Makalah Biogas
Click here to load reader
-
Upload
ayukhevikasari -
Category
Documents
-
view
172 -
download
6
Transcript of Makalah Biogas
MAKALAH
Proses Pembuatan Biogas dari Limbah Cair Industri Tahu dengan Fermentasi Anaerob
Oleh:
1. Agus Supriyanto 21030111150010
2. Dicky Adepristyan Yuwono 21030111150012
3. Siti Chotimah 21030111150015
4. Fella Ryanitha Astuti L2C009058
5. Herlanto Pandapotan L2C009170
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menipisnya cadangan minyak bumi serta pencemaran lingkungan merupakan isu
global yang meresahkan manusia dalam kurun waktu beberapa dekade terakhir, hal ini
berakibat naiknya harga minyak dunia yang memberikan dampak yang besar terhadap
perekonomian dunia saat ini tak terkecuali negara berkembang seperti Indonesia. Kenaikan
harga BBM secara langsung berakibat pada naiknya biaya transportasi, biaya produksi
industri dan pembangkitan tenaga listrik. Pertambahan jumlah penduduk yang disertai dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat berdampak pada makin meningkatnya kebutuhan akan
sarana transportasi dan aktivitas industri. Hal ini tentu saja menyebabkan kebutuhan akan
bahan bakar cair juga akan semakin meningkat.
Pada tahun 2007, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan persediaan
minyak bumi Indonesia bisa bertahan 11 tahun, gas bumi 30 tahun, dan batu bara 50 tahun
lagi. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional,
mentargetkan substitusi biofuel pada tahun 2024 adalah minimal 5% terhadap konsumsi
energi nasional, serta Inpres Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan
Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain, menunjukkan keseriusan
pemerintah dalam penyediaan dan pengembangan bahan bakar nabati. Salah satu bahan
bakar nabati adalah biogas.
Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari
bahan-bahan organik dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah
metana dan karbon dioksida. Biogas dapat digunakan untuk bahan bakar alternatif atau untuk
pembangkit listrik. Biogas dapat dibuat dari kotoran manusia dan hewan, limbah domestik
(rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable. Pada
makalah ini difokuskan pada pembuatan biogas dari limbah industri tahu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biogas
Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari
bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik
(rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable
dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon
dioksida (www.wikipedia.org).
Biogas dihasilkan apabila bahan-bahan organik terurai menjadi senyawa-senyawa
pembentuknya dalam keadaan tanpa oksigen (anaerob). Fermentasi anaerobik ini biasa
terjadi secara alami di tanah yang basah, seperti dasar danau dan di dalam tanah pada
kedalaman tertentu. Proses fermentasi adalah penguraian bahan-bahan organik dengan
bantuan mikroorganisme. Fermentasi anaerob dapat menghasilkan gas yang mengandung
sedikitnya 50% metana. Gas inilah yang biasa disebut dengan biogas. Biogas dapat
dihasilkan dari fermentasi sampah organik seperti sampah pasar, daun daunan, dan kotoran
hewan yang berasal dari sapi, babi, kambing, kuda, atau yang lainnya, bahkan kotoran
manusia sekalipun. Gas yang dihasilkan memiliki komposisi yang berbeda tergantung dari
jenis hewan yang menghasilkannya (Firdaus, 2009). Komposisi biogas ditunjukkan pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi BiogasKomponen %
Metana (CH4) 55-75Karbon Dioksida (CO2) 25-45Nitrogen (N2) 0-0,3Hidrogen (H2) 1-5Hidrogen Sulfida (H2S) 0-3Oksigen (O2) 0,1-0,5
Sumber : www.wikipedia.orgSifat-sifat biogas antara lain sebagai berikut :
1. Tidak seperti LPG yang bisa dicairkan dengan tekanan tinggi pada suhu normal, biogas
hanya dapat dicairkan pada suhu -178 °C sehingga untuk menyimpannya dalam sebuah
tangki yang praktis mungkin sangat sulit. Jalan terbaik adalah menyalurkan biogas yang
dihasilkan untuk langsung dipakai baik sebagai bahan bakar untuk memasak, penerangan
dan lain-lain.
2. Biogas dengan udara (oksigen) dapat membentuk campuran yang mudah meledak apabila
terkena nyala api karena flash point dari metana (CH4) yaitu sebesar -188 ºC dan
autoignition dari metana adalah sebesar 595 ºC (www.encyclopedia.com).
3. Biogas tidak menghasilkan karbon monoksida apabila dibakar sehingga aman dipakai
untuk keperluan rumah tangga.
4. Komponen metana dalam biogas bersifat narkotika pada manusia, apabila dihirup
langsung dapat mengakibatkan kesulitan bernapas dan mengakibatkan kematian
(Purnama, 2009).
Secara garis besar proses pembentukan biogas dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Hidrolisis (Hydrolysis)
Pada tahap ini, bakteri memutuskan rantai panjang karbohidrat kompleks, protein, dan
lipida menjadi senyawa rantai pendek. Contohnya polisakarida diubah menjadi
monosakarida, sedangkan protein diubah menjadi peptide dan asam amino.
2. Tahap Asidifikasi (Acidogenesis dan Acetogenesis)
Pada tahap ini, bakteri (Acetobacter aceti) menghasilkan asam untuk mengubah senyawa
rantai pendek hasil proses hidrolisis menjadi asam asetat, hidrogen, dan karbon dioksida.
Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh dan berkembang dalam
keadaan asam. Bakteri memerlukan oksigen dan karbondioksida yang diperoleh dari
oksigen yang terlarut untuk menghasilkan asam asetat. Pembentukan asam pada kondisi
anaerobik tersebut penting untuk pembentukan gas metana oleh mikroorganisme pada
proses selanjutnya. Selain itu bakteri tersebut juga mengubah senyawa berantai pendek
menjadi alkohol, asam organik, asam amino, karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan
sedikit gas metana.Tahap ini termasuk reaksi eksotermis yang menghasilkan energi.
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (-118 kJ per mol)
3. Tahap Pembentukan Gas Metana (Methanogenesis)
Pada tahap ini, bakteri Methanobacterium omelianski mengubah senyawa hasil proses
asidifikasi menjadi metana dan CO2 dalam kondisi anaerob. Proses pembentukan gas
metana ini termasuk reaksi eksotermis.
CH3COO- + H+ CH4 + CO2 (-36 Kj per mol) (www.wikipedia.org)
Tahapan pembentukan biogas dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Diagram Tahap Pembentukan Biogas
Tahap-tahap reaksi pembentukan secara biologis dan kimia pada fermentasi anaerob
dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Tahapan Proses Pembentukan Biogas (Sufyandi, 2001)
Proses pembuatan biogas dengan menggunakan biodigester pada prinsipnya adalah
menciptakan suatu sistem kedap udara dengan bagian-bagian pokok yang terdiri dari tangki
pencerna (digester tank), lubang input bahan baku, lubang output lumpur sisa hasil
pencernaan (slurry) dan lubang penyaluran biogas yang terbentuk. Dalam digester
terkandung bakteri metana yang akan mengolah limbah organik menjadi biogas. Ada
beberapa jenis reaktor biogas yang sering digunakan antara lain :
1. Reaktor Kubah Tetap (Fixed Dome)
Reaktor ini dibuat pertama kali di Cina sekitar tahun 1930-an, kemudian sejak saat
itu reaktor ini berkembang dengan berbagai model. Reaktor ini memiliki dua bagian.
Bagian pertama adalah digester sebagai tempat pencerna material biogas dan sebagai
rumah bagi bakteri, baik bakteri pembentuk asam maupun bakteri pembentuk gas metana.
Bagian ini dapat dibuat dengan kedalaman tertentu menggunakan batu, batubata atau
beton. Strukturnya harus kuat karena menahan gas agar tidak terjadi kebocoran. Bagian
kedua adalah kubah tetap (fixed dome). Dinamakan kubah tetap karena bentuknya
menyerupai kubah dan bagian ini merupakan pengumpul gas yang tidak bergerak (fixed).
Gas yang dihasilkan dari material organik pada digester akan mengalir dan disimpan di
bagian kubah.
Asam AsetatH2
CO2
Asam PropionikAsam Butirik
AlkoholSenyawa lain
Tahap Hidrolisis
Bahan organikKarbohidat
LemakProtein
Bakteri
Bakteri
Tahap Acidifikasi
Asam Asetat
Bakteri
Tahap Pembentukan Metana
Gas MetanaCO2
Bakteri
Bakteri fermentasi Bakteri Asetogenik Bakteri Metanogenesis
Gambar 2.4 Reaktor Kubah Tetap (Fixed Dome)
Kelebihan dari reaktor ini adalah biaya konstruksi lebih murah daripada
menggunakan reaktor terapung karena tidak memiliki bagian bergerak yang menggunakan
besi. Sedangkan kekurangan dari reaktor ini adalah seringnya terjadi kehilangan gas pada
bagian kubah karena konstruksi tetapnya.
2. Reaktor Terapung (Floating Drum Reactor)
Reaktor jenis terapung pertama kali dikembangkan di India pada tahun 1937.
Reaktor ini memiliki bagian digester yang sama dengan reaktor kubah-tetap.
Perbedaannya terletak pada bagian penampung gas yang menggunakan drum yang
bergerak. Drum ini dapat bergerak naik-turun yang berfungsi untuk menyimpan gas.
Pergerakan drum mengapung pada cairan tergantung dari jumlah gas yang dihasilkan.
Kelebihan dari reaktor ini adalah dapat melihat secara langsung volum gas yang
tersimpan pada drum karena pergerakannya. Karena tempat penyimpanannya yang
terapung maka tekanan gas konstan. Sedangkan kekurangannya adalah biaya material
konstruksi dari drum lebih mahal. Faktor korosi pada drum juga menjadi masalah
sehingga bagian pengumpul gas pada reaktor ini memiliki umur yang lebih pendek
dibandingkan tipe kubah-tetap.
Gambar 2.5 Reaktor Terapung (Floating Drum Reactor)
3. Reaktor Balon (Balloon Reactor)
Reaktor balon merupakan jenis reaktor yang banyak digunakan pada skala rumah
tangga yang menggunakan bahan plastik sehingga lebih efisien dalam penanganan dan
perubahan tempat biogas. Reaktor ini terdiri dari bagian yang berfungsi sebagai digester
dan bagian penyimpan gas yang berhubungan tanpa sekat. Material organik terletak di
bagian bawah karena memiliki berat yang lebih besar dibandingkan gas yang akan
mengisi pada rongga atas.
Gambar 2.6 Reaktor Balon ( Balloon Reactor) Sumber : Pambudi, 2008
Biogas sebanyak 1000 ft3 (28,32 m3) mempunyai nilai pembakaran yang sama
dengan 6,4 galon (1 US gallon = 3,785 liter) butana atau 5,2 gallon gasolin (bensin) atau 4,6
gallon minyak diesel. Untuk memasak pada rumah tangga dengan 4-5 anggota keluarga
cukup 150 ft3 per hari (Perdana, 2011).
2.2 Limbah Tahu
Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) bentuk limbah, yaitu
limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa kotoran hasil
pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain yang menempel pada
kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu. Limbah cair pada
proses produksi tahu berasal dari proses perendaman, pencucian kedelai, pencucian peralatan
proses produksi tahu, penyaringan dan pengepresan/pencetakan tahu. Sebagian besar limbah
cair yang dihasilkan oleh industripembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari
tahu yang disebut dengan air dadih (whey). Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi
dan dapat segera terurai. Limbah ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan
terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari lingkungan.
Karakteristik buangan industri tahu meliputi dua hal, yaitu karakteristik fisika dan
kimia. Karakteristik Fisika meliputi padatan total, padatan tersuspensi, suhu, warna, dan bau.
Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas. Suhu air limbah tahu
berkisar 37-45°C, kekeruhan 535-585 FTU, warna 2.225-2.250 Pt.Co, amonia 23,3-23,5
mg/1, BOD5 6.000-8.000 mg/1 dan COD 7.500-14.000 mg/1. Suhu limbah cair tahu pada
umumnya 40-46 °C. Senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam limbah tahu dapat
berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah
tahu adalah gas nitrogen (N2). Oksigen (O2), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3),
karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari dekomposisi bahan-
bahan organik yang terdapat di dalam air buangan (Herlambang, 2002). Komposisi kimia
limbah cair tahu ditunjukkan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Limbah Cair TahuKomposisi %
Karbohidrat 1,94Lemak 0,01Protein 0,05Asam asetat 5,00Air 93,00
Sumber : Pambudi, 2008
2.3 Pengolahan Limbah Cair Tahu
Pengolahan limbah cair tahu dilakukan dengan proses anaerobik. Proses anaerobik
pada hakikatnya adalah proses yang terjadi karena aktivitas mikroba yang dilakukan pada
saat tidak terdapat oksigen bebas. Pertimbangan yang dilakukan adalah mudah, murah dan
hasilnya bagus. Proses biologi anaerobik merupakan salah satu sistem pengolahan air limbah
dengan memanfaatkan mikroorganisme yang bekerja pada kondisi anaerob. Kumpulan
mikroorganisme, umumnya bakteri, terlibat dalam transformasi senyawa komplek organik
menjadi metana.
Ada tiga tahapan dasar yang termasuk dalam keseluruhan proses pengolahan limbah
secara oksidasi anaerobik, yaitu : hidrolisis, fermentasi (yang juga dikenal dengan sebutan
asidogenesis), dan metanogenesis (Metcalf and Eddy, 2003).
Selama proses hidrolisis, bakteri fermentasi merubah materi organik kompleks yang
tidak larut, seperti selulosa menjadi molekul-molekul yang dapat larut, seperti asam lemak,
asam amino dan gula. Materi polimer komplek dihidrolisa menjadi monomer-monomer,
contoh : selulosa menjadi gula atau alkohol. Molekul-molekul monomer ini dapat langsung
dimanfaatkan oleh kelompok bakteri selanjutnya. Hidrolisis molekul kompleks dikatalisasi
oleh enzim ekstra seluler seperti selulase, protease, dan lipase.
Pada proses fermentasi (asidogenesis), bakteri asidogenik (pembentuk asam) merubah
gula, asam amino, dan asam lemak menjadi asam-asam organik (asam asetat, propionate,
butirat, laktat, format) alkohol dan keton (etanol, methanol, gliserol dan aseton), asetat, CO2
dan H2. Produk utama dari proses fermentasi ini adalah asetat. Hasil dari fermentasi ini
bervariasi tergantung jenis bakteri dan kondisi kultur seperti pH dan suhu.
Proses metanogenesis dilaksanakan oleh suatu kelompok mikroorganisme yang
dikenal sebagai bakteri metanogen. Ada dua kelompok bakteri metanogen yang dilibatkan
dalam proses produksi metan. Kelompok pertama, aceticlastic methanogens, membagi asetat
ke dalam metan dan karbondioksida. Kelompok kedua, hidrogen memanfaatkan metanogen,
yaitu menggunakan hidrogen sebagai donor elektron dan CO2 sebagai aseptor elektron untuk
memproduksi metan. Bakteri di dalam proses anaerobik, yaitu bakteri acetogens, juga
mampu menggunakan CO2 untuk mengoksidasi dan bentuk asam asetat. Dimana asam asetat
dikonversi menjadi metan. Sekitar 72% metan yang diproduksi dalam digester anaerobik
adalah formasi dari asetat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses anaerobik adalah suhu, pH, waktu tinggal,
rasio karbon dan nitrogen (C:N), dan mixing.
Dengan sistem anaerobik, gas yang dihasilkan tergantung pada kandungan protein,
lemak dan karbohidrat yang terkandung dalam limbah, lamanya waktu pembusukan minimal
30 hari karena semakin lama pembusukan semakin sempurna prosesnya, suhu di dalam
digester yaitu 15-35 °C, kapasitas kedelai minimal untuk dapat menghasilkan biogas adalah
± 400 kg, untuk produksi tahu dengan kapasitas kedelai 700 kg/hari dihasilkan tidak kurang
dari 10.500 liter gas bio per hari, kebutuhan satu rumah tangga dengan 4-5 orang anggota ±
1.200-2.000 liter gas bio per hari (KLH, 2006).
BAB III
PROSES PEMBUATAN
3.1 Proses Pembuatan
Diagram alir pembuatan biogas dari limbah cair industri tahu dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 diagram alir pengolahan limbah cair industri tahu menjadi biogasSumber : Kaswinarni, 2007
Limbah cair industri tahu
Bar screen0,6 x 0,6 x 0,6 m
Bak penampung(kolam equalisasi)
10,8 x 6 x 3 m
Bak anaerob25,6 x 10,8 x 7,62 m
Bak pengendap(settling tank)2,5 x 0,7 x 6 m
Kolam aerasi10,8 x 6,8 x 0,7 m
Bak pengendap(settling tank)
9,8 x 1,5 x 1,5 m
Sungai
Pipa penguras lumpur
Pipa sirkulasi lumpur
Biogas
3.2 Diskripsi Proses
Air limbah sisa proses produksi mengalir melalui parit atau selokan yang dibuat di
dalam pabrik menuju ke bak equalisasi (bak penampungan), disini air limbah melalui
penyaringan (bar screen) terlebih dahulu untuk memisahkan kotoran-kotoran yang terikut,
sehingga tidak mengganggu proses selanjutnya. Bak penampungan ini mempunyai ukuran
bak : 10,8 x 6 x 3 m, dan waktu tinggal yaitu 31 jam. Dengan adanya jeda waktu produksi
tiap harinya bak ini secara teknis dapat menjadi tempat berlangsungnya proses asidifikasi.
Air limbah selanjutnya memasuki bak anaerob, di dalam bak anaerob ini terjadi
penguraian materi organik (fermentasi). Bak anaerob ini mempunyai ukuran 25,6 x 10,8 x
7,62 m dan waktu tinggal 14 hari. Bak Anaerob ini merupakan tempat berlangsungnya
proses anaerob dan pengambilan biogas. Bentuk dari bak ini adalah lingkaran dan tutup
setengah bola (dome). Bak disekat menjadi 2 bagian dengan bagian akhir dipasang media
filter (dengan botol kemasan air minum). reaktor biogas yang digunakan merupakan reaktor
biogas jenis fixed dome digester (digester permanen), model ini juga dikenal dengan model
Cina. Jenis reaktor ini memiliki volume tetap sehingga produksi gas akan meningkatkan
tekanan di dalam reaktor. Teknologi biogas pada umumnya memanfaatkan proses
pencernaan yang dilakukan oleh bakteri metanogen yang produknya berupa gas metana
(CH4). Gas metana hasil pencernaan tersebut bisa mencapai 60% dari keseluruhan gas hasil
reaktor biogas, sedangkan sisanya didominasi oleh CO2. Bakteri ini bekerja pada
lingkungan yang hampa udara (anaerob), sehingga proses ini disebut juga dengan
pencernaan anaerob (anaerob digestion). Dalam digester permanen, gas ditampung pada
bagian atas dari kubah bangunan digester. Proses produksi biogas dimulai dalam waktu 3-5
hari. Untuk memanfaatkan biogas tersebut pada saluran bagian atas bak penampungan
tersebut diberi saluran (dibuat dari pipa PVC) kemudian gas akan keluar melalui saluran
tersebut. Pipa ini diberi kran sehingga bila dibutuhkan bisa dibuka. Sedangkan bila tidak
dipakai bisa ditutup kembali sehingga gas tetap berada dalam penampungan. Keberhasilan
proses pencernaan bergantung pada kelangsungan hidup bakteri metanogen dalam reaktor,
sehingga beberapa kondisi yang mendukung berkembangbiaknya bakteri ini d dalam
reaktor perlu diperhatikan, misalnya temperatur, keasaman, dan jumlah materi organik yang
akan dicerna. Di dalam reaktor biogas, terdapat dua jenis bakteri yang sangat berperan,
yakni bakteri asam dan bakteri methan. Kedua jenis bakteri ini perlu ada dalam jumlah
yang berimbang. pH di dalam digester berkisar antara 6,5 s/d 8. Bakteri methan ini cukup
sensitif terhadap temperatur. Temperatur 35°C diyakini sebagai temperatur optimum untuk
perkembangbiakan bakteri methan.
Setelah melalui proses anaerobik, kemudian air limbah masuk ke bak pengendap
(Settling Tank) dengan ukuran bak : 2,5 x 0,7 x 6 m, volume 10,5 m3, dan waktu tinggal 8,2
jam. Bak pengendap ini berfungsi untuk mengurangi partikel-partikel padat dalam air
limbah dengan cara mengendapkan selama waktu tertentu sehingga terendapkan sekaligus
mengurangi kekeruhan. Sebagian partikel kasar akan mengendap di dalam bak, sedangkan
partikel yang halus terikut bersama dengan air. Apabila jumlah lumpur pada unit ini terlalu
banyak, maka dilakukan pengembalian lumpur ke dalam bak anaerob melalui saluran
resirkulasi lumpur.
Tahap selanjutnya air limbah yang sudah melalui proses anaerobik dan bak
pengendap kemudian masuk ke unit kolam aerasi, disini air limbah memasuki tahap
pengolahan aerobik. Kolam aerasi ini mempunyai ukuran 10,8 x 6,8 x 0,7 m, volume 51,4
m3 dan waktu tinggal 8,2 jam. Kadar oksigen terlarut air limbah yang sudah melalui proses
anaerobik adalah nol. Oleh karena itu dialirkan menuju ke kolam aerasi untuk
meningkatkan kadar oksigen terlarut. Aerator yang bekerja pada kolam akan memberikan
udara. Semakin banyak kontak oksigen dengan air, maka semakin banyak air limbah akan
menyerap oksigen. Aerasi ini efektif untuk mengurangi bahan-bahan kimia yang
menyebabkan bau seperti H2S. Selain itu juga dapat melepaskan karbondioksida terlarut
dari air.
Proses selanjutnya air limbah masuk ke bak sedimentasi. Bak sedimentasi ini
mempunyai ukuran 9,8 x 1,5 x 1,5 m, volume 22,05 m3 dan waktu tinggal 3,5 jam. Proses
dalam bak ini diharapkan dapat menurunkan kekeruhan. Selanjutnya air limbah dapat
dibuang ke lingungan (peairan).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim ,2009, “Gas Encyclopaedia” , http://www.airliquide.com/GasEncyclopaedia.html
Anonim ,2012, “Biogas” , http://id.wikipedia.org/wiki/biogas
Firdaus, I.U., 2009, “Energi Alternatif Biogas”, http://www.migas-indonesia.com/index.php
Kaswinarni, Fibria., 2007, “Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat Dan Cair Industri Tahu”,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Pambudi, A., 2008, “Pemanfaatan Biogas Sebagai Eenrgi Alternatif”, http://www.dikti.org/ ?
q=node/99
Perdana, Hendrik., 2011, “Pengolahan limbah tahu menjadi biogas”, http://www.hendrik-
perdana.web.id/artikel/umum/333-pengolahan-limbah-tahu-menjadi-biogas/
Purnama, C., 2009, “Penelitian Pembuatan Prototipe Pengolahan Limbah Menjadi Biogas”,
http://www.sttal.ac.id/index.php/lppm/64-biogas
Sufyandi, A., 2001, “Informasi Teknologi Tepat Guna untuk Pedesaan Biogas”, Bandung.