MAKALAH BIOKIM.docx
Transcript of MAKALAH BIOKIM.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu bios yang berarti hidup dan logos
yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk
hidup. Di dalam tubuh makhluk hidup itu sendiri berlangsung berbagi proses,
seperti respirasi, ekskresi, trnasportasi, dan regulasi. Dalam semua proses tersebut
terjadi metabolisme. Metabolisme dapat berupa reaksi pemecahan suatu senyawa
dan penyusunan suatu senyawa. Dalam proses ini dipastikan terdapat reaksi kimia.
Metabolisme dapat terjadi mulai dari tingkat sel. Untuk memahami segala aspek
kimia dalam metabolisme tubuh ini, kita pelajari ilmu biokimia.
Sel, sebagai tempat terjadinya metabolisme dan berbagai reaksi kimia,
memiliki struktur-struktur yang dengan fungsi tertentu. Salah satu proses yang
terjadi di dalam sel adalah sintesis protein. Protein merupakan senyawa kimia
penyusun tubuh yang sangat penting. Protein berasal dari bahasa yunani proteios,
yang berarti pertama atau utama. Jumlah protein lebih dari 50% dari berat kering
sebagian besar sel, dan protein juga berperan dalam hampir semua aktivitas
makhluk hudip. Beberapa protein mempercepat reaksi kimia, sementara sebagian
berperan dalam kekebalan, sebagai cadangan, transport, dan stuktur pendukung.
Komponen penyusun sel yang berperan dalam proses sintesis protein diantaranya
DNA dan RNA. Dalam makalah ini, penulis akan membahas secara rinci proses
sintesis protein.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terjadinya replikasi DNA?
2. Bagaimana proses terjadinya transkripsi DNA?
3. Bagaimana proses terjadinya translasi DNA?
4. Bagaimana peranan DNA dalam bidang penelitian?
1.3 Tujuan
1. Memaparkan proses terjadinya replikasi DNA
2. Memaparkan proses terjadinya transkripsi DNA
3. Memaparkan proses terjadinya translasi DNA
4. Memaparkan peranan DNA dalam bidang penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Terjadinya Replikasi DNA
Replikasi merupakan proses perbanyakan bahan genetik (genom :
DNA dan RNA). Replikasi juga merupakan proses yang mengawali
pertumbuhan sel. Replikasi akan diikuti oleh pembentukan sel-sel anakan yang
membawa duplikat bahan genetik hasil replikasi. Komposisi bahan genetik sel
anakan sangat identik dengan komposisi genetik sel induk. Fungsi replikasi ini
merupakan fungsi genotipik. Kesalahan dalam replikasi bahan genetik dapat
mengakibatkan perubahan pada sifat sel-sel anakan.
Perbedaan struktural molekul bahan genetik (DNA) menyebabkan
perbedaan mekanisme replikasi pada prokariot dan eukariot. Replikasi pada
prokariot dimulai dari satu situs awal replikasi (ORI) dan berlangsung ke dua
arah menuju daerah terminasi Replikasi pada eukariot dimulai dari banyak
ORI, bergerak ke dua arah
Gambar Replikasi DNA(Sumber : Peyrard, 2004)
Ada 3 hipotesis mengenai replikasi DNA yaitu semikonservatif,
konservatif dan dispersif
Hipotesis semikonservatif : setiap molekul untai ganda DNA anakan
terdiri atas satu untai-tunggal DNA induk dan satu untai tunggal DNA
hasil sintesis baru.
Konservatif : DNA untai ganda induk tetap bergabung sedangkan kedua
untaian DNA anakan terdiri atas molekul hasil sintesis baru.
Dispersif : molekul DNA induk mengalami fragmentasi sehingga DNA
anakan terdiri atas campuran molekul lama (induk) dan molekul hasil
sintesis baru
(Sumber : Peyrard, 2004)
Diantara ketiga cara replikasi DNA yang diusulkan tersebut, hanya cara
semikonservatif yang dapat dibuktikan kebenarannya melalui percobaan yang
dikenal dengan nama sentrifugasi seimbang dalam tingkat kerapatan atau
equilibrium density-gradient centrifugation.
Model replikasi semikonservatif memberikan gambaran bahwa untaian
DNA induk berperan sebagai cetakan (template) bagi pembentukan untaian
DNA baru . Dengan demikian, salah satu bagian yang sangat penting dalam
proses replikasi DNA adalah denaturasi awal untaian DNA yang mrpk proses
enzimatis. Denaturasi awal terjadi pada bagian DNA yang disebut
ORI. Untaian DNA membuka membentuk struktur yang disebut garpu replikasi
(replication fork).
Garpu replikasi akan bergerak sehingga molekul DNA induk membuka
secara bertahap . Masing-masing untaian DNA yang sudah terpisah, berfungsi
sebagai cetakan untuk penempelan nukleotida-nukleotida yang akan menyusun
molekul DNA baru. Sekuens basa nitrogen DNA baru sesuai dengan sekuens
basa cetakan DNA komplementernya.
Replikasi DNA berlangsung dalam tahapan : 1) denaturasi (pemisahan)
untaian DNA induk; 2). peng”awal”an (inisiasi) sintesis DNA; 3).
Pemanjangan untaian DNA; 4). Ligasi fragmen DNA; 5) peng”akhir”an
(terminasi) sintesis DNA.
Sintesis untaian DNA yang baru akan dimulai segera setelah ke dua
untaian DNA induk terpisah membentuk garpu replikasi. Pemisahan dilakukan
oleh enzim DNA helikase. Kedua untaian DNA induk menjadi cetakan dalam
orientasi 5’-P ke arah 3’-OH. Jadi, ada dua untaian DNA cetakan yang
orientasinya berlawanan . Garpu replikasi akan membuka secara bertahap .
Sintesis untaian DNA baru yang searah dengan pembukaan garpu replikasi
akan dapat dilakukan dilakukan tanpa terputus (kontinyu) : untaian DNA awal
(leading strand). Sebaliknya, tahap demi tahap (diskontinyu) : untaian DNA
lambat (lagging strand)
Mekanisme replikasi DNA berlangsung secara semidiskontinyu karena
ada perbedaan mekanisme dalam proses sintesis kedua untaian DNA. Fragmen-
fragmen DNA hasil replikasi diskontinyu (fragmen Okazaki) akan disambung
(ligasi) dengan enzim DNA ligase. Polimerisasi DNA hanya dapat dimulai jika
tersedia molekul primer atau molekul yang digunakan untuk mengawali proses
polimerisasi untai DNA . Contoh dari molekul primer adalah molekul DNA,
RNA atau protein spesifik. Sedangkan pada transkripsi tidak diperlukan
primer.
Dalam replikasi DNA in vivo, primer berupa molekul RNA berukuran
10-12 nukleotida In vitro, misal pada Polymerase Chain Reaction (PCR) :
diperlukan DNA sebagai molekul primer. Fungsi molekul primer adalah
menyediakan ujung 3’-OH yang akan digunakan untuk menempelkan molekul
DNA pertama dalam proses polimerisasi.
Sintesis RNA primer dilakukan oleh kompleks protein yang disebut
primosom (primase+bbrp protein lain). Diperlukan lebih dari 1 primer untuk
proses sintesis pada untaian DNA lambat (lagging strand). Pada prokariot,
polimerisasi dikatalisis DNA polimerase III. Dissosiasi enzim ini dari DNA
cetakan terjadi saat bertemu dengan ujung 5’-P RNA primer yang menempel
pada bagian lain. RNA primer pada fragmen Okazaki, didegradasi oleh
aktivitas eksonuklease yang ada pada enzim DNA polimerase I.
(Sumber : Peyrard, 2004)
Bagian RNA yang terdegradasi, diisi oleh molekul DNA, meskipun
antar fragmen masih ada celah (takik = nick) . Celah terbentuk karena belum
ada ikatan fosfodiester antara ujung 3’-OH pada nukleotida terakhir yang
disintesis oleh DNA polimerase I dengan ujung 5’-P fragmen DNA yang ada
didekatnya . Takik ini akan disambung oleh DNA ligase dengan menggunakan
NAD atau ATP sebagai sumber energi . Pada untai DNA awal (leading strand)
hanya diperlukan satu molekul primer pada titik awal replikasi. Untaian DNA
baru disintesis dengan aktivitas DNA polimerase III secara kontinyu.
Replikasi dapat berlangsung ke dua arah yang berlawanan (bidirectional
replication). Replikasi 2 arah terjadi pada prokariot maupun
eukariot sedangkan replikasi pada plasmid colE1 merupakan replikasi satu
arah.
Proses pemisahan untaian DNA dilakukan oleh enzim DNA helikase.
Selain helikase, enzim lain yang berperan dalam pemisahan untaian DNA
adalah enzim DNA girase. DNA girase adalah salah satu enzim topoisomerase,
yaitu suatu enzim yang dapat mengubah topologi molekul DNA yakni dengan
memutus ikatan hidrogen. Protein SSb menjaga agar bagian DNA yang sudah
terpisah tidak berikatan lagi sehingga dapat digunakan sebagai cetakan.
Protein ini mempunyai sifat kooperatif, artinya pengikatan satu molekul protein
pada untai tunggal DNA akan meningkatkan kekuatan ikat (affinity) molekul
yang lain beberapa ribu kali.
2.2 Proses Terjadinya Transkripsi DNA
Transkripsi adalah salah satu proses biologi yang terjadi di dalam tubuh
sel untuk memproduksi helai RNA. Kegiatan transkripsi sel sendiri tidak hanya
terjadi pada sel tertentu saja melainkan terjadi pada semua sel yang ada di dalam
tubuh.
Proses transkripsi bisa terjadi karena pada DNA terdapat sebuah sel yang
bertugas melakukan transkripsi sel tersebut. Sel yang memiliki tugas khusus
tersebut bertugas untuk menentukan urutan nukleotida di dalam RNA sehingga
akan membentuk rantai RNA.
Gabungan dari nukleotida tersebutlah yang akan membentuk RNA secara
utuh dan menjalankan fungsinya dengan baik. Proses transkripsi sel bahkan bisa
terjadi di bagian sel manapun, bisa terjadi di bagian inti sel dan bisa pula di bagian
sitoplasma.
Transkripsi sel yang terjadi di bagian inti sel adalah jenis sel eukariota
yang mana organel sel mengandung membran terikat. Sementara untuk transkripsi
sel di sitoplasma terjadi pada jenis sel prokariota. Proses terjadinya bisa terjadi
karena tidak adanya organel seperti di sel eukariota.
Sumber : (Budisma, 2015)
Proses dalam transkripsi DNA meliputi tiga langkah utama: inisiasi,
elongasi dan terminasi.
a. Inisiasi (permulaan)
Transkripsi DNA terjadi di hadapan enzim RNA polimerase. Ada urutan
nukleotida spesifik yang mengatur RNA polimerase di mana untuk memulai dan
di mana untuk mengakhiri sintesis itu. RNA polimerase menempel pada DNA di
area spesifik yang disebut daerah promoter. Promoter mencakup titik awal/kodon
start (AUG/Metionin) yaitu nukleotida yang menunjukkan dimulainya sintesis
protein.
b. Elongasi (pemanjangan)
Saat RNA polimerase bergerak di sepanjang DNA, RNA polimerase akan
membuka pilinan heliks ganda DNA secara berurutan. Enzim RNA polimerase
akan menuliskan untai tunggal DNA menjadi satu untai RNA polimer. Untai RNA
polimer ini dikenal sebagai messenger RNA atau mRNA. Sehingga terbentuklah
molekul RNA yang akan lepas dari cetakan DNA-nya. Untai mRNA berfungsi
sebagai template dan disebut untai antisense dan untai yang tidak ditranskripsi
dikenal sebagai untai sense.
c. Terminasi (pengakhiran)
Enzim RNA polimerase bergerak di sepanjang untai DNA sampai
menemukan kodon terminator/kodon stop (UAA, UAG, dan UGA). Pada titik
terminator sequnece RNA polimerase melepaskan polimer mRNA dan
melepaskan diri dari molekul DNA.
Sumber : (Depadaiknas, 2008)
2.3 Proses Terjadinya Translasi DNA
Transalasi merupakan proses penerjemahan kode genetic oleh tRNA.
Komponen penting dalam proses translasi ini adalah mRNA, tRNA, enzim
aminoacyl-tRNA synthetase, dan ribosomal RNA (rRNA). Kode-kode genetic
akan diterjemahkan untuk membentuk protein yang sesuai. Kode tersebut berupa
serangkaian kodon di sepanjang molekul mRNA dengan penerjemahnya yaitu
tRNA. Setiap tipe molekul tRNA menghubungkan kodon mRNA tertentu dengan
asam amino tertentu. Ketika tiba di ribosom, molekul tRNA membawa asam
amino spesifik pada salah satu ujungnya. tRNA mentransfer asam amino-asam
amino dari sitoplasma ke ribosom.
tRNA berfungsi untuk mentransfer asam amino dari sitoplasma ke
ribosom. Molekul tRNA tidak indentik. Kundi untuk mentranslasikan kode
genetik kedalam ikatan asam amino yang spesifik adalah bahwa setiap tipe
molekul tRNA mentranslasikan kodon mRNA tertentu menjadi asam amino
tertentu. Molekul trna dapat membawa asam amino yang sesuai berkat bantuan
enzim aminoacyl-tRNA synthetase. Sisi aktif enzim aminoacyl-tRNA synthetase
hanya bisa menerima ikatan trna-asam amino yang sesuai (Campbell, 2009).
Gambar aminoacyl-tRNA synthetase mengikat trna-asam amino spesifik (Sumber: Campbell, 2009)
Komponen penting selanjutnya adalah ribosom yang memfasilitasi
pasangan antikodon tRNA dengan kodon mRNA selama proses sintesis protein.
Ribosom terdiri dari subunit besar dan subunit kecil. Subunit ribosom tersusun
atas protein dan molekul RNA yang disebut dengan rRNA. Fungsi rRNA belum
sepenuhnya terfahami, namun molekul tersebut memiliki peran untuk mengikat
mRNA dengan ribosom untuk ditranslasikan (Murray et,al, 2009).
Gambar model ribosom (Sumber: Campbell, 2009)
Ribosom memiliki tiga sisi, yaitu: (1) sisi P untuk mengikat trna yang
membawa rantai polipeptida, (2) sisi A yang mengandung aminoasil-tRNA
sebagai tempat tRNA yang membawa asam amino berikutnya untuk ditambahkan
dalam ikatan polipeptida, (3) sisi E sebagai sisi dimana tRNA akan meninggalkan
ribosom.
Gambar skematik binding site ribosom (Sumber: Campbell, 2009)
Sama halnya dengan transkripsi, proses translasi juga dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu inisiasi, elongasi, dan terminasi.
a. Inisiasi
Tahap inisiasi dari translasi terjadi dengan adanya mRNA, sebuah tRNA
yang memuat asam amino pertama dari polipeptida, dan dua sub unit ribosom.
Pertama, sub unit ribosom kecil mengikatkan diri pada mRNA dan tRNA inisiator
spesifik. Pada arah ke bawah dari tempat pelekatan ribosom sub unit kecil pada
mRNA terdapat kodon start AUG, yang membawa asam amino metionin.
Gambar Tahap Inisiasi pada Translasi
b. Elongasi
Pada tahap ini, asam amino asam amino – asam amino ditambahkan satu
per satu pada asam amino pertama (metionin). Selanjutnya terbentuk ikatan
peptidan antara asam amino yang baru dengan ujung rantai polipepetida yang
sebelumnya terbentuk dengan bantuan enzim pada ribosom. Setelah itu, TRNA
keluar dari ribosom. Ribosom dan MRNA bergerak bersama-sama, kodon demi
kodon.
Gambar Tahap Elongasi pada Translasi
c. Terminasi
Terminasi merupakan tahap terakhir dati translasi yang terjadi apabila
robosom telah mencapai kodon stop (UAG, UAA, UGA) dan polipeptida akan
terlepas dari ribosom.
2.4 Peranan DNA dalam Bidang Penelitian
Pengetahuan dan teknologi semakin meningkat dari masa ke masa.
Rasa ingin tahu manusia dan pemecahan masalah yang sedang dihadapi oleh
dunia terfasilitasi dengan majunya teknologi. Tidak dipungkiri lagi, bahwa
semakin banyak penilitian yang dilakukan oleh para ahli di berbagai bidang,
termasuk bidang biologi khususnya penelitian tentang DNA, seperti DNA
rekombinan.
2.4.1 Pengertian DNA Rekombinan
Penggunaan DNA dalam bidang penelitian biasanya dalam bentuk DNA
rekombinan. DNA rekombinan adalah DNA yang mengalami perubahan karena
penyisipan suatu sekuens deuksinukleotida yang sebelumnya tidak terdapat dalam
molekul DNA yang sudah ada dengan cara enzimatik atau kimiawi. Rekayasa
genetika adalah serangkaian teknik untuk memodifikasi dan merekomendasi gen
dari berbagai organisme yang berbeda yang juga disebut teknologi DNA
rekombinan (Yuwono, 2005).
Teknologi yang dikenal sebagai teknologi DNA rekombinan, atau dengan
istilah yang lebih populer rekayasa genetika, ini melibatkan upaya perbanyakan
gen tertentu di dalam suatu sel yang bukan sel alaminya sehingga sering pula
dikatakan sebagai kloning gen. Banyak definisi telah diberikan untuk
mendeskripsikan pengertian teknologi DNA rekombinan. Salah satu di antaranya,
yang mungkin paling representatif, menyebutkan bahwa teknologi DNA
rekombinan adalah pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara
penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya
untuk terintegrasi dan mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain
yang berperan sebagai sel inang (Styer, 2000).
2.4.2 Perangkat DNA Rekombinan
Adapun perangkat yang digunakan dalam teknik DNA rekombinan
diantaranya enzim restriksi untuk memotong DNA, enzim ligase untuk
menyambung DNA dan vektor untuk menyambung dan mengklonkan gen di
dalam sel hidup, transposon sebagai alat untuk melakukan mutagenesis dan untuk
menyisipkan penanda, pustaka genom untuk menyimpan gen atau fragmen DNA
yang telah diklonkan, enzim transkripsi balik untuk membuat DNA berdasarkan
RNA, pelacak DNA atau RNA untuk mendeteksi gen atau fragmen DNA yang
diinginkan atau untuk mendeteksi klon yang benar. Vektor yang sering digunakan
diantarnya plasmid, kosmid dan bakteriofag. Enzim restriksi, digunakan untuk
memotong DNA. Enzim restriksi mengenal dan memotong DNA pada sekuens
spesifik yang panjangnya empat sampai enam pasang basa. Enzim tersebut
dikenal dengan nama enzim endonuklease restriksi (Pujianto, 2010). Ada
beberapa bagian terpenting yang selalu digunakan dalam rekayasa genetika. Yang
pertama adalah enzim seluler dan yang kedua adalah vector
1. Cellular Enzymes / Enzim seluler
a) Enzim yang dipakai dalam memanipulasi DNA diantaranya adalah :
enzim endonuklease, yaitu enzim yang mengenali batas-batas sekuen
nukleotida spesifik dan berfungsi dalam proses restriction atau pemotongan
bahan-bahangenetik. Penggunaan enzim ini yang paling umum antara lain pada
sekuen palindromik. Enzim ini dibentuk dari bakteri yang dibuat sedemikian
rupa sehingga dapat menahan penyusupan DNA, seperti genom bacteriophage.
b) DNA polimerisasi, yaitu enzim yang biasa dipakai untuk meng-copy DNA.
Enzim ini mengsintesis DNA dari sel induknya dan membentuk DNA yang
sama persis ke sel induk barunya. Enzim ini juga bisa didapatkan dari berbagai
jenis organisme, yang tidak mengherankan, karena semua organisme pasti
harus meng-copy DNA mereka.
c) RNA polimerisasi yaitu enzim yang berfungsi untuk ’membaca sekuen DNA
dan mengsintesis molekul RNA komplementer. Seperti halnya DNA
polimerisasi, RNA polimerisasi juga banyak ditemukan di banyak organisme
karena semua organisme harus ’merekam’ gen mereka.
d) DNA ligase merupakan suatu enzim yang berfungsi untuk menyambungkan
suatu bahan genetik dengan bahan genetik yang lain. Contohnya saja, enzim
DNA ligase ini dapat bergabung dengan DNA atau RNA dan membentuk
ikatan phosphodiester baru antara DNA atau RNA yang satu dengan lainnya.
e) Reverse transcriptases adalah enzim yang berfungsi membentuk blue-print dari
molekul RNA membentuk cDNA (DNA komplementer). Enzim ini dibuat dari
virus RNA yang mengubah genom RNA mereka menjadi DNA ketika mereka
menginfeksi inangnya. Enzim ini biasa dipakai ketika bertemu dengan gen
eukariotik yang biasanya terpisah-pisah menjadi potongan kecil dan dipisahkan
oleh introns dalam kromosom.
2.Natural Vectors / Vektor natural
Sebagai salah satu cara untuk memanipulasi DNA di luar sel, para
ilmuwan dalam bioteknologi harus bisa membuat suatu tempat yang keadaannya
stabil dan cocok dengan tempat DNA yang dimanipulasi. Sekali lagi, alam telah
memberikan solusi dari masalah ini. Vektor disini bisa diartikan sebagai alat yang
membawa DNA ke dalam sel induk barunya. Agar suatu metode dalam rekayasa
genetika dianggap berhasil, di dalam vektor, DNA hasil rekombinan seharusnya
benar-benar hanya dibawa setelah sebelumnya DNA rekombinan digabungkan
dengan DNA vektor melalui enzim ligase. Namun di dalam vektor, DNA
rekombinan tidak termutasi lagi membentuk DNA dengan sifat baru. Contoh dari
vektor natural dari alam adalah plasmid dan virus atau bakteriofage (Pujianto,
2010).
2.4.3 Teknik DNA Rekombinan
a) Isolasi DNA yang diawali dengan melakukan perusakan serta
penghilangan dinding sel. Dalam proses ini dapat dilakukan secara
mekanis ataupun dengan cara enzimatis. Setelah perusakan sel telah
dilakukan, langkah selanjutnya adalah pelisisan sel hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan buffer nonosmotik, serta deterjen yang kuat seperti
triton X-100 atau dengan sodium dodesil sulfat (SDS). Remukan sel yang
diakibatkan oleh lisisnya sel dibuang dengan melakukan sentrifugasi
sehingga bias dibedakan antara bagian yang rusak serta organel target yang
pada akhirnya didapatlkan DNA yang nantinya dilakukan pemurnian
dengan penambahan amonium asetat dan alcohol.
b) Selanjutnya adalah pemotongan DNA dengan menggunakan enzim
restriksi endonuklease. Pemutusan ini dilakukan di dalam strain tertentu
yang bertujuan untuk mencegah agar tidak merusak DNA. Selain itu strain
tersebut juga mempunyai suatu system modifikasi yang menyebabkan
pemutusan basa pada urutan tertentu yang merupakan recognition sites
bagi enzim restriksi tersebut. Pemotongan DNA genomik dan DNA vektor
dengan menggunakan enzim restriksi ini harus menghasilkan ujung-ujung
potongan yang kompatibel dalam arti setiap fragmen DNAnya harus dapat
disambungkan dengan DNA vektor yang sudah berbentuk linier.
c) Tahap penyambungan DNA terdapat beberapa cara, yaitu penyambungan
dengan menggunakan enzim DNA ligase dari bakteri, penyambungan
dengan menggunakan DNA ligase dari sel E. coli yang telah diinfeksi
dengan bakteriofag T4 atau sering disebut dengan enzim T4 ligase. Serta
dengan pemberian enzim deoksinukleotidil transferase untuk menyintesis
untai tunggal homopolimerik 3’. Dengan untai tunggal semacam ini akan
diperoleh ujung lengket buatan, yang selanjutnya dapat diligasi
menggunakan DNA ligase.
d) Tahap berikutnya adalah analisa terhadap hasil pemotongan DNA genomik
dan DNA vektor serta analisis hasil ligasi molekul molekul DNA dengan
menggunakan teknik elektroforesis. Hasil dari penyambungan ini
dimasukkan ke dalam sel inang agar dapat diperbanyak dengan cepat.
Dalam hal ini pada campuran reaksi tersebut selain terdapat molekul DNA
rekombinan, juga ada sejumlah fragmen DNA genomik dan DNA plasmid
yang tidak terligasi satu sama lain. Tahap memasukkan campuran reaksi
ligasi ke dalam sel inang ini dinamakan transformasi. Sehingga diharapkan
sel inang mengalami perubahan sifat tertentu setelah dimasuki molekul
DNA rekombinan.
e) Tahap selanjutnya adalah seleksi transforman dan seleksi rekombinan.
Oleh karena DNA yang dimasukkan ke dalam sel inang bukan hanya DNA
rekombinan, maka kita harus melakukan seleksi untuk memilih sel inang
transforman yang membawa DNA rekombinan. Selanjutnya, di antara sel-
sel transforman yang membawa DNA rekombinan masih harus dilakukan
seleksi untuk mendapatkan sel yang DNA rekombinannya membawa
fragmen sisipan atau gen yang diinginkan. Seleksi sel rekombinan yang
membawa fragmen yang diinginkan dilakukan dengan mencari fragmen
tersebut menggunakan fragmen pelacak (probe), yang pembuatannya
dilakukan secara in vitro menggunakan teknik reaksi polimerisasi berantai
atau polymerase chain reaction (PCR).
2.4.4 Manfaat Teknologi DNA Rekombinan
Pengembangbiakan gen-gen rekombinan dan ekspresinya dalam bentuk
produk-produk protein oleh Eschrechia coli atau sel khamir yang dapat
ditumbuhkan dalam jumlah yang tak terbatas memberikan kemungkinan
memproduksi protein-protein secara komersial yang mempunyai kegunaan
praktis. Kemungkinan ini mendorong timbulnya bidang rekayasa genetika. Dalam
permasalahan tersebut teknik DNA rekombinan dan metode pengembangbiakan
memainkan peranan yang sangat penting. Berbagai riset DNA rekombinan banyak
diaplikasikan secara praktis dalam berbagai bidang, diantaranya :
1. Bidang Kedokteran
Gen-gen bagi beberapa protein yang dibutuhkan dalam bidang kedokteran
yang dibutuhkan dalam bidang kedokteran yaitu pembuatan insulin manusia oleh
bakteri Eschrechia coli untuk pengobatan penyakit diabetes. Melalui teknik DNA
rekombinan (rekayasa genetika), para peneliti berhasil memaksa bakteri untuk
membentuk insulin yang mirip dengan insulin manusia dan ini bahkan lebih baik
dibandingkan insulin yang dihasilkan sapi dan babi yang dapat diterima oleh
tubuh manusia. Selain itu, dengan cara yang sama teknologi DNA rekombinan
mempunyai peran dalam pembuatan vaksin (misalnya hepatitis B), produksi
hormon pertumbuhan dan lain sebagainya.
2. Bidang Pertanian
a) Mengganti pemakaian pupuk nitrogen yang banyak dipergunakan tapi
mahal harganya, oleh fiksasi nitrogen secara alamiah. Bakteri tanah
Rhizobium sp dapat mengadakan infeksi ke dalam akar dari tanaman family
Leguminosae. Infeksi ini menghasilkan bintil akar dan bakteri yang terdapat
di dalamnya dapat mengikat zat lemas bebas dari udara untuk di ubahnya
menjadi nitrogen yang dapat diambil dan digunakan oleh tanaman tersebut.
b) Teknik rekayasa genetika mengusahakan tanaman-tanaman (terutama yang
mempunyai arti ekonomi) yang tidak begitu pekah terhadap penyakit yang
disebabkan oleh bakteri, jamur dan cacing.
c) Mengusahakan tanaman-tanaman yang mampu menghasilkan peptisida
sendiri.
3. Bidang Peternakan
a) Telah diperoleh vaksin-vaksin untuk melawan penyakit mencret ganas yang
dapat mematikan anak-anak babi.
b) Sudah dipasarkan vaksin yang efektif terhadap penyakit kuku dan mulut,
yaitu penyakit ganas dan sangat menular pada sapi, domba, kambing, rusa
dan babi.
4. Bidang industri
Penelitian rekayasa genetika di bidang industry sedang meningkat dengan
cepat. Berbagai usaha yang telah giat dilakukan misalnya:
a) Menciptakan bakteri yang dapat melarutkan logam-logam langsung dari
dalam bumi.
b) Menciptakan bakteri yang dapat menghasilkan bahan kimia.
c) Menciptakan bakteri yang dapat menghasilkan bahan mentah kimia seperti
etilen yang diperlukan untuk pembuatan plastik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Replikasi merupakan proses perbanyakan bahan genetik (genom :
DNA dan RNA). Replikasi akan diikuti oleh pembentukan sel-sel
anakan yang membawa duplikat bahan genetik hasil replikasi.
2. Transkripsi adalah salah satu proses biologi yang terjadi di dalam
tubuh sel untuk memproduksi helai RNA. Kegiatan transkripsi sel
sendiri tidak hanya terjadi pada sel tertentu saja melainkan terjadi
pada semua sel yang ada di dalam tubuh. Ada 3 tahapan pada
transkrispsi yaitu inisiasi (permulaan), elongasi (pemanjangan), dan
terminasi (pengakhiran).
3. Transalasi merupakan proses penerjemahan kode genetic oleh tRNA.
Prosesnya meliputi tiga tahap, yaitu inisiasi, elongasi, dan terminasi.
4. Pada bidang kedokteran yaitu pembuatan insulin manusia oleh bakteri
Eschrechia coli untuk pengobatan penyakit diabetes. Pada bidang
pertanian, Mengganti pemakaian pupuk nitrogen yang banyak
dipergunakan tapi mahal harganya, teknik rekayasa genetika
mengusahakan tanaman-tanaman, mengusahakan tanaman-tanaman
yang mampu menghasilkan peptisida sendiri. Pada bidang industri
yaitu menciptakan bakteri yang dapat melarutkan logam-logam
langsung dari dalam bumi, menciptakan bakteri yang dapat
menghasilkan bahan kimia, menciptkan bakteri yang dapat
menghasilkan bahan mentah kimia seperti etilen yang diperlukan
untuk pembuatan plastik. Pada bidang peternakan yaitu, telah
diperoleh vaksin-vaksin untuk melawan penyakit mencret ganas yang
dapat mematikan anak-anak babi, sudah dipasarkan vaksin yang
efektif terhadap penyakit kuku dan mulut, yaitu penyakit ganas dan
sangat menular pada sapi, domba, kambing, rusa dan babi.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menjadikan tambahan ilmu pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Namun,
penulis juga membutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan
tambahan ilmu bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Budi. 2015. Pengertian dan Proses Transkripsi DNA. (Online), (http://budisma.net/2015/03/pengertian-dan-proses-transkripsi-dna.html), diakses 13 Februari 2016.
Campbell, Neil A., et al. 2009. Biology Eight Edition. San Francisco: Pearson Benjamin Cummings.
Kemdikbud. 2008. Sintesis Protein. (Online), (https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.php?ver=11&idmateri=306&mnu=Materi3&kl=12), diakses 13 Februari 2016.
Murray, Robert K., et al. 2009. Harper’s Illustrated Biochemistry 28th Edition. New York: Mc Graw Hill Medical.
Peyrard, Michael. 2004. Nonlinear Dynamics and Statistical Physics of DNA. USA: Cambride University.
Pujianto, Sri. 2010. Biologi. Solo: Platinum.
Styer, Lubert. 2000. Biokimia. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.
Warino, Joko. 2012. Proses dan Tahapan Transkripsi. (Online),(http://jokowarino.id/proses-dan-tahapan-transkripsi-sel/), diakses 13 Februari 2016.
Yuwono, Triwibowo. 2005. Biologi Molekuler. Erlangga: Jakarta.