Makalah clamydia

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi yang terdapat pada saluran nafas atas maupun saluran nafas bagian bawah. Penyakit infeksi ini dapat menyerang semua umur, tetapi bayi dan balita paling rentan untuk terinfeksi penyakit ini. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering dijumpai di negara-negara berkembang, seperti di Indonesia maupun di negara maju. Dimana berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 didapatkan prevalensi nasional ISPA di Indonesia adalah 25,5%. 1

description

makalah

Transcript of Makalah clamydia

BAB IPENDAHULUAN1.1. LATAR BELAKANGInfeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi yang terdapat pada saluran nafas atas maupun saluran nafas bagian bawah. Penyakit infeksi ini dapat menyerang semua umur, tetapi bayi dan balita paling rentan untuk terinfeksi penyakit ini. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering dijumpai di negara-negara berkembang, seperti di Indonesia maupun di negara maju. Dimana berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 didapatkan prevalensi nasional ISPA di Indonesia adalah 25,5%.

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada cuaca dingin. ISPA yang berlanjut dapat menjadi pneumonia. Hal ini sering terjadi pada anak-anak terutama apabila terdapat gizi kurang dan keadaan lingkungan yang kurang bersih. Karena banyak gejala ISPA yang tidak spesifik dan tes diagnosis cepat tidak selalu tersedia, maka etiologi kadang sering tidak diketahui dengan segera. Dengan demikian fasilitas pelayanan kesehatan, terutama Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai lini pertama, menghadapi tantangan untuk memberikan pelayanan kepada pasien ISPA dengan etiologi dan pola penularan yang diketahui atau pun tidak diketahui. Penting bagi petugas kesehatan untuk melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat saat menangani pasien ISPA untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya penyebaran infeksi kepada diri sendiri, petugas kesehatan yang lain, pasien maupun pengunjung.Tingginya kasus ISPA dapat menyebabkan burden of disease, dalam hal ini penurunan tingkat ekonomi dan disabilitas fungsional dapat terjadi di masyarakat. Beberapa kasus ISPA dapat juga menyebabkan Kejadian Luar Biasa dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi, sehingga menyebabkan kondisi darurat pada kesehatan masyarakat dan menjadi masalah internasional. Dengan menyadari pentingnya penanggulangan ISPA di Indonesia, maka penting bagi para petugas kesehatan untuk menggalakan program dalam menanggulangi masalah kesehatan tersebut. Untuk itu sebaiknya program pengendalian kasus ISPA dimulai dari tingkat primer seperti di Puskesmas.

BAB IILANDASAN TEORI

2.1. PengertianInfeksisaluran napas akutdalam bahasa Indonesia juga di kenal sebagai ISPA (InfeksiSaluranPernapasanAkut) atauURIdalambahasa Inggrisadalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan, hidung, sinus,faring, ataularing.

Ispa adalah infeksi yang berlangsungsampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasanadalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ di sekitarnya seperti : sinis, ruang telinag tengah dan selaput paru (Setiowulan, 2001).Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan anti biotic.Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas iniialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik.Faringitisoleh kumanStreptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobatidengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat anti bioyik (depkes RI , 2007)Infeksi saluran pernafasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semuagolongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin (Pusdiknakes, 1990). Resiko terutamaterjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang,beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasitdan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.(Setiowulan, 2001).2.2. EtiologiEtiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Mayoritas penyebab ISPA adalah virus dengan frekuensi lebih dari 90% untuk ISPA bagian atas, sedangkan ISPA untuk bagian bawah frekuensinya lebih kecil (WHO, 1995). Dalam Harrisons Principle of Internal Medicine di sebutkan bahwa penyakit infeksi saluran nafas akut bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan infeksi akut saluran nafas bagian bawah hampir 50 % diakibatkan oleh bakteri streptococcus pneumonia adalah yang bertanggung jawab untuk kurang lebih 70-90%, sedangkan stafilococcus aureus dan H influenza sekitar 10-20%. Saat ini telah diketahui bahwa infeksi saluran pernapasan akut ini melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus tersebut (WHO, 1995).2.3.Faktor-faktor ISPA

Faktor yang berperan dalam terjadinya ISPA secara umum dipengaruhi oleh faktor penjamu, mikroorganisme penyebab, dan lingkungan.

1. Faktor penjamu

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang terserang bibit penyakit, terutama faktor yang ada pada dirinya sendiri seperti :a. UmurTerjadinya ISPA terutama pneumonia pada bayi dan pada anak balita dipengaruhi oleh faktor usia anak. Bayi yang berumur kurang dari 2 bulan mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terkena pneumonia dibandingkan dengan anak umur 2 bulan sampai 5 tahun (Depkes RI., 1996).Hasil analisis faktor resiko membuktikan bahwa umur merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya kematian pada balita yang sedang menderitapneumonia. Semakin tua usia balita yang sedang menderita pneumonia, semakin kecil resiko meninggal akibat pneumonia dibandingkan balita yang berusia muda (Djaja S,1999). Insidens ISPA paling tinggi terdapat pada bayi dibawah satu tahun dan insidens menurun dengan bertambahnya umur (Kartasamita, 2000).Hasil penelitian Sukar dkk (1996) didapatkan bahwa anak yang berumur 1-2 tahun lebih peka 5 kali terkena ISPA dibandingkan dengan umur 5 tahun.

Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi. Pada penis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang segera membaik sehingga seringkali tidak diperhatikan oleh penderitanya. Gejala-gejala penyakit chlamydia yang lebih spesifik pada wanita dan pria adalah sebagai berikut:Pada wanita :

Perdarahan di luar menstruasi.

Hubungan seks menyakitkan.

Nyeri atau rasa terbakar saat kencing.

Pembengkakan di dalam vagina atau di sekitar anus.

Perdarahan vagina setelah berhubungan.

Keluarnya cairan kekuningan dari leher rahim yang mungkin memiliki bau yang kuat

Gambar 2.2. Gejala Chlamydia Pada WanitaPada pria :

Nyeri atau rasa terbakar saat kencing.

Cairan bernanah dari penis.

Testisbengkak atau lembek.

Pembengkakan di sekitar anus.

Gambar 2.3. Gejala Chlamydia Pada Pria

2.3. KomplikasiApabila gejala-gejala penyakit chlamydia sudah muncul namun tidak segera ditangani, maka timbulah komplikasi yang akan semakin parah. Berikut komplikasi yang timbul pada wanita, pria, dan ibu hamil :Komplikasi pada wanita :

Infeksi rahim , saluran tuba (PID).

Servisitis: peradangan pada serviks.

Infertilitas dan kehamilan ektopik (kehamilan yang berkembang di luar rahim, biasanya di tuba falopi)

Gambar 2.4. Cevicitics

Gambar 2.5. Komplikasi Chlamydia Pada WanitaKomplikasi pada pria :

Epididimitis: peradangan pada epididimis (suatu struktur melengkung di bagian belakang testis tempat penyimpanan sperma yang sudah dewasa).

Urethritis: peradangan pada uretra/saluran kencing.

Arthritis Reaktif: peradangan di mata, sendi dan uretra.

Gambar 2.6. Komplikasi Chlamydia Pada PriaKomplikasi pada ibu hamil : Persalinan prematur. Pada bayi yang baru lahir, dapat menyebabkan infeksi mata atau pneumonia.

Gambar 2.7. Pneumonia2.4. Diagnosis Diagnosis infksi C. Trachomatis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinik dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium merupakan dasar dalam menegakkan diagnosis.

Gambar 2.8. Pemeriksaan Leher RahimPada pemeriksaan laboratorium, infeksi C. trachomatis pada genital ditegakkan bila dijumpai suatu tes chlamydial yang positif, serta tidak dijumpai kuman penyebab spesifik. Untuk laboratorium dengan fasilitas yang terbatas, sebagai pedoman infeksi C.trachomatis pada pria memberi gejala berupa sekret uretraeropurulen/mukopurulen serta ditemukan sel PMN > 5 Ipb dan tidak ditemukan diplokok negatif Gram intra/ekstra sel pada pemeriksaan sediaan apus sekret uretra. Sedangkan pada wanita adanya sekret serviks sero/mukopurulen dan sel PMN > 30 Ipb serta tidak ditemukan kuman diplokok Gram negatif intra/ekstraseluler pada sediaan apus atau T. vaginalis.

2.5. Cara PenularanBakteri chlamydia merupakan penyebab penyakit chlamydia. Bakteri ini hanya dapat bertahan di sel hidup yang kemudian akan dibunuhnya. Pertukaran cairan tubuh akan berpotensi menjadi sarana penyebaran penyakit chlamydia.2.6. PencegahanCara yang paling baik untuk mencegah penularan penyakit ini adalah abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang diketahui menderita penyakit ini). Untuk mengurangi resiko tertular oleh penyakit ini, sebaiknya menjalani perilaku seksual yang aman (tidak berganti-ganti pasangan seksual atau menggunakan kondom). Bagi ibu hamil yang terkena chlamydia, bisa melakukan operasi cesar pada saat melahirkan. Skrining dan pengobatan klamidia selama kehamilan adalah cara terbaik untuk mencegah komplikasi. Semua wanita hamil harus diskrining untuk klamidia pada kunjungan pertama kehamilan mereka.2.7. PengobatanPenting untuk dijelaskan pada pasien dengan infeksi genital oleh C. trachomatis, mengenai resiko penularan kepada pasangan seksualnya, Contact tracing (pemeriksaandan pengobatan partner seksual) diperlukan untuk keberhasilan pengobatan.

Untuk pengobatan, Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan sejak lama untuk infeksi genitalia yang disebabkan oleh C.Trachomatis. Dapat diberikan dengan dosis 4 x 500 mg/h selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama 14 hari. Analog dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 2 x l00 mg/h selama 7 hari. Obat ini yang paling banyak dianjurkan dan merupakan drug of choice karena cara pemakaiannya yang lebih mudah dan dosisnya lebih kecil. Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan masa sekarang. Diberikan dengan dosis tunggal l gram sekali minum.Regimen alternatif dapat diberikan :

Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama l4 hari.

Ofloxacin 2 x 300 mg/hari selama 7 hariRegimen untuk wanita hamil :

Erythromycin base 4 x 500 mg/hari selama 7 hariKemudian sembari menjalani pengobatan, lakukan follow-up pada penderita dengan : Apakah obat yang diberikan sudah diminum sesuai anjuran.

Pasangan seksual juga harus diperiksa dan diobati.

Jangan melakukan hubungan seks, bila pengobatan belum selesai.

Lakukan periksa ulang 3-4 bulan setelah selesai pengobatan.

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan Chlamydia Trachomatis merupakan penyebab infeksi genital non spesifik yang terbanyak sekarang ini dibandingkan dengan organisma lain, baik di negara maju maupun negara berkembang. Diperlukan indentifikasi/diagnosis dini dan pengobatan yang cepat dan tepat dalam usaha memutus mata rantai penularan dalam masyarakat dan mencegah sequele jangka panjang.

Penyakit ini juga dapat menyerang bayi hal itu di karenakan ditularkan oleh ibu bayi tersebut

Penyakit ini ditularkan dengan cara seksual

Penyakit ini juga banyak menyerang orang orang yang suka menggonta ganti pasangan seks, melakuakan hubungan seks yang tidak sehat, serta laki laki atau perempuan yang biasa memakai jasa PSK

3.2. SaranCara yang paling baik untuk mencegah penularan penyakit ini adalah:

Abstensia ( tidak melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang diketahui menderita penyakit ini ).

Hindari oral seks dengan pasangan yang positif chlamydia karenainfeksiini dapat ditularkan melalui rongga mulut.

Chlamydia tak jarang pula bisa di tularkan lewat liang dubur jika melakukan sodomi dan disarankan perilaku tersebut tidak dilakukan.

Untuk mengurangi resiko tertular oleh penyakit ini sebaiknya menjalani perilaku seksual yang aman (tidak berganti ganti pasangan seksual atau menggunakan kondom).

5