Makalah Bioanalisa mala
Transcript of Makalah Bioanalisa mala
MAKALAH BIOANALISA
RANCANGAN OBAT BARU (QSAR)
“VILDAGLIPTIN”
Disusun oleh :
Luciana Prinsia (050801029)Nirmala Sigi P (050801037)Okvitia N (050801040)Riski U (050801045)Santi Listyas J (050801048)
Pengampu :Indriati Hapsari, S.Farm, Apt
BAB I
PENDAHULUAN
Lebih dari Sepuluh tahun yang lalu, pilihan oral anti hiperglikemik untuk penderita,
banyak diperdebatkan. Sulfonilurea (SU) merupakan satu-satunya golongan yang pada waktu itu
ada, dan dari golongan inipun efikasi, efek sampingnya berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya. Situasi saat ini lebih mengutamakan evaluasi pengobatan dari berbagai kategori, dengan
mekanisme kerja yang berbeda-beda. Para dokter harus lebih memikirkan untuk memberikan
OAD, baik golongan Sulfonilurea (SU), Biguanida (Metformin), Penghambat glukosidase alpha
(AGI/Alpha Glucosidase Inhibitor), Meglitinid, Thiazolidindion (TZD), Resin asam empedu
(BAR/Bile Acide Resin), atau Penghambat DPP-4. Disamping itu juga ada beberapa sediaan
dalam bentuk injeksi, yang digunakan untuk mengatasi hiperglikemia. Artikel ini memberikan
pandangan mengenai sistim ensim DPP-4, beserta farmakologi dan penggunaan klinis dari
Penghambat DPP-4.
Harapan baru telah muncul bagi para penderita diabetes di Indonesia khususnya yang
menjalani pengobatan tetapi belum juga menunjukkan perbaikan yang signifikan. Kini telah
hadir obat generasi baru berzat aktif vildagliptin yang di klaim memiliki keunggulan
dibandingkan kelompok obat atau generasi sebelumnya. Misalnya saja pada penyakit diabetes
melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia (tingginya kadar glukosa
dalam darah). Diabetes melitus dapat mengakibatkan kerusakan pada beberapa organ tubuh
seperti: mata, syaraf, ginjal, dan juga berkontribusi untuk berkembangnya proses penyakit
aterosklerosis yang akan berefek pada gangguan jantung, otak dan organ lain dalam tubuh.
Prevalensi diabetes melitus di seluruh dunia mengalami peningkatan yang cukup besar. Di tahun
2003, prevalensi di daerah urban sebesar 14.7% (8.2 juta jiwa), sedangkan di daerah rural 7.2%
(5.5 juta jiwa) dibandingkan dengan total populasi di atas usia 20 tahun. Jadi total prevalensi
sebesar 13.8 juta jiwa.
World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan pasien diabetes di Indonesia
dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. (Konsensus
Pengelolaan Diabetes Melitus 2006). Berdasarkan data IDF (International Diabetes Federation)
tahun 2002, Indonesia merupakan negara ke-4 terbesar untuk prevalensi diabetes melitus. Untuk
itu, diperlukan penanganan yang tepat bagi penderita diabetes melitus tipe 2.
Di Indonesia, penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 2 mengacu kepada:
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani Intervensi farmakologis.
Saat ini ada 4 macam Obat Hipoglikemik Oral (OHO) yaitu:
1. Pemicu sekresi insulin/insulin secretagogue: Sulfonylurea, dan Glinid Penambah
sensitifitas insulin: Metformin, Tiazolidindion
2. Penghambat glukoneogenesis: Metformin
3. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat Glukosidase alfa
“Pada bulan Oktober 2008 ini, PT Dexa Medica memasarkan Obat Hipoglikemik Oral yang
baru yaitu: VILDAGLIPTIN ke seluruh Indonesia. VILDAGLIPTIN diproduksi oleh PT
Novartis Indonesia," menurut Dorothy Maria Dharma, Head of Marketing & Sales Sinergi PT
Dexa Medica, saat Media Edukasi Penatalaksanaan Diabetes – VILDAGLIPTIN: Terapi Baru
Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2, yang diselenggarakan PT Dexa Medica pada Kamis 16
Oktober 2008, di Jakarta.
Vildagliptin akan dipasarkan PT.Dexa Medica efektif mulai Oktober 2008 ini. Obat ini
sebenarnya ditemukan oleh Novartis, perusahaan yang berpusat di Swiss. Novartis dan Dexa
Medica melakukan sharing competency sehingga dapat dipasarkan ke konsumen Indonesia.
BAB II
ISI
A.PENGERTIAN
Vildagliptin memperlihatkan kemampuan memperbaiki fungsi sel. Kerusakan progresif
pada fungsi sel pankreas yang terjadi pada T2DM (Type 2 Diabetes Mellitus) yang diikuti
dengan hilangnya massa sel, lebih besar dikarenakan apoptosis yang meningkat.
Vildagliptin adalah Dipeptidyl peptidase-4 Inhibitor (DPP-4 Inh) yang poten, selektif dan
reversibel. Melalui mekanisme aksi ini, VILDAGLIPTIN memperpanjang waktu kerja GLP-1
sehingga terjadi peningkatan insulin dan sekaligus menekan sekresi glukagon sehingga terjadi
kontrol glukosa darah yang diinginkan.
Vildagliptin memperbaiki sensitivitas sel dan terhadap glukosa, karena meningkatnya
glucose-dependent insulin secretion dan menurunkan sekresi glukagon.
Vildagliptin (sebelum diidentifikasi LAF 237, nama dagang Galvus) adalah agen
hiperglikemi oral anti baru (obat anti diabetes) yang baru peptidase dipeptydyl-4 (DPP-4)
inhibitor kelas obat. Vildagliptin menghambat inaktivasi GLP-1 dan GIP oleh DPP-4,
memungkinkan GLP-1 dan GIP untuk mempotensiasi sekresi insulin dalam sel beta dan
menekan pelepasan glukagon oleh sel – sel alfa di pulau Langerhans pancreas. Vildagliptin telah
ditunjukkan untuk mengurangi hiperglikemia pada diabetes mellitus.tipe 2.
Gambar: Galvus (vildagliptin) obat oral yang dikonsumsi sekali sehari untuk penderita diabetes
tipe 2. Vildagliptin bekerja dengan meningkatkan jumlah dua hormon inkretin yang ditemukan di
tubuh disebut glucagon-like peptide-1 (GLP-1) dan glucose-dependent insulinotropic peptide
(GIP).0
Vildagliptin bertindak sebagai inhibitor protein Dipeptidyl Peptidase-4 (DPP-4 Inh) yang poten,
selektif, dan reversible. Secara sederhana, obat ini bekerja dengan cara memperbaiki fungsi sel
beta pancreas (sel yang memproduksi insulin) dan sel alfa pancreas (yang memproduksi
glucagon) serta memperbaiki sensitivitas insulin.
B. MEKANISME KERJA
Obat-obat kelompok terbaru ini bekerja berdasarkan penurunan efek hormon incretin.
Inccretin berperan utama terhadap pruduksi insulin di prankeas dan terpenting adalah GLPI dan
GIP, yaitu glukagon like peptide dan glucose dependent insulinotropik polipeptide. Inkretin ini
diuraikan oleh suatu enzim khas DPP-4 dipeptidyl peptidase. Dengan penghambatan enzim ini ,
senyawa gliptin mengurangi penguraian dan inaktivasin increptin , sehingga kadar insulin
meningkat.
Hormon Inkretin dan DPP-4
Begitu banyak didiskusikan mengenai DPP-4 dan penghambat DPP-4, dan hal ini tidak
lengkap bila tidak membahas mengenai hormon inkretin endogen yaitu: GLP-1 (Glucagon-like
peptide-1) dan GIP (Glucose-dependent insulinotropic Polypeptide). Kedua hormon ini (GLP-1
dan GIP) dikeluarkan oleh sel L (GLP-1) dan sel K (GIP) yang berada di saluran pencernaan.
GLP-1 dan GIP dikeluarkan bila ada stimulasi (perangsangan) glukosa intraluminal (glukosa di
dalam usus). Baik GLP-1 maupun GIP akan mengakibatkan peningkatan sekresi insulin, karena
kedua hormone ini dikeluarkan berdasarkan glucose-dependent. GLP-1 juga berkontribusi untuk
menjaga homeostasis (keseimbangan) glukosa, melalui efeknya terhadap biosintesa
(pembentukan) insulin, dan penghambatan pelepasan glukagon.
GLP-1 akan menstimulasi (merangsang) sekresi (dikeluarkannya) insulin hanya bila
dalam kondisi hiperglikemi. Dalam hal ini GLP-1 memiliki risiko minimal terhadap
hipoglikemia. Jadi GLP-1 merupakan molekul yang bersifat sebagai anti hiperglikemia. GLP-1
juga berkaitan dengan kenyamanan, karena GLP-1 bersifat menurunkan pengosongan lambung.
Penderita dengan DM tipe 2, memiliki kadar GLP-1 yang rendah, tetapi tetap memiliki
kemapuan untuk menjalankan fungsinya. Jadi sangatlah mungkin memperbaiki kontrol glikemik,
dengan cara pemberian GLP-1 dari luar.
Sangat disayangkan, karena kondisi fisiologis, GLP-1 dan GIP sangat cepat di non-
aktifkan oleh ensim DPP-4. Akibatnya GLP-1 dan GIP tidak dapat menjalankan fungsinya
dengan baik. Untuk itu dibuatlah molekul yang dapat menurunkan degradasi (pembongkaran)
oleh DPP-4, sehingga efek dari GLP-1 bisa tetap berfungsi. Ada 1 jenis obat yang mengandung
GLP-1, yang disebut dengan golongan GLP-1 analog (berisi Exenatide). Obat ini sudah ada di
pasar Amerika. Dan obat lain dari golongan GLP-1 analog, yaitu yang mengandung Liraglutide,
sampai saat ini masih diteliti (penelitian baru sampai fase lll.
Selain GLP-1 analog, ada molekul lain yang dapat menghambat aktifitas DPP-4.
Penghambat DPP-4 dapat memperpanjang aktifitas kerja dari GLP-1 endogen, dan hal ini sangat
menarik. GLP-1 analog merupakan struktur protein (molekulnya besar), dan umumnya
permberian secara injeksi. Sama seperti exenatide, juga diberikan secara injeksi. Dalam hal ini
Obat Penghambat DPP-4, dibentuk dari molekul yang lebih kecil, sehingga dapat diabsorpsi
(diserap) dari saluran gastro intestinal. Jadi Obat Penghambat DPP-4 dapat dibuat dalam bentuk
tablet, dan diberikan secara oral. Obat penghambat DPP-4 yang mengandung Sitagliptin, dengan
nama Januvia sudah ada di pasar OAD. Januvia sudah di approve oleh FDA (Food Drug
Administration). Ada lagi golongan Penghambat DPP-4 yaitu: Vildagliptin (juga sudah ada di
pasar OAD), Saxagliptin, Alogliptin dan Denagliptin. Saxagliptin, Alogliptin dan Denagliptin
saat ini masih dalam pengembangan, belum ada di pasar OAD. Penghambat DPP-4 merupakan
golongan OAD baru yang saat ini sangat diperhitungkan sebagai pilihan OAD untuk terapi
hiperglikemia.
C. Efek penghambat, Efek samping, Kontra indikasi dan Perhatian untuk Vildagliptin.
Efek Penghambat DPP-4
Berdasarkan system kerja ensim DPP-4, penghambatan DPP-4 ini akan meningkatkan kadar
GLP-1, dan akan memiliki efek sebagai antihiperglikemik. Efek ini telah dibuktikan baik pada
binatang maupun pada hewan. Penelitian pada binatang (tikus gemuk yang diabetes), dilakukan
untuk mengevaluasi peranan dari Penghambat DPP-4, dan terbukti:
Memperbaiki toleransi glukosa
Meningkatkan sekresi insulin
Memperlambat kejadian diabetes berat.
Penelitian binatang ini telah membuktikan bahwa Penghambat DPP-4, memperbaiki
sensitifitas insulin juga, dan dapat menurunkan toksisitas glukosa. Hal ini telah dibuktikan
dengan Penghambat DPP-4, dapat memperbaiki jumlah GLP-1 endogen, sehingga GLP-1 dapat
merangsang sel beta pankreas. GLP-1 juga memiliki efek anti apoptosis terhadap sel beta
pankreas, sehingga GLP-1 dapat menurunkan kematian sel beta pankreas.
Penghambat DPP-4 erat hubungannya dengan peningkatan jumlah sel beta pankreas, dan
pembentukan baru (neogenesis) sel beta pankreas melalui streptozotocin. Jadi pada tikus gemuk
yang diabetes tersebut telah terbukti bahwa: Jumlah sel beta pankreas menjadi banyak, dan sel
beta yang sudah rusak dapat berfungsi kembali (neogenesis). Penelitian ini memang belum
dicoba ke manusia. Tetapi tidak diragukan bahwa hal ini juga bermanfaat pada manusia, dan
Penghambat DPP-4 merupakan golongan OAD baru yang berpotensi untuk mencegah DM tipe
2.
Obat Penghambat DPP-4 sangatlah inovatif,efek farmakologisnya dalam menghambat
degradasi (kematian GLP-1). Manfaat penggunaan Penghambat DPP-4 adalah:
Menstimulasi (merangsang) sekresi insulin
Menghambat sekresi glukagon
Meningkatkan massa sel beta pankreas
Memperlambat pengosongan lambung
Tabel 1 membandingkan efek GLP-1 endogen dan Penghambat DPP-4.
Diabetes Tipe 2 Efek GLP-1 endogen Penghambat DPP-4
Gangguan sekresi insuin Stimulasi insulin dengan
mekanisme kerja Glucose-
dependent (bergantung pada
adanya glukosa)
Ya
Hiperglukagonemia Menekan sekresi Glukagon Ya
Penurunan massa sel beta
pancreas
Meningkatkan sintesa pro-
insulin (bakal insulin)
Ya
Jumlah kematian
(apoptosis) sel
beta meningkat
Menghambat apoptosis
(kematian) sel beta
Ya
Pengosongan lambung
menjadi cepat, menjadi
lambat atau normal
Memperlambat pengosongan
lambung
Tidak berpengaruh
Asupan energy berlebihan
(hiperkalori) / obesitas
Menekan nafsu makan/
Menurunkan berat badan
Tidak berpengaruh
terhadap nafsu makan.
Berat badan tidak meningkat
Melalui mekanismenya, Vildagliptin juga menghasilkan efek farmakologik dan klinik sbb:
1. Menghemat fungsi sel beta pankreas
2. Memperbaiki fungsi sel beta yang sudah rusak
3. Merupakan satu-satunya jenis OAD yang juga bekerja terhadap sel alfa
4. Minimal interaksi obat
5. Efektif terhadap obat pengobatan diabetes yang sudah gagal dengan terapi lain
Efek tidak diinginkan yang dilaporkan adalah sangat sedikit sekali, baik sebagai
monoterapi maupun terapi kombinasi. Dan tidak dijumpai kematian pada setiap studi
Vildagliptin.
Efek yang paling sering terjadi adalah nasofaringitis sedang, sakit kepala, dan pusing.
Efek hipoglikemia sangat sedikit dijumpai, baik sebagai monoterapi maupun terapi kombinasi
dengan anti hiperglikemik lainnya.
D. Farmakokinetik dan Interaksi obat Vildagliptin.
Vildagliptin tidak berefek pada usia, jenis kelamin, dan BMI (Index massa tubuh). Jadi
tidak diperlukan penyesuaian dosis pada ke 3 faktor di atas. Vildagliptin cepat diserap ke dalam
darah. Konsentrasi maksimal adalah 1-2 jam setelah pemberian oral. Bioavailabilitas hampir
sama dengan Sitagliptin, yaitu 85%. Steady stade (tetap berada dalam darah dengan kadar yang
stabil) adalah 70.5 liter.
Vildagliptin dihidrolisa menjadi metabolit yang tidak aktif. Vildagliptin terutama
diekskresi (dikeluarkan) melalui urin (85%), dan 15% melalui faeces (tinja). T1/2 Vildagliptin
yang dilaporkan adalah 1.68 – 2.54 jam. Vildagliptin tidak menghambat sitokrom P450. T1/2
tidak berdampak negatif pada penderita gangguan hati. Tidak dilaporkan adanya interaksi obat
pada penggunaan dengan Vildagliptin.
Vildagliptin Vildagliptin
Systematic ( IUPAC ) name Sistematik ( IUPAC ) nama
( S )-1-[ N -(3-hydroxy-1-adamantyl)glycyl]pyrrolidine-2-carbonitrile (S) -1 -
N [- (3-hydroxy-1-adamantyl) glycyl] Pirolidina-2-carbonitrile