Makalah CTL Fix Vsan
Transcript of Makalah CTL Fix Vsan
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 1/21
PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CTL)
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dari Maulana, M.Pd. sebagai DosenMata Kuliah Model Pembelajaran Matematika
Disusun oleh:
Kelompok 4
1. Rosi Gusmantini 0903171 / 29
2. Lyanti Dwi Intan S 0903210 / 31
3. Yanti Jullianti 0903197 / 36
Konsentrasi Matematika Semester 6
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 2/21
i
KATA PENGANTAR
Dengan ucapan Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur kami
panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pendekatan
Kontekstual (CTL)”. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarga-Nya, sahabat-
Nya serta tak lupa kita selaku umat-Nya
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Model Pembelajaran Matematika yang dibimbing oleh Bapak Maulana, M.Pd.
Makalah ini berisi pembahasan mengenai Pengertian Pendekatan Kontekstual, Latar
Belakang Pendekatan Kontekstual, Karakteristik Pendekatan Kontekstual, Peran Guru
dan Siswa dalam Pendekatan Kontekstual, Prinsip Pendekatan Kontekstual, Pola dan
Tahapan Pendekatan Kontekstual, Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan
Kontekstual.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Maulana, M.Pd. selaku dosen
mata kuliah model pembelajaran matematika yang telah memberikan arahan sertabimbingan, dan juga kepada semua pihak yang telah banyak membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Tak pantas rasanya tulisan ini dikategorikan sempurna, karena kami menyadari
masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Oleh sebab itu, besar harapan kami
agar semua pihak dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini agar makalah ini bisa menjadi lebih baik dan berdayaguna
di masa yang akan datang.
Sumedang, Maret 2012
Penyusun
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 3/21
ii
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 1C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
D. Sitematika Penulisan ............................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kontekstual ............................................................. 3B. Latar Belakang Pendekatan Kontekstual .................................. 4
C. Karakteristik Pendekatan Kontekstual ..................................... 5D. Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan Kontekstual ............ 7
E. Pola dan Tahapan Pendekatan Kontekstual .............................. 8
F. Prinsip Pendekatan Kontekstual ............................................... 10G. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual ............... 14
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 16B. Saran ........................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 4/21
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebenarnya keharusan untuk belajar di sekolah dirasakan sebagai suatu
keterpaksaan sendiri bagi siswa. Siswa pada usia sekolah dasar umumnya lebih
senang bermain dengan teman-temannya dibandingkan harus duduk rapi di
bangku sekolah dan menerima materi pelajaran. Suatu pembelajaran yang
menganggap siswa sebagai bejana kosong yang harus diisi pengetahuan oleh guru
merupakan pemebelajaran yang sungguh membosankan bagi siswa, ditambah lagi
materi yang disajikan sulit dijangkau siswa, membuat tingkat kejenuhan siswa
semakin meningkat.
Terkadang ketika siswa duduk manis di depan kelas, sebenarnya yang hadir
dalam kelas tersebut hanya fisiknya saja, tanpa disertai dengan hati dan pikiran
yang fokus pada materi yang disampaikan guru. Untuk membuat siswa aktif
dalam proses pembelajaran baik secara fisik maupun secara mental, maka
diperlukan pembelajaran yang menarik bagi siswa. Pembelajaran yang menarik
adalah pembelajaran yang materinya dapat dijangkau oleh siswa dan sesuai
dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga dapat memudahkan siswa dalam
memahami materi yang dipelajari siswa. Berlatar belakang dari hal tersebut, maka
kami mencoba membahas suatu pendekatan pembelajaran menarik bagi siswa,
dalam sebuah makalah yang berjudul “Pendekatan Kontekstual”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan kontekstual?
2. Apa latar belakang yang melandasi pendekatan kontekstual?
3. Bagaimana karakteristik pendekatan kontekstual?
4. Bagaimana peran guru dan siswa dalam pendekatan kontekstual?
5. Apa saja prinsip pendekatan kontekstual?
6. Bagaimana pola dan tahapan pendekatan kontekstual?
7. Apa saja kelebihan dan kekurangan pendekatan kontekstual?
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 5/21
ii
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pendekatan kontekstual.
2. Untuk mengetahui latar belakang pendekatan kontekstual.
3. Untuk mengetahui karakteristik pendekatan kontekstual.
4. Untuk mengetahui peran guru dan siswa dalam pendekatan kontekstual.
5. Untuk mengetahui prinsip pendekatan kontekstual.
6. Untuk mengetahui pola dan tahapan pendekatan kontekstual.
7. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan kontekstual.
D. Sistematika Penulisan
Agar dalam penulisan makalah ini pembahasannya terarah, maka penulis
mencoba membaginya menjadi beberapa bab, yaitu sebagai berikut.
1. BAB I merupakan PENDAHULUAN yang terdiri dari Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Sistematika Penulisan.
2. BAB II merupakan PEMBAHASAN yang terdiri dari Pengertian
Pendekatan Kontekstual, Latar Belakang Pendekatan Kontekstual,
Karakteristik Pendekatan Kontekstual, Peran Guru dan Siswa dalam
Pendekatan Kontekstual, Prinsip Pendekatan Kontekstual, Pola dan Tahapan
Pendekatan Kontekstual, Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan
Kontekstual.
3. BAB III merupakan PENUTUP yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 6/21
ii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual lebih dikenal dengan istilah CTL (Contextual
Teaching and Learning).
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari. (Depdiknas
dalam Huda, 2010)
Pengertian dari Depdiknas tersebut intinya menyatakan bahwa pendekatan
pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan yang menghubungkan konsep
dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pendapat
Sanjaya (2006: 253),
Contextual Teaching Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan nyata.
CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi,
artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung.
Proses belajar dalam CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima
pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini penting karena karena dengan mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, materi itu akan bermakna secara fungsional
bagi siswa dan materi itu akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak
akan mudah dilupakan.
CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya
CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang akan
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 7/21
ii
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal mereka dalam
mengarungi kehidupan nyata.
B. Latar Belakang Pendekatan Kontekstual
1. Latar Belakang Filosofis
CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas
oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget
berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang
kemudian dinamakan “skema”. Skema terbentuk karena pengalaman, dan proses
penyempurnaan skema itu dinamakan asimilasi dan semakin besar pertumbuhan
anak maka skema akan semakin sempurna yang kemudian disebut dengan proses
akomodasi.
Piaget (Sanjaya, 2006) mengemukakan bahwa sebenarnya pengetahuan itu
terbentuk dalam struktur kognitif anak, dan sangat dipengaruh oleh beberapa
model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut
pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan
dan dibangun sendiri oleh siswa.
2. Latar Belakang Psikologis
CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif, yaitu proses belajar terjadi
karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar tidak hanya keterkaitan
antara stimulus respon, tetapi belajar melibatkan proses mental seperti emosi,
minat, motivasi dan pengalaman. Peristiwa mental perilaku manusia tidak hanya
gerakan fisik, akan tetapi adanya faktor pendorong. Manusia memiliki kebutuhan,
kebutuhan itulah yang manusia untuk berperilaku.
Dari latar belakang psikologis, beberapa hal yang harus dipahami tentang
belajar dalam CTL menurut Sanjaya (2006: 258), yakni sebagai berikut.
1. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan
sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. Siswa tidak lagi dianggap
sebagai bejana kosong yang hanya menerima pengetahuan dari guru.
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 8/21
ii
2. Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta. Pengetahuan pada dasarnya
merupakan organisasi dari semua yang dialami, sehingga dengan pengetahuan
yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola perilaku manusia.
3. Belajar adalah proses pemecahan masalah. Perkembangan intelektual, mental
dan emosi anak akan berkembang secara utuh.
4. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap
dari yang sederhana menuju yang kompleks.
5. Belajar adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.
C. Karakteristik Pendekatan Kontekstual
Menurut Sanjaya (2006), Karakteristik dalam proses pembelajaran yang
menggunakan pendekatan CTL yakni sebagai berikut.
1. Pembelajaran merupakan suatu proses pengaktifan pengetahuan yang sudah
ada (activiting knowlegde).
2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge).
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan
yang diperoleh bukan untuk dihapal tetapi untuk dipahami.
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge),
artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat
diaplikasikan dalam kehidupan siswa.
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan.
Menurut Johnson (Ajrina, 2011) ada delapan karakteristik dalam
pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut.
1. Melakukan hubungan bermakna (making meaningful connection).
Siswa dapat secara aktif dalam mengembangkan minatnya, baik secara
individual, kelompok dan menjadi seorang yang dapat belajar sambil berbuat
(learning by doing).
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work ).
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 9/21
ii
Siswa melakukan pekerjaan yang memiliki tujuan, melibatkan orang lain, ada
hubungannya dengan pilihan yang telah ditentukan, dan hasilnya bersifat
nyata.
3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning)
Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks
yang ada dalam kehidupan nyata sebagai anggota dari lingkungan sekolah
dan sebagai anggota masyarakat.
4. Bekerja sama (collaborating)
Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu
mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling
bekomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking)
Siswa dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah,
membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-bukti.
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual)
Siswa memelihara pribadinya yaitu mengetahui, memberi perhatian, memiliki
harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa
menghormati temannya dan orang dewasa. Namun siswa tidak akan berhasil
tanpa dukungan orang dewasa.
7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standard)
Siswa dapat mengidentifikasi tujuan dan memotivasinya untuk mencapainya.
8. Menggunakan penilaian yang autentik (using authentic assesment)
Penilaian authentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisa, dan
menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses
pembelajaran siswa berlangsung, bukan hanya pada hasil pembelajaran.
Penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk
menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar-mengajar.
Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah
portfolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis.
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 10/21
ii
D. Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan Kontekstual
Menurut Bobbi Deporter (Sanjaya, 2006: 260) bahwa “Tipe belajar siswa
terdiri dari tiga macam, yaitu tipe visual, auditorial, dan kinestetis”. Tipe visual
adalah gaya belajar dengan cara menggunakan indra penglihatan. Tipe auditorial
adalah gaya belajar dengan cara menggunakan indra pendengarannya, sedangkan
tipe kinestetis adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh.
Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe
belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar
terhadap gaya belajar siswa. Dalam proses pembelajaran konvesional, hal ini
sering terlupakan sehingga proses pembelajaran tak ubahnya sebagai proses
pemaksaan kehendak.
Menurut Sanjaya (2006), ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru
manakala menggunakan pendekatan CTL, yakni sebagai berikut.
1. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang
sedang berkembang, dimana kemampuan belajar seseorang dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan dan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian,
guru berperan sebagai pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai
dengan tahap perkembangannya.
2. Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan
penuh tantangan. Guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang
sesuai dengan kondisi tersebut. Namun guru harus berhati-hati dalam memilih
bahan pelajaran. Jangan sampai bahan tersebut hanya baru bagi siswa, tapi
tidak penting untuk dipelajari.
3. Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan antara hal-hal yang baru
dengan hal-hal yang sudah diketahuinya. Pengetahuan yang dimiliki siswa
diperluas melalui konteks pembelajran, yang kemudian diperluas sedikit demi
sedikit sehingga semakin berkembang. Peran guru adalah membantu agar
setiap siswa mampu menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan
pengalaman sebelumnya, sehingga siswa merasa memperoleh sesuatu yang
berguna dari yang telah dipelajari.
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 11/21
ii
4. Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada
(asimilasi) atau pembentukan skema baru (akomodasi), dengan demikian tugas
guru adalah memfasilitasi agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan
akomodasi.
E. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL
Untuk lebih memahami bagaimana mengaplikasikan CTL dalam proses
pembelajaran, di bawah ini disajikan contoh penerapannya. Misalnya guru akan
mengajar mengenai uang. Kompetensi yang harus dicapai adalah siswa mampu
menuliskan kesetaraan nilai uang dan siswa mampu menaksir jumlah harga dari
sekelompok barang. Untuk mencapai kompetensi tersebut dirumuskan beberapa
indikator hasil belajar:
1. Siswa dapat menuliskan kesetaraan dari suatu nilai uang.
2. Siswa dapat menaksir jumlah harga dari sekelompok barang.
3. Siswa dapat menyimpulkan tentang konsep nilai tukar dan menaksir harga dari
sekelompok barang.
Untuk mencapai indikatot di atas, guru melakukan langkah-langkah
pembelajaran seperti di bawah ini.
1. Pendahuluan
a. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
b. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL.
1) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa.
2) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi ke warung dan
pedagang-pedagang yang ada di sekolah untuk mencatat bagaimana
proses transaksi uang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.
3) Melalui observasi, siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang
ditemukan, yang berkaitan dengan transaksi uang dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap
siswa.
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 12/21
ii
2. Inti
Di lapangan
a. Siswa melakukan observasi ke warung dan pedagang-pedagang yang ada di
sekolah sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
b. Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di warung dan pedagang-
pedagang yang ada di sekolah sesuai dengan alat observasi yang telah mereka
temukan sebelumnya.
Di dalam kelas
a. Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka dengan kelompoknya masing-
masing.
b. Siswa melaporkan hasil diskusi.
c. Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok
yang lain.
3. Penutup
a. Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah
uang sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.
b. Guru membagikan lembar evaluasipada setiap siswa.
Pada CTL, untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak
mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah
tempat untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas
digunakan untuk saling membelajarkan. Menurut Sanjaya (2006: 270), ada
beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran, yaitu
sebagai berikut.
1. CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswasecara penuh, baik fisik maupun mental.
2. CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses
berpengalaman dalam kehidupan nyata.
3. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai empat untuk memperoleh
informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan
mereka di lapangan.
4. Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari
orang lain.
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 13/21
ii
F. Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual
Dalam pendekatan kontekstual siswa dianggap sebagai subjek belajar yang
dapat berperan secara aktif dalam proses pembelajaran untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Pendekatan kontekstual sebagai suatu pendekatan
pembelajaran yang memiliki prinsip yang melandasi pelaksanaan proses
pembelajaran.
Menurut Depdiknas (Suwangsih dan Tiurlina, 2010: 120) ada tujuh prinsip
yang mendasari pendekatan kontekstual, yakni:
1. Kontruktivisme (Contructivism),
2. Bertanya (Questioning),
3. Menemukan (Inquiry),4. Masyarakat Belajar (Learning Comunity),
5. Pemodelan (Modelling),
6. Refleksi (Reflection),
7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment).
1. Kontruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan
bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi
merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental
mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang
dimilikinya. Dengan dasar ini pembelajaan harus dikemas menjadi proses
mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Untuk itu, guru memiliki peran
yang sangat penting dalam membantu siswa untuk bisa mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Adapun tugas guru dalam pendekatan kontekstual ini
antara lain:
a. menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
b. memberi kesempatan bagi siswa menememukan dan menerakan idenya
sendiri,
c. menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya
merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Questioning dapat
diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa ataupun antara siswa
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 14/21
ii
dengan narasumber lain. Kegiatan bertanya berguna untuk: 1) menggali informasi,
2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4)
mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah
diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru,
7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8) untuk menyegarkan
kembali pengetahuan siswa.
3. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus
yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan
dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan
(conclusion). Kata kunci dari strategi inquiry adalah siswa menemukan sendiri
suatu konsep dengan langkah-langkahnya sebagai berikut ini.
a. Merumuskan masalah.
b. Melakukan observasi.
c. Menganalisis dan menyajikan hasil baik berupa tulisan, gambar, laporan, tabel
ataupun bentuk lainnya.
d. Menyajikan hasil karyanya kepada teman sekelas, guru atau audience lainnya.
4. Masyarakat Belajar ( Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari
hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperoleh dari bertukar pikiran antar
teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Dalam
pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual, guru haruslah
melaksanakan pembelajaran dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok
belajar. Pembagian kelompok belajar ini harus heterogen agar proses diskusi dapat
berjalan dengan lancar. Siswa yang pandai mengajari yang lemah, siswa yang tahu
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 15/21
ii
memberi tahu temannya yang belum tahu dan seterusnya. Guru boleh melibatkan
siswa di kelas atasnya ataupun mendatangkan ahli ke dalam kelas
Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok
atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Dua
kelompok yang berdiskusi haruslah saling memberi dan menerima informasi satu
sama lain. Setiap pihak harus merasa bahwa orang lain memiliki pengetahuan atau
keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari. Dengan demikian proses
komunikasi dalam masyarakat belajar ini akan berjalan dengan baik.
5. Pemodelan ( Modelling)
Dalam pembelajaran keterampilan, sebaiknya ada yang bisa dijadikan model
bagi siswa. Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan,
mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan
melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang
dengan melibatkan siswa yang dianggap mampu karena memiliki keterampilan
dan pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan teman-temannya.
Bila salah seorang siswa dijadikan sebagai model maka akan berdampak
positif bagi siswa lain, yakni memberikan motivasi bagi siswa lainnya untuk
belajar lebih baik sehingga mampu menjadi seperti temannya yang dijadikan
model oleh guru. Selain guru dan siswa yang menjadi model, seseorang dari luar
dapat pula dijadikan sebagai model.
6. Refleksi ( Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.
Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan
baru, yang merupakan revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pengetahuan yang
bermakna diperoleh dari proses belajar. Pengetahuan yang dimiliki siswa
diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi
sedikit. Realisasi kegiatan refleksi dalam pembelajaran yaitu guru menyisakan
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 16/21
ii
waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung
tentang apa yang diperoleh hari itu. Dengan refleksi itu, siswa merasa
memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru
dipelajarinya.
7. Penilaian Sebenarnya ( Authentic Assesment )
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi
gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis
CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian
adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian
dilakukan terhadap proses maupun hasil. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga
teman lain. Menurut Depdiknas (Suwangsih dan Tiurlina, 2010), karakteristik
Authentic Assesment adalah:
a. dapat dilakukan pada saat proses pembelajaran maupun setelah proses
pembelajaran berlangsung,
b. digunakan untuk menilai kemajuan belajar dan hasil belajar,
c. yang diukur keterampilan dan penampilan, bukan hanya mengingat fakta,
d. authentic assesment dilaksanakan berkesinambungan artinya setiap selesai
materi pelajaran harus langsung diadakan evaluasi,
e. authentic assesment ini terintegrasi di dalam proses pembelajaran,
f. dapat digunakan sebagai umpan balik bagi siswa untuk lebih baik dalam
proses pembelajaran selanjutnya.
Dengan demikian, pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan
pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan ditekankan
pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran.
Oleh karena itu, guru harus dapat berperan sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran, agar siswa dapat dengan mudah memahami konsep yang dipelajari.
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 17/21
ii
G. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual
1. Kelebihan
Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu
akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan
tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme,
dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui
”mengalami” bukan ”menghafal”.
2. Kelemahan
Karena di dalam pendekatan pembelajaran kontekstual ini siswa diharapkan
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, maka dibutuhkan waktu pembelajaran
yang cukup lama, karena akan sedikit sulit bagi siswa menemukan suatu konsep
dengan pengetahuannya sendiri. Selain itu, keleluasaan waktu yang diberikan guru
kepada siswa untuk bisa mengkonstruksi pengetahuan lama dengan pengetahuan
barunya akan berjalan lamban, karena waktu tersebut lebih banyak digunakan
siswa untuk bermain dengan teman-temannya.
Kelemahan yang kedua yaitu guru lebih intensif dalam membimbing. Karena
dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru
adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang
sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang
dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”
penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa
agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 18/21
ii
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide – ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan
dengan sadar menggunakan strategi – strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun
dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang
ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan
semula.
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 19/21
ii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Contextual Teaching Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran
yang menekankan aktivitas siswa secara penuh baik fisik maupun mental dalam
menemukan suatu konsep yang kemudian dihubungkan dengan konteks
kehidupan nyata dan mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme. Pengetahuan itu akan
bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Menurut
pandangan psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif, yaitu proses
belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Selain melibatkan
keterkaitan antara stimulus respon, belajar juga melibatkan proses mental.
Karakteristik pendekatan kontekstual yaitu suatu proses pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada, belajar dalam rangka memperoleh dan menambah
pengetahuan baru, pemahaman pengetahuan, mengaplikasikan pengetahuan dan
pengalaman yang diperolehnya dalam kehidupan siswa, melakukan refleksi
terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
Peran guru dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL yaitu setiap guru
perlu memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan
gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa, guru harus membimbing siswa agar
mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya, guru harus dapat
memilih bahan-bahan belajar yang penting untuk dipelajari, guru harus membantu
siswa dalam keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman
sebelumnya.
Prinsip-prinsip Pendekatan Kontekstual yaitu 1) Kontruktivisme
(Contructivism), artinya siswa secara aktif membangun pengetahuannya , 2)
Bertanya (Questioning), artinya dalam CTL diharuskan adanya bertanya untuk
meningkatkan respon siswa, menggali pengetahuan siswa, 3) Menemukan
(Inquiry),artinya siswa menemukan sendiri konsep dari suatu materi ,
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 20/21
ii
4) Masyarakat Belajar (Learning Comunity), artinya terjadi komunikasi baik
antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru, 5) Pemodelan
(Modelling),artinya dalam CTL diperlukan adanya model baik oleh guru, siswa
maupun pihak lain, 6) Refleksi (Reflection), artinya siswa diberi kesempatan
untuk merenung setelah melalui proses pembelajaran, 7) Penilaian Sebenarnya
(Authentic Assesment), artinya penilaian tidak hanya dilihat dari hasil belajar saja,
namun dalam proses belajarnya pun harus diadakan penilaian.
B. Saran
Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru harus memahami tipe
belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar
tehadap gaya belajar siswa. Jika hal ini dapat dilakukan oleh guru maka
pembelajaran dengan metode CTL dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai sebelumnya. Karena yang perlu ditekankan disini adalah
metode ini menganut aliran konstruktivis, dimana siswa dapat menemukan sendiri
pengetahuan tersebut.
Selain itu, siswa bukan lagi dipandang sebagai wadah kosong yang pasif
melainkan suatu individu yang juga memiliki kemampuan untuk menggali
pengetahuan. Proses menggali pengetahuan tersebut membutuhkan bimbingan
yang ekstra dari guru karena siswa masih berada dalam tahap perkembangan, dan
karena pada umumnya bila siswa dibiarkan bebas bereksplorasi menggali
pengetahuan mereka sendiri, kondisi dikelas akan menjadi gaduh, maka guru
harus menyiapkan strategi khusus untuk menghadapi kondisi yang demikian.
5/16/2018 Makalah CTL Fix Vsan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ctl-fix-vsan 21/21
ii
DAFTAR PUSTAKA
Ajrina, Sheila. 2011. Pembelajaran Kontekstual – Contextual Teaching and
Learning (CTL) [online] Tersedia: http://Pembelajaran Kontekstual –
Contextual Teaching and Learning (CTL) « Sheila Ajrina.htm [19 Maret
2012]
Huda, Hizbulloh. 2010. Definisi Pembelajaran Kontekstual. [Online] Tersedia:
http://definisi-pembelajaran-kontekstual-ctl2.html [19 Maret 2012]
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Suwangsih, E., dan Tiurlina. 2010. Model Pembelajaran Matematika. Bandung:
UPI PRESS