MAKALAH BIOLOGI
Click here to load reader
-
Upload
steffy-marcella -
Category
Documents
-
view
1.087 -
download
6
Transcript of MAKALAH BIOLOGI
AKTIVITAS ACETOBACTER XYLINUM PADA PEMBUATAN NATA DE COCO
Disusun oleh :
Ardhia Deasy R. 0911010010
Lauren Crisya W. 0911010045
Steffy Marcella F. 0911010080
Dyah Hayu K. 0911011034
Roma Van Damme 0911011062
Septian Ulul A. 0911013027
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Biologi molekuler atau biologi molekul merupakan salah satu cabang biologi
yang merujuk kepada pengkajian mengenai kehidupan pada skala molekul. Ini
termasuk penyelidikan tentang interaksi molekul dalam benda hidup, terutama
tentang interaksi berbagai sistem dalam sel, termasuk interaksi DNA, RNA, dan
sintesis protein, dan bagaimana interaksi tersebut diatur. Biologi molekuler telah
memungkinkan kita untuk mengungkap misteri tubuh manusia, virus, bakteri
dan semua kehidupan lainnya.
2. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Nata de Coco
Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin sebagai 'natare' yang berarti terapung-apung. Nata dapat dibuat dari
air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tebu, atau sari buah (nanas,
melon, pisang, jeruk, jambu biji, strawberry dan lain-lain). Nata De Coco merupakan
jenis komponen minuman yang terdiri dari senyawa selulosa (dietry fiber), yang
dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi, yang melibatkan jasad renik
(mikrobia), yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata. Bibit nata sebenarnya
merupakan golongan bakteri dengan nama Acetobacter xylinum.
Apabila dilihat dari aspek gizi, nata tidak mempunyai peran yang penting karena
komponen utamanya adalah selulosa, akan tetapi nata berguna untuk membantu gerak
peristaltik usus besar sehingga akan memperlancar pengeluaran feses. Nata dapat
digambarkan sebagai makanan rendah kalori untuk keperluan diet.
Nata memiliki kandungan selulosa ± 2,5% dan lebih dari 95% kandungan air. Nata
memiliki kandungan serat kasar 2,75%; protein 1,5 -2,8%; lemak 0,35% dan sisanya air.
2.2 Acetobacter xylinum
Bakteri pembentuk nata pertama-tama diduga Leuconostoc sp., akan tetapi
kemudian dipastikan bahwa bakteri pembentuk nata adalah Acetobacter xylinum.
Klasifikasi ilmiah bakteri nata adalah :
Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Alpha Proteobacteria
Ordo : Rhodospirillales
Familia : Psedomonadaceae
Genus : Acetobacter
Spesies : Acetobacter xylinum
Acetobacter xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek, yang mempunyai
panjang 2 mikron dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini bisa membentuk rantai
pendek dengan satuan 6-8 sel. Bersifat ninmotil dan dengan pewarnaan Gram menunjukkan
Gram negatif.
Bakteri ini tidak membentuk endospora maupun pigmen. Pada kultur sel yang masih
muda, individu sel berada sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang sudah tua membentuk
lapisan menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel koloninya. Pertumbuhan koloni pada
medium cair setelah 48 jam inokulasi akan membentuk lapisan pelikel dan dapat dengan
mudah diambil dengan jarum ose.
Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil alkohol, dan propil alkohol, tidak
membentuk indol dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan
H2O. Sifat yang paling menonjol dari bakteri ini adalah memiliki kemampuan untuk
mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa. Selanjutnya selulosa tersebut membentuk
matrik yang dikenal sebagai nata. Faktor lain yang dominan mempengaruhi sifat fisiologi dalam
pembentukan nata adalah ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperatur, dan
ketersediaan oksigen.
Bakteri Acetobacter xylinum juga mengalami pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel
didefinisikan sebagai pertumbuhan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Bakteri
Acetobacter xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase adaptasi, fase
pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase pertumbuhan lambat, fase
pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase kematian.
Bakteri Acetobacter Xylinum mengalami pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel
didefinisikan sebagai pertumbuhan secara teratur semua komponen di dalam sel
hidup. Bakteri Acetobacter Xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu
fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase
pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase
kematian.
Apabila bakteri dipindah ke media baru maka bakteri tidak langsung tumbuh
melainkan beradaptasi terlebih dahulu. Pad afase terjadi aktivitas metabolismedan
pembesaran sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan. Fase pertumbuhan
adaptasi dicapai pada 0-24 jam sejak inokulasi. Fase pertumbuhan awal dimulai
dengan pembelahan sel dengan kecepatan rendah. Fase ini berlangsung beberapa jam
saja. Fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari. Pada fase ini bakteri mengeluarkan
enzim ektraselulerpolimerase sebanyak-banyaknya untuk menyusun polimer glukosa
menjadi selulosa (matrik nata). Fase ini sangat menentukan kecepatan suatu strain
Acetobacter Xylinum dalam membentuk nata.
Fase pertumbuhan lambat terjadi karena nutrisi telah berkurang, terdapat
metabolic yang bersifat racun yang menghambat pertumbuhan bakteri dan umur sel
sudah tua. Pada fsae in pertumbuhan tidak stabil, tetapi jumlah sel yang tumbuh masih
lebih banyak disbanding jumlah sel mati.
Fase pertumbuhan tetap terjadi keseimbangan antara sel yang tumbuh dan yang mati.
Matrik nata lebih banyak diproduksi pada fase ini. Fase menuju kematian terjadi akibat
nutrisi dalam media sudah hamper habis. Setelah nutrisi harbi, maka bakteri akan
mengalami fase kematian. Pada fase kematian sel dengan cepat mengalami kematian.
Bakteri hasil dari fase ini tidak baik untuk strain nata.
Apabila bakteri dipindah ke media baru maka bakteri tidak langsung tumbuh melainkan
beradaptasi terlebih dahulu. Pada fase adaptasi terjadi aktivitas metabolisme dan pembesaran
sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan. Fase pertumbuhan adaptasi dicapai pada 0-24
jam sejak inokulasi. Fase pertumbuhan awal dimulai dengan pembelahan sel dengan kecepatan
rendah. Fase ini berlangsung beberapa jam saja. Fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari.
Pada fase ini bakteri mengeluarkan enzim ektraselulerpolimerase sebanyak-banyaknya untuk
menyusun polimer glukosa menjadi selulosa (matrik nata). Fase ini sangat menentukan
kecepatan suatu strain Acetobacter xylinum dalam membentuk nata.
Acetobacter xylinum secara luas tersebar di alam dan umumnya merupakan
kontaminan dalam industri cuka menggunakan A. aceti. A. xylinum dapat diisolasi dari buah
yang busuk, sayuran dan air kelapa yang terfermentasi. Banyak strain A. xylinum yang mampu
menghasilkan selulosa dengan berbagai sumber gula seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, gula
invert, etanol dan gliserol. Produksi selulosa oleh A. xylinum dapat dilakukan pada kondisi
kultur statis ataupun teragitasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Acetobacter xylinum mengalami pertumbuhan
adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta tingkat keasaman media
temperatur, dan udara (oksigen). Senyawa karbon yang dibutuhkan dalam fermentasi
nata berasal dari monosakarida dan disakarida. Sumber dari karbon ini yang paling
banyak digunakan adalah gula. Sumber nitrogen biasanya berasal dari bahan organik
seperti ZA, urea. Meskipun bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 –
7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3. sedangkan suhu ideal bagi
pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada suhu 28° - 31°C. Bakteri ini sangat
memerlukan oksigen, sehingga dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun hanya
ditutup untuk mencegah kotoran masuk kedalam media yang dapat mengakibatkan
kontaminasi.
2.3 Proses Pembuatan nata de Coco
Pada prinsipnya untuk menghasilkan nata de coco yang bermutu baik, maka perlu
disediakan media yang dapat mendukung aktivitas Acetobacter xylinum untuk
memproduksi selulosa ekstraseluler atau yang kemudian disebut nata de coco.
Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air
kelapa yang sudah diperkaya dengan Karbon (C) dan Nitrogen (N), melalui proses yang
terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim ekstraseluler
yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang
tumbuh pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang
akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata.
Nata yang dihasilkan tentunya bisa beragam kualitasnya. Kualitas yang baik akan
terpenuhi apabila air kelapa yang digunakan memenuhi standar kualitas bahan nata, dan
prosesnya dikendalikan dengan cara yang benar berdasarkan pada faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas Acetobacter xylinum yang digunakan. Apabila rasio
antara karbon dan nitrogen diatur secara optimal, dan prosesnya terkontrol dengan baik, maka
semua cairan akan berubah menjadi nata tanpa meninggalkan residu sedikitpun.
Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata harus berasal dari kelapa yang masak
optimal, tidak terlalu tua atau terlalu muda. Bahan tambahan yang diperlukan oleh bakteri
antara lain karbohidrat sederhana, sumber nitrogen, dan asam asetat. Pada umumnya senyawa
karbohidrat sederhana dapat digunakan sebagai suplemen pembuatan nata de coco,
diantaranya adalah senyawa-senyawa maltosa, sukrosa, laktosa, fruktosa dan manosa. Dari
beberapa senyawa karbohidrat sederhana itu sukrosa merupakan senyawa yang paling
ekonomis digunakan dan paling baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit nata. Adapun
dari segi warna yang paling baik digunakan adalah sukrosa putih. Sukrosa coklat akan
mempengaruhi kenampakan nata sehingga kurang menarik. Sumber nitrogen yang dapat
digunakan untuk mendukung pertumbuhan aktivitas bakteri nata dapat berasal dari nitrogen
organik, seperti misalnya protein dan ekstrak yeast, maupun Nitrogen anorganik seperti
misalnya ammonium fosfat, urea, dan ammonium sulfat. Namun, sumber nitrogen anorganik
sangat murah dan fungsinya tidak kalah jika dibandingkan dengan sumber nitrogen organik.
Bahkan diantara sumber nitrogen anorganik ada yang mempunyai sifat lebih yaitu ammonium
sulfat. Kelebihan yang dimaksud adalah murah, mudah larut, dan selektif bagi mikroorganisme
lain.
Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan
keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glasial (99,8%). Asam asetat
dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang
diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-asam
organik dan anorganik lain bisa digunakan.
Langkah-langkah pembuatan nata de coco:
1. Siapkan air kelapa, kemudian lakukan penyaringan menggunakan kain kasa.
2. Air kelapa yang sudah bersih kemudian ditambah gula pasir sebanyak 10 gram.
3. Air kelapa yang sudah diberi gula pasir, kemudian ditambah ZA sebanyak 1 gram.
4. Kemudian dipanaskan sampai mendidih.
5. Setelah mendidih, biarkan sampai dingin kemudian disaring kembali.
6. Setelah disaring air kelapa dipisahkan menjadi dua bagian, ½ bagian diberikan
ekstrak tauge dan setengahnya tidak diberikan.
7. Masukkan asam cuka sampai PHnya mencapai 4,5 – 5 kemudian diaduk.
8. Kemudian diberi mikroba sebanyak 5 – 10% ( 50 ml). Simpan ditempat yang teduh
selama 1 minggu.
9. Lembaran nata yang terbentuk diambil dan dicuci berulang untuk menghilangkan
asam asetatnya dan dipotong menjadi berbentuk kubus.
10. Potongan kubus direndam dalam air selama 24 jam dengan secara berkala menggati
airnya sampai hilang bau asamnya. Dan siap dicampur atau dikonsumsi dengan
berbagai cara pengolahan.
2.4 Proses pemecahan Enzim oleh Azetobacter Xylinum
Proses terbentuknya nata adalah sebagai berikut:
Bakteri Acotobacter xylinum akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan
dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses
yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim
yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa.
Nutrien yang berperan utama dalam proses fermentasi oleh Acetobacter xylinum
adalah karbohidrat sebagai sumber energi dan untuk perbanyakan sel. Pada proses
metabolismenya, selaput selulosa ini terbentuk oleh aktivitas Acetobacter xylinum ter-
hadap glukosa. Karbohidrat pada medium dipecah menjadi glukosa yang kemudian
berikatan dengan asam lemak (Guanosin trifosfat) membentuk prekursor penciri selu-
losa oleh enzim selulosa sintetase, kemudian dikeluarkan ke lingkungan membentuk
jalinan selulosa pada permukaan medium.. Selama metabolisme karbohidrat oleh Ace-
tobacter xylinum terjadi proses glikolisis yang dimulai dengan perubahan glukosa men-
jadi glukosa 6-posfat yang kemudian diakhiri dengan terbentuknya asam piruvat.
Glukosa 6-P yang terbentuk pada proses glikolisis inilah yang digunakan oleh Acetobac-
ter xylinum untuk menghasilkan selulosa.
Selain metabolit sekunder, Acetobacter xylinum juga menghasilkan metabolit
primer berupa asam asetat, air dan energi yang digunakan kembali dalam siklus
metabolismenya. Asam asetat dimanfaatkan oleh Acetobacter xylinum sebagai sub-
strat agar tercipta kondisi yang optimum untuk pertumbuhannya dan untuk memben-
tuk CO2 dan H2O.
Ketebalan jalinan selulosa sebagai hasil dari proses fermentasi meningkat seiring
dengan meningkatnya ketersediaan nutrien yang cukup pada medium tumbuh menye-
babkan bakteri mampu melakukan metabolisme dan reproduksi yang cukup tinggi, se-
hingga produk metabolismenya pun semakin banyak. Monomer-monomer selulosa
hasil sekresi Acetobacter xylinum terus berikatan satu dengan yang lainnya memben-
tuk lapisan-lapisan yang terus menerus menebal seiring dengan berlangsungnya
metabolisme Acetobacter xylinum. Semakin banyak hasil sekresi Acetobacter xylinum,
maka semakin tebal pula selulosa yang dihasilkan dari proses fermentasi. Jalinan-jali-
nan selulosa tersebut terus berikatan membentuk ikatan yang kokoh dan kompak.,be-
rat selulosa yang dihasilkan selain dipengaruhi oleh tebal tipisnya selulosa, juga dipen-
garuhi oleh kekompakan ikatan. Semakin kompak ikatannya akan semakin bertambah
beratnya.
Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan
lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga
transparan yang disebut sebagai nata.
Dengan bantuan bakteri, maka komponen gula yang terdapat di dalamnya dapat
diubah menjadi suatu substansi yang menyerupai gel yang tumbuh di permukaan
media. Dalam pertumbuhan, bakteri pembentuk nata dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain tingkat keasaman medium, suhu fermentasi, lama fermentasi,
sumber nitrogen, sumber karbon, dan konsentrasi starter. Sumber karbon dapat
digunakan gula dari berbagai macam jenis seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, ataupun
maltosa dan untuk mengatur pH digunakan asam asetat.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA