Makalah Blok 15 Scabies

download Makalah Blok 15 Scabies

of 11

Transcript of Makalah Blok 15 Scabies

  • 8/11/2019 Makalah Blok 15 Scabies

    1/11

  • 8/11/2019 Makalah Blok 15 Scabies

    2/11

    2

    sebagainya.Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit

    sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis susunan

    sistem dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-

    obatan, lingkungan).

    Berdasarkan kasus, anamnesa yang harus dilakukan terhadap pasien ialah:

    Menanyakan identitas pasien seperti umur dan pekerjaannya.

    Menanyakan keluhan utama pasien : apakah ada gatal atau tidak ?

    Menanyakan riwayat penyakit sekarang, seperti gatalnya dimana, sejak kapan

    gatalnya, gatal saat melakukan aktifitas atau tidak, dll.

    Menanyakan riwayat penyakit dahulu seperti sebelumnya pernah gatal-gatal, atau

    mungkin ada alergi obat tertentu.

    Menanyakan riwayat penyakit keluarga seperti pernah menderita penyakit yang sama

    seperti pasien.

    Menanyakan riwayat social dan kebiasaan, seperti menanyakan bagaimana

    lingkungan tempat tinggalnya, lalu bagaimana kebiasaan mandi, dll.

    II. Pemeriksaan Fisik

    Inspeksii

    Inspeksi dilakukan dengan bantuan kaca pembesar. Pemeriksaan ini mutlak dilakukan

    dalam ruangan yang terang. Anamnesis terarah dilakukan bersamaan dengan inspeksi

    untuk melengkapi data diangnosis. Inspeksi dilakukan diseluruh tubuh penderita.

    Hal yang perlu di perhatikan pada inspeksi adalah lokalisasi, warna,bentuk,ukuran,

    penyebarang, batas dan efloresensi khusus.

    Palpasi

    Pemeriksaan ini diperhatikan adanya tanda-tanda radang aku atau tidak (dolor, kalor,

    fungsiolasea) sedangkan rubor dan tumor dapat dinilai melalui inspeksi, selain itu

    dapat juga di nilai ada atau tidaknya indurasi, fluksuasi dan pembesaran kelenjar

    getah bening baik regional maupun generalisata.

  • 8/11/2019 Makalah Blok 15 Scabies

    3/11

    3

    III. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan Kalium Hidroksida (KOH)

    Pada kerokan sisik kulit akan terlihat hifa bersepta. Pemeriksaan ini sangat menunjang

    diagnosis dermatofitosis. KOH digunakan untuk mengencerkan jaringan epitel sehingga hifa

    akan jelas kelihatan di bawah mikroskop. Kulit dari bagian tepi kelainan sampai dengan

    bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit dikerok dengan pisau tumpul steril dan diletakkan

    di atas gelas kaca, kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH dan ditunggu selama 15-20

    menit untuk melarutkan jaringan, setelah itu dilakukan pemanasan. Tinea

    pedis tipe vesikobulosa, kerokan diambil pada atap bula untuk mendeteksi hifa.4

    Gambar 5 : KOH: Tampak hifa dan spora (mikrokonidia).4

    IV. Gambaran Klinis

    Gambaran klinis dari tinea pedis dapat dibedakan berdasarkan tipe:

    A.

    Interdigitalis

    Bentuk ini adalah yang tersering terjadi pada pasien tinea pedis. Di antara jari IV dan V

    terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari

    (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka

    sering terdapat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian

    kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah

    diserang oleh jamur. Jika perspirasi berlebihan (memakai sepatu karet/boot, mobil yang

    terlalu panas) maka inflamasi akut akan terjadi sehingga pasien terasa sangat gatal. Bentukklinis ini dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan sama

    http://4.bp.blogspot.com/-Jd66k7m9qOc/T7wWhYhsx_I/AAAAAAAAAEo/2IwQQMp9Szc/s1600/fer.png
  • 8/11/2019 Makalah Blok 15 Scabies

    4/11

    4

    sekali. Kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis,

    limfangitis dan limfadenitis.5

    Gambar 1 : Tinea pedis tipe interdigiti.5

    B. Moccasin foot (plantar)

    Tinea pedis tipe moccasin atau Squamous-Hyperkeratotic Type umumnya bersifat

    hiperkeratosis yang bersisik dan biasanya asimetris yang disebut foci.5Seluruh kaki, dari

    telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya

    ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul

    dan kadang-kadang vesikel.(1) Tipe ini adalah bentuk kronik tinea yang biasanya resisten

    terhadap pengobatan.

    Gambar 2 : Tinea pedis pada telapak kaki.5

    C. Lesi Vesikobulosa

    Bentuk ini adalah subakut yang terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula yang

    terisi cairan jernih. Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke

    punggung kaki atau telapak kaki. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang

    berbentuk lingkaran yang disebut koleret. Keadaan tersebut menimbulkan gatal yang sangat

    http://1.bp.blogspot.com/-o_CTCfWf2jY/T7wVEykQIcI/AAAAAAAAAEI/NNAw9ea_Vyo/s1600/nfgn.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-QTV2ZZPPJAA/T7wVAVLILzI/AAAAAAAAAD4/_wR-SDrKO2s/s1600/ff.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-o_CTCfWf2jY/T7wVEykQIcI/AAAAAAAAAEI/NNAw9ea_Vyo/s1600/nfgn.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-QTV2ZZPPJAA/T7wVAVLILzI/AAAAAAAAAD4/_wR-SDrKO2s/s1600/ff.png
  • 8/11/2019 Makalah Blok 15 Scabies

    5/11

    5

    hebat. Infeksi sekunder dapat terjadi juga pada bentuk selulitis, limfangitis dan kadang-

    kadang menyerupai erisipelas. Jamur juga didapati pada atap vesikel.5,6

    Gambar 3: Tinea pedis; vesikel yang meluas ke punggung kaki.6

    D. Tipe Ulseratif

    Tipe ini merupakan penyebaran dari tipe interdigiti yang meluas ke dermis akibat maserasi

    dan infeksi sekunder (bakteri); ulkus dan erosi pada sela-sela jari; dapat dilihat pada pasien

    yang imunokompromais dan pasien diabetes.4

    V.

    Diagnosis Kerja

    Diagnosis tinea pedis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis khas.

    Pemeriksaaan laboratorium berupa Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20% ditemukan

    hifa yaitu double conture (dua garis lurus sejajar dan transparan), dikotomi (bercabang dua)

    dan bersepta. Selain itu di dapatkan artrokonidia yaitu deretan spora di ujung hifa. Hasil KOH

    (-) tidak menyingkirkan diagnosis bila klinis menyokong.4

    VI. Diagnosis Banding

    Scabies

    Skabies atau sering juga disebut penyakit kulit berupa budukan dapat ditularkan melalui

    kontak erat dengan orang yang terinfeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh infestasi

    dan sensitisasi terhadap kutu Sarcoptes scabiei var hominis dan tinjanya pada kulit manusia.

    Sarcoptes scabiei adalah kutu yang transparan, berbentuk oval, pungggungnya cembung,

    perutnya rata dan tidak bermata. Skabies hanya dapat diberantas dengan memutus rantai

    penularan dan memberi obat yang tepat.

    http://2.bp.blogspot.com/-Qdc9Jaer6xc/T7wVCg4uJlI/AAAAAAAAAEA/MakSJ6-5n4Q/s1600/gfnfcgb.png
  • 8/11/2019 Makalah Blok 15 Scabies

    6/11

    6

    Gambaran klinik

    Penyakit skabies memiliki 4 gejala klinis utama, yaitu :

    1.

    Pruritus nokturna, atau rasa gatal di malam hari, yang disebabkan aktivitas

    tungau yang lebih tinggi dalam suhu lembab.

    2. Penyakit ini dapat menyerang manusia secara kelompok. Mereka yang tinggal

    di asrama, barak-barak tentara, pesantren maupun panti asuhan berpeluang lebih besar

    terkena penyakit ini. Penyakit ini amat mudah menular melalui pemakaian handuk,

    baju maupun seprai secara bersama-sama. Skabies mudah menyerang daerah yang

    tingkat kebersihan diri dan lingkungan masyarakatnya rendah.

    3. Adanya terowongan-terowongan di bawah lapisan kulit (kanalikuli), yang

    berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Jika terjadi infeksi skunder oleh bakteri, makaakan timbul gambaran pustul (bisul kecil). Kanalikuli ini berada pada daerah lipatan

    kulit yang tipis, seperti sela-sela jari tangan, daerah sekitar kemaluan (pada anak),

    siku bagian luar, kulit sekitar payudara, bokong dan perut bagian bawah.

    4. Menemukan kutu pada pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis,

    merupakan diagnosis pasti penyakit ini.

    Kandidiosis intertriginosa

    Kandidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies

    Candida yaitu Candida albicans. Kandidiasis intertriginosa biasanya berupa lesi didaerah

    lipatan kulit ketiak, lipat paha, lipat payudara, antara sela jari tangan aatau kaki, dan

    umbilicus, yang berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan eritematosa.

    Dermatitis intertriginosa.

    Intertrigo merupakan istilah umum untuk kelainan kulit didaerah lipatan/intertriginosa, yang

    dapat berupa inflamasi maupun infeksi bakteri atau jamur. Sebagai factor predisposisi ialah

    keringat/kelembaban, kegemukan, gesekan antar 2 permukaan kulit dan oklusi.

    VII.

    Patogenesis

    Jamur superfisial harus menghadapi beberapa kendala saat menginvasi jaringan keratin.

    Jamur harus tahan terhadap efek sinarultraviolet, variasi suhu dan kelembaban, persaingan

    dengan flora normal, asam lemak fungistatik dan sphingosines yang diproduksi oleh

  • 8/11/2019 Makalah Blok 15 Scabies

    7/11

    7

    keratinosit. Setelah proses adheren, spora harus tumbuh dan menembus stratum korneum

    dengan kecepatan lebih cepat daripada proses proses deskuamasi. Proses penetrasi ini

    dilakukan melalui sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang juga memberikan

    nutrisi. Trauma dan maserasi juga membantu terjadinya penetrasi. Mekanisme pertahanan

    baru muncul setelah lapisan epidermis yang lebih dalam telah dicapai, termasuk kompetisi

    dengan zat besi oleh transferin tidak tersaturasi dan juga penghambatan pertumbuhan jamur

    oleh progesteron. Di tingkat ini, derajat peradangan sangat tergantung pada aktivasi sistem

    kekebalan tubuh. Keadaan basah dan hangat dalam sepatu memainkan peran penting dalam

    pertumbuhan jamur. Selain itu hiperhidrosis, akrosianosis dan maserasi sela jari merupakan

    faktor predisposisi timbulnya infeksi jamur pada kulit. Sekitar 60-80% dari seluruh penderita

    dengan gangguan sirkulasi (arteri dan vena) kronik akibat onikomikosis dan/atau tinea pedis.

    Jamur penyebab ada di mana-mana dan sporanya tetap patogenik selama berbulan-bulan

    di lingkungan sekitar manusia seperti sepatu, kolam renang, gedung olahraga, kamar mandi

    dan karpet. Bukti eksperimen menunjukkan bahwa pentingnya faktor maserasi pada infeksi

    dermatofita sela jari. Keadaan basah tersebut menunjang pertumbuhan jamur dan merusak

    stratum korneum pada saat yang bersamaan. Peningkatan flora bakteri secara serentak

    mungkin dan bisa juga memainkan peran. Terdapat bukti tambahan bahwa selama beberapa

    episode simtomatik pada tinea pedis kronik, bakteri seperti coryneform bisa berperan sebagai

    ko-patogenesis penting, tetapi apakah bakteri tersebut membantu memulai infeksi baru masih

    belum diketahui.2

    VIII. Epidemiologi

    Tinea pedis terdapat di seluruh dunia sebagai dermatofitosis yang paling sering terjadi.

    Meningkatnya insidensi tinea pedis mulai pada akhir abad ke-19 sehubungan dengan

    penyebaranTrichophytonrubrum ke Eropa dan Amerika. Hal ini dipengaruhi oleh perjalanan

    orang keliling dunia, pendudukan koloni oleh Inggris dan Perancis pada abad ke-19 dan awal

    abad ke-20 dan migrasi penduduk selama perang dunia kedua. Beberapa penulis berspekulasi

    bahwa area endemik spesies ini bermula di Asia Tenggara.Tingkat prevalensi tinea pedis

    secara nyata diketahui karena pasien tidak mencari nasihat medis kecuali kualitas hidup

    mereka dipengaruhi, karena ini bukan penyakit yang mengancam jiwa. Diperkirakan 10%

    dari jumlah penduduk di banyak negara menderita penyakit ini. Frekuensi tinea pedis di

    Eropa dan Amerika Utara berkisar 15-30% dan pada beberapa masyarakat tertentu lebih

    tinggi, misalnya buruh tambang (sampai 70%) dan atlit. Tinea pedis lazim ditemukan pada

    daerah beriklim tropis dan sedang.Tinea pedis lebih sering terjadi pada usia dewasa daripada

    http://en.wikipedia.org/wiki/Trichophyton_rubrumhttp://en.wikipedia.org/wiki/Trichophyton_rubrum
  • 8/11/2019 Makalah Blok 15 Scabies

    8/11

    8

    anak remaja terutama pada laki-laki dan jarang pada perempuan dan anak-

    anak. Kemungkinan infeksi berkaitan dengan paparan ulangan dermatofita sehingga orang

    yang menggunakan fasilitas mandi umum seperti pancuran, kolam renang, kamar mandi lebih

    cenderung terinfeksi.5

    IX.

    Etiologi

    Jamur penyebab tinea pedis yang paling umum ialah Trichophyton rubrum (paling sering), T.

    interdigitale, T. tonsurans (sering pada anak) dan Epidermophyton floccosum.(22) T.

    rubrum lazimnya menyebabkan lesi yang hiperkeratotik, kering menyerupai bentuk sepatu

    sandal (mocassinlike) pada kaki; T. mentagrophyte seringkali menimbulkan lesi yang

    vesikular dan lebih meradang sedangkan E. floccosum bisa menyebabkan salah satu diantara

    dua pola lesi diatas.7

    X. Komplikasi.8

    1. Selulitis.

    Infeksi tinea pedis, terutama tipe interdigital dapat mengakibatkan selulitis. Selulitis dapat

    terjadi pada daerah ektermitas bawah. Selulitis merupakan infeksi bakteri pada daerah

    subkutaneus pada kulit sebagai akibat dari infeksi sekunder pada luka. Faktor predisposisi

    selulitis adalah trauma, ulserasi dan penyakit pembuluh darah perifer. Dalam keadaanlembab, kulit akan mudah terjadi maserasi dan fissura, akibatnya pertahanan kulit

    menjadi menurun dan menjadi tempat masuknya bakteri pathogen seperti -hemolytic

    streptococci (group A, B C, F, and G), Staphylcoccus aureus, Streptococcus pneumoniae,

    dan basil gram negatif.(4,12)Apabila telah terjadi selulitis maka diindikasikan pemberian

    antibiotik. Jika terjadi gejala yang sifatnya sistemik seperti demam dan menggigil, maka

    digunakan antibiotik secara intravena. Antibiotik yang dapat digunakan berupa ampisillin,

    golongan beta laktam ataupun golongan kuinolon.

    2.

    Tinea Ungium.

    Tinea ungium merupakan infeksi jamur yang menyerang kuku dan biasanya dihubungkan

    dengan tinea pedis. Seperti infeksi pada tinea pedis, T. rubrum merupakan jamur penyebab

    tinea ungium. Kuku biasanya tampak menebal, pecah-pecah, dan tidak berwarna yang

    merupakan dampak dari infeksi jamur tersebut.

    http://medicastore.com/penyakit/192/Selulitis.htmlhttp://www.medicinenet.com/fungal_nails/article.htmhttp://www.medicinenet.com/fungal_nails/article.htmhttp://medicastore.com/penyakit/192/Selulitis.html
  • 8/11/2019 Makalah Blok 15 Scabies

    9/11

    9

    3. Dermatofid.

    Dermatofid juga dikenal sebagai reaksi id, merupakan suatu penyakit imunologik

    sekunder tinea pedis dan juga penyakit tinea lainnya. Hal ini dapat menyebabkan vesikel

    atau erupsi pustular di daerah infeksi sekitar palmaris dan jari-jari tangan. Reaksi

    dermatofid bisa saja timbul asimptomatis dari infeksi tinea pedis. Reaksi ini akan

    berkurang setelah penggunaan terapi antifungal. Komplikasi ini biasanya terkena pada

    pasien dengan edema kronik, imunosupresi, hemiplegia dan paraplegia, dan juga diabetes.

    Tanpa perawatan profilaksis penyakit ini dapat kambuh kembali.

    XI. Penatalaksanaan

    Medika mentosa :

    Untuk terapi topokal biasanya diberikan preparat derivat Imidazol, seperti :

    a. Imidazol Topikal. Efektif untuk semua jenis tinea pedis tetapi lebih cocok pada

    pengobatan tinea pedis interdigitalis karena efektif pada dermatofit dan kandida.

    - Klotrimazole 1 %. Antifungal yang berspektrum luas dengan menghambat

    pertumbuhan bentuk yeast jamur. Obat dioleskan dua kali sehari dan diberikan sampai

    waktu 2-4 minggu. Efek samping obat ini dapat terjadi rasa terbakar, eritema, edemadan gatal.

    - Mikonazol krim, bekerja merusak membran sel jamur dengan menghambat

    biosintesis ergosterol sehingga permeabilitas sel meningkat yang menyebabkan

    keluarnya zat nutrisi jamur hingga berakibat pada kematian sel jamur. Lotion 2 %

    bekerja pada daerah-daerah intertriginosa. Pengobatan umumnya dalam jangka waktu

    2-6 minggu.

    b. Tolnaftat 1% merupakan suatu tiokarbamat yang efektif untuk sebagian besar

    dermatofitosis tapi tidak efektif terhadap kandida. Digunakan secara lokal 2-3 kali

    sehari. Rasa gatal akan hilang dalam 24-72 jam. Lesi interdigital oleh jamur yang

    rentan dapat sembuh antara 7-21 hari. Pada lesi dengan hiperkeratosis, tolnaftat

    sebaiknya diberikan bergantian dengan salep asam salisilat 10 %.5

    Intuk terapi sistemik biasanya digunakan obat :

    Itrakonazole cukup 2 x 100-200 mg sehari dalam selaput kapsul selama 3 hari.

    Griseofulvin 500mg/hr sampai sembuh (4-6 minggu)

    http://www.aafp.org/afp/2003/0101/p101.htmlhttp://www.aafp.org/afp/2003/0101/p101.html
  • 8/11/2019 Makalah Blok 15 Scabies

    10/11

    10

    Non medika mentosa :

    Jangan berjalan tanpa alas kaki di gym, kamar mandi, loker, kolam renang, atau

    kamar hotel. Jamur yang menyebabkan kaki atlet mungkin ada di lantai. Untuk

    melindungi kaki anda, pakailah sandal kamar mandi atau sandal jepit. Bila Anda

    berisiko tinggi terkena kaki atlet, taburkan bubuk anti-jamur pada kaki Anda dan di

    dalam sepatu.Jangan memakai sepatu orang lain.Cuci kaki Anda setiap hari dengan

    sabun, dan benar-benar keringkan kaki Anda. Kenakan kaus kaki yang terbuat dari

    kain yang cepat kering atau menjaga kelembaban kulit. Jangan lupa untuk mengganti

    kaus kaki Anda setiap hari, dan cepat mengganti jika kaus kaki basah.

    XII.

    Prognosis

    Tinea pedis pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Beberapa minggu setelah

    pengobatan dapat menyembuhkan tinea pedis, baik akut maupun kronik. Kasus yang lebih

    berat dapat diobati dengan pengobatan oral. Walaupun dengan pengobatan yang baik, tetapi

    bila tidak dilakukan pencegahan maka pasien dapat terkena reinfeksi.

    XIII.

    Kesismpulan

    Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari dan telapak

    kaki. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada laki-laki usia dewasa dan jarang pada

    perempuan dan anak-anak. Keadaan lembab dan hangat pada sela jari kaki karena bersepatu

    dan berkaos kaki disertai berada di daerah tropis yang lembab mengakibatkan pertumbuhan

    jamur makin subur.Jamur penyebab tinea pedis yang paling umum ialah Trichophyton

    rubrum (paling sering), T. interdigitale, T. tonsurans (sering pada anak) dan Epidermophyton

    floccosum.Gambaran klinis dapat dibedakan berdasarkan tipe interdigitalis, moccasion foot,

    lesi vesikobulosa, dan tipe ulseratif. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah

    pemeriksaan KOH ditemukan adanya hifadouble counture, dikotomi dan bersepta.

    Penatalaksanaan disesuaikan berdasarkan tipe tinea pedis. Pengobatan dapat berupa

    antifungal topikal maupun oral dan apabila ditemukan infeksi sekunder maka indikasi

    penggunaan antibiotik. Salah satu pencegahan terhadap reinfeksi tinea pedis yaitu menjaga

    agar kaki tetap dalam keadaan kering dan bersih, hindari lingkungan yang lembab dan

    pemakaian sepatu yang terlalu lama.

  • 8/11/2019 Makalah Blok 15 Scabies

    11/11

    11

    Daftar Pustaka

    1.

    Unandar B. Mikosis. In. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit kulit

    dan kelamin. 5thed. Jakarta: Balai penerbitan FKUI; 2007. p. 89- 104.

    2.

    Perea S, Ramos MJ, Garau M, Gonzalez A, Noriega AR, Palacio AD. Prevalence

    and risk factors of tinea ungium and tinea pedis in the general population in Spain. J

    Clin Microbiol 2000;38:3226-30.

    3. 3. Sobera JO, Elewski BE. Fungal diseases. In. Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini

    RP, editors. Dermatology volume 1. 2nded. US: Mosby Elsevier; 2003. p.

    4. Verma S, Heffernan MP. In. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller

    AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatricks dermatology in general medicine.7thed. New

    York: McGraw-Hill; 2008. p.1807-21.

    5. Falco OB, Plewig G, Wolff HH, Winkelmann RK. Dermatology. 3rded. Berlin:

    Springer Verlag; 1991. p. 227-8.

    6.

    Habif TP. Clinical dermatology: a color guide to diagnosis and therapy. 4thed.

    London: Mosby; 2004. p. 409-456.

    7. Viklund A, Burley C. Dermatology glossary: define your skin. [Online]. 2005 Nov 28

    [cited 2010 June 8]; Available from: URL:http://www.chrisburley.com/

    8.

    Hasan MA, Fitzgerald SM, Saoudian M, Krishnaswamy G. Dermatology for thepracticing allergist: tinea pedis and its complications.Clin Mol Allergy 2004;2:5.

    http://www.chrisburley.com/http://www.chrisburley.com/