakan
cerminan dari tingkat pemahaman dan penghayatan makna dan suasana penuturan, dan
sikap pengarang karya sastra tersebut. Ekspresi wajah atau mimik dalam deklamasi sastra
dapat terdiri atas beberapa macam, antara lain, mimik sedih, mimik marahh atau tegas,
mimik gembira, dan lain sebagainya. Menurut Remelan, (1982) mengungkapkan
berbagai ciri-ciri efek wajah atau mimik sebagai berikut :
1. Mimik sedih: wajah tampak muram, pandangan mata kelihatan sayu , bibir
mengatup rapat.
2. Mimik marah: mata membelalak , tampak galak, dahi berkerut.
3. Mimik gembira :pandangan mata bercahaya, muka berbinar-binar bibir merekah
tersenyum.
d. Gestur atau kelenturan tubuh
Gestur atau kelenturan adalah kemampuan pembaca menguasai anggota tubuh dalam
menggerakkannya secara lentur, refleks namun kelihatan wajar dan alamiah sebagai
sarana penunjang. Gestur atau gerak jasmaniah harus selalu sejalan dengan pemaparan
intonasi dan perasaan pembaca, misalnya saat membaca larik puisi gunung yang tinggi,
tangan menunjuk ke atas secara lentur dan refleks, pada saat membaca larik /sungai yang
berkelok-kelok/ tangan bergerak berkelok-kelok secara lentur dan refleks dan sebagainya.
e. Konversesi
Kepribadian deklamator yang gampang demam panggung, pemalu, dan tidak percaya
diri, tentu sulit menampilkan kesan yang simpati yang dapat memukau bagi khalayak
penonton. Konversasi mengindikasikan bahwa deklamator mampu tampil diatas pentas
dengan sikap dan penampilan yang komunikatif dan menarik bagi penonton.
2.4 Pengertian drama
Kata drama berasal dari kata Yunani, draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak,
bereaksi, dan sebagainya. Jadi kata drama dapat diartikan sebagai perbuatan atau tindakan.
Drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud di pertunjukkan
oleh aktor. Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah teater. Drama yang memiliki
muatan sastra mulai ada pada 1926, yaitu dengan lahirnya karya Rustam Effendi yang
berjudul Bebasari.
2.5 Teknik pementasan drama
Teknik muncul
Cara pemain memunculkan diri pada saat tampil pertama kalinya diatas pentas dalam satu
drama babak, atau adegan. Pemunculan tersebut memberi kesan pada para penonton sesuai
peran yang dimainkan.
a) Teknik memberi isi
Pengucapan suatu kalimat dengan penekanan makna tertentu melalui tempo, nada, dan
dinamik. Misalnya:
DIA sangat baik padaku (bukan saya atau mereka)
Dia SANGAT baik padaku (bukan kurang atau cukup)
Dia sangat BAIK padaku ( bukan tidak baik )
Dia sangat baik PADAKU (bukan orang lain tapi padaku)
Teknik ini harus terpadu dengan teknik jasmaniah seperti mimik, sikap, gerak anggota
badan lainnya (gestur).
b) Teknik pengembangan
Teknik membuat drama bergerak dinamis menuju klimas atau drama tidak datar. Teknik
ini terbagi atas beberapa teknik yang intinya menyangkut penggunan pengucapan dan
jasmaniah.
c) Teknik timing
Teknik ini merupakan ketepatan hubungan antara gerakan jasmaniah dengan kata-kata
atau kalimat yang diucapkan dalam waktu yang singkat atau sekejap, misalnya:
- Bergerak sebelum mengucapkan kata-kata tertentu, seperti menepuk kepala “aku lupa,
maaf!’
- Bergerak sambil mengucapkan sesuatu seperti menepuk kepala sambil mengucapkan “Aku
lupa, maaf!”
- Bergerak setelah mengucapkan sesuatu seperti “Aku lupa, maaf!” lalu menepuk kepala.
d) Teknik penonjolan
Penonjolan isi merupakan teknik dimana seorang pemain harus memahami pada bagian
mana suatu kalimat yang perlu ditonjolkan pada saat diucapkan. Seterusnya pada bagian
mana dalam suatu adegan atau babak yang perlu ditonjokan. Hal ini agar penonton dapat
menikmati pementasan dengan penuh keharuan.
2.6 Dasar-dasar pementasan drama anak
Dasar-dasar pementasan yang perlu dikuasai denga baik supaya pemantasan dapat
menarik simpati penonton. Dasar-dasar tersebut sebagai berikut:
1. Penguasaan vokal
Seorang calon pemain drama harus menguasai pelafalan bunyi konsonandan vokal sesuai
artikulasinya secara tepat dan sempurna, disertai suara yang jelas dan keras.
2. Penguasaan mimik-intonasi dasar
Seorang calon pemain harus menguasai berbagai mimik dasar seperti mimik sedih,
gembira, marah. Di samping mimik harus pula menguasai berbagai intonasi dasar seperti
intonasi sedih, gembira, marah. Mimik dan intonasi sangat mendukung peran yang
dimainkan.
3. Penguasaan kelenturan tubuh
Tubuh seorang pemain drama harus lentur atau elastis sehingga dalam memainkan peran
tertentu tidak kelihatan kaku. Untuk mencapai penguasaai tubuh yang elastis, perlu
melakukan serangkaian latihan gerakan seperti berlari cepat dalam jarak dekat, bolak balik ke
utara, selatan, timur, barat, ke segala penjuru.
4. Pengusaan pemahaman waktu peran
Suatu peran menjadi hidup bila aktornya memiliki penguasaan pemahaman dan
penghayatan watak peran yang tepat. Untuk memperoleh pemahaman watak peran yang
tepat, perlu mengadakan analisis peran berdasarkan naskah. Watak tersebut dibayangkan
sedalam-dalamnya sehingga pada saat memainkan peran tersebut, watak pribadi aktor
terganti dengan watak peran yang semestinya diperankan.
5. Penguasaan pemanggungan
Penguasaan pemanggungan sebagai suatu yang harus dimiliki oleh setiap pemain dama,
antara lain berkaitan dengan:
a. Teknik muncul
Teknik muncul pada saat pertama kali aktor tampil di panggung sesuai peran yang
dimainkan Pemunculan itu befungsi memberi kesan simpati bagi penonton.
b. Bloking
Bloking yakni penguasaan masing-masing aktor tentang daerah gerakannya di atas
panggung sehingga panggung kelihatan tak berat sebelah.
c. Penguasaan cahaya dan bunyi
Penguasaan cahaya dan bunyi yakni aktor perlu penguasaan menyesuaikan diri
dengan perubahan cahaya dan bunyi (sound system) di atas panggung.
2.7 Mementaskan Drama
Drama ditulis dengan maksud dipentaskan. Jadi, kurang lengkap jika naskah drama tidak
dipentaskan. Kita dapat menikmati dan mengapresiasi cerita drama secara lengkap melalui
pementasan. Pementasan drama harus melibatkan berbagai unsur pendukung. Unsur tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu:Unsur utama, yang terdiri atas
sutradara, pemain, teknisi (pekerja panggung), dan penonton. Unsur pendukung, yang
terdiri atas pentas dan komposisinya, kostum, tata rias, pencahayaan, tata suara, dan ilustrasi
musik. Pada saat akan menganalisis pementasan drama kamu bukan hanya melihat unsur
utama dan unsur ceritanya saja (tokoh, konflik, latar, penggarapan bahasa, tema, dan pesan),
melainkan harus melihat unsur pendukung. Berikut ini adalah langkah-langkah pementasan
drama:
Menyusun naskah berdasarkan ide asli atau saduran dari kisah-kisah yang telah ada.
Lakukan pembedahan secara bersama-sama terhadap isi naskah yang akan dimainkan.
Tujuannya agar semua calon pemain memahami isi naskah yang akan dimainkan itu.
Calon pemain membaca keseluruhan naskah sehingga dapat mengenal masing-masing
peran.
Melakukan pemilihan peran (Casting). Tujuannya agar peran yang akan dimainkan desuai
dengan kemampuan akting pemain.
Mendalami peran yang akan dimainkan. Pendalaman peran dilakukan dengan mengadakan
pengamatan di lapangan. Misalnya, kalau peran kita sebagai seoarang tukang jamu,
lakukanlah pengamatan terhadap kebiasaan dan cara kehidupan para tukang jamu.
Demikian pula jika kita berperan sebagai seorang raja.
Sutradara mengatur teknis pentas, yakni dengan cara mengarahkan dan mengatur pemain.
Misalnya, dari mana seorang pemain itu harus muncul dan dari mana mereka berada
ketika dialog dimainkan (Blocking) .
Pemain menjalani latihan secara lengkap, mulai dari dialog sampai pengaturan pentas
(Running).
Gladi Resik atau latihan terakhir sebelum pentas. Semua bermain dari awal sampai akhir
pementasan tanpa ada kesalahan lagi.
Pementasan yang akan dilaksanakan harus dengan pemain dan dekor yang siap dan
lengkap.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa deklamasi adalah suatu seni untuk
membacakan suatu karya sastra dengan lagu atau gerak tubuh sebagai alat bantu.Tidak semua
orang dapat menjadi seorang deklamator/deklamatris. Deklamator /deklamatris harus mampu
memilih karya sastra yang tepat untuk melakukan deklamasi,karena dalam pendeklamasian
karya sastra harus memperhatikan syarat syarat serta tata cara agar hasilnya indah dan
menarik. Selain itu mereka juga harus mempunyai bekal yang cukup untuk untuk dapat
melakukan deklamasi dengan baik.
3.2 Saran
Dalam pendeklamasian dan pementasan karya sastra harus saling berhubungan, sebuah
pementasan tanpa adanya deklamasi itu bukan sebuah pentas, begitu sebalikanya deklamasi
harus dipentaskan entah di depan kelas, di aula dengan adanya masyarakat umun yang
menyaksikan. Pementasan yang baik tidak hanya memperhatikan cara pendeklamasiannya
saja tetapi harus diperhatikan juga unsure pendukung lainnya. Baik itu naskahnya, alur
ceritanya, pemerannya, dilengkapi pula cara pendeklamasian yang baik maka akan tercipta
sebuah pentas drama yang baik pula.
DAFTAR PUSTAKA
1. Faisal, M. Dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD 3 SKS. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
2. Tjokroatmodjo dkk. 1985. Pendidikan Seni Drama Suatu Pengantar. Surabaya: Usaha
Nasional.
3. Abd. Halik. 2009. “Deklamasi dan Pementasan Karya Sastra Anak-Anak”
(online).http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/MataKuliahAwal/
KajianBahasaIndonesiaSD/BAC/Unit_9.pdf
4. http://pgsdduty.blogspot.com/2014/06/deklamasi-dan-pementasan-sastra-anak.html
5. Ali, Muhammad. 1982. Teknik Berklamasi dan Baca Puisi. Surabaya: CV. Warga
6. Asmara, Adhy.1982. Apresiasi Puisi bagi Pemula. Yogyakarta: CV Nur Cahaya
7. Hamzah, A.Ajib. 1985. Pengantar Bermain Drama. Bandung: Rosda Karya
8. Halik,Abdul. Kajian Bahasa Indonesia SD.