Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

21
PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS MAKALAH Untuk memenuhi tugas matakuliah Seminar Problematika Pembelajaran Matematika yang dibina oleh Bapak M. Shohibul Kahfi Oleh: Ony Syaiful Rizal (208311411935) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA Pebruari 2011

Transcript of Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

Page 1: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA

MATERI TEOREMA PYTHAGORAS

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah Seminar Problematika PembelajaranMatematika yang dibina oleh Bapak M. Shohibul Kahfi

Oleh:

Ony Syaiful Rizal

(208311411935)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN MATEMATIKA

Pebruari 2011

Page 2: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama ini dalam dunia pendidikan masih didominasi oleh anggapan

bahwa pengetahuan merupakan perangkat fakta-fakta yang harus dihafal.

Selain itu praktek pembelajaran di sekolah cenderung menekankan pada

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal ujian. Kemampuan

penalaran yang mengkonstruksikan pengetahuan lebih sering

dikesampingkan. Padahal kemampuan tersebut akan dapat membantu siswa

apabila menghadapi berbagai masalah kehidupan dimasa yang akan datang.

Mathematic is the language of science. Engineers, physicist, and other

scientists all use mathematics. Other expert, who are interested in number,

quantities, shapes and space for their own sake, use pure mathematics. In

modern world, mathematics is a key element in electronic and computing

(Science Encyclopedia: 1997) dalam Agustina Dwi Saputri.

Belakangan ini dalam dunia pendidikan ada kecenderungan untuk

kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan

diciptakan secara alami. Telah terbukti bahwa pembelajaran yang hanya

berorientasi target penguasaan materi hanya mampu dalam kompetisi

mengingat jangka pendek, tetapi tidak berhasil untuk membekali anak

memecahkan persoalan kehidupan jangka panjang. Padahal belajar menjadi

Page 3: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

2

lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari, bukan hanya

“mengetahui”. Siswa perlu mengerti tentang makna belajar, apa manfaatnya,

dan bagaimana mencapainya. Pada dasarnya anak-anak perlu menyadari

bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi kehidupan nanti.

Seperti dalam kurikulum matematika sekolah, bahwa tujuan

diberikannya pelajaran matematika antara lain agar siswa mampu

menghadapai perubahan keadaan dunia yang senantiasa berkembang, melalui

latihan bertindak atas dasar pemikiran yang logis, rasional, cermat dan jujur

serta efektif. Hal ini tidak mungkin bisa dicapai hanya dengan hafalan,

latihan soal yang rutin tanpa mengakaitkannya dengan kenyataan hidup

sehari-hari. Kelas juga masih mengandalkan model-model pembelajaran yang

berpusat pada guru sehingga siswa lebih mengenal pengetahuan dari “apa

kata guru”, bukan datang dari “menemukan sendiri”.

Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah pada umumnya belum

optimal dalam pencapaian tujuan. Salah satu faktornya adalah penggunaan

pendekatan pembelajaran yang kurang tepat. Alasannya antara lain: guru

tidak mempunyai cukup referensi mengenai beberapa pendekatan matematika

yang dapat digunakan, waktu yang terbatas, dan alat pembelajaran yang

terbatas jumlahnya. Beberapa hal di atas mengarahkan pada kesimpulan

bahwa diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran yang lebih

memberdayakan siswa, yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-

fakta, tetapi pendekatan yang mendorong siswa mengkonstruksikan

pengetahuan.

Page 4: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

3

Ada beberapa pendekatan yang saat ini mulai dikembangkan dan

diterapkan, salah satunya adalah pendekatan kontekstual atau yang lebih

dikenal dengan CTL (Contextual Teaching and Learning). CTL dapat

menjadi alternatif pendekatan yang digunakan sebagai solusi permasalahan

yang dihadapi guru, karena hakikat pendekatan kontekstual dapat dipelajari

sehingga dapat langsung diterapkan dalam proses pembelajaran. Selain itu,

pengembangan startegi dalam pendekatan ini dapat menjadikan pembelajaran

berjalan lebih produktif dan bermakana tanpa harus mengubah kurikulum dan

tatanan yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pembelajaran Matematika konstekstual itu?

1.2.2 Bagaimana penerapan contextual teaching and learning (CTL) pada

materi teorema Pythagoras itu?

1.3 Tujuan Masalah

Tujuan penulisan makalah ini ialah:

1.3.1 Untuk mengetahui pembelajaran Matematika konstekstual

1.3.2 Untuk mengetahui penerapan contextual teaching and learning

(CTL) pada materi teorema Pythagoras.

Page 5: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembelajaran Matematika

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Matematika adalah ilmu

tentang bilangan-bilangan dan angka-angka. Matematika sendiri berasal dari

bahasa latin Manthanen atau Mathema yang berarti belajar atau hal yang

dipelajari. Dalam bahasa Belanda Matematika disebut Wiskunde atau ilmu

pasti, dan kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama Matematika

adalah penalaran dedukatif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan

diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan

antar konsep dalam Matematika bersifat konsisten.

2.1.1 Belajar Matematika

Menurut Winkel (1999:10) dalam Sukirno (2009: 6) disebutkan

belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.

Belajar merupakan suatu tindakan untuk mendapatkan informasi,

pengetahuan, pemahaman, pengalaman sehingga tingkah laku dan kualitas

individu dapat berkembang. Seseorang dikatakan belajar apbila dalam diri

orang itu terjadi perubahan tingkah laku (perubahan hasil belajar). Dengan

demikian belajar akan menyangkut proses belajar dan hasil belajar.

Page 6: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

5

Menurut Oemar Hamali (1995: 35) dalam Sukirno (2009: 7) belajar

adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, yang

artinya belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan belajar yang

dibutuhkan ingatan dan pengalaman.

Menurut Morgen (1978) dalam Sukirno (2009: 7) belajar adalah

setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi

sebagai suatu hasil dan latihan atau pengalaman.

Menurut Hilgard dan Marquis dalam Sukirno (2009: 7) belajar

merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui

latihan, pembelajaran dan sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam

diri.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli

dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan proses perkembangan

mental dan tingkah laku individu sehingga terjadi perubahan-perubahan

dalam individu untuk dapat berkembang sebagai hasil dari belajar.

Dari beberapa referensi diatas maka dapat disimpulkan bahwa

belajar matematika adalah proses interaksi dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan untuk melatih

berfikir, bernalar, memecahkan masalah, dan menyampaikan informasi

atau gagasan yang dapat diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu.

Page 7: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

6

2.2 Pembelajaran Matematika Kontekstual

Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang akhir-akhir ini mulai

berkembang pesat, baik materi maupun kegunaan. Perkembangan ini diiringi

dengan adanya pembaruan kurikulum pada pembelajaran di sekolah dalam

rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, saat ini mulai

bermunculan penemuan atau pengembangan strategi pembelajaran. Penelitian

telah banyak dilakukan untuk menemukan strategi pembelajaran yang tepat.

Masing-masing strategi memiliki ciri khas dan keunggulan. Strategi

pembelajaran yang saat ini sedang berkembang adalah strategi pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual. Di Belanda pembelajaran ini dikenal dengan

nama Realistic Mathematics Education (RME), sedangkan di Amerika lebih

dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pendekatan kontekstual adalah pendekatan dengan konsep belajar

yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan (Nurhadi,2002:1).

Pendekatan ini mengakui bahwa belajar hanya terjadi jika siswa memproses

informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk akal sesuai

dengan kerangka berpikir yang dimilikinya. Proses pembelajaran berlangsung

alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer

pengetahuan dari guru ke siswa.

Pendekatan kontekstual juga berpijak pada aliran psikologis kognitif,

menurut aliran ini belajar terjadi karena pemahaman individu akan

Page 8: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

7

lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan Stimulus

dan respons. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar melibatkan proses mental

yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan atau

pengalaman. Menurut Sanjaya (2005:114) dalam Hertika Agustina dkk,

pengertian CTL antara lain:

1. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengonstruksi

pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. Oleh karena

itulah, semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak pula

pengetahuan yang mereka peroleh.

2. Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta. Pengetahuan itu pada

dasarnya merupakan organisasi dari semua yang dialami, sehingga dengan

pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola perilaku

manusia, seperti pola berpikir, pola bertindak, kemampuan memecahkan

persoalan termasuk penampilan atau performance seseorang. Semakin

pengetahuan seseorang luas dan mendalam, maka akan semakin efektif

dalam berpikir.

3. Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan

masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya

perkembangan intektual akan tetapi juga mental dan emosi. Belajar secara

Kontekstual adalah belajar bagaimana anak menghadapi persoalan.

4. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara

bertahap dari sederhana menuju kompleks. Oleh karena itu belajar tidak

dapat sekaligus, akan tetapi sesuai dengan irama kemampuan siswa.

Page 9: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

8

5. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.

Oleh karena itu pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang

memiliki makna untuk kehidupan anak ( Real World Learning).

Proses pengembangan konsep dan gagasan pembelajaran matematika

kontekstual bermula dari dunia nyata. Menurut Hauvel-Panhuizen (dalam

Astuti:2003:12) dunia nyata takhanya berarti konkret secara fisik dan kasat

mata, tapi juga dapat dibayangkan oleh alam pikiran. Hal ini berarti masalah

yang digunakan dapat berupa masalah-masalah aktual (sungguh-sungguh ada

dalam kehidupan siswa) atau masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa.

Beberapa ciri khas dalam pembelajaran matematika kontekstual,

antara lain, sebagai berikut.

1) Titik awal proses pembelajarannya adalah penggunaan masalah

berkonteks kehidupan nyata (kontekstual) yang konkret atau yang ada

dalam alam pikiran siswa. Masalah-masalah yang ada dapat disajikan

dengan cerita, lambang, model, atau gambar. Dalam hal ini siswa

diharapkan dapat menemukan alat matematis atau model matematis

sekaligus memahami konsep atau prinsipnya.

2) Pembelajaran ini menghindari cara mekanik yaitu berfokus pada

prosedur penyelesaian soal. Meskipun begitu belum sepenuhnya dapat

diterapkan karena belum dapat dihilangkan, sehingga dalam

pelaksanaannya masih dijumpai meskipun tidak dominan. Siswa

diharapkan dapat menemukan alat atau model matematis untuk dapat

menyelesaikan masalah.

Page 10: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

9

3) Siswa diperlakuakn sebagai peserta aktif dengan diberi keleluasaan

menemukan sendiri atau mengembangkan alat, model dan pemahaman

matematis melalui penemuan dengan bantun guru atau diskusi bersama

teman. Menurut Slavin (dalam Astuti: 2003:19) kegiatan pembelajaran

ini dapat dilakukan dengan diskusi kelompok antara siswa dengan

orang dewasa atau dengan teman sebaya. Interaksi tersebut dapat

diakomodasikan melalui belajar dalam kelompok heterogen (kelompok

kooperatif yang beranggotakan 2-6 orang).menurut Slavin hal ini dapat

mengakibatkan siswa yang berkemampuan “lemah” dapat belajar dari

pemikiran teman sebayanya yang berkemampuan “lebih”, sehingga

belajar akan teras mudah.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki tujuh

komponen, yaitu sebagai berikut.

a. Contructivism (Kontruktivisme)

Proses pembelajaran mengarahkan siswa untuk membangun sendiri

pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif. Siswa dibiasakan untuk

memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya,

dan bergelut dengan ide-ide. Sedangkan guru bertugas untuk

memfasilitasi sehingga pengetahuan menjadi bermakna dan relevan

bagi siswa

b. Inquiry (Menemukan)

Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan

secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analisis, sehingga

Page 11: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

10

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh

percaya diri. Sasaran utama pembelajaran dengan inquiry adalah

sebagai berikut: 1) Keterlibatan siswa secara maksimal, yang

melibatkan mental intelektual sosial emosional siswa. 2) Keterarahan

kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran. 3)

Mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang

ditemukannya dalam proses inquiry.

c. Questioning (Bertanya)

Bertanya merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang

berlangsung secara informatif untuk mendorong, membimbing dan

menilai kemampuan berpikir siswa. Kegiatan bertanya akan

mendorong siswa sebagai partisipan aktif dalam proses pembelajaran.

Kegiatan ini menurut Nurhadi (2002) berguna untuk:

1) menggali informasi, baik administratif maupun akademis,

2) mengecek pemahaman siswa,

3) membangkitkan respon kepada siswa,

4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,

5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa,

6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru,

7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa,

8) menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

Page 12: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

11

d. Learning Community (Masyarakat belajar)

Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari

kerjasama dengan teman atau orang lain (Nurhadi,2002:15).

Masyarakat belajar terjadi bila ada komunikasi dua arah yang terlibat

dalam kegiatan belajar mengajar.

e. Modelling (Pemodelan)

Pemodelan dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan

tertentu maksudnya adanya model yang ditiru. Model bisa berupa cara

mengoperasikan sesuatu, contoh: cara melakukan pengukuran yang

benar. Model tak hanya dari guru tapi juga dari siswa atau ahli.

f. Reflection (Refleksi)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berpikir ke belakang tentang apa-apa yang dilakukan di masa yang

lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau

pengetahuan yang baru diterima (Nurhadi,2002:18). Realisasinya

dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut.

1) Pernyataan langsung, tentang apa-apa yang diperoleh hari itu.

2) Catatan atau jurnal di buku siswa.

3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu.

4) Diskusi.

5) Hasil karya.

g. Authentic Assessment (Penilaian yang sebenarnya)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran mengenai perkembangan belajar siswa

Page 13: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

12

(Nurhadi,2002:19). Penilaian yang dilakukan bukan hanya karena bisa

menjawab serangkaian pertanyaan di atas kertas, tapi juga

kemampuannya dalam mengaplikasikannya, inilah yang disebut

authenthic. Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi

siswa antara lain: proyek kegiatan dan laporannya, presentasi atau

penampilan siswa, demonstrasi, dan tes tulis.

The Northwest Regional Education Laboratory USA (dalam Asikin,

2003) mengidentifikasi adanya 6 kunci dasar yang menentukan kualitas

dari pembelajaran konteksatual, yakni:

1) Pembelajaran bermakna

Dalam pembelajaran bermakna, pemahaman, relevansi dan penilaian

pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa dalam mempelajari isi

materi pelajaran. Pembelajaran dirasakan sangat terkait dengan

kehidupan nyata atau siswa mengerti manfaat isi pembelajaran, jika

mereka merasakan berkepentingan untuk belajar demi kehidupan di

masa mendatang.

2) Penerapan pengetahuan

Jika siswa memahami apa yang dipelajari maka siswa mendapat

menerapkannya dalam tatanan kehidupan.

3) Berpikir tingkat tinggi

Siswa diminta untuk berpikir kritis dalam pengumpulan data,

pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah.

Page 14: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

13

4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan kepada standar

Isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, nasional dan

perkembangan IPTEK dan dunia kerja.

5) Responsif terhadap budaya

Guru harus memahami dan menghormati nilai, kepercayaan, dan

kebiasaan siswa, sesama rekan guru dan masyarakat tempat ia

mendidik. Setidaknya ada empat perspektif yang harus diperhatikan

yaitu individu siswa, kelompok siswa, tatanan sekolah dan tatanan

masyarakat.

6) Penilaian autentik

Berbagai macam strategi penilaian digunakan untuk mengetahui hasil

belajar siswa yang sesungguhnya meliputi: penilaian proyek dan

kegiatan siswa, dan panduan pengamatan disamping memberikan

kesempatan kepada siswa untuk aktif menilai pembelajaran mereka

sendiri.

2.3 Teorema Pythagoras

Teorema Pythagoras adalah suatu teori yang ditemukan oleh seorang

ahli Matematika bangsa yunani bernama Pythagoras pada abad ke enam SM.

Dia adalah seorang tokoh yang sangat berjasa dibidang matematika. Berkat

penemuannya, terutama terkait dengan segitiga siku-siku, telah membawa

manfaat yang cukup besar dibidang apapun. Untuk mengabadikan namanya

penemuan tersebut dikenal dengan Teorema Pythagoras. Pythagoras

menyatakan bahwa:

Page 15: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

14

Jumlah luas bujur sangkar pada kaki sebuah segitiga siku-siku sama

dengan luas bujur sangkar di hipotenus. Sebuah segitiga siku-siku adalah

segitiga yang mempunyai sebuah sudut siku-siku, kakinya adalah dua sisi

yang membentuk sudut siku-siku tersebut, dan hipotenus adalah sisi ketiga

yang berhadapan dengan sudut siku-siku tersebut. Pada gambar di bawah ini,

a dan b adalah kaki segitiga siku-siku dan c adalah hipotenus.

Pythagoras menyatakan teorema ini dalam gaya goemetris, sebagai

pernyataan tentang luas bujur sangkar: Jumlah luas bujur sangkar biru dan

merah sama dengan luas bujur sangkar ungu.

2.4 Pendekatan Kontekstual Pada Materi Teorema Phytagoras

Kegiatan mengajar merupakan salah satu kegiatan mengatur agar

tercipta suatu sistem lingkungan belajar. Caranya dengan memanfaatkan

media lingkungan yang ada di sekitar sekolah sehingga proses belajar

menjadi menyenangkan bagi siswa dan guru, agar tercipta suatu system

lingkungan belajar. Perlu diupayakan proses belajar mengajar yang mengacu

pada peserta didik yang dinamis, kreatif, suasana senang dan interaktif antara

Page 16: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

15

siswa dan guru. Dengan kata lain, proses belajar mengajar merupakan proses

komulatif antara guru sebagai pemberi pesan, pengetahuan, keterampilan dan

sikap serta budi pekerti yang bermoral tinggi dengan siswa sebagai peserta

didik. Pada umumnya guru menyampaikan pesan dengan metode

konvensional yaitu dengan ceramah. Dengan metode ini siswa sukar

menangkap materi atau kehilangan kebermakanaannya meskipun materi yang

diberikan sedikit dan tidak banyak memerlukan hafalan. Maka diperlukan

suatu pendekatan yang sesuai, salah satunya adalah pendekatan kontekstual.

Lingkungan dan alat peraga dapat membantu tercapainya tujuan

pembelajaran, selain itu yang lebih penting adalah penggunanan teknik dan

metodologi pengajaran guru. Pendekatan kontekstual dapat menghilangkan

kesan “seram” pada matematika, suasana mencekam, siswa pasif dan tidak

interaktif. Dalam pelaksanaannya rancangan pembelajaran mengacu pada :

1) pembelajaran dimulai dari hal konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang

mudah ke yang sulit dan dari yang sederhana ke yang kompleks,

2) siswa diarahkan memiliki kemampuan untuk menggunakan prinsip

teorema Phytagoras dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan dan

media yang tepat,

3) pelaksanaan pembelajaran memperhatikan pengoptimalan media yang

mengarah pada pelibatan siswa secara aktif baik fisik, mental maupun

sosial.

Pembelajaran matematika kontekstual dapat menggunakan beberapa

media antara lain: Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berkarakteristik CTL,

kartu masalah dan pemanfaatan lingkungan belajar.

Page 17: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

16

a. LKS berkarakteristik CTL

LKS ini merupakan pendukung pelaksanaan pembelajaran.

Pengerjaan LKS ini dilaksanakan secara kelompok. Media ini dibuat

sebagaimana LKS yang sudah ada tapi berkarakteristik CTL, dimana

siswa diarahkan untuk melakukan penemuan (inquiry) dan pemecahan

masalah (problem solving)

b. Kartu masalah

Media ini berupa kartu yang mencantumkan masalah untuk

diselesaikan oleh siswa. Permasalahan yang diangkat adalah

permasalahan sehari-hari yang berhubungan dengan penggunaan

teorema phytagoras. Penggunaan kartu ini dimaksudkan untuk

mengatasi keterbatasan ruang, dan lingkungan belajar siswa tanpa

menghilangkan esensinya.

c. Lingkungan belajar

Penggunaan lingkungan belajar merupakan salah satu solusi dari

keterbatasan prasarana belajar. Pada pelaksanannya digunakan

beberapa benda yang ada di kelas sebagai media dan alat peraga.

Penggunaannya dikaitkan dengan penggunaan LKS. Beberapa benda

yang digunakan antara lain: meja, buku tulis, pigura dan lain-lain

yang dimanfaatkan siswa untuk menemukan prinsip Phytagoras.

Dari beberapa media belajar diatas diharapkan siswa dapat lebih

memahami konsep Pythagoras itu sendiri. Mereka tidak hanya menghafal

rumus, tetapi mengetahui sendiri dari mana rumus tersebut diperoleh dan

dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu siswa

Page 18: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

17

tidak akan mudah lupa karena pengetahuan tersebut sudah melekat begitu

dalam dalam pikiran mereka.

Page 19: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

17

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Metode pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama

pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya

(questioning), menemukan (inquary), masyarakat belajar (learning

community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian

sebenarnya (authentic assessment).

Pendekatan kontekstual dapat menghilangkan kesan “seram” pada

matematika, suasana mencekam, siswa pasif dan tidak interaktif. Dalam

pelaksanaannya rancangan pembelajaran mengacu pada : 1) pembelajaran

dimulai dari hal konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke yang

sulit dan dari yang sederhana ke yang kompleks, 2) siswa diarahkan memiliki

kemampuan untuk menggunakan prinsip teorema Phytagoras dalam

kehidupan sehari-hari melalui kegiatan dan media yang tepat, 3) pelaksanaan

pembelajaran memperhatikan pengoptimalan media yang mengarah pada

pelibatan siswa secara aktif baik fisik, mental maupun sosial.

Page 20: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

18

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut adapun saran-saran kepada pihak-

pihak yang terkait sebagai berikut:

1. Guru matematika, hendaknya media pembelajaran CTL ini dapat

dijadikan sebagai salah satu media dan model pembelajaran matematika

yang lebih menarik dan interaktif bagi siswa.

2. Siswa, hendaknya dengan pembelajaran CTL ini dapat digunakan

sebagai motivasi belajar matematika secara mandiri dan untuk

meningkatkan prestasi belajar.

Page 21: Makalah Penerapan CTL Pada Teorema Pythagoras

19

DAFTAR RUJUKAN

Astuti. 2003. Skripsi: Implementasi Pendekatan Kontekstual pada Pembelajaran

Matematika SLTP. Semarang

Agustina dkk, Hertika. 2009. Makalah: Pendekatan Pembelajaran Matematika

Dengan Pendekatan Contextual Teaching Learning. Malang

Depdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Dwi Saputri, Agustina. 2005. Skripsi: Penerapan Pembelajaran Matematika

Kontekstual Pada Materi Teorema Phytagoras Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Dan Aktivitas Siswa Mts Al Asror Semarang Tahun Pelajran

2004/2005. Semarang

Junaidi, S. 2002. Matematika untuk SLTP Kelas 2. Jakarta: Esis

Nurhadi. 2002. Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Depdiknas

Nurhadi. 2004. Pendekatan Kontekstual dan Pendekatannya dalam KBK. Malang:

UM

Sukirno, 2009: peningkatan hasil belajar siswa kelas viii melalui model

pembelajaran konstektual (CTL) pada pokok bahasan teorema

Pythagoras. Malang