Makalah Deklamsi dan Pementasan Karya Sastra Anak

20
MAKALAH Kajian Bahasa Indonesi Sekolah Dasar Deklamasi dan Pementasan Karya Sastra Anak Makalah ini ditujukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD Disusun Oleh: DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM S1 PGSD Kampus Kemandungan Jalan Kol. Sugiono PO BOX 17 Tegal

Transcript of Makalah Deklamsi dan Pementasan Karya Sastra Anak

Page 1: Makalah Deklamsi dan Pementasan Karya Sastra Anak

MAKALAH

Kajian Bahasa Indonesi Sekolah Dasar

Deklamasi dan Pementasan Karya Sastra Anak

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi Tugas

Mata Kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD

Disusun Oleh:

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM S1 PGSD

Kampus Kemandungan Jalan Kol. Sugiono PO BOX 17 Tegal

Page 2: Makalah Deklamsi dan Pementasan Karya Sastra Anak

KATA PENGANTAR

           

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, sebab karena rahmat dan nikmat-

Nyalah kami dapat mnyelesaikan sebuah tugas makalah Kajian Bahasa Indonesia Sekolah

Dasar ini, yang diberikan oleh Bapak Suwandi selaku dosen Pembimbing Kajian Bahasa

Indonesia Sekolah Dasar.

            Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas makalah dari dosen

yang bersangkutan agar memenuhi tugas kelompok , dan juga agar setiap mahasiswa dapat

terlatih dalam pembuatan makalah. Makalah ini berjudul “ Deklamasi dan Pementasan

Karya Sastra Anak”.

            Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari beberapa

buku yang membahas tentang materi yang berkaitan dan juga melalui media internet. Kami

sebagai penyusun makalah ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau tidak

dapat secara langsung untuk mengucapkannya.

            Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun dengan

kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak

sekali kekurangan-kekurang yang ditemukan, oleh karena itu kami mengucapkan mohon

maaf yang sebesar-besarnya. Kami mangharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca

sekalian dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Tegal, 17 Desember 2014

Penyusun

Page 3: Makalah Deklamsi dan Pementasan Karya Sastra Anak

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................2

Daftar Isi ............................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................4

1.3 Tujuan .....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................5

2.1 Pengertian deklamasi ..............................................................................5

2.2 Syarat berdeklamasi ................................................................................5

2.3 Deklamasi dan unsur penilaian ...............................................................6

2.4 Pengertian drama ....................................................................................8

2.5 Teknik pementasan drama ......................................................................8

2.6 Dasar-dasar pementasan drama anak .....................................................9

2.7 Mementaskan Drama ...........................................................................10

BAB III PENUTUP..........................................................................................12

3.1 Kesimpulan ...........................................................................................12

3.2 Saran .....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................13

Page 4: Makalah Deklamsi dan Pementasan Karya Sastra Anak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Deklamasi dan pementasan sastra saat ini banyak kita jumpai umumnya pada dunia

hiburan yang banyak dipraktikkan oleh orang dewasa. Sebenarnya hal itu dapat dipraktikkan

pada anak-anak, akan tetapi belum dapat mementaskannya secara maksimal, seperti halnya

pada anak-anak SD yang disuruh gurunya untuk menampilkan drama kecil atau baca puisi di

dalam kelas. Hal tersebut terjadi karena siswa belum mengerti dan paham cara-cara

pementasan yang baik, benar, dan menarik perhatian. Mereka cenderung semaunya sendiri,

terkadang ragu-ragu dan malu-malu serta tidak memperhatikan aturan dalam pendeklamasian

dan pementasan.

Ketidaktahuan mereka merupakan tangggung jawab pendidik untuk membuat mereka

menjadi tahu sehingga mampu menampilkan sebuah karya yang indah dan menarik. Oleh

karena itu, kita sebagai calon pendidik perlu mempelajari deklamasi dan pementasan karya

sastra anak sebagai bekal pengajar, ataupun yang ingin menjadi deklamator dan

deklamaktris.

1.2 Rumusan masalah

1. Pengertian deklamasi?

2. Cara berdeklamasi yang baik

3. Penilaian dalam deklamasi dan pementasan karya sastra anak

4. Pengertian Drama

5. Teknik Pementasan Drama

6. Dasar-dasar pementasan drama anak

7. Cara Mementaskan drama

1.3 Tujuan penulisan

1. Mengetahui pengertian deklamasi.

2. Mengetahui cara berdeklamasi dan mementaskan karya sastra yang baik.

3. Mengetahui penilaian dalam deklamasi dan pementasan karya sastra.

4. Mengetahui cara mementaskan drama.

Page 5: Makalah Deklamsi dan Pementasan Karya Sastra Anak

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian deklamasi

Kata “deklamasi“ berasal dari bahasa Inggris “declamation” yang berarti penyuaraan

sesuatu lewat suara. Secara umum, deklamasi merupakan suatu kegiatan membawakan atau

menyampaikan suatu karya sastra seperti puisi atau prosa secara lisan disertai mimik,

intonasi, dan gerak jasmaniah yang wajar sesuai konteks makna larik atau yang dituturkan.

Aspek-aspek tersebut harus saling menunjang dan atau saling melengkapi dalam menciptakan

suasana deklamasi yang dapat memukau para penonton.

Bahan yang dideklamasikan tidak hanya berupa pantun, puisi, sajak namun novel dan

cerpen juga bisa dideklamasikan dengan memilih sajak puisi dan pantun yang baik, dan

menarik untuk dideklamasikan. Orang yang menyampaikan berdeklamasi hasil karya sastra

disebut deklmator untuk laki-laki dan deklamaktris untuk perempuan.

     Junaedi (1989) mengemukakan beberapa perbedaan antara baca puisi dan deklamasi

dari berbagai segi: (1) baca puisi sipembaca memegang naskah puisi sedang deklamasi tidak

memegang naskah puisi sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik melakukan gerak

jasmaniah secara bervariasi, (2) pada baca puisi, jumlah dan panjang puisi yang dibaca lebih

banyak dan panjang daripada deklamasi, (3) pada baca puisi faktor suara/intonasi banyak

berperan, sedang deklamasi disamping intonasi juga faktor mimik dan gestur atau gerak

jasmaniah, (4) baca puisi relatif untuk diri sendiri dan orang lain, sedang deklamasi semata-

mata untuk orang lain.

2.2 Syarat berdeklamasi

Menjadi pendeklamasi puisi yang baik ada sejumlah syarat yang perlu dipenuhi.

Syarat-syarat tersebut sifatnya saling menunjang. Salah satu syarat yang kurang dipenuhi

akan berpengaruh secara totalitas terhadap taraf kemenarikan deklamasi puisi yang

ditampilkan. Menurut Ali (1982) syarat yang harus dipenuhi seorang pembaca atau deklamasi

puisi adalah sebagai berikut:

Page 6: Makalah Deklamsi dan Pementasan Karya Sastra Anak

a. Mempunyai kemampuan teknis

Kemampuan teknis yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang pembaca atau

deklamator puisi yang baik adalah suara yang jelas, vokal yang sempurna, mahir

membentuk irama, mampu mengubah warna suara secara tepat dan menarik.

b. Penguasan mimik

Seorang deklamator harus memiliki kemampuan mengubah-ubah raut muka yang

alamiah dan wajar sesuai makna larik atau bait puisi yang dideklamasikan, mimik marah,

mimik takut, mimik terharu, mimik sedih,mimik.heran, dan sebagainya.

c. Penguasaan gestur

Seorang pembaca atau deklamator puisi harus memiliki penguasan gerak anggota

tubuh (gestur) secara reflek dan pantas sesuai isi larik puisi yang dideklamasikan.

Fungsinya sebagai komplementer bagi pelafalan dan intonasi larik atau baik yang

dilantunkan.

d. Penguasaan memahami puisi dengan tepat

Salah memahami isi suatu sajak yang dideklamasikan akan berpengaruh terhadap

lafal, intonasi, mimik, dan gerak tubuh yang ditampilkan. Karena itu, seorang pembaca

atau deklamator puisi harus memiliki kemampuan memahami isi, suasana, sikap

pengarang yang tersembunyi.

2.3  Deklamasi dan unsur penilaian

Menilai dan menentukan suatu deklamasi yang baik perlu memperhatikan berbagai

aspek berikut:

a. Pelafalan

Pelafalan yang dimaksud adalah pelafalan bunyi vokal, konsonan secara tepat,

misalnya makan tidak diucapkan makang tetapi makan, cepat tidak dilafalkan cepa’

tetapi cepat, kemana tidak dilafalkan kemana tetap kemana, kiri tidak dilafalkan keri

tetapi kiri dan lain sebagainya. Di samping itu, pelafalan menyangkut pula dengan

masalah kejelasan yakni pelafalan bunyi vokal, konsonan, dengan volume suara yang

jelas dan sempurna, sebagi contoh vokal /o/ dilafalkan denga suara yang keras atau jelas

serta dengan bentuk mulut yang tidak setengah bundar.

b. Intonasi

Intonasi yang dimaksud berkaitan dengan deklamasi puisi bukan hanya berkaitan

dengan aspek panjang pendeknya suara (tempo), tinggi rendahnya suara (nada)

Page 7: Makalah Deklamsi dan Pementasan Karya Sastra Anak

melainkan juga termasuk keras lembutnya suara (tekanan) dan perhentian suara sejenak

(jeda) pada saat mendeklamasikan larik atau bait puisi. Keseluruhan aspek tersebut tentu

tampak secara keseluruhan sebagai suatu komponen yang saling berhubungan secara

utuh.

c. Efek wajah atau mimik

Efek wajag atau mimik adalah perubahan raut wajah sesuai konteks makna dan

suasana puisi atau prosa yang dibaca. Penampakan mimik yang tepat merupakan

cerminan dari tingkat pemahaman dan penghayatan makna dan suasana penuturan, dan

sikap pengarang karya sastra tersebut. Ekspresi wajah atau mimik dalam deklamasi sastra

dapat terdiri atas beberapa macam, antara lain, mimik sedih, mimik marahh atau tegas,

mimik gembira, dan lain sebagainya. Menurut Remelan, (1982) mengungkapkan

berbagai ciri-ciri efek wajah atau mimik sebagai berikut :

1. Mimik sedih: wajah tampak muram, pandangan mata kelihatan sayu , bibir

mengatup rapat.

2. Mimik marah: mata membelalak , tampak galak, dahi berkerut.

3. Mimik gembira :pandangan mata bercahaya, muka berbinar-binar bibir merekah

tersenyum.

d. Gestur atau kelenturan tubuh

Gestur atau kelenturan adalah kemampuan pembaca menguasai anggota tubuh dalam

menggerakkannya secara lentur, refleks namun kelihatan wajar dan alamiah sebagai

sarana penunjang. Gestur atau gerak jasmaniah harus selalu sejalan dengan pemaparan

intonasi dan perasaan pembaca, misalnya saat membaca larik puisi gunung yang tinggi,

tangan menunjuk ke atas secara lentur dan refleks, pada saat membaca larik /sungai yang

berkelok-kelok/ tangan bergerak berkelok-kelok secara lentur dan refleks dan sebagainya.

e. Konversesi

Kepribadian deklamator yang gampang demam panggung, pemalu, dan tidak percaya

diri, tentu sulit menampilkan kesan yang simpati yang dapat memukau bagi khalayak

penonton. Konversasi mengindikasikan bahwa deklamator mampu tampil diatas pentas

dengan sikap dan penampilan yang komunikatif dan menarik bagi penonton.

Page 8: Makalah Deklamsi dan Pementasan Karya Sastra Anak

2.4  Pengertian drama

Kata drama berasal dari kata Yunani, draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak,

bereaksi, dan sebagainya. Jadi kata drama dapat diartikan sebagai perbuatan atau tindakan.

Drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud di pertunjukkan

oleh aktor. Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah teater. Drama yang memiliki

muatan sastra mulai ada pada 1926, yaitu dengan lahirnya karya Rustam Effendi yang

berjudul Bebasari.

2.5  Teknik pementasan drama

Teknik muncul

Cara pemain memunculkan diri pada saat tampil pertama kalinya diatas pentas dalam satu

drama babak, atau adegan. Pemunculan tersebut memberi kesan pada para penonton sesuai

peran yang dimainkan.

a) Teknik memberi isi

Pengucapan suatu kalimat dengan penekanan makna tertentu melalui tempo, nada, dan

dinamik. Misalnya:

DIA sangat baik padaku (bukan saya atau mereka)

Dia SANGAT baik padaku (bukan kurang atau cukup)

Dia sangat BAIK padaku ( bukan tidak baik )

Dia sangat baik PADAKU (bukan orang lain tapi padaku)

Teknik ini harus terpadu dengan teknik jasmaniah seperti mimik, sikap, gerak anggota

badan lainnya (gestur).

b) Teknik pengembangan

Teknik membuat drama bergerak dinamis menuju klimas atau drama tidak datar. Teknik

ini terbagi atas beberapa teknik yang intinya menyangkut penggunan pengucapan dan

jasmaniah.

c) Teknik timing

Teknik ini merupakan ketepatan hubungan antara gerakan jasmaniah dengan kata-kata

atau kalimat yang diucapkan dalam waktu yang singkat atau sekejap, misalnya:

- Bergerak sebelum mengucapkan kata-kata tertentu, seperti menepuk kepala “aku lupa,

maaf!’

- Bergerak sambil mengucapkan sesuatu seperti menepuk kepala sambil mengucapkan “Aku

lupa, maaf!”

Page 9: Makalah Deklamsi dan Pementasan Karya Sastra Anak

- Bergerak setelah mengucapkan sesuatu seperti “Aku lupa, maaf!” lalu menepuk kepala.

d) Teknik penonjolan

Penonjolan isi merupakan teknik dimana seorang pemain harus memahami pada bagian

mana suatu kalimat yang perlu ditonjolkan pada saat diucapkan. Seterusnya pada bagian

mana dalam suatu adegan atau babak yang perlu ditonjokan. Hal ini agar penonton dapat

menikmati pementasan dengan penuh keharuan.

2.6 Dasar-dasar pementasan drama anak

Dasar-dasar pementasan yang perlu dikuasai denga baik supaya pemantasan dapat

menarik simpati penonton. Dasar-dasar tersebut sebagai berikut:

1. Penguasaan vokal

Seorang calon pemain drama harus menguasai pelafalan bunyi konsonandan vokal sesuai

artikulasinya secara tepat dan sempurna, disertai suara yang jelas dan keras.

2. Penguasaan mimik-intonasi dasar

Seorang calon pemain harus menguasai berbagai mimik dasar seperti mimik sedih,

gembira, marah. Di samping mimik harus pula menguasai berbagai intonasi dasar seperti

intonasi sedih, gembira, marah. Mimik dan intonasi sangat mendukung peran yang

dimainkan.

3. Penguasaan kelenturan tubuh

Tubuh seorang pemain drama harus lentur atau elastis sehingga dalam memainkan peran

tertentu tidak kelihatan kaku. Untuk mencapai penguasaai tubuh yang elastis, perlu

melakukan serangkaian latihan gerakan seperti berlari cepat dalam jarak dekat, bolak balik ke

utara, selatan, timur, barat, ke segala penjuru.

4. Pengusaan pemahaman waktu peran

Suatu peran menjadi hidup bila aktornya memiliki penguasaan pemahaman dan

penghayatan watak peran yang tepat. Untuk memperoleh pemahaman watak peran yang

tepat, perlu mengadakan analisis peran berdasarkan naskah. Watak tersebut dibayangkan

sedalam-dalamnya sehingga pada saat memainkan peran tersebut, watak pribadi aktor

terganti dengan watak peran yang semestinya diperankan.

5. Penguasaan pemanggungan

Penguasaan pemanggungan sebagai suatu yang harus dimiliki oleh setiap pemain dama,

antara lain berkaitan dengan:

Page 10: Makalah Deklamsi dan Pementasan Karya Sastra Anak

a. Teknik muncul

Teknik muncul pada saat pertama kali aktor tampil di panggung sesuai peran yang

dimainkan Pemunculan itu befungsi memberi kesan simpati bagi penonton.

b. Bloking

Bloking yakni penguasaan masing-masing aktor tentang daerah gerakannya di atas

panggung sehingga panggung kelihatan tak berat sebelah.

c. Penguasaan cahaya dan bunyi

Penguasaan cahaya dan bunyi yakni aktor perlu penguasaan menyesuaikan diri

dengan perubahan cahaya dan bunyi (sound system) di atas panggung.

2.7 Mementaskan Drama

Drama ditulis dengan maksud dipentaskan. Jadi, kurang lengkap jika naskah drama tidak

dipentaskan. Kita dapat menikmati dan mengapresiasi cerita drama secara lengkap melalui

pementasan. Pementasan drama harus melibatkan berbagai unsur pendukung. Unsur tersebut

dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu:Unsur utama, yang terdiri atas

sutradara, pemain, teknisi (pekerja panggung), dan penonton. Unsur pendukung, yang

terdiri atas pentas dan komposisinya, kostum, tata rias, pencahayaan, tata suara, dan ilustrasi

musik. Pada saat akan menganalisis pementasan drama kamu bukan hanya melihat unsur

utama dan unsur ceritanya saja (tokoh, konflik, latar, penggarapan bahasa, tema, dan pesan),

melainkan harus melihat unsur pendukung. Berikut ini adalah langkah-langkah pementasan

drama:

Menyusun naskah berdasarkan ide asli atau saduran dari kisah-kisah yang telah ada.

Lakukan pembedahan secara bersama-sama terhadap isi naskah yang akan dimainkan.

Tujuannya agar semua calon pemain memahami isi naskah yang akan dimainkan itu.

Calon pemain membaca keseluruhan naskah sehingga dapat mengenal masing-masing

peran.

Melakukan pemilihan peran (Casting). Tujuannya agar peran yang akan dimainkan desuai

dengan kemampuan akting pemain.

Mendalami peran yang akan dimainkan. Pendalaman peran dilakukan dengan mengadakan

pengamatan di lapangan. Misalnya, kalau peran kita sebagai seoarang tukang jamu,

lakukanlah pengamatan terhadap kebiasaan dan cara kehidupan para tukang jamu.

Demikian pula jika kita berperan sebagai seorang raja.

Page 11: Makalah Deklamsi dan Pementasan Karya Sastra Anak

Sutradara mengatur teknis pentas, yakni dengan cara mengarahkan dan mengatur pemain.

Misalnya, dari mana seorang pemain itu harus muncul dan dari mana mereka berada

ketika dialog dimainkan (Blocking) .

Pemain menjalani latihan secara lengkap, mulai dari dialog sampai pengaturan pentas

(Running).

Gladi Resik atau latihan terakhir sebelum pentas. Semua bermain dari awal sampai akhir

pementasan tanpa ada kesalahan lagi.

Pementasan yang akan dilaksanakan harus dengan pemain dan dekor yang siap dan

lengkap.

Page 12: Makalah Deklamsi dan Pementasan Karya Sastra Anak

BAB III

PENUTUP

3.1  Simpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa deklamasi adalah suatu seni untuk

membacakan suatu karya sastra dengan lagu atau gerak tubuh sebagai alat bantu.Tidak semua

orang  dapat menjadi seorang deklamator/deklamatris. Deklamator /deklamatris harus mampu

memilih karya sastra yang tepat untuk melakukan deklamasi,karena dalam pendeklamasian

karya sastra harus memperhatikan syarat syarat serta tata cara agar hasilnya indah dan

menarik. Selain itu mereka juga harus mempunyai bekal yang cukup untuk untuk dapat

melakukan deklamasi dengan baik.

3.2  Saran

Dalam pendeklamasian dan pementasan karya sastra harus saling berhubungan, sebuah

pementasan tanpa adanya deklamasi itu bukan sebuah pentas, begitu sebalikanya deklamasi

harus dipentaskan entah di depan kelas, di aula dengan adanya masyarakat umun yang

menyaksikan. Pementasan yang baik tidak hanya memperhatikan cara pendeklamasiannya

saja tetapi harus diperhatikan juga unsure pendukung lainnya. Baik itu naskahnya, alur

ceritanya, pemerannya, dilengkapi pula cara pendeklamasian yang baik maka akan tercipta

sebuah pentas drama yang baik pula.

Page 13: Makalah Deklamsi dan Pementasan Karya Sastra Anak

DAFTAR PUSTAKA

1. Faisal, M. Dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD 3 SKS. Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

2. Tjokroatmodjo dkk. 1985. Pendidikan Seni Drama Suatu Pengantar. Surabaya: Usaha

Nasional.

3. Abd. Halik. 2009. “Deklamasi dan Pementasan Karya Sastra Anak-Anak”

(online).http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/MataKuliahAwal/

KajianBahasaIndonesiaSD/BAC/Unit_9.pdf

4. http://pgsdduty.blogspot.com/2014/06/deklamasi-dan-pementasan-sastra-anak.html

5. Ali, Muhammad. 1982. Teknik Berklamasi dan Baca Puisi. Surabaya: CV. Warga

6. Asmara, Adhy.1982. Apresiasi Puisi bagi Pemula. Yogyakarta: CV Nur Cahaya

7. Hamzah, A.Ajib. 1985. Pengantar Bermain Drama. Bandung: Rosda Karya

8. Halik,Abdul. Kajian Bahasa Indonesia SD.