antinurmala92.files.wordpress.com · Web view(Laporan Penelitian Pengambilan Nomor Induk Anggota)...
Transcript of antinurmala92.files.wordpress.com · Web view(Laporan Penelitian Pengambilan Nomor Induk Anggota)...
i
KEANEKARAGAMAN ANGGREK PADA JALUR PENDAKIAN BATU KERAMAT GUNUNG TANGGAMUS
(Laporan Penelitian Pengambilan Nomor Induk Anggota)
OlehANTI NURMALA
1214051009
MAHASISWA PECINTA ALAM UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2014
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Laporan :Keanekaragaman Anggrek pada Jalur Pendakian
Batu Keramat Gunung Tanggamus
Nama :ANTI NURMALA
NPM :1214051009
Lokasi :Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung
Waktu :25-28 April 2014
Bandar Lampung, 5 September 2014
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dharma Dian Saputra M 245 UL Marfuatun HasanahNIA M 251 UL NIA M 235 UL
Mengesahkan,
Badan Diklat Ketua Mapala Unila
Marwanto Didi Aryadi NIA M 240 UL NIA M 241 UL
iii
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulisan ini dapat diselesaikan.shallawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta
umatnya sampai akhir zaman.
Dalam kesempatan ini penulis sangat berterimakasih kepada berbagai pihak yang
terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penulisan ini,
diantaranya:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.
2. Kedua orang tua dan keempat saudara tercinta yang telah mendoakan dan
memberi semangat dalam menyelesaikan penulisan ini.
3. Kyai Didi Aryadi selaku ketua Mapala Universitas Lampung yang selalu
memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis.
4. Kyai Marwanto selaku Badan Diklat yang selalu memberikan semangat,
motivasi, dan dukungan kepada penulis.
5. Saudara Darma Dian Saputra selaku pembimbing Lapangan yang telah
banyak membantu, memberi semangat dorongan serta dukungan kepada
penulis.
iv
6. Kanjeng Marfuatun Hasanah selku Pembimbing Penulisan yang telah
memberikan pembimbingan dan pengarahan dengan baik.
7. Tim pendakian Kanjeng Noviatusa’adiah, Dharma Dian Saputra dan Hani
Meilani sebagai yang telah banyak membantu dan berkerja sama dengan
baik.
8. Saudara angkatanku ke –XXII Molor Teledor yang telah banyak
membantu dan memberikan semangat kepada penulis.
9. Kyai dan Kanjeng yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari Laporan Penelitian
Pengambilan Nomor Induk Anggota ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran sehingga laporan ini menjadi apa yang diinginkan dalam penyusunan
Laporan Penelitian
Dan tak lupa penuls ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu sehingga Laporan Penelitian ini dapat diselesaikan. Semoga
Laporan Penelitian ini dapatberguna bagi kita semua.
Amin ya robbal a’lamin
Bandar Lampung, 05 Oktober 2014
Penulis
Anti Nurmala
v
DAFTAR ISI
halaman
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
SAN WACANA....................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................v
DAFTAR TABLE.................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1B. Rumusan masalah.................................................................................2C. Tujuan...................................................................................................3D. Manfaat penulisan................................................................................3E. Batasan..................................................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Keanekaragaman..................................................................5B. Pengertian Anggrek...............................................................................7C. Habitat Anggrek...................................................................................12D. Berdasarkan Tempat Tumbuh..............................................................13E. Berdasarkan Kisaran Suhu...................................................................15F. Distribusi Anggrek..............................................................................16G. Faktor faktor Fisik Kimia....................................................................16H. Gunung Tanggamus.............................................................................19
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat..............................................................................22B. Metode dan Teknik Penelitian.............................................................22
vi
C. Pengolahan Data..................................................................................23D. Analisis Data.......................................................................................25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil................................................................................................…26B. Pembahasan....................................................................................…37
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.....................................................................................…44B. Saran...............................................................................................…45
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................….59
LAMPIRAN.....................................................................................................…60
Rincian Dana Kegiatan.....................................................................................…61
Jadwal Kegiatan................................................................................................…62
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jenis anggrek diketinggian 900mdpl....................................................262. Jenis anggrek diketinggian 1100..........................................................273. Jenis anggrek diketinggian 1300..........................................................284. Jenis anggrek diketinggian 1500..........................................................285. Jenis anggrek diketinggian1700...........................................................306. Jenis anggrek diketinggian 1900..........................................................327. Jenis anggrek diketinggian 2120..........................................................348. Jenis Anggrek Perketinggian................................................................419. Kerapatan dan Frekuensi Anggrek.......................................................52
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman1. Anggrek simpodial dan monopodial.......................................................92. Berbagai bentuk daun anggrek................................................................103. Bagian-bagian bunga anggrek.................................................................114. Biji anggrek.............................................................................................115. Anggrek berdasarkan tempat tumbuh.....................................................146. Peta gunung tanggamus...........................................................................657. Gambar anggrek tampak atas dan tampak samping................................668. Macam-macam spesies anggrek yang ditemukan...................................679. .................................................................................................................10. Inventarisasi............................................................................................6911. Invetarisasi dilembahan...........................................................................70
1
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suku anggrek-anggrekan atau Orchidaceae merupakan satu suku tumbuhan
berbunga dengan anggota jenis terbanyak. Jenis-jenisnya tersebar luas dari
daerah tropika basah hingga wilayah sirkumpolar, meskipun sebagian besar
anggotanya ditemukan di daerah tropika. Kebanyakan anggota suku ini hidup
sebagai epifit, terutama yang berasal dari daerah tropika. Anggrek di daerah
beriklim sedang biasanya hidup di tanah dan membentuk umbi sebagai cara
beradaptasi terhadap musim dingin. Organ-organnya yang cenderung tebal
dan berdaging membuatnya tahan menghadapi tekanan ketersediaan air.
Anggrek epifit dapat hidup dari embun dan udara lembap. Indonesia
merupakan negara dengan tingkatan kekayaan plasma nutfah anggrek terbesar
kedua setelah Brazil. Dari sekitar 26.000 spesies anggrek di dunia, sekitar
5000 hingga 6000 jenis anggrek diantaranya terdapat di Indonesia. Dan tidak
sedikit diantaranya yang merupakan jenis anggrek endemik Indonesia.
Bahkan hingga kini, jumlah spesies anggrek di Indonesia semakin bertambah
dengan terus ditemukannya spesies-spesies baru (Archhive, 2012).
2
Gunung Tanggamus adalah sebuah gunung yang terletak di Kecamatan Kota
Agung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Gunung ini berada di
sebelah timur laut dari Kota Agung dengan jarak sekitar 10 km.
Dengan topografi daerah pantai bakau, rawa, hingga pegunungan yang
berbatu-batu diselingi oleh dataran hutan yang sangat beragam pulau
Sumatra menghasilkan beberapa jenis Anggrek yang sangat menakjubkan.
Salah satunya yang paling menawan adalah Coleogine dayana merupakan
salah satu jenis anggrek Indonesia (Agromedia, 2006).
Di gunung Tanggamus banyak sekali ditemukan anggrek namun belum
diketahui dengan pasti jenis anggrek apa saja yang ada di gunung Tanggamus
padahal Gunung Tanggamus merupakan salah satu objek wisata yang banyak
terdapat anggrek.
Penelitian tentang jenis anggrek di Gunung Tanggamus perlu dilakukan
untuk mengetahui jenis anggrek apa saja yang terapat digunung Tanggamus.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di atas, rumusan masalah yang
dikemukakan adalah jenis anggrek apa saja yang terdapat di jalur
pendakian Batu Keramat Gunung Tanggamus
3
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui jenis anggrek apa saja yang ada di jalur pendakian Batu
Keramat Gunung Tanggamus
2. Adakah anggrek yang dilindungi yang tumbuh di Gunung Tanggamus
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai informasi kepada pembaca tentang macam jenis anggrek yang
ada pada jalur pendakian Batu Keramat Gunung Tanggamus
2. Sebagai informasi kepada pembaca tentang macam jenis yang
dilindungu yang ada pada jalur pendakian Batu Keramat Gunung
Tanggamus
3. Sebagai data base tentang keanekaragaman jenis anggrek untuk
Sekretariat Mapala Unila
4. Sebagai salah satu syarat Pengambilan Nomor Induk Anggota Mapala
Unila.
4
E. Batasan-batasan
Batasan-batasan penulisan ini adalah penelitian keanekaragaman anggek
bedasarkan jenisnya yang ada pada Jalur Pendakian Batu Keramat
Gunung Tanggamus,dan penelitian ini dilakukan dengan metode
inventarisasi berdasarkan perbedaan ketinggian dan dimulai dari
ketinggian 900 mdpl. Pengeplotan dilakukan dengan cara pengukuran
10m kekiri,dan 10 m kekanan dari jalur pendakian, serta perbedaan jarak
antar plot kurang lebih 200 mdpl.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Keanekaragaman
Keanekaragaman yaitu hal yang beranekaragam (KBBI, 2010), yang
dimaksud beranekaragam disini yaitu keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati adalah keseluruhan variasi berupa bentuk,
penampilan, jumlah, dan sifat yang dapat ditemukan pada makhluk hidup.
Setiap saat kita dapat menyaksikan berbagai macam makhluk hidup yang
ada disekitar kita baik di daratan maupun di perairan. Begitu juga dengan
tumbuhan, kita dapat mengamati tumbuhan di daratan atau di lautan
dengan jenis, ukuran, warna dan bentuk yang beragam (Kiddings, 2009).
1. Keanekaragam Tingkat Ekosistem
Makhluk hidup dalam kehidupan selalu melakukan interaksi dengan
lingkungannya, baik dengan lingkungan abiotik maupun lingkungan
biotik. Bentuk interaksi tersebut akan membentuk suatu sistem yang
dikenal dengan isitilah ekosistem. Keanekaragam Tingkat ekosistem
adalah keanekaragaman yang dapat ditemukan diantara ekosistem. Di
permukaan bumi susunan biotik dan abiotik pada ekosistem tidak
6
sama. Lingkungan abiotik sangat mempengaruhi keberadaan jenis dan
jumlah komponen biotik (makhluk hidup). Wilayah dengan kondisi
abiotik berbeda umumnya mengandung komposisi makhluk hidup
yang berbeda juga.
Kondisi lingkungan tempat hidup suatu makhluk hidup yang beragam
biasanya dapat menghasilkan jenis makhluk hidup yang beragam pula.
Hal demikian dapat terbentuk karena adanya penyesuaian sifat-sifat
keturunan secara genetik dengan lingkungan tempat hidupnya. Sebagai
komponen biotik, jenis makhluk hidup yang dapat bertahan hidup
dalam suatu ekosistem adalah makhluk hidup yang dapat berinteraksi
dengan lingkungannya, baik dengan komponen biotik maupun
komponen abiotiknya. Jika susunan komponen biotik berubah, bentuk
interaksi akan berubah sehingga ekosistem yang dihasilkan juga
berubah.
2. Keanekaragaman Tingkat Jenis (Spesies)
Merupakan keanekaragaman individu yang berbeda spesies,
keanekaragaman ini memperlihatkan adanya variasi bentuk,
kenampakan, dan variasi sifat lainnya antara spesies satu dengan
lainnya. Misalnya, variasi yang terjadi pada berbagai spesies unggas
seperti ayam, bebek, itik, angsa, dan lain-lain.
3. Keanekaragaman Tingkat Gen (Genetika)
Merupakan keanekaragaman yang terjadi antara individu satu dengan
lainnya yang masih dalam satu spesies. Hal ini disebabkan adanya
7
variasi komposisi atau susunan gen (DNA) pada masing-masing
individu meskipun mereka satu spesies, sehingga di dunia ini tidak ada
makhluk hidup yang sama persis. Misalnya, variasi dalam spesies
ayam (Gallus gallus) yang meliputi ayam cemani (berwarna hitam),
ayam bangkok (putih), ayam arab, dan ayam kampung.
B. Pengertian Anggrek
Kata ‘orchid’ dalam bahasa Yunani, berasal dari orchis yang berarti
testicle. Yang termasuk dalam keluarga Orchidachiae adalah anggrek.
Dihabitatnya, anggrek biasa ditemukan tumbuh di hutan-hutan gelap, di
lereng-lereng terbuka, di batu-batu karang terjal, hingga di batu-batu
daerah pantai. Banyaknya tempat tumbuh anggrek membuat para ahli
mencoba merumuskan jenis anggrek sesuai dengan habitanya. Anggrek
merupakan herba menahun yang sebagian besar hidup sebagai epifit dan
kebanyakan dengan akar rimpang atau batang yang membesar
(Widiastoety et al, 1998; Sandra 2002).
Anggrek adalah nama umum untuk menyebut semua jenis tumbuhan
famili Orchidachiae (keluarga angrek-anggrekan). Famili ini merupakan
salah satu grup terbesar diantara tumbuhan bunga-bungaan lainnya.
Diperkirakan diseluruh dunia terdapat sekitar 15.000-20.000 spesies
anggrek dengan 900 genus (marga) yang tumbuh endemik yang tersebar
di 750 negara. Indonesia memiliki sekitar 5000 hingga 6000 jenis spesies
8
anggrek dari total 20.000 spesies anggrek di dunia. Anggrek dapat
dijumpai hampir disetiap tempat di dunia, kecuali Antartika dan padang
pasir. Tanaman anggrek yang sedemikian banyak jumlahnya, secara
morfologi hampir sama, hanya lingkungan hidupnya saja yang berbeda,
tergantung habitat asalnya (Gunawan, 2007).
Secara morfologi, tanaman anggrek terdiri dari beberapa bagian sebagai
berikut:
1. Akar
Akar anggrek berbentuk silindris, berdaging, lunak, dan mudah patah.
Bagian ujung akar meruncing, licin dan sedikit lengket. Dalam
keadaan kering, akar tampak berwarna putih keperak-perakan dan
hanya bagian ujung akar saja berwarna hijau atau tampak agak
keunguan. Akar yang sudah tua akan berwarna coklat tua dan kering.
Akar anggrek berfilamen, yaitu lapisan luar yang terdiri dari beberapa
lapis sel berongga dan transparan, serta merupakan lapisan pelindung
pada sistem saluran akar (Latif, 1960). Filamen ini berfungsi
melindungi akar dari kehilangan air selama proses transpirasi dan
evaporasi, menyerap air, melindungi bagian dalam akar, serta
membantu melekatkana akar pada benda yang ditumpanginya. Air atau
hara yang langsung mengenai akar akan diabsorbsi (diserap) oleh
filamen dan ujung akar. Namun, hanya air dan hara yang diserap
melalui ujung akar saja yang dapat disalurkan ke dalam jaringan
tanaman (Darmono, 2008).
9
2. Batang
Berdasarkan pertumbuhannya, batang anggrek dapat dibagi menjadi
dua golongan yaitu tipe simpodial dan tipe monopodial.
a. Tipe Simpodial
Pada umumnya anggrek tipe ini mempunyai beberapa batang
utama dan dengan pertumbuhan ujung batang terbatas.
Pertumbuhan batang akan terhenti bila telah mencapai maksimal.
Pertumbuhan baru dilanjutkan oleh tunas anakan yang tumbuh di
sampingnya. Tunas anakan tersebut tumbuh dari rizom yang
menghubungkannya dengan tanaman induk. Bunga tumbuh di
pucuk atau sisi batang, contoh seperti genus Dendrobium,
Coelogyne, Grammatophyllum, Oncidium dan Cattleya.
b. Tipe Monopodial
Anggrek tipe monopodial mempunyai batang utama dengan
pertumbuhan tidak terbatas. Bentuk batangnya ramping, tangkai
bunga keluar diantara dua ketiak daun, contohnya genus Vanda,
Aranthera dan
Phalaenopsis
(Darmono, 2008).
10
Anggrek Simpodial
Anggrek Monopodial
Gambar 1. Anggrek Simpodial dan Monopodial
3. Daun
Bentuk daun anggrek terdiri dari bermacam-macam bentuk, ada yang
bulat telur, bulat telur terbalik, artinya bagian daun yang bagian atas
lebar dan bagian pangkal kurang lebar, memanjang bagai pita atau
serupa daun tebu. Daun jenis Coelogyne dan Spathoglottis mendekati
bentuk daun kunyit, sedangkan daun genus Dendrobium dan
Phalaenopsis berbentuk bulat memanjang. Tebal daun beragam, dari
tipis sampai berdaging dan kaku, permukaannya rata. Daun tidak
bertangkai, sepenuhnya duduk pada batang. Bagian tepi tidak bergerigi
(rata) dengan ujung daun terbelah. Tulang daun sejajar dengan tepi
daun dan berakhir di ujung daun. Susunan daun berseling-seling atau
berhadapan. Warna daun anggrek hijau muda atau hijau tua,
kekuningan dan ada pula yang bercak-bercak (Latif, 1960).
11
Bulat telur daun kutyit
Bulat telur terbalik Pita Lonjong
Gambar 2. Berbagai bentuk daun anggrek
4. Bunga
Bunga anggrek memiliki beberapa bagian utama yaitu sepal (daun
kelopak), petal (daun mahkota), stamen (benang sari), pistil (putik) dan
ovarium (bakal buah) (Sumartono, 1981).
Gambar 3. Bagian-bagian bunga anggrek5. Biji
Menurut Sumartono, (1981), bunga anggrek mengandung ribuan
sampai jutaan biji yang sangat halus, berwarna kuning sampai coklat.
Pembiakkan dengan biji lebih sukar dibandingkan dengan cara-cara
lainnya, karena biji anggrek sangat kecil dan mudah diterbangkan
12
angin. Selain itu, biji anggrek keadaannya tidak sempurna karena tidak
mempunyai lembaga atau cadangan makanannya. Biji diperolehnya
dari penyerbukan serbuk sari pada putik. Di hutan penyerbukan terjadi
dengan bantuan serangga (Darmono, 2008).
Gambar 4. Biji AnggrekC. Habitat Anggrek
Anggrek dapat tumbuh diberbagai tempat yang memungkinkan untuk
tumbuh seperti sampah, tanah yang berhumus, tanah rawa-rawa, batu
cadas pasir, pohon dan akar tumbuhan lain. Daerah penyebarannya
meliputi seluruh dunia, dari daerah tropis hingga kutub. Mayoritas anggrek
memang merupakan tanaman bunga tropis, dan sebagian besar adalah sub
tropis (Gunadi,1985).
Pertumbuhan tanaman anggrek dipengaruhi oleh iklim baik kapasitas sinar
matahari (intensitasnya, panjang hari atau jumlah penyinaran), kelembaban
udara, dan temperatur udara. Ketiga faktor ini merupakan faktor primer
yang menentukan keadaan fisik lingkungan setempat. Di samping faktor
primer terdapat juga faktor sekunder (medium pertumbuhan, air,
makanan), dan faktor tambahan seperti hama dan penyakit (Sarwono,
2002).
13
Anggrek dapat hidup pada berbagai ketinggian tempat. Jenis anggrek ada
yang hidup di semak-semak atau pohon-pohon yang disebut epifit, ada
yang hidup di tanah atau disebut teresterial. Anggrek tidak bersifat parasit
sehingga tidak merugikan tanaman lainnya. Tanaman ini mencukupi
kebutuhan makanan untuk dirinya sendiri dari proses fotosintesis
(Ashari,1995).
D. Berdasarkan Tempat Tumbuhnya
Anggrek dibedakan dam 4 jenis, yaitu:
1. Anggrek epifit
Adalah anggrek yang tumbuh menumpang pada tumbuhan lain yang
disebut inang, tetapi tidak bersifat parasit. Anggrek tidak mengambil
sari makanan dari tanaman inang. Ia hanya melekat pada tanaman inang
agar ia dapat tumbuh dengan kokoh dan memperoleh posisi yang
terbaik untuk mendapatkan sinar matahari. Nutrisi bagi
pertumbuhannya ia peroleh dari air hujan dan udara disekitarnya.
Contoh anggrek epifit adalah sebagian besar Dendrobium,
Phalaenopsis, Oncidium.
2. Anggrek terestrial
Anggrek terestrial adalah kelompok anggrek yang tumbuh di tanah.
Baik di padang rumput yang kering, maupun di tanah yang sedikit
14
basah. Anggrek terestrial umumnya membutuhkan cahaya matahari
secara langsung, meskipun ada pula jenis yang membutuhkan naungan.
Contoh anggrek terestrial adalah sebagian Vanda, Spathoglottis,
Arachnis.
3. Anggrek Litofit
Adalah anggrek yang tumbuh pada batu-batuan. Anggrek jenis ini
biasanya tahan terhadap sinar matahari yang kuat. Beberapa jenis
Dendrobium termasuk dalam kelompok anggrek litofit.
4. Anggrek Saprofit
Adalah anggrek yang tumbuh pada tempat-tempat yang mengandung
humus yang tebal maupun sisa-sisa daun kering. Anggrek saprofit
biasanya membutuhkan sedikit cahaya matahari. Contoh anggrek
saprofit adalah Goodyera sp.
Anggrek Epifit Anggrek Terestial
15
Anggrek Litofit Anggrek Saprofit
Gambar 5. Jenis Anggrek Berdasarkan Tempat Tumbuh
E. Berdasarkan kisaran suhu
Berdasarkan kisaran suhu udara yang sesuai untuk pertumbuhannya,
anggrek digolongkan dalam 3 jenis, yaitu :
1. Anggrek suhu dingin
Adalah anggrek yang tumbuh di daerah bersuhu dingin (gunung,
daratan dengan ketinggian 2000-4000 mdpl Anggrek ini tumbuh baik
pada suhu 15-21ºC pada siang hari dan 10-13ºC pada malam hari.
Contoh anggrek jenis ini adalah dari genus : Miltonia, Masdevallia,
Odontoglossum.
2. Anggrek suhu sedang
16
Adalah anggrek yang membutuhkan suhu yang sejuk sampai dingin
(dataran tinggi 750-2000 m dari permukaan laut). Anggrek tumbuh baik
pada suhu 21-32ºC pada siang hari dan 13-18ºC pada malam hari.
Contoh anggrek jenis ini adalah: Brassavola, Cattleya, Laelia, beberapa
jenis Dendrobium.
3. Anggrek suhu panas
Adalah anggrek yang membutuhkan suhu hangat sampai panas
(dataran rendah 0-750 m dari permukaan laut). Anggrek tumbuh baik
pada suhu 26-35ºC pada siang hari dan 18-24ºC pada malam hari.
Contoh anggrek jenis ini adalah : Arachis, Vanda, Phalaenopsis,
sebagian Dendrobium (Eza, 2012).
F. Distribusi Anggrek
Daerah distribusi anggrek meliputi seluruh pelosok dunia, baik di daerah
tropis, sub tropis, hingga artik kecuali
antartika yang suhunya terlalu dingin dan padang pasir yang suhunya
terlalu panas. Pada umumnya genera yang paling umum bersifat epifit,
sedangkan genera yang di daerah dingin hampir sebagian besar adalah
teresterial (Lawrence, 1964).
Walaupun anggrek dapat tumbuh pada daerah dingin, tetapi anggrek ini
banyak ditemukan di daerah tropis (Comber, 2001). Akibat tidak
meratanya curah hujan di Indonesia sehingga menyebabkan penyebaran
17
jenis anggrek dari sabang sampai papua memiliki habitat yang berbeda,
walaupun demikian pada beberapa jenis penyebarannya ada juga yang
merata dalam berbagai suasana iklim tersebut (Gunadi, 1985).
G. Faktor Faktor Fisik Kimia
Faktor faktor fisika-kimia tumbuhan anggrek adalah :
1. Cahaya
Cahaya berperan penting dalam proses metabolisme tubuh. Secara
fisiologis cahaya mempunyai pengaruh terhadap anggrek baik langsung
maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yaitu pada proses
fotosintesis dan pengaruh secara tidak langsung yaitu terhadap
pertumbuhan, perkecambahan dan pembungaan (Fitter & Hay, 1981).
Persentase Kebutuhan cahaya matahari untuk jenis anggrek berbeda-
beda, anggrek epifit umumnya membutuhkan intensitas cahaya
matahari rendah yakni sekitar 25 –50 % . Anggrek Teresterial
membutuhkannya dalam jumlah lebih tinggi yakni sekitar 60–75%
(Iswanto, 2002).
2. Temperatur atau Suhu
Umumnya tanaman anggrek membutuhkan suhu maksimum sekitar
28ºC dan suhu minimum sekitar 15ºC. Namun beberapa jenis anggrek
alam yang tumbuh di pegunungan hidup dan berkembang pada suhu
rendah yakni sekitar 5–10ºC. Anggrek tanah atau teresterial umumnya
lebih tahan panas dari pada anggrek epifit. Bukan berarti semua jenis
18
anggrek tanah toleran terhadap suhu tinggi sebab suhu tinggi dapat
menyebabkan dehidrasi (kehilangan cairan) sehingga menghambat
pertumbuhan tanaman anggrek (Iswanto, 2002).
3. Kelembaban Udara
Tanaman anggrek umumnya membutuhkan kelembaban yang tinggi
yang disertai dengan kelancaran sirkulasi udara. Kelembaban nisbi
(RH) yang dibutuhkan tanaman anggrek sekitar 60 – 80%. Fungsi
kelembaban yang tinggi ini antara lain untuk menghindari proses
respirasi atau penguapan yang berlebihan. Kelembapan yang terlalu
tinggi juga dapat mengakibatkan akar tanaman anggrek membusuk
(Iswanto, 2002).
4. Tingkat keasaman (pH)
Menurut (Gunawan, 2007), penyebaran anggrek pada umumnya
terdapat pada kisaran Ph 4-7, dimana idealnya adalah 5,5 – 5,6.
Sedangkan kisaran pH optimum anggrek menurut (Hanafiah, 2005),
adalah 4,0–5,0 dan pH idealnya adalah 6,5. Angka keasaman tanah
kadang–kadang dipengaruhi oleh kelembapan tanah. Tanah yang basah
cenderung menunjukkan pH yang rendah, sedangkan tanah yang kering
pH nya agak tinggi. Selain itu keasaman tanah juga dipengaruhi oleh
kadar bahan organik, mineral, dan kapur yang terkandung di dalamnya
(LIPI, 2003).
5. Kandungan bahan organik
19
anggrek membutuhkan unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H) dan
oksigen (O) yang berperan menyusun zat-zat makanan yang dibutuhkan
oleh tumbuhan anggrek. Unsur-unsur esensial yang dibutuhkan oleh
tumbuhan anggrek itu terdiri dari nitrogen (N), fosfor(P), kalium (K),
magnesium (Mg) dan sulfur (S).
Adapun fungsi dari unsur-unsur makro tersebut adalah:
a) Nitrogen (N), adalah unsur utama pendorong pertumbuhan.
Nitrogen konstituen protein, asam nukleat dan beberapa subtansi
lainnya.
b) Fospor (P), berfungsi sebagai aktivator atau pengatur enzim dalam
proses fisiologi.
c) Kalium (K), berperan penting dalam katalisator yang merubah
protein menjadi asam amino.
d) Magnesium (Mg) dan kalsium (Ca), berperan dalam produksi
cadangan makanan, menghilangkan daya racun dan mempengaruhi
daya reabsorpsi makanan (Gunawan, 2007).
H. Gunung Tanggamus
Gunung Tanggamus adalah sebuah gunung yang terletak di Kecamatan
Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Gunung ini
berada di sebelah timur laut dari Kota Agung dengan jarak sekitar 10 km,
gunung setinggi 2.100 mdpl, dan kabut tebal tak pernah berhenti menutupi
puncaknya. Tempat ini paling mudah dicapai dari Kota Bandar Lampung
20
melewati kota Pringsewu, Kabupaten Tanggamus. Gunung Tanggamus
memiliki pemandangan yang menawan, dari salah satu sisi punggungnya
kita dapat menikmati keindahan Teluk Semangka, teluk terbesar dan
terdalam di Lampung, kita dapat melihat kapal-kapal nelayan yang tengah
melaut atau kapal super tanker (tanker raksasa) pengangkut minyak sedang
lego jangkar.
Di Gunung Tanggamus ada satu tempat yang menjadi favorit para
pendaki, tempat itu dinamai basecamp sonokeling. Basacamp ini berada
pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Basecamp ini berada di
kawasan hutan sonokeling, pepohonan yang ditanam Dinas Kehutanan
Provinsi Lampung 45 tahun lalu. Di atas ketinggian 700 mdpl banyak
sekali terdapat pacet (Haemadipsa javanica), mendekati ketinggian 1700
mdpl pendaki akan memasuki hutan lumut. Mendekati puncak,
kelembaban semakin tinggi., dan diketinggian lebih kurang 1.900 meter
dpl, kabut semakin tebal dan membuat jarak pandang semakin pendek.
Puncaknya yang selalu ditutupi kabut menyimpan sesuatu yang tak
dimiliki gunung lain, yakni hutan lumut. Hutan lumut menjadi daya tarik
tersendiri bagi para pendaki. Untuk mendaki ke puncak Tanggamus tidak
bisa sembarang waktu, tengah hari adalah waktu yang paling tepat untuk
naik ke puncak. Bila terlalu pagi atau terlalu sore puncak Tanggamus
ditutupi kabut tebal yang bisa membahayakan. Di kawasan puncak
Tanggamus masih bisa kita temui tanaman khas hutan hujan tropis, seperti
meranti, kruing, balau, rotan, dan pakis hutan yang tumbuh rapat. Suara
21
monyet dan siamang yang bersahut-sahutan masih bisa kita dengar, hanya
sedikit kawasan itulah yang tersisa untuk flora dan fauna berkembang-
biak di Gunung Tanggamus, selebihnya mulai dari kaki hingga seluruh
lingkaran punggung gunung sudah dijamah tangan manusia yang
mengubahnya menjadi kebun sayur dan kebun kopi.
Jalur pendakian di Gunung Tanggamus ada 3 jalur yaitu :
1. Jalur normal dimulai dari Gisting.
2. Jalur Kobra di mulai dari Batu Keramat.
3. Jalur baru buatan anak Gamaspi Wanasantara, start dari Kota
Agung akan tetapi belum pernah ada yang mencoba selain mereka.
Jalur pendakian normal di mulai dari pertigaan Pasar Gisting, lalu
dilanjutkan dengan menempuh jarak sekitar 5 km untuk bisa sampai ke
titik awal pendakian, tepatnya ujung aspal. Mulai dari ujung aspal ke
tempat peristirahatan pertama atau (basecamp Sonokeling) terbentang
jarak sejauh lebih kurang 5 km. Jalur pendakian yang masih merupakan
jalan tanah buatan warga sekitar itu cukup terjal, bahkan diselingi dua
tanjakan yang berat. Perjalanan awal didominasi oleh hamparan
perkebunan sayur, sejauh mata memandang, perkebunan kol, tomat, cabai,
dan terung banyak dijumpai sebelum menuju basecamp Sonokeling
(merupakan shelter pertama) sebelum pintu rimba. Lokasi air tidak begitu
jauh dari basecamp.
Dari Sonokeling ke pintu rimba diperlukan waktu tempuh 15 menit,
Gerbang rimba sampai puncak kurang lebih 3 jam setengah (standar
perjalanan) di tengah perjalanan kita akan menemukan sumber air kedua di
22
sebelah kiri jalur pendakian, tapi hanya terisi pada musim hujan. 1 jam
sebelum mencapai puncak kita akan menemukan tebing dan memerlukan
alat bantu seperti webbing untuk membantu karena jalur berupa tebing
batuan yang licin kurang lebih 5 meter, disarankan membawa air dari
basecamp Sonokeling kurang lebih 6 liter per orang. Jalur setelah tebing
lumayan sulit, kita harus melewati akar pohon bahkan kita dipaksa untuk
merayap melewati bawah pohon, dan sering kita jumpai pohon tumbang.
Sebelum puncak biasanya kita akan melewati genangan air, barulah kita
sampai puncak. Puncak dapat digunakan untuk bermalam dan di puncak
kurang lebih bisa didirikan maksimal 3 tenda.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah padda tanggal 25-28 April
2014 dan dilaksanakan di Gunung Tanggamus, Kab.Tanggamus, Provinsi
Lampung.
23
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kompas, kamera, GPS, peta lokasi, kertas kalkir, pengenal jenis anggrek,
meteran, Christen meter, tali rafia, dan alat tulis.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabel
penelitian.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan teknik observasi. Plotting dilakukan dengan cara mengambil 10 m
garis lurus kekiri dan kekanan dari jalur pendakian.
24
Gambar 6. Area Plot
1. Tabel Pengamatan
Tabel yang diamati meliputi letak bunga apakah di kanan atau kiri
jalur, tipe tumbuh (epifit, terestial, saprofit atau litofit), pengamatan
dilakukan dengan cara pendakian Gunung Tanggamus mulai dari
ketinggian 900 mdpl.
2. Identifikasi Jenis
Identifikasi nama botani jenis-jenis anggrek dilakukan berdasarkan
foto-foto identifikasi anggrek yang tersedia.
3. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari :
i. Data Primer
Data primer meliputi karakter morfologi anggrek adalah sebagai
berikut:
a. Ketinggian: jenis anggrek apa saja yang tumbuh bersarkan
ketinggian tertentu.
b. Batang meliputi: tipe pertumbuhan batang (simpodia/
monopodial).
c. Daun, meliputi : bentuk tata letak daun (berseling atau
sejajar).
d. Letak: anggrek tumbuh disebelah kanan atau kiri jalur.
e. Nama: Jenis anggrek.
f. Jumlah daun: berapa jumlah daun yang tumbuh pada satu
pohon anggtek.
25
g. Bentuk daun.
h. Jumlah bunga: dalam satu puhon berapa jumlah bunga yang
tumbuh.
i. Tinggi pohon yang di inangi
ii. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran
pustaka, buku-buku, literatur yang sesuai dengan penelitian yang
dilakukan.
D. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses mengubah data menjadi suatu
informasi yang dapat menggambarkan hasil penelitian yang akan
dilakukan.
1. Inventarisasi data
Inventarisasi data merupakan kiat mengumpulkan data menjadi satu
informasi yang dapat menggambarkan hasil penelusuran pustaka,
buku-buku, literatur, serta observasi.
2. Seleksi data
Seleksi data merupakan kegiatan mengklasifikasi data sesuai dengan
kajian kajian penelitian yang akan dilakukan.
26
3. Penyusunan data
Merupakan kegiatan menempatkan data secara sistematis sesuai kajian
penelitian yang akan dilakukan.
E. Analisis Data
Analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh kemudian
dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari observasi,
mengedit, mengklasifikasi, mereduksi selanjutnya aktivitas menyajikan
data serta menyimpulkan data.