Makalah Blok 28

24
Diagnosis Sick Building Syndrome serta Penatalaksanaannya Theodora Abdiel Purwa Dolorosa 10.2011.066 C7 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna Utara no 6, Jakarta Barat [email protected] Abstrak Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni gedung atau bangunan dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak terdapat penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi. Sick building syndrome bukan penyakit tunggal yang dapat didiagnosis segera pada pekerja di dalam gedung. Asma, rinitis dan konjungtivitis alergi adalah penyakit alergi yang mempunyai gejala sama dengan SBS. Sakit kepala dan lethargy merupakan gejala nonspesifik yang dapat terjadi pada sebagian besar penyakit dan dapat berkaitan dengan pajanan okupasi. Pengenalan gejala, pemeriksaan fisis serta laboratorium bila tersedia merupakan langkah awal dalam mendiagnosis dan penatalaksanaan SBS bertujuan untuk menyingkirkan kondisi lain yang mempunyai gejala sama. Kata kunci : gedung, okupasi, asma Abstract 1

description

SBS

Transcript of Makalah Blok 28

Page 1: Makalah Blok 28

Diagnosis Sick Building Syndrome serta PenatalaksanaannyaTheodora Abdiel Purwa Dolorosa

10.2011.066

C7

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna Utara no 6, Jakarta Barat

[email protected]

Abstrak

Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni gedung atau

bangunan dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang dihubungkan dengan

waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak terdapat penyakit atau

penyebab khusus yang dapat diidentifikasi. Sick building syndrome bukan penyakit tunggal

yang dapat didiagnosis segera pada pekerja di dalam gedung. Asma, rinitis dan konjungtivitis

alergi adalah penyakit alergi yang mempunyai gejala sama dengan SBS. Sakit kepala dan

lethargy merupakan gejala nonspesifik yang dapat terjadi pada sebagian besar penyakit dan

dapat berkaitan dengan pajanan okupasi. Pengenalan gejala, pemeriksaan fisis serta

laboratorium bila tersedia merupakan langkah awal dalam mendiagnosis dan penatalaksanaan

SBS bertujuan untuk menyingkirkan kondisi lain yang mempunyai gejala sama.

Kata kunci : gedung, okupasi, asma

Abstract

Sick Building Syndrome is a set of symptoms experienced by the occupants of the building

that got disturbances for the air circulations, associated with the time they spent in that

building, but no specific illness or causes that can be identified. Sick building syndrome isn’t

the only disease that can be diagnosed right away to workers in the building. Asthma, rhinitis

and allergic conjunctivitis are some kind of allergic disease that has symptoms similar to

SBS. Headache and lethargy are nonspecific symptoms that may occur in the majority of

disease and can be related to occupational exposure. The introduction of symptoms, physical

examination and laboratory if available are the first steps in the diagnosis and management

of SBS aims to eliminate other conditions that have similar symptoms.

Keywords: building, occupation, asthma

1

Page 2: Makalah Blok 28

A. Pendahuluan

Kehidupan modern di kota-kota besar negara kita menuntut tersedianya

prasarana yang memadai. Salah satu di antaranya adalah gedung-gedung kantor yang

megah yang dilengkapi dengan sistem AC sentral. Gedung-gedung seperti ini

biasanya dibuat tertutup dan mempunyai sirkulasi udara sendiri. Udara luar yang

masuk ke dalam sistim ventilasi gedung akan berkurang bahkan mencapai titik nol,

hanya udara resirkulasi yang digunakan untuk bernapas. Gedung yang baik dengan

sarana yang memadai tentu menjadi tempat yang amat nyaman untuk bekerja, dan

karena itu dapat pula meningkatkan produktifitas kerja karyawan. Tetapi, di pihak

lain, kita perlu mengenal kemungkinan adanya gangguan kesehatan pada gedung-

gedung seperti itu yang pada akhirnya justru akan menurunkan produktifitas kerja

karyawannya yang bekerja di dalam gedung-gedung itu. Para ahli di beberapa negara

mulai banyak menulis tentang adanya gedung-gedung pencakar langit yang "sakit",

dan menimbulkan sindrom gedung sakit.1

Sindrom gedung sakit adalah kumpulan gejala akibat adanya gedung yang

"sakit", artinya terdapat gangguan pada sirkulasi udara di dalam gedung itu. Adanya

gangguan itulah yang menyebabkan gedung tersebut dikatakan "sakit", sehingga

timbul sindrom ini yang memang terjadi karena para penderitanya menggunakan

suatu gedung yang sedang "sakit". Hal tersebut menyebabkan buruknya kualitas udara

dalam ruangan (indoor air quality atau IAQ) dan terdapat banyak radikal bebas

bersumber dari asap rokok, ozon dari mesin fotokopi dan printer, perabotan, cat serta

bahan pembersih.1

Sick building syndrome (SBS) atau sindrom gedung sakit dikenal sejak tahun

1970. Kedokteran okupasi tahun 1980 memperkenalkan konsep SBS sebagai masalah

kesehatan akibat lingkungan kerja berhubungan dengan polusi udara, IAQ dan

buruknya ventilasi gedung perkantoran. World Health Organization (WHO) tahun

1984 melaporkan 30% gedung baru di seluruh dunia memberikan keluhan pada

pekerjanya dihubungkan dengan IAQ. Istilah ini kemudian digunakan secara luas dan

kini telah tercatat berbagai laporan tentang sindrom ini dari berbagai Negara Eropa,

Amerika dan bahkan dari negara tetangga kita Singapura.1

Sick building syndrome terjadi akibat kurang baiknya rancangan,

pengoperasian dan pemeliharaan gedung. Gejala-gejala yang timbul memang

berhubungan dengan tidak sehatnya udara di dalam gedung. Keluhan yang ditemui

2

Page 3: Makalah Blok 28

pada sindrom ini antara lain dapat berupa batuk-batuk kering, sesak, sakit kepala,

iritasi di mata, hidung dan tenggorok, kulit yang kering dan gatal, lethargy, fatique,

mual, dan lain-lain. Keluhan-keluhan tersebut biasanya menetap setidaknya dua

minggu, tidak terlalu hebat, tetapi cukup terasa mengganggu dan yang penting amat

berpengaruh terhadap produktifitas kerja seseorang. Gejala tersebut akan berkurang

atau hilang bila pekerja tidak berada di dalam gedung, hal tersebut dapat terjadi pada

satu atau dapat tersebar di seluruh lokasi gedung.2,3

Sindrom gedung sakit baru dapat dipertimbangkan bila lebih dari 20%, atau

bahkan sampai 50%, pengguna suatu gedung mempunyai keluhan-keluhan seperti di

atas. Kalau hanya dua atau tiga orang maka mereka mungkin sedang kena flu biasa.2

B. Pembahasan

Skenario 9

Seorang perempuan usia 30 tahun datang ke klinik anda dengan keluhan utama batuk

pilek berulang sejak 3 minggu yang lalu.

I. Tujuh Langkah Diagnosis Okupasi

1. Diagnosa klinis

Anamnesis penyakit

Menanyakan sejak kapan gejala muncul

Apakah sudah merasakan gejala yang sama sebelumnya

Adakah sakit semakin membaik ataupun memberat

Apakah sudah pernah berobat

Apakah ada riwayat alergi

Apakah ada keluhan tambahan seperti demam, sesak napas, sakit kepala, badan

gatal-gatal, meriang, mata terasa panas

Adakah mempunyai sakit menahun

Menanyakan adakah seorang perokok dan sejak kapan merokok

Manayakan riwayat keluarga yang mempunyai penyakit yang sama1

Anamnesis riwayat pekerjaan

3

Page 4: Makalah Blok 28

Sudah berapa lama bekerja sekarang

Berapakah lama waktu kerja dalam sehari

Riwayat pekerjaan sebelumnya

Alat kerja, bahan kerja, proses kerja

Apakah ada rekan kerja yang mengalami gejala yang sama

Tempat kerja

Kemungkinan pajanan yang dialami

APD (Alat Pelindung Diri) yang dipakai

Hubungan gejala dan waktu kerja

Apakah sudah pernah mengambil cuti kerja

Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital: suhu, denyut nadi, tekanan darah, frekuensi nafas

Keadaan umum

Pemeriksaan fisik khusus:

Inspeksi: melihat ada atau tidak lesi-lesi alegik pada kulit, melihat warna mata

Palpasi: melakukan palpasi umum untuk mengetahui lokasi nyeri.

Auskultasi: suara paru abnormal?1

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah lengkap

Foto thoraks

Pemeriksaan dahak dengan dengan pewarnaan DFA (direct fluorescent antibody)

menunjukkan adanya Legionella.1

Pemeriksaan Tempat Kerja

Penerangan, kelembaban, pendingin ruangan yang dipakai

2. Pajanan yang dialami

Pajanan fisik

4

Page 5: Makalah Blok 28

Kemajuan pembangunan industri di Indonesia diikuti dengan pemanfaatan dan

penerapan berbagai tingkat kemanjuan teknologi. Kemajuan perkembangan teknologi

mempunyai dampak, yaitu dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah

produk yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan, sedangkan dampak negatifnya

kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan.2

Pajanan bahaya potensial faktor fisik:

Pendingin udara (kaitannya dengan suhu dan kelembaban ruangan)

Secara umum, pengkondisian udara (air conditioning) dilakukan dengan

mengkondisikan udara dari luar bisa dipanaskan (untuk heating mode seperti di

negeri-negeri dingin) atau didinginkan (untuk cooling mode seperti halnya di

Indonesia) sehingga udara yang disemburkan ke dalam ruangan mencapai kondisi

set-point (temperature dan kelembaban) yang diinginkan. Pendingin udara

diklasifikasikan menjadi pendingin udara local dan central. Pendingin udara local

yaitu pendingin udara yang umum dipakai di rumah-rumah atau beberapa ruangan

kantor (biasanya ruang pejabat structural, namun sekarang hamper seluruh ruang

baik ruang staf maupun umum sudah dipasang pendingin udara/AC), sedangkan

pendingin udara sentral adalah pendingin udara yang dikendalikan di satu tempat

tersendiri oleh operator khusus, biasanya hotel-hotel, tempat perbelanjaan, dan

gedung perkantoran yang berskala besar.

Kedua pendingin udara ini berpotensi dalam menyebarkan berbagai virus dan

bakteri. Idealnya, filter mesin AC dibersihkan dan dibubuhi disinfektan

setidaknya 3-4 kali dalam setahun. Jika tidak AC menjadi lokasi ideal bagi

perkembangbiakan rombongan bakteri. Kawanan Chlamidia sp, Escherichia sp,

Legionella sp, akan bersarang dengan nyaman di sela filter AC yang berair dan

lembab. Ketika udara AC menyembur ke seluruh sudut ruangan, saat itu pula

koloni kuman menyusup ke saluran pernapasan, terhirup melalui mulut, hidung

atau masuk lewat lubang kuping. Bagi orang sehat dengan stamina prima,

masuknya kuman tak mendatangkan masalah. Lain soal jika korban yang

dijambangi kuman adalah mereka yang daya tahan tubuhnya sedang buruk.

Dhermatopagoides pteronnyssinus dan Dhermatopagoides farina adalah tungau

debu rumah yang sering ditemukan pada gedung lemaba yang menyebabkan

sensitisasi alergi.1

5

Page 6: Makalah Blok 28

Debu di dalam ruang kerja. Debu merupakan partikel-partikel zat padat,

disebabkan oleh kekuatan-kekuatan mekanis atau alamiseperti pengolahan,

penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari

bahan baik organic maupun non-organik. Sumber alamiah partikulat atmosfir

adalah debu yang memasuk atmosfir karena terbawa oleh angin. Oleh karena itu,

debu bisa terdapat dimana saja, misalnya untuk indoor, penumpukan barang-

barang bekas yang menimbulkan debu. Karena ukurannya yang kecil, debu dapat

terhirup dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat mengganggu aktivitas

pernapasan manusia.1

Karpet yang tidak dirawat. Partikel debu yang dibawa oleh manusia dari luar

ruangan, pestisida yang disemprotkan ke ruangan akan menempel pada karpet.

Selain itu ada juga kutu debu yang biasanya tinggal diantara sela-sela karpet,

mengkonsumsi partikel-partikel kulit mati yang diproduksi oleh manusia setiap

harinya Juga alas karpet serta perekat yang digunakan untuk merekatkan karpet

tersebut acap kali mengeluarkan senyawa-senyawa organik yang mudah

menguap. Sebagian besar orang pernah merasakan bau kuat yang menyengat dari

karpet yang baru dipasang. Bila karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan

dijemur, maka pertikel debu, dan pencemar lain yang menempel di karpet akan

ikut masuk ke dalam sistem pernafasan manusia sehingga dapat mengganggu

kesehatan.1

Pajanan biologik

Polusi biologi disebabkan oleh kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari tanaman,

dan organisme lain. Terutama, perkantoran modern yang biasanya menggunakan

pendingin tanpa ventilasi alami. Pekerja dapat berisiko mengidap penyakit,

diantaranya:3

Humidifier fever yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh organisme yang

menyebabkan sakit pada saluran pernafasan dan alergi. Organisme ini biasanya

terdapat dan hidup pada air yang terdapat di sistem pendingin.

Legionnaire disease penyakit ini juga berhubungan dengan system pendingin

dalam ruang namun disebabkan oleh spesifik bakteri terutama bakteri legionella

pneumophila. Penyakit ini terutama akan lebih berbahaya pada pekerja dengan

usia lanjut. Reaksi legionella memang sering tidak disertai gejala mencolok

6

Page 7: Makalah Blok 28

bahkan seperti flu biasa. Paling-paling hanya demam, menggigil, pusing, batuk

berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan selera makan lenyap.2,3

Pajanan kimia

Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab polusi dalam

ruang karena pewangi ruangan tersebut akan memaparkan bermacam bahan yang

serba kimiawi. Ada yang bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga mual. Dilaporkan

bahwa 95% bahan kimia dalam pewangi adalah senyawa sintesis yang berasal dari

petrokimia, termasuk turunan benzene, aldehida dan banyak toksin serta agen

pembuat peka lain. Pajanan yang berulang-ulang akan memicu peningkatan

sensitivitas dan reaksi yang semakin kuat. Sensitivitas ke beragam bahan lain.

Bahan-bahan ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk

reaksi alergi, masalah pernapasan dan sensitivitas.pada pajanan berulang, bahan-

bahan tersebut dapat meyebabkan keadaan yang lebih serius, misalnya cacat lahir,

gangguan saraf pusat, dan kanker. Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin

fotokopi yang mengeluarkan ozon, penggunaan berbagai desinfektan, hingga tanaman

hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari ruangan. Tanaman yang jarang dikeluarkan

dari ruangan juga kurang baik karena pada malam hari tanaman mengeluarkan

karbondioksida dan mengkonsumsi oksigen. Terlebih jika tanaman tersebut berada di

dalam ruangan kantor yang jarang dibuka ventilasi udara segarnya. Selain itu juga

banyak materi bangunan modern, seperti cat diding yang masih baru diaplikasikan,

papan partikel (particle board), papan fiber (fiber board), dan berbagai macam

perabotan plastik yang mengeluarkan gas organik dalam jangka tahunan.1,2

Pajanan Ergonomi

Dengan posisi kerja yang tidak nyaman atau posisi yang salah dapat mengakibatkan

kecelakaan dan penyakit akibat kerja yaitu low back pain.1

Pajanan psikososial

Stress psikis, monoton kerja, tuntutan pekerjaan, hubungan sesama sejawat, mass

psychogenic illness dan lain-lain.1

3. Hubungan pajanan dengan penyakit

7

Page 8: Makalah Blok 28

1) Pendingin udara (air conditioning) AC yang jarang dibersihkan serta ventilasi

udara yang kurang menjadi lokasi ideal bagi perkembangbiakan rombongan

bakteri. Kawanan Chlamidia sp, Escherichia sp, Legionella sp, akan bersarang

dengan nyaman di sela filter AC yang berair dan lembab. Ketika udara AC

menyembur ke seluruh sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman menyusup ke

saluran pernapasan, terhirup melalui mulut, hidung atau masuk lewat lubang

kuping.4

2) Debu di dalam ruang kerja Sumber alamiah partikulat atmosfir adalah debu

yang memasuk atmosfir karena terbawa oleh angin. misalnya untuk indoor,

penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan debu. Karena ukurannya

yang kecil, debu dapat terhirup dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat

mengganggu aktivitas pernapasan manusia.4

3) Karpet yang tidak dirawat Bila karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan

dijemur, partikel debu yang dibawa oleh manusia dari luar ruangan, pestisida

yang disemprotkan ke ruangan akan menempel pada karpet. Selain itu ada juga

kutu debu yang biasanya tinggal diantara sela-sela karpet, mengkonsumsi

partikel-partikel kulit mati yang diproduksi oleh manusia setiap harinya. Sebagian

iritasi pada Sick Building Syndrome disebabkan oleh alergen yang terdapat pada

karpet, seperti tungau atau kapang. Juga alas karpet serta perekat yang digunakan

untuk merekatkan karpet yang ikut masuk ke dalam sistem pernafasan manusia

sehingga dapat mengganggu kesehatan.4

4) Pajanan biologi seperti kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari tanaman, dan

organisme lain Humidifier fever yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh

organisme yang menyebabkan sakit pada saluran pernafasan dan alergi.

Organisme ini biasanya terdapat dan hidup pada air yang terdapat di sistem

pendingin. Legionnaire disease penyakit ini juga berhubungan dengan system

pendingin dalam ruang namun disebabkan oleh spesifik bakteri terutama bakteri

legionella pneumophila. Penyakit ini terutama akan lebih berbahaya pada pekerja

dengan usia lanjut. Reaksi legionella memang sering tidak disertai gejala

mencolok bahkan seperti flu biasa. Paling-paling hanya demam, menggigil,

pusing, batuk berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan selera makan lenyap.4

8

Page 9: Makalah Blok 28

5) Pajanan kimia. Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab

polusi dalam ruang karena pewangi ruangan tersebut akan memaparkan

bermacam bahan yang serba kimiawi. Ada yang bisa menyebabkan alergi, pusing,

hingga mual. Dilaporkan bahwa 95% bahan kimia dalam pewangi adalah

senyawa sintesis yang berasal dari petrokimia, termasuk turunan benzene,

aldehida. Pajanan yang berulang-ulang akan memicu peningkatan sensitivitas dan

reaksi yang semakin kuat. Bahan-bahan ini dapat menimbulkan berbagai masalah

kesehatan, termasuk reaksi alergi, masalah pernapasan dan sensitivitas.pada

pajanan berulang, Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi

yang mengeluarkan ozon, penggunaan berbagai desinfektan, hingga tanaman

hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari ruangan. Tanaman yang jarang

dikeluarkan dari ruangan juga kurang baik karena pada malam hari tanaman

mengeluarkan karbondioksida dan mengkonsumsi oksigen. Terlebih jika tanaman

tersebut berada di dalam ruangan kantor yang jarang dibuka ventilasi udara

segarnya. Selain itu juga banyak materi bangunan modern, seperti cat diding yang

masih baru diaplikasikan, papan partikel (particle board), papan fiber (fiber

board), dan berbagai macam perabotan plastik yang mengeluarkan gas organik

dalam jangka tahunan.4

6) Pajanan Ergonomi. Posisi tubuh yang membungkuk dan jongkok saat bekerja dan

leher menoleh menekuk.4

7) Pajanan Psikososial. Stress psikis, monoton kerja, tuntutan pekerjaan, dan lain-

lain.4

4. Jumlah pajanan

Pasien mendapat pajanan yang besar karena jam bekerja yang lama iaitu dari jam 8.00

sehingga 17.00 setiap hari selama satu tahun di gedung tersebut.

5. Faktor individu

1) Status kesehatan fisik :

9

Page 10: Makalah Blok 28

Apakah pasien ada riwayat atopi/alergi?

Apakah adanya riwayat pajanan serupa sebelumnya sehingga resikonya

meningkat?

Apakah ada riwayat penyakit dalam keluarga yang mengakibatkan penderita lebih

rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami?

2) Status kesehatan mental

3) Higiene perorangan.5

6. Faktor lain diluar pekerjaan

Apakah ada faktor pajanan lain yang dapat menyebabkan penyakit?

Perlu adanya anamnesis lebih lanjut mengenai apakah ada kebiasaan merokok,

pajanan dirumah 5

7. Diagnosis okupasi

Dari 6 langkah diagnosis diatas, maka diagnosis penyakit diatas adalah penyakit

akibat hubungan kerja atau lebih spesifik penyakit Sick Building Syndrome.

II. Diagnosa Kerja

Sick building syndrome

Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni

gedung atau bangunan dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang

dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak

terdapat penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi.

Terdapat dua komponen diagnosis SBS, pertama apakah gejala terjadi pada

satu atau beberapa pekerja dalam gedung yang sama dan kedua adalah gejala muncul

saat berada di dalam gedung dan menghilang bila berada di luar gedung. Sick building

syndrome bukan penyakit tunggal yang dapat didiagnosis segera pada pekerja di

dalam gedung. Asma, rinitis dan konjungtivitis alergi adalah penyakit alergi yang

mempunyai gejala sama dengan SBS. Sakit kepala dan lethargy merupakan gejala

nonspesifik yang dapat terjadi pada sebagian besar penyakit dan dapat berkaitan

dengan pajanan okupasi. Pengenalan gejala, pemeriksaan fisis serta laboratorium bila

tersedia merupakan langkah awal dalam mendiagnosis dan penatalaksanaan SBS

bertujuan untuk menyingkirkan kondisi lain yang mempunyai gejala sama.3

Pekerja dengan SBS lebih sensitf terhadap stimuli dibandingkan dengan

pekerja tanpa SBS. Keluhan wheezing dan atau dada tertekan memerlukan

10

Page 11: Makalah Blok 28

pemeriksaan lebih lanjut dengan peakflow meter atau spirometri sebelum dan sesudah

kerja. Jika hasil pemeriksaan tidak ditemukan kelainan maka tidak terdapat penyakit.

Waktu saat timbulnya penyakit merupakan salah satu faktor penting pada SBS.

Beberapa metode dapat digunakan untuk membantu dalam mendiagnosis SBS.3

Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor penyebab SBS. Stres akibat

lingkungan kerja mekanismenya belum jelas diketahui, diduga karena tidak ada

keseimbangan antara kebutuhan dengan kemampuan. Stres merupakan gabungan

antara beban kerja di kantor dengan lingkungan sosial dan faktor ini dapat

memberikan fenomena fisiologis maupun psikologis. Kuantitas kerja dapat

menghambat kenyamanan bekerja dan berperan pada iritasi mukosa dan keluhan

umum lainnya. Hal ini merupakan indikator tidak langsung akibat stres kerja.3

Kelainan Gejala

Iritasi membran mukosa Iritasi mata, hidung, dan

tenggorokan

Gejala neurologis Nyeri kepala

Kelelahan

Sulit konsentrasi

Cepat marah

Gejala menyerupai asma Dada terasa tertekan

Wheezing

Gangguan kulit Kulit kering

Iritasi kulit

Gejala gastrointestinal Diare

Tabel 1. Gejala dan tanda SBS3

Patofisiologi

Terdapat 3 hipotesis untuk menjelaskan gejala SBS antara lain

hipotesis kimia bahwa volatile organic compounds (VOCs) yang berasal

dari perabot, karpet, cat serta debu, karbon monoksida atau formaldehid yang

terkandung dalam pewangi ruangan dapat menginduksi respons reseptor iritasi

terutama pada mata dan hidung. Iritasi saluran napas menyebabkan asma dan

rinitis melalui interaksi radikal bebas sehingga terjadi pengeluaran histamin,

11

Page 12: Makalah Blok 28

degradasi sel mast dan pengeluaran mediator inflamasi menyebabkan

bronkokonstriksi. Pergerakan silia menjadi lambat sehingga tidak dapat

membersihkan saluran napas, peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh

bahan pencemar, rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran napas,

membengkaknya saluran napas dan merangsang pertumbuhan sel. Akibatnya

terjadi kesulitan bernapas, sehingga bakteri atau mikroorganisme lain tidak

dapat dikeluarkan dan memudahkan terjadinya infeksi saluran napas.6

Hipotesis ke dua adalah hipotesis bioaerosol; penelitian cross

sectional menunjukkan bahwa individu yang mempunyai riwayat atopi akan

memberikan reaksi terhadap VOCs konsentrasi rendah dibandingkan individu

tanpa atopi. Hipotesis ke tiga ialah faktor pejamu, yaitu kerentanan individu

akan mempengaruhi timbulnya gejala.6 Stres karena pekerjaan dan faktor

fisikososial juga mempengaruhi timbulnya gejala SBS. Building related

illness (BRI) berbeda dengan SBS, adalah suatu penyakit yang dapat

didiagnosis dan diketahui penyebabnya berkaitan dengan kontaminasi udara

dalam gedung.6

III. Diagnosa Banding

Legionnaire Disease

Suatu bentuk pneumonia yang lebih severe di mana inflamasi paru terjadi

karena infeksi oleh bakteri Legionella, antaranya Legionella pneumophila.

Penyebaran secara aerosol/air-borne, tidak diinfeksi dengan kontak perorangan.

Gejala dapat timbul 2- 14 hari setelah exposure terhadap bakteri.2

Antara gejala legionnaire: cephalgia, myalgia, dingin, demam, batuk,

fatigue, nafsu makan menurun, confusion, sesak nafas, dan gangguan GIT seperti

nausea dan vomitus.2

Bukan saja menginfeksi paru, tetapi pada kasus lebih serius dapat menyebar

ke jantung. Bentuk lebih mild dari legionnaire adalah Pontiac fever yang dapat

sembuh sendiri tanpa tatalaksana. Paling umum, Penyakit bangunan wabah hasil

dari aerosol yang terkontaminasi, biasanya disebarkan dalam sistem ventilasi dari

menara pendingin, kondensor yang menguapkan, dan sistem pendingin udara.

Sumber lain dari aerosol termasuk air mancur hias,dan bak pusaran air panas.

Spesies Legionella dapat kultur sampai 40% dalam menara pendingin, meskipun

12

Page 13: Makalah Blok 28

infeksi yang berasal dari paparan aerosol dilaporkan jarang. Bakteri Legionella

berkembang dalam sistem air dipertahankan pada suhu hangat antara sekitar 26,7

° C (80 ° F) dan 48,9 ° C (120 ° F). Pembersihan dan perawatan sumber-sumber

potensial sangat penting dalam mencegah wabah Legionnaires’s disease.2,5

IV. Penatalaksanaan

Medika mentosa

Pengobatan dilakukan berdasarkan simptom:

Decongstan: membantu melancarkan pernafasan dan pengeluaran mucus atau

lendir dari hidung.

Dextromethorpan atau ambroxol: membantu mengeluarkan dahak atau

mengencerkan dahak.

Paracetamol, ibuprofen, aspirin: demam, sakit kepala dan nyeri seluruh badan.

Antibiotik erythromycin: untuk penyakit seperti Legionnaire.5,7

Non-medika mentosa

Menghilangkan sumber kontaminasi penyebab SBS, misalnya dengan

pembersihan AC secara berkala

Jangan merokok, karena dapat memperberat penyakit

Menghilangkan sumber polutan. Jika suatu gedung tekah dinyatakan telah

terkena SBS, maka perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mencari

sumber polutan yang dominan. Setelah sumber tersebut ditemukan, maka

langkah selanjutnya adalah menghilangkan sumber polutan tersebut.

Meningkatkan laju pertukaran udara. Ini dapat dilakukan dengan melakukan

modifikasi terhadap sistem ventilasi yang telah ada disesuaikan dengan standar

baku yang telah ada.

Membersihakan udara yang disirkulasikan di dalam gedung. Hal ini dapat

dilakukan dengan menggunakan filter yang dapat menyaring udara, meskipun

sangat terbatas.

Menjaga temperature dan kelembapan ruangan dalam rentang dimana

kontaminasi biologis susah bertahan hidup. Biasanya dalam temperature 70oF

dan kelembapan 40-60%.

Jendela sedapat mungkin dibuka untuk membantu proses pertukaran udara dalam

dan udara luar.

13

Page 14: Makalah Blok 28

V. Pencegahan

Edukasi tentang penyakit SBS

Upaya agar udara luar yang segar dapat masuk ke dalam gedung secara baik dan

terdistribusi secara merata ke semua bagian didalam suatu gedung. Dalam hal ini

perlu diperhatikan agar lubang tempat masuknya udara luar tidak berdekatan

dengan sumber-sumber pencemar di luar gedung agar bahan pencemar tidak

terhisap masuk ke dalam gedung. Ventilasi dan sirkulasinya udara dalam gedung

diatur sedemikian rupa agar semua orang yang bekerja merasa segar, nyaman dan

sehat, jumlah supply udara segar sesuai dengan kebutuhan jumlah orang didalam

ruangan, demikian pula harus diperhatikan jumlah supply udara segar yang cukup

apabila ada penambahan-penambahan karyawan baru dalam jumlah yang

signifikan.

Perlu pula diperhatikan pemilihan bahan-bahan bangunan dan bahan pembersih

ruangan yang tidak akan mencemari lingkungan udara di dalam gedung dan lebih

ramah lingkungan (green washing,non toxic, natural, ecological friendly).

Penambahan batas-batas ruangan dan penambahan jumlah orang yang bekerja

dalam satu ruangan hendaknya dilakukan setelah memperhitungkan agar setiap

bagian ruangan dan setiap individu mendapat ventilasi udara yang memadai.

Keluar gedung saat istirahat untuk menghirup udara segar.

Alokasikan ruangan khas untuk merokok dan buat jalur ventilasi untuk asap

buangannya demikian sehingga tidak bercampur dengan sirkulasi udara segar

menuju ruangan lainnya.

Segera laporkan apabila terlihat gejala-gejala sick building syndrome.

VI. Prognosis

Dubia ad bonam

C. Kesimpulan

Penyakit sick building syndrome (SBS) biasanya timbul pada lokasi atau tempat

kerja sehari-hari yang kurang sehat. Kehidupan masyarakat yang modern dan

14

Page 15: Makalah Blok 28

dikelilingi dengan perangkat teknologi bisa berdampak buruk bagi tubuh, salah

satunya adalah penyakitnya SBS. SBS adalah istilah yang menyatakan bahwa gedung-

gedung industri, perkantoran, perdagangan, dan rumah tinggal yang menimbulkan

dampak penyakit. SBS sangat mungkin menurunkan produktivitas. Berbagai penyakit

itu muncul disebabkan polutan dari berbagai perangkat dan peralatan di dalam

ruangan gedung, kantor, dan rumah. Polutan yang mencemari ruangan kerja itu seperti

asap rokok, ozone yang berasal dari mesin fotokopi dan printer, kuman dan bakteri

yang berasal dari karpet. Sedangkan di rumah tangga seperti furnitur rumah tangga,

pembersih cat, vacum cleaner, debu, dan karbon monoksida. Memang penyakit yang

ditimbulkan lewat oleh SBS tersebut tidak seketika terjadi. Namun, jika terus-menerus

terkena dampak tersebut bisa memicu munculnya berbagai penyakit dalam tubuh

seperti kanker, TBC, dan flu.

Jadi, yang perlu dibenahi adalah rumah atau lingkungan tempat kerja. Caranya

misalnya dengan memberikan ruang sanitasi udara yang cukup, begitu juga untuk

pancaran sinar matahari, arena polutan itu bisa mati karena pengaruh sinar matahari.

Daftar pustaka1. Utami ET. Hubungan antara kualitas udara pada ruangan ber-AC sentral dan sick

building sindrome. Jateng-DIY. Tesis DIY : UNNES; 2005.

15

Page 16: Makalah Blok 28

2. Jaakkola K. Sick building syndrome. In: Hendrik DJ, Burge PS, Beckett WS, Churg

A, editors. Occupational disorder of the lung: recognation management and

prevention. 5th ed. London: WB Saunders; 2010. Page 241-55.

3. Aditama TY, Andarini SL. Sick building syndrome. Jakarta: Med J Indones; 2008.

Page 124-31.

4. Winarti M, Basuki B, Hamid A. Air movement, gender and risk of sick building

syndrome headache among employees in Jakarta office. Med J Indones; 2007. Page

171-2.

5. Fischman ML. Current Occupational & Environmental Medicine. Ed. 4. New York :

Mc Graw Hill ; 2007. Page 718-719.

6. Hodgson M. Indoor environmental exposure and symptoms. Environ Health

Perspect 2009. Page 663-7.

7. Saijo y, Kishi R, Seta F, Katakura Y, Urashima Y, Hatakayama A, et al. Symptoms

in relation to chemicals and dampness in newly built dwellings. Int Arch Occup

Environ Health 2012. Page 461-70.

16