Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)
Transcript of Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)
PENGARUH STRUKTUR PASAR TERHADAP KINERJA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA
(Studi Empiris per Kelompok Bank Berbasis Kepemilikan Modal)
PROPOSAL TESIS
CHAJAR MATARI FATH
MALA 1406658660
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan data empiris dari Statistik Perbankan Indonesia, secara
keseluruhan kondisi industri perbankan mengalami kenaikan aset seiring dengan
menaiknya jumlah total deposit dan kredit selama periode 2001 hingga 2014. Secara
umum industri perbankan Indonesia bisa dikatakan mengalami kenaikan dan
pertumbuhan yang bagus ditinjau dari pasar aset, pasar deposit, dan pasar kredit
meskipun ada fluktuasi pada tahun-tahun tertentu selama tiga belas tahun. Tabel 1
memperjelas kenaikan aset, deposit, dan kredit pada perbankan Indonesia pada
periode 2001 hingga 2014.
Tabel 1. Pertumbuhan Total Aset, Total Deposito, dan Total Kredit pada Bank
Konvesional di Indonesia Periode 2001-2014 (Rp dalam jutaan dan %)
Tahun Total Aset Pertumbuhan Total Pertumbuhan Total Kredit Pertumbuhan
Aset Deposito Deposito Kredit
2001 1.009.699 797.362 316.059
2002 1.112.204 10,15 835.778 4,82 371.058 17.40
2003 1.213.518 9,11 888.576 6,32 440.068 18,60
2004 1.272.081 4,83 963.106 8,39 559.470 27,13
2005 1.469.827 15,54 1.127.937 17,12 695.648 24.34
2006 1.693.850 15.24 1.287.102 14,11 792.297 13,89
2007 1.986.501 17,28 1.510.834 17,38 1.002.012 26,47
2008 2.310.557 16,31 1.753.292 16,04 1.307.688 30,51
2009 2.534.106 9,67 1.950.712 11,26 1.437.930 9,96
2010 2.338.834 -7,71 2.338.824 19,90 1.746.845 21,49
2011 3.652.832 56,18 2.784.912 19,07 2.200.094 25,95
2012 4.262.587 16,69 3.225.198 15,81 2.707.860 23,08
2013 4.954.467 16,23 3.520.616 9,16 3.158.099 16,63
2014 5.661.150 13,34 3.943.697 12,02 3.526.364 11.66
Rerata 14,83 13,18 20,55
Selama tiga belas tahun industri perbankan secara bersamaan mengalami
kenaikan total aset, deposit, dan kredit cukup besar meskipun pertumbuhannya
fluktuatif secara persentase. Namun secara rata-rata, pertumbuhan dari ketiga jalur
pasar tersebut bernilai positif dan di atas 10%. Fenomena kenaikan pertumbuhan ini
menunjukkan kinerja positif bank konvensional pada industri perbankan Indonesia
secara keseluruhan dalam menghimpun dana dan pembiayaan yang berdampak pada
kenaikan total aset.
Adanya hal positif juga ditunjukkan oleh indikator kesehatan industri
perbankan seperti ROA, CAR, LDR, dan BOPO yang menunjukkan kesehatan bank
di Indonesia. Tabel 2 menunjukkan tren perbankan dari sisi profitabilitas, solvabilitas,
efisiensi, dan likuiditas.
Tabel 2. Tren ROA, CAR, LDR, dan BOPO
pada Bank Konvensional di Indonesia (2001-2014)
Tahun ROA (%) CAR (%) LDR (%) BOPO (%)
2001 1,45 19,93 33,01 98,41
2002 1,96 22,44 38,24 94,76
2003 2.63 19,43 43,52 88,10
2004 3,46 19,42 49,95 76,64
2005 2,55 19,30 59,66 89,50
2006 2,64 21,27 61,56 86,98
2007 2,78 19,30 66,32 84,05
2008 2,33 16,76 74,58 88,59
2009 2,60 17,42 72,88 86,63
2010 2,86 17,18 75,21 86,14
2011 3,03 16,05 78,77 85,42
2012 3,11 17,43 83,58 74,10
2013 3,08 16,36 89,70 76,29
2014 2,85 18,01 89,42 74,08
(Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, diolah)
Dari segi profitabilitas yang direpresentasikan oleh ROA, bank konvensional
mengalami penambahan ROA di setiap tahunnya meski mengalami sedikit penurunan
pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan pengembalian dari aset bank konvensional
sudah bagus. Sementara itu dari segi kepemilikan, rata-rata CAR menunjukkan
kondisi yang bagus karena berada di atas minimum yaitu 8%. Likuiditas perbankan
sendiri kenaikan signifikan menunjukkan fungsi intermediasi dari deposit menuju
kredit lebih baik di setiap tahunnya. Kemudian dari segi efisiensi, BOPO
memperlihatkan adaya penurunan beban dibandingkan dengan pendapatannya yang
menandakan efisiensi bank konvensional mengalami kenaikan.
Seiring dengan peran bank yang semakin penting dan regulasi tentang
pembiayaan dan juga beredarnya Pakto 88 tentang kemudahan mendirikan bank
swasta, cabang bank, dan juga bank perkreditan raktar, maka banyak bank-bank lain
bermunculan baik dalam berbagai kepemilikan yang bertujuan untuk menyediakan
jasa perantara menghimpun dana untuk melakukan pembiayaan sebagai penggerak
ekonomi. Dengan adanya hal ini maka memunculkan persaingan dalam industri
perbankan Indonesia.
Persaingan pada industri perbankan di Indonesia masih tergolong kompetitif,
hal ini ditambah dengan kondisi ekonomi Indonesia yang masih belum menguat
hingga akhir tahun 2015 dan proyeksi perlambatan ekonomi dari Bank Dunia. Level
kompetisi ditetapkan oleh struktur pasar, sementara itu dalam industri perbankan
struktur pasar yang ada berada pada jalur aset, deposit, dan kredit.
Struktur pasar monopoli pada industri perbankan menandakan adanya
kekuatan untuk mendominasi pasar industri dan akan menimbulkan efek negatif pada
bank-bank kecil. Menurut Cetorelli (2001), struktur pasar dan karakteristik-
karakteristik bank yang terkait mempunyai peran penting dalam menjaga
perekonomian. Sejak ada Pakto 88 tersebut, perkembangan bank Indonesia memang
semakin pesat. Namun dalam kurun waktu terakhir, seiring dengan kondisi ekonomi
yang melemah maka dampak persaingan akan semakin terasa pada bank-bank kecil.
Sementara itu bank-bank yang mendominasi pasar akan semakin memperluas
jaringannya dan tak jarang menyerap bank-bank kecil sehingga jumlah bank pada
industri sendiri menurun setiap tahunnya. Untuk melihat lebih jelas mengenai
persaingan pada industri perbankan, gambar 1 memperlihatkan mengenai
perkembangan total bank dan total kantor cabang perbankan dari tahun 2001 sampai
tahun 2014.
Gambar 1. Total Bank dan Total Kantor Cabang Bank Konvensional
Industri Perbankan Indonesia (2001-2014)
160 25,000
140 20,000
120
100 15,000
80
60 10,000
40 5,000
20
0 -
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
Total Bank
Total Kantor Cabang
(Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, diolah)
Penurunan total bank selama tiga belas tahun dari 141 bank menjadi 119
menunjukkan adanya kompetisi yang ketat pada industri perbankan. Berita-berita
yang beredar menunjukkan adanya akuisisi dan merger yang dilakukan oleh beberapa
bank sehingga menyebabkan menurunnya jumlah bank pada industri. Namun
sebaliknya, kenaikan total cabang bank mengalami kenaikan yang cukup tajam
dimana hal tersebut menunjukkan fenomena yang kurang wajar dalam perkembangan
suatu industri. Penurunan total bank yang diiringi dengan kenaikan total cabang bank
menunjukkan bank-bank yang berhasil melewati kompetisi ketat atau sudah meraih
pangsa pasar industri semakin memperkuat posisinya dengan membuka banyak
kantor cabang di wilayah lain.
Dapat terlihat dengan jelas dalam kondisi struktur pasar oligopoli terdapat
kompetisi yang tidak menguntungkan bagi bank-bank yang memiliki pangsa pasar
kecil selama tiga belas tahun terakhir meskipun ada kenaikan pada kinerja dan
karakteristik bank. Teori umum untuk menganalisa level struktur pasar adalah dengan
menggunakan konsentrasi pasar (market concentration) yang berarti kumpulan dari
presentase pangsa pasar terbesar di suatu industri. Penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya mengenai struktur perbankan di Indonesia menyatakan kondisi
level kompetisi berada pada level oligopoli menuju monopoli dengan bank-bank
terbesar yang masih mendominasi industri perbankan.
Subandia (2006) menggunakan konsentrasi pasar untuk menentukan struktur
pasar pada penelitiannya yang menyimpulkan industri perbankan Indonesia berada
pada level oligopoli, begitu pula Maal Naylah (2010) dan Sutardjo, et al. (2010) yang
juga menyatakan industri perbankan ada pada level oligopoli.
Hubungan antara struktur dan kinerja tercantum pada teori structure-conduct-
performance (SCP) dimana paradigma Harvard menyatakan struktur adalah
determinator utama kinerja, namun paradigma Chicago menyebutkan bahwa efisiensi
dari setiap individu dalam suatu organisasi yang akan membuat bagusnya kinerja
perusahaan hingga akan berpengaruh pada strukturnya. Penelitian-penelitian
sebelumnya telah mempelajari dan mencaritahu hubungan antara struktur pasar dan
kinerja telah dilakukan di luar negeri dan dalam negeri. Teori umum yang
mewakilkan variabel struktur pasar yang menggambarkan kompetisi adalah pangsa
pasar (market share) individual dan konsentrasi pasar (market concentration) dari
jumlah empat pangsa pasar terbesar (Bikker dan Haff, 2002).
Pada kondisi industri perbankan di Jerman, Yu dan Neus (2005)
menggunakan konsentrasi pasar sebagai salah satu variabel penentu profitabilitas.
Penelitian tersebut menyimpulkan konsentrasi pasar mempunyai hubungan negatif
dan signifikan dengan profitabilitas yang diproksikan oleh ROA dan ROE. Vong dan
Chan (2006) juga menyimpulkan hal yang sama bahwa konsentrasi pasar mempunyai
hubungan negatif dan signifikan pada profitabilitas di industri perbankan Makau.
Namun di Cina, Wong et al. (2007) menemukan bahwa hubungan antara konsentrasi
pasar dan profitabilitas adalah positif dan tidak signifikan.
Sementara itu penelitian menyebutkan bahwa industri perbankan di U.S. telah
mengalami SCP efisiensi namun Bhatti (2010) menyatakan industri perbankan di
Pakistan masih tergolong dalam SCP tradisional karena hubungan antara konsentrasi
pasar dan profitabilitas adalah signifikan sementara pangsa pasar individu tidak
signifikan. Di Indonesia, Naylah (2010) dan Jumono et al. (2016) juga menyimpulkan
bahwa industri perbankan Indonesia juga masih SCP tradisional dan belum dapat
mencapat efisiensi.
Perbedaan hasil antar penelitian ini terjadi karena adanya perbedaan sampel
mengenai jumlah dan karakteristik, maka penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan
hasil yang lebih baik mengenai hubungan antara struktur pasar dan kinerja dengan
memakai data di Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah pangsa pasar
dan konsentrasi pasar sebagai proksi dari struktur pasar sementara kinerja
direpresentasikan oleh basic earning point (BEP), sementara itu karakteristik bank
akan digunakan sebagai variabel kontrol yaitu capital adequacy ratio (CAR), non-
performing loan (NPL), dan loan to deposit ratio (LDR). Hal yang membedakan studi
ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah mengenai pembagian pada
industri bank dari segi kepemilikan. Selain mengetahui hubungan antara struktur
pasar dan profitabilitas dan tipe SCP secara keseluruhan industri dengan sampel
seluruh bank yang memenuhi kriteria purposive sampling, hubungan dan tipe SCP
tiap-tiap kelompok bank menurut kepemilikan juga akan diuji sehingga akan terlihat
jelas manakah kelompok bank yang yang sudah menganut SCP efisiensi dan mana
yang masih tradisional.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Jenis struktur pasar apakah yang ada pada industri perbankan Indonesia
selama periode 2001-2014?
2. Bagaimana pengaruh struktur pasar pada kinerja secara keseluruhan
selama periode 2001-2014?
3. Bagaimana pengaruh struktur pasar pada kinerja pada industri perbakan
Indonesia ditinjau per kelompok kepemilikan modal selama periode 2001-
2014?
4. Tipe SCP (structure-conduct-performance) apakah yang dimiliki industri
perbankan Indonesia selama periode 2001-2014?
5. Tipe SCP (structure-conduct-performance) apakah yang dimiliki indusri
perbankan Indonesia ditinjau dari per kelompok kepemilikan modal
selama periode 2001-2014?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui jenis struktur pasar ada pada industri perbankan Indonesia
selama periode 2001-2014.
2. Mengetahui pengaruh struktur pasar pada kinerja secara keseluruhan
selama periode 2001-2014.
3. Mengetahui pengaruh struktur pasar pada kinerja pada industri perbakan
Indonesia ditinjau per kelompok kepemilikan modal selama periode 2001-
2014.
4. Mengetahui tipe SCP (structure-conduct-performance) yang dimiliki
industri perbankan Indonesia selama periode 2001-2014.
5. Mengetahui tipe SCP (structure-conduct-performance) yang dimiliki
indusri perbankan Indonesia ditinjau dari per kelompok kepemilikan
modal selama periode 2001-2014.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademisi
Memberi informasi mengenai jenis struktur pasar yang ada pada industri
perbankan Indonesia di setiap tahunnya selama periode 2001-2014 dengan
rentang waktu yang rentang waktu yang lama untuk mengevaluasi level
kompetisi kondisi perbankan Indonesia. Dapat juga digunakan untuk
menjadi referensi penilitian selanjutnya.
2. Bagi Praktisi Industri Perbankan
Informasi struktur pasar dapat digunakan sebagai dasar pembuat kebijakan
mengenai campur tangan bank sentral untuk mengatur persaingan industri.
Pengetahuan mengenai efisien atau tidaknya industri perbankan Indonesia
ditinjau dari teori structure-conduct-performance sebagai bahan evaluasi
maupun tindakan lanjutan mengenai diferensiasi produk dari individual
bank.
1.5. Batasan Penelitian
1. Pangsa pasar yang juga akan digunakan sebagai konsentrasi pasar dalam
penelitian ini adalah jalur aset, sehingga belum diketahui bagaimana
pengaruh pangsa pasar pada jalur deposito dan jalur kredit.
2. Penelitian ini menggunakan tiga karakteristik bank sebagai variabel
kontrol, dimana masih ada variabel-variabel lain yang masih dapat
mempengaruhi kinerja bank.
1.6. Sistematika Penulisan
1. Bab 1 Pendahuluan
Bab pertama dalam penelitian ini member penjelasa tentang latar belakang
yang akan menghasilkan perumusan masalah dan untuk dijadikan tujuan
penelitian. Poin-poin tentang batasan penelitian dan sistematika penulisan
juga dijabarkan dalam bab ini.
2. Bab 2 Tinjauan Pustaka
Bab ini membahas tentang teori-teori serta penelitian-penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
3. Bab 3 Metode Penelitian
Bab ini menjabarkan tentang data, populasi, dan sampling serta alat
analisis yang digunakan untuk memecahkan rumusan masalah yang
diuraikan dalam bab pertama.
4. Bab 4 Pembahasan
Bab ini akan membahas mengenai analisis hasil dari pengolahan dari
berdasarkan cara dan alat analisi dari apa yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya. 5. Bab 5 Kesimpulan dan Saran
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari analisis yang telah
dijabarkan serta memberikan saran dari hasil evaluasi tersebut.
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1. Struktur-Perilaku-Kinerja (SCP Theory)
Edward S. Mason dari Universitas Harvard adalah seorang ekonom yang
mengembangkan kerangka formal mengenai variabel pasar pada tahun 1930 dan
diteliti lebih lanjut oleh para ekonom setelahnya. Kerangka yang digunakan untuk
menjelaskan kejadian dan proses yang terjadi pada pasar atau industri. Model tersebut
selanjutnya lebih terkenal sebagai kerangka dari structure-conduct-performance (SCP) dan menjadi suatu alat untuk menganalisa ekonomi industri.
Kerangka pasar yang dimasukkan pada kerangka analisis adalah kondisi dasar
pasar, struktur pasar, perilaku, dan kinerja. Para ekonom di ekonomi industri
mempercayai variabel-variabel tersebut sebagai alat analisis mereka. Namun
beberapa argumen dari para ekonom tersebut muncul mengenai hubungan antar
variabel, yaitu variabel apa yang menyebabkan apa, variabel apa yang mempunyai
peran paling penting, variabel apa yang tidak bisa dipengaruhi oleh perusahaan, dan
beberapa pertanyaan lain mengenai hubungan antar variabel. Perbedaan dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut membawa ekonom menghasillkan
beberapa paradigma..
Pembahasan argumen ini sudah terjadi sudah sejak sangat lama, dan secara
kronologis SCP dapat dibagi menjadi dua paradigma. Yaitu SCP tradisional dari
paradigma Harvard dan SCP efisiensi dari paradigma Chicago.
2.1.1. Paradigma Harvard (SCP Tradisional)
Menurut paradigma ini, SCP tradisional berpendapat bahwa struktur pasar
akan mempengaruhi perilaku dalam mengambil keputusan untuk berkompetisi dan
berkolusi hingga akan menentukan kinerjanya. Kinerja yang bagus akan muncul dari
struktur pasar yang besar dan perilakunya. Pola hubungan SCP tradisional adalah
linier sederhana yang mennyimpulkan struktur pasar sebagai pengaruh terbesar akan
keberhasilan kinerja suatu industri. Maka para ekonom yang mengikuti SCP
tradisional terkenal sebagai ekonom struktural.
Hubungan kausal dalam paradigma ini diformulasikan menggunakan struktur
pasar sebagai variabel independen dan kinerja sebagai variabel dependen.
= ( , , )
Untuk mengukur kinerja, variabel yang digunakan adalah proftabilitas.
Struktur pasar diproksikan oleh level konsentrasi pasar dan hambatan masuk pasar,
sementara itu kondisi dasar direpresentasikan oleh permintaan pasar, pertumbuhan
ekonomi, dan lain-lain. Variabel perilaku biasanya tidak pernah dan jarang
dimasukkan ke dalam formula karena variabel ini, contohnya harga dan kolusi, susah
untuk diukur. Menurut Jacquemin (2000), formulasi dari SCP tradisional lebih
melihat hubungan antara struktur pasar dan kinerjanya dan meminimalkan variabel
perilaku dengan anggapan setiap perusahaan mempunyai tujuan yang sama dan
menyesuaikan individualnya dengan kondisi industri.
2.1.2. Paradigma Chicago (SCP Efisiensi)
Paradigma ini mengembangkan teorisasi ekonim yang dipelajari melalui
ekonomi mikro. Sampai pertengahan tahun 1970, paradigma ini mendominasi
kebijakan ekonomi pemerintahan Amerika Serikat. SCP tradisional menyimpulkan
struktur pasar sebagai pengaruh utama pada kinerja sehingga dari sudut sosial
ketidakseimbangan kekuatan pasar akan menyebabkan kinerja yang buruk. Struktur
pasar yang terkonsentrasi akan menyebabkan terjadinya kekuatan monopoli dan
perusahaan-perusahaan di industri akan cenderung mencegah datangnya para
pendatang baru guna mempertahankan kekuasaannya untuk mengatur harga. Hal ini
memerlukan campur tangan pemerintah untuk mengatur dan mencegah perilaku tidak
sehat tersebut pada suatu industri.
Sedangkan paradigma Chicago berkebalikan dengan paradigma Harvard
dimana kekuatan pasar didapat dari campur tangan pemerintah yang dapat mencegah
perilaku tidak sehat perusahaan-perusahaan tersebut. Kekuatan pasar yang bersifat
monopoli sekalipun tidak berarti negatif karena paradigma ini menyebutkan monopoli
muncul karena efisiensi dari proses produksinya. Efisiensi dari perusahaan tersebut
akan menghasilkan kinerja yang bagus hingga menghasilkan pangsa pasar dan
struktur pasar yang lebih besar. Maka secara formula, hubungan SCP efisiensi
berlawanan dengan SCP tradisional, yaitu:
= ( , , )
Demsetz melakukan penelitian pada tahun 1973, 1974, dan 1976 yang
menyimpulkan bahwa keuntungan di atas normal terjadi bukan karena adanya kolusi
di suatu industri, tetapi disebabkan oleh efisiensi perusahaan. Hal ini berbeda dengan
SCP tradisional yang menyebutkan keuntungan atau kinerja dari suatu perusahaan
terjadi karena adanya struktur pasar yang besar dan bisa juga dengan kolusi.
2.2. Struktur Pasar Industri
Definisi struktur pasar adalah lingkungan industri dari suatu perusahaan
melakukan operasionalnya. Struktur pasar merupakan karakteristik dari dampak yang
persaingan strategis dan harga penentuan dari pasar. Struktur pasar juga dapat dikenal
sebagai bagian strategis yang relatif permanen dari lingkungan perusahaan yang dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perilaku dan kinerja di pasar. Maka dapat
disimpulkan struktur pasar bisa mempengaruhi perilaku perusahaan dalam pasar yang
pada kelanjutannya juga akan mempengaruhi kinerja.
Berdasarkan level kekuatan pasarnya dalam mempengaruhi harga, struktur
pasar dibagi menjadi pasar persaingan sempurna, pasar persaingan monopolistis,
pasar oligopoli,dan pasar monopoli.
2.2.1. Struktur Pasar Persaingan Sempurna
Kondisi pasar persaingan sempurna termasuk dalam kondisi lingkungan
ekstrim dari suatu industri karena banyaknya jumlah perusahaan yang menyebabkan
pengaruh setiap perusahaan kepada harganya sangat kecil. Perusahaan di sini
berperan sebagai price-taker dimana pembeli yang menjadi penentu harga sementara
perusahaan tidak dapat menentukan harga. Selain hal tersebut ,ada ciri-ciri lain dari
pasar persaingan sempurna.
Ciri pertama adalah kondisi struktur pasar ini mempunyai banyak penjual dan
pembeli dimana diasumsikan output dari satu perusahaan lebih kecil dibandingkan
dengan output pasarnya. Ciri kedua adalah dalam kondisi persaingan sempurna maka
produk-produk dari suatu perusahaan berjenis homogen dari segi kualitas maupun
karakteristik, dalam hal ini pembeli tidak mempedulikan faktor produsen karena tidak
ada perbedaan dari produk-produk yang diproduksi.
Yang ketiga adalah bebas keluar dan bebas masuk dari pasar, kondisi ini tidak
mempersulit individual perusahaan yang ingin masuk ataupun keluar dari segi biaya
ataupun tenaga kerja. Jika perusahaan merasa industri menguntungkan maka
dibebaskan untuk masuk namun jika industri merugikan maka perusahaan juga bebas
untuk keluar. Ciri terakhir dari kondisi pasar ini adalah informasi yang sempurna
antara konsumen dan produsen mengenai harga produk dan input.
Meskipun industri dengan ciri-ciri tersebut tidak mungkin ada, namun masih
ada beberapa industri yang mendekati, misalnya saja industri percetakan.
2.2.2. Struktur Pasar Monopoli
Ciri khas utama dalam lingkungan seperti ini adalah single firm atau hanya
terdapat satu penjual di suatu industri, tidak ada pesaing secara langsung dan tidak
langsung karena tingginya hambatan teknis atau hambatan legalitas untuk memasuki
suatu pasar monopoli. Hambatan teknis untuk memasuki pasar monopoli bisa terjadi
karena adanya tingkat efisien yang tinggi yang menyebabkan penurunan kurva biaya,
ataupun bisa karena mempunyai kekuasaan khusus dalam faktor sumber daya yang
berkualitas. Sementara itu, hambatan legalitas disebabkan oleh undang-undang dan
hal khusus yang mengakibatkan hanya ada satu perusahaan yang berkuasa pada satu
area, misalnya seperti peraturan pada BUMN.
Adapun ciri-ciri struktur pasar monopoli selain single firm, yang pertama
adalah barang yang diproduksi oleh perusahaan tunggal tersebut tidak mempunyai
barang pengganti maupun barang yang mirip pengganti dari fungsinya. Yang kedua
adalah perusahaan tunggal tersebut mempunyai kuasa penuh dalam menentukan
harga karena tidak mempunyai pesaing dan konsumen tergantung oleh perusahaan
tersebut. Yang terakhir adalah tidak diperlukannya promosi karena konsumen akan
selalu membutuhkan barang yang diproduksi oleh perusahaan tunggal tersebut.
2.2.3. Struktur Pasar Persaingan Monopolistik
Pada struktur pasar inilah yang paling dekat dengan pasar persaingan
sempurna, namun perusahaan-perusahaan dalam industri bukan hanya sebagai price-
taker namun juga dapat menentikan harga untuk setiap produksinya dikarenakan
barang produksinya heterogen. Adapun ciri-ciri pasar persaingan monopolistik, yang
pertama adalah banyaknya penjual yang ada di dalam industri tersebut hingga ukuran
pangsa pasar dari suatu perusahaan cukup kecil. Yang kedua adalah produk yang
heterogen atau adanya diferensiasi produk dan menyebabkan selera konsumen
terhadap produk tertentu hingga konsumen mau membayar lebih mahal untuk
mendapatkan produk tersebut. Yang ketiga adalah kebebasan untuk masuk dan keluar
dari industri, dimana karakteristik ini mirip dengan struktut pasar persaingan
sempurna.
Diferensiasi produk menjadi perbedaan utama antara pasar persaingan
monopolistik dan pasar persaingan sempurna dan setiap perusahaan memiliki sedikit
kekuasaan untuk memberikan pengaruh harga.
2.2.4. Struktur Pasar Oligopoli
Pada kondisi industri pasar oligopoli, terdapat adanya sedikit perusahaan yang
ada di suatu industri hingga persentase pangsa pasar dari beberapa perusahaan cukup
besar. Jumlah perusahaan ini dikategorikan lebih sedikit daripada struktur persaingan
sempurna atau struktur pasar persaingan monopolistik karena adanya hambatan untuk
masuk ke dalam industri. Ciri berikutnya adalah berbeda dengan struktur pasar
persaingan sempurna atau pasar persaingan monopolistis yang tergantung oleh level
permintaan dan biaya produksi di industrinya, struktur pasar oligopi mempunyai
ktergantungan pada level perilaku perusahaan yang ada dalam suatu industri.
2.3. Pangsa Pasar
Persentase nilai jual atau membeli barang atau jasa yang dikendalikan oleh
bisnis untuk pasar bersangkutan dalam satu tahun kalender tertentu yang spesifik
adalah yang disebut dengan pangsa pasar. Nilai ini adalah hal yang penting untuk
mencaritahu level dominasi perusahaan pada suatu industri. Dalam Undang-Undang
Persaingan Jerman, suatu perusahaan bisa dikatakan melakukan monopoli jika pangsa
pasar yang dimiliki lebih dari 33,3%. Berbeda dengan Jerman, menurut Undang-
Undang Persaingan Cekoslowakia dan Spanyol, praktik monopoli dari suatu
perusahaan adalah jika perusahaan tersebut mempunyai pangsa pasar sebesar 40%.
Sementara itu dalam Pasal 25 ayat 2 UU No. 5/1999, suatu perusahaan dicap
melakukan monopoli jika kekuasaannya mempunyai pangsa pasar sebesar 50%. Dua
atau tiga perusahaan mempunyai posisi dominan jika jumlah pangsa pasar mereka
sebesar 75%. Penentu posisi dominan tentang kontrol pangsa pasar membutuhkan
usaha yang memiliki posisi dominan dapat mendistorsi pasar baik secara langsung
maupun tidak langsung. Hal ini ditentukan dalam Pasal 25 ayat 2 UU No. 5/1999
yang ditentukan bisnis dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk: a. Menentukan persyaratan perdagangan untuk mencegah dan/atau menghalangi
konsumen memperoleh barang dan/atau jasa; atau b. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi; atau c. Menghambat usaha lain yang memiliki potensi untuk menjadi pesaing untuk
memasuki pasar bersangkutan.
2.4. Konsentrasi Pasar
Konsentrasi adalah jumlah pangsa pasar perusahaan besar atau oligopolistik
dimana terdapat ketergantungan antar perusahaan. Untuk alasan ini, perusahaan
biasanya bekerja sama satu sama lain untuk membentuk sebuah organisasi rahasia
untuk mempertahankan pangsa pasar yang berwenang. Perusahaan-perusahaan
oligopolistik biasanya terdiri dari empat atau sepuluh perusahaan terbesar di industri
yang sama. Kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan ini akan
membangun tingkat konsentrasi di pasar. Dari penjelasan tersebut, definisi
konsentrasi berkaitan erat dengan pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan dalam
suatu industri karena konsentrasi adalah jumlah total pangsa pasar yang berwenang
terhadap total pangsa pasar dari perusahaan terbesar. Semakin tinggi pangsa pasar
resmi dari perusahaan terbesar, semakin tinggi tingkat konsentrasi industri.
Secara umum, ada dua metode untuk mengukur konsentrasi pasar:
1. Rasio Konsentrasi (CRn)
Rasio konsentrasi menghitung pangsa pasar secara agregat dari perusahaan
dalam suatu industri. Biasanya rasio ini menggunakan pangsa pasar tiga
(CR3), atau empat (CR4), atau lima (CR5) perusahaan terbesar dalam
industri. Sebagai contoh, rasio konsentrasi tiga perusahaan terbesar,
masing-masing memiliki pangsa pasar 15%, maka akan menghasilkan
45% dari CR3. Secara khusus, kriteria CR4 seperti yang dinyatakan
sebagai berikut:
Jika CR4 kurang dari 40, pasar memiliki konsentrasi yang cukup
rendah dan harus cukup kompetitif.
Jika CR4 adalah antara 40 dan 60, ada oligopoli longgar yang mungkin
tidak akan menghasilkan latihan yang signifikan dari kekuatan pasar
oleh penjual.
Jika CR4 di atas 60, maka ada oligopoli ketat yang memiliki potensi
signifikan untuk pelaksanaan kekuasaan penjual.
Jika CR1 atas, satu perusahaan akan menjadi pemimpin yang jelas dan
dapat berfungsi secara efektif sebagai monopoli.
2. Herfinfahl-Hirschman Index (HHI)
HHI menghitung kuadrat pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan dalam
suatu industri. HHI menggambarkan jumlah total usaha di pasar dan
pangsa pasar mereka. Nilai HHI adalah berbagai dari 0 sampai 10.000
yang akan terjadi jika hanya ada satu bisnis yang memberikan
kewenangan 100% dari pangsa pasar.
2.5. Perilaku
Perilaku mengacu pada tindakan perusahaan dalam pasar, keputusan mereka
membuat dan juga cara di mana keputusan ini diambil. Pembelajaran utama dari
perilaku perusahaan adalah cara bagaimana perusahaan bereaksi terhadap kondisi
struktur pasar dan interaksi pesaing. Perilaku juga biasanya berbeda dalam industri
(Baye, 2010). Beberapa industri mengenakan markup yang lebih tinggi dan lebih
rentan terhadap merger atau pengambilalihan dari industri lain. Selain itu, jumlah
biaya iklan dan pengembangan penelitian juga berbagai industri. • Dalam perilaku harga, perusahaan di beberapa industri biaya mark-up lebih tinggi
daripada perusahaan dari perusahaan di industri lain. Untuk fakta ini, ada Lerner
Index yang memberikan ukuran berapa banyak perusahaan dalam industri mark-
up harga mereka atas biaya marjinal. Semakin tinggi indeks Lerner, semakin
besar markup perusahaan. Ketika perusahaan ketat bersaing untuk penjualan
konsumen dengan mencoba untuk mengisi harga termurah di pasar, indeks Lerner
mendekati nol. Sementara itu ketika perusahaan tidak ketat bersaing melalui
persaingan harga, indeks Lerner lebih dekat ke 1. • Dalam integrasi dan aktivitas merger, aksi juga berbeda di beberapa industri.
Integrasi dapat terjadi melalui merger dengan menyatukan sumber daya produktif.
Merger dapat membuat perusahaan mengurangi biaya transaksi, mengambil
ekonomi skala dan lingkup, kekuatan peningkatan pasar, dan mendapatkan akses
yang lebih baik ke pasar modal. Merger terjadi karena manajemen suatu
perusahaan tidak memadai untuk mengelola perusahaan, misalnya ini banyak
manajer takut merger dan akuisisi karena mereka tidak yakin dampak merger
pada posisi mereka.
• Dalam penelitian dan pengembangan, perbedaan terjadi karena beragam teknologi
untuk menghasilkan barang dan jasa. Salah satu cara perusahaan mendapatkan
keuntungan dari teknologi ini dengan terlibat dalam penelitian dan pengembangan
dan memperoleh paten. Jumlah biaya yang optimal dihabiskan untuk penelitian
dan pengembangan tergantung dengan karakteristik industri di mana perusahaan
beroperasi. • Dalam iklan, ada variasi dalam perusahaan dalam tingkat iklan dimanfaatkan.
Setiap perusahaan memiliki jumlah biaya yang optimal sendiri iklan dan jenis
iklan untuk memanfaatkannya.
2.5. Kinerja
Kinerja adalah hasil atau implikasi tentang bagaimana perilaku pasar dan
menggambarkan seberapa baik suatu perusahaan melakukan dalam suatu industri.
Kinerja mengacu pada keuntungan dan kesejahteraan sosial di industri (Baye, 2010).
Keuntungan akan menyajikan seberapa jauh kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan pendapatan, keuntungan yang lebih tinggi berarti baik kinerja
perusahaan untuk mencapai tujuannya. Selain itu, keuntungan yang tinggi akan
berusaha investor karena memiliki tingkat pengembalian yang tinggi.
Kesejahteraan sosial menunjukkan jumlah surplus konsumen dan produsen yang
dihasilkan di pasar. Di sini, ada indeks kinerja Dansby-Willig untuk mengukur
seberapa kesejahteraan sosial banyak akan memperbaiki jika perusahaan dalam
industri akan meningkatkan jika output meningkat sebesar jumlah yang kecil.
Ketika indeks lebih dari nol, kesejahteraan sosial akan meningkatkan jika
keluaran industri diperluas.
2.6. Perbankan
Menurut Bank Indonesia, perbankan semua hal yang berkaitan dengan
perbankan, termasuk lembaga, kegiatan usaha, dan proses selama melakukan
aktivitasnya. Perbankan menggunakan demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian
dalam melakukan fungsinya. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai
compiler dan distributor dana publik dan bertujuan untuk mendukung pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan
rakyat standard hidup. Perbankan juga memiliki posisi strategis, yaitu untuk
mendukung kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan
pencapaian stabilitas sistem keuangan, oleh karena itu perlu untuk memiliki
perbankan yang sehat, transparan, dan akuntabel.
Definisi bank itu sendiri adalah badan usaha yang merakit dana dari
masyarakat dalam bentuk tabungan dan mendistribusikannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat. Secara khusus, kegiatan bank umum sebagian besar mengumpulkan dana dari
masyarakat dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
dan/atau bentuk lainnya yang. Bank umum juga memiliki peran untuk memberikan
kredit bagi masyarakat yang termasuk sebagai satu unit defisit dan memberikan jasa
bank lainnya. Definisi dari dua daerah yang disebutkan di atas sebagai berikut: a. Kredit.
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1 ayat
11, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu,
berdasarkan kesepakatan tentang pinjaman-dan-kesejahteraan dipinjamkan antara
Bank dan pihak lain yang membutuhkan pemberi pinjaman untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. b. Deposit
Deposit adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian tentang dana deposito yang merupakan kewajiban bank
kepada masyarakat di mana dana/deposito dapat ditarik/dicairkan oleh publik
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.7. Penelitian Sebelumnya
Hubungan antara struktur-perilaku-kinerja telah diteliti di banyak negara,
termasuk di Indonesia. Hasil dari penelitian-penelitian tersebut disajikan dengan
variabel bebas dan terikat yang berbeda. Ringkasan Penelitian ini dijabarkan dalam
tabel berikut:
Tabel 3. Penelitian-penelitian Sebelumnya (Catatan: N = Negatif ; P = Positif ; NS = Negatif Sigmifikan ; PS = Positive Signifikan) Lima Variabel Terkait yang Digunakan
No. Judul Jurnal dan Alat Analisis Dependen Untuk Penelitian
Nama Peneliti
Variabel
MS MC CAR LDR NPL
1 Samy Ben Naceur and Regresi Panel NIM NS PS
Mohamed Goaied
(2003) The
Determinant of The
Tunisian Banking
Industry Profitability:
Panel Evidence (Table
3, NIM as Dependent
Variable)
Samy Ben Naceur Regresi Panel ROA N PS
(2003) The
Determinant of The
Tunisian Banking
Industry Profitability:
Panel Evidence (Table
3, ROA as Dependent
Variable)
2 Peiyi Yu and Werner Regresi Panel ROE NS PS
Neus (2005) Market
Structure, Scale
Efficiency and Risk as
Determinants of
German Banking
Profitability (ROE as
Dependent Variable)
Peiyi Yu and Werner Regresi Panel ROA NS PS
Neus (2005) Market
Structure, Scale
Efficiency and Risk as
Determinants of
German Banking
Profitability (ROA as
Dependent Variable)
3 Eralp Bektas (2006), Regresi Panel ROA PS NS P PS
Test of Market
Structure and
Profitability in
Liberalizing the
Deposit Market: The
Case of North Cyprus
(REM1)
4 Anna P. I. Vong and Regresi Panel ROA NS PS NS
Hoi Si Chan (2006)
Determinants of Bank
Profitability in Macao
(Column 3)
5 Jim Wong, Tom Fong, Regresi Panel ROA P P P
Eric Wong (2007)
Determinants of the
performance of banks
in Hong Kong (ROA
as Dependent
Variable)
6 Liu Jian, Zhang Jing Regresi Panel ROA N N PS
(2008), An Empirical
Research on the
Relationships among
Market Structure,
Efficiency and
Performance of
Chinese Banking
Industry (State owned
commercial banks.
Model B4)
Liu Jian, Zhang Jing Regresi Panel ROA PS PS N
(2008), An Empirical
Research on the
Relationships among
Market Structure,
Efficiency and
Performance of
Chinese Banking
Industry (Joint-stock
commercial banks.
Model C4)
10 Dirk Czarnitzki and Ordered ROS (PM) PS PS
Kornelius Kraft (2010), Probit
On the Profitability of
Innovative Assets (All Regression
Firms, Heterost
Model)
Dirk Czarnitzki and Ordered ROS (PM) P P
Kornelius Kraft (2010),
On the Profitability of Probit
Innovative Assets Regression
(Western German
Firms, Heterost
Model)
11 Ghulam Ali Bhatti Regresi Panel ROA NS PS PS NS
(2010), Evidence on
Structure Conduct
Performance
Hypothesis in Pakistani
Commercial Banks
(ROA as Dependent
Variable)
Ghulam Ali Bhatti Regresi Panel ROE NS PS NS N
(2010), Evidence on
Structure Conduct
Performance
Hypothesis in Pakistani
Commercial Banks
(ROE as Dependent
Variable)
Ghulam Ali Bhatti Regresi Panel ROC NS PS PS NS
(2010), Evidence on
Structure Conduct
Performance
Hypothesis in Pakistani
Commercial Banks
(ROC as Dependent
Variable)
12 Dinesh Prasad Gajurel Regresi Panel ROA NS PS
and Prof. Radhe Shyam
Pradhan, Ph.D. (2010)
Structure-Performance
Relation in Nepalese
Banking Industry (Eq.
1)
13 Maal Naylah (2010) Regresi Panel ROA NS PS PS N
Pengaruh Struktur
Pasar Terhadap
Kinerja Industri
Perbankan Indonesia
(Studi Empiris pada
Bank Umum yang
Listing di BEI 2005-
2009) [Third
Regression]
14 Tiara Kusuma Hapsari Regresi ROA N N PS N (2011), Analisis
Linier
Pengaruh CAR, NPL,
BOPO, LDR, GWM,
dan Rasio Konsentrasi
Terhadap ROA (Studi
Empiris Pada Bank
Umum yang Listing di
BEI 2005-2009)
17 Ali Mirzaei, Guy Liu, AR (Arelano- ROAA P NS PS
and Tomoe Moore Bond) Model
(2011), Does Market
Structure Matter on Regression
Banks’ Profitability and
Stability? Emerging
versus Advanced
Economies. (Bank in
Emergency Economics
- Panel ROAA) – Eq.1
Ali Mirzaei, Guy Liu, AR (Arelano- ROAA PS P PS
and Tomoe Moore Bond) Model
(2011), Does Market
Structure Matter on Regression
Banks’ Profitability and
Stability? Emerging
versus Advanced
Economies. (Bank in
Advanced Economics
- Panel ROAA) – Eq.
3
Ali Mirzaei, Guy Liu, AR (Arelano- ROAE P NS P
and Tomoe Moore Bond) Model
(2011), Does Market
Structure Matter on Regression
Banks’ Profitability and
Stability? Emerging
versus Advanced
Economies. (Bank in
Emergency Economics
- Panel ROAE) – Eq. 5
Ali Mirzaei, Guy Liu, AR (Arelano- ROAE PS P PS
and Tomoe Moore Bond) Model
(2011), Does Market
Structure Matter on Regression
Banks’ Profitability and
Stability? Emerging
versus Advanced
Economies. (Bank in
Advanced Economics
- Panel ROAE) – Eq. 7
18 Imad Z. Ramadan, Qais Regresi Panel ROA NS PS
A. Kilani, Thair A.
Kaddumi (2011)
Determinant of Bank
Profitability: Evidance
from Jordan (ROA
Panel, 3)
Imad Z. Ramadan, Qais Regresi Panel ROE NS NS
A. Kilani, Thair A.
Kaddumi (2011)
Determinant of Bank
Profitability: Evidance
from Jordan (ROE
Panel, 3)
19 MD Mostak Ahmed Regresi Panel ROA NS PS PS N
(2012) Market
Structure and
Performance of
Bangladesh Banking
Industry: A Panel Data
Analysis (CR Aset
Panel, 7,8,9)
MD Mostak Ahmed Regresi Panel ROA NS PS PS N
(2012) Market
Structure and
Performance of
Bangladesh Banking
Industry: A Panel Data
Analysis (CR Deposit
Panel, 7,8,9)
MD Mostak Ahmed Regresi Panel ROA NS PS PS NS
(2012) Market
Structure and
Performance of
Bangladesh Banking
Industry: A Panel Data
Analysis (CR Credit
Panel, 7,8,9)
21 Maja Pervan, Marijana GMM ROA PS
Ćurak, Klime Poposki, Arellano-
(2012), Industrial
Concentration and Bond
Bank Performance in
an Emerging Market:
Evidence from Croatia
(Panel 2)
22 Suminto Sastrosuwito Regresi Panel ROA PS PS
and Yasushi Suzuki
(2012), The
Determeninats of Post-
Crisis Indonesian
Banking System
Profitability
23 Sapto Jumono, Noer A. Regresi Panel ROE N PS P NS Achsani, Dedi B.
Hakim, dan Muhamad
Fidaus (2016), The
Effect of Loan Market
Concentration on
Banking
Rentability: A Study of
Indonesian Commercial
Banking,
Dynamics Panel Data
Regression Approach
2.8. Hipotesis
2.8.1. Hipotesis Pengaruh Konsentrasi Pasar Sebagai Proksi Struktur Pasar
pada Profitabilitas
Konsentrasi pasar adalah salah satu faktor penentu profitabilitas yang dapat
ditunjukkan oleh Konsentrasi Rate (CR) dan Herfindahl-Hirscdman Index (HHI).
Tingkat konsentrasi dihitung dengan menjumlahkan pangsa pasar aset, deposito, dan
kredit dari bank atas industri perbankan apakah itu akan CR4 (empat sepuluh bank)
atau CR10 (sepuluh bank), sementara HHI dihitung dengan mengkuadratkan masing-
masing bank persentase pangsa pasar dan menjumlahkan bank atas kuadrat pangsa
pasar. Dengan kata lain, konsentrasi pasar menunjukkan kekuatan bank atas
kekuasaan dalam industri perbankan. Hubungan antara konsentrasi pasar dan
profitabilitas dapat bernilai positif dan negatif tetapi lebih diharapkan menjadi positif
karena konsentrasi pasar yang tinggi biasanya juga akan berdampak profitabilitas
tinggi karena bank kekuatan untuk mendapatkan deposito dan kredit.
Penelitian sebelumnya yang menyatakan hubungan positif signifikan antara
konsentrasi pasar dan profitabilitas adalah dari Peiyu dan Neus (2005) dalam
penelitian industri perbankan pada Jerman, Czarnitzki dan Kraft (2010), Davydenko
(2010) darinya penelitian perbankan Ukraina, Bakti (2010) dalam penelitian
perbankan Pakistan nya, Gajurel dan Pradhan (2010), Jumono et al. (2016) dalam
penelitian perbankan di Indonesia, Ahmed (2012) dalam penelitian di Bangladesh,
dan terakhir dari Maja Pervan, Marijana Ćurak, Klime Poposki (2012) di penelitian
perbankan Kroasia mereka. Sementara itu hubungan yang negative signifikan antara
konsentrasi pasar dan profitabilitas berasal dari riset perbankan di Tunisia oleh
Naceur (2003), penelitian emergency economy bank dengan ROAE sebagai variabel
dependen oleh Mirzei, Liu, dan Moore (2010), dan penelitian di perbankan Jornadia
dari Ramadan, Kilani, dan Kaddumi (2011). Jalur pasar dan variabel yang dipilih
pada mereka penelitian sebelumnya bervariasi hingga menimbulkan perbedaan hasil.
Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya yang, hipotesis dapat ditarik
sebagai berikut:
H1: Konsentrasi pasar berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan
2.8.2. Hipotesis Pengaruh Pangsa Pasar Sebagai Proksi Struktur Pasar pada
Profitabilitas
Pangsa pasar menunjukkan berapa besar kekuasaan masing-masing bank di
seluruh industri perbankan. Hubungan pangsa pasar dan profitabilitas dapat positif
dan negatif tetapi secara logis pangsa pasar akan berdampak hubungan yang positif
karena ketika bank kewenangan industri perbankan dengan usaha sendiri sehingga
profitabilitas akan meningkat.
Penelitian yang digunakan pangsa pasar sebagai determinator profitabilitas
juga memiliki berbagai hasil. Sebuah signifikan positif hubungan pangsa pasar dan
profitabilitas yang dihasilkan oleh Jian dan Jing (2008) dalam saham gabungan
perbankan komersial Cina mereka, Czarnitzki dan Kraft (2010) dalam profibaility
mereka dalam penelitian aset yang inovatif, dan yang terakhir adalah penelitian
ekonomi perbankan dikembangkan daerah menggunakan kedua ROAA dan ROAE
dari Mirzei, Liu, dan Moore (2011). Hasil lainnya adalah hubungan signifikan positif
dari pangsa pasar dan profitabilitas, datang dari penelitian Hong Kong oleh Jim
Wong, Tom Fong, Eric Wong, dan Ka-fai Choi (2007), hasil yang sama juga
ditemukan oleh Mirzei, Liu, dan Moore (2011) di negara berkembang daerah
penelitian ekonomi perbankan menggunakan kedua ROAA dan ROAE. Sementara itu
negatif signifikan pangsa pasar terhadap profitabilitas yang dihasilkan dari Peiyu dan
Neus (2005) di Jerman penelitian perbankan mereka, Anna Vong dan Hoi Chan
(2006) dalam penelitian Macao perbankan mereka, Gajurel dan Pradhan (2010) dalam
penelitian perbankan Nepal mereka, Maal Naylah (2010) dalam penelitian perbankan
Indonesia, dan Mostak Ahmed dalam penelitiannya pada perbankan Bangladesh.
Hubungan signifikan negatif juga ditemukan oleh Jian dan Jing (2008) di bidang bank
umum milik negara Cina. Mirip dengan konsentrasi pasar, pasar yang dipilih pada
mereka penelitian sebelumnya juga berbagai. Untuk pangsa pasar, penelitian ini juga
menggunakan dua saluran pasar yang pasar deposito dan kredit pasar karena saluran
tersebut adalah saluran utama industri perbankan.
Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya yang, hipotesis kedua dapat
ditarik sebagai berikut:
H2: Pangsa pasar individu berpengaruh positif pada kinerja perbankan
2.9. Model Penelitian
Berdasarkan hipotesis dan melihat penelitian-penelitian sebelumnya,
penelitian ini merujuk pada model dari Jumono et al. (2016) yang menggunakan basic
earning power (BEP) sebagai variabel terikat, pangsa pasar individu dan konsentrasi
pasar sebagai variabel bebas, dan variabel kontrol meliputi CAR, LDR, dan NPL.
Model penelitian ini akan diaplikasikan dalam keseluruhan industri, maupun per
kelompok bank berdasarkan kepemilikan.
Gambar 2. Model Penelitian
Variabel Bebas: Struktur Pasar
- Pangsa Pasar Individu (Market Share – MS) - Konsentrasi Pasar
(Concentration Ratio – CR4)
Variabel Kontrol: Karakteristik Bank
- Capital Adequacy Ratio (CAR) - Loan to Deposit Ratio (LDR) - Non performing Loan (NPL)
Variabel Terikat: Kinerja
Profitabilitas: Basic Earning Power
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
3.1.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi empiris pada bank konvensional di Indonesia
menurut Bank Indonesia pada periode 2001-2014. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari dua variabel dependen dan lima
variabel independen. Variabel dependen adalah basic earning point (BEP) sebagai
proksi dari profitabilitas. Variabel independen adalah tingkat konsentrasi pasar dan
pangsa pasar individu, sedangkang variabel kontrol adalah, LDR, CAR, dan NPL.
3.1.2. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel dimana adalah
kombinasi data time series dan cross sectional dari Januari 2001 sampai dengan
Desember 2014.
3.1.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang
merupakan Statistik Bank Indonesia dan diaudit laporan tahunan bank komersial
selama 2002-2014. Statistik Bank Indonesia yang dikumpulkan dari situs Bank
Indonesia (http://bi.go.id) dan laporan tahunan yang telah diaudit dikumpulkan dari
masing-masing website Bank.
3.1.4. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah bank di Indonesia yang beroperasi secara
konvensional, sementara menurut teknik pemilihannya adalah purposive sampling
dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 4. Pemilihan Sampling
No. Sampling Informasi
1 Populasi Bank konvensional di Indonesia yang terdaftar
di Bank Indonesia pada periode 2001-2014.
2 Teknik Sampling Purposive sampling
3 Kriteria Pemilihan - Bank di Indonesia yang beroperasi secara
Samping konvensional.
- Bank konvensional di Indonesia yang
mempunyai data lengkap selama 2001-2014.
- Laporan keuangan yang diteliti mempunyai
data variabel-variabel yang akan diteliti
untuk tujuan penelitian.
3.2. Definisi Operasional Variabel
3.2.1. Variabel Dependen
Penelitian ini menggunalan kinerja yang diproksikan sebagai profitabilitas
sebagai variabel dependen. Profitabilitas mempunyai beberapa macam rasio,
diantaranya return on assets, return on equity, profit margin, dan lain-lain. Namun
penelitian ini memilih basic earning power (BEP) sebagai variabel dependen karena
laba sebelum bunga sebelum pajak adalah tingkat pengembalian yang sebenarnya,
dibagi dengan total aset karena jalur yang digunakan dalam penelitian ini adalah jalur
pasar aset.
3.2.1.1. Basic Earning Power (BEP)
Rasio basic earning power menggambarkan kemampuan tingkat
pengembalian laba operasi dari pengelolaan aset. Menaiknya rasio ini semakin
menandakan semakin baik manajemen dalam mengelola aset unyuk manghasilkan
laba bersih. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
Laba Operasi =
3.2.2. Variabel Bebas
Total Aset
Penelitian ini akan menggunakan konsentrasi pasar (CR4) dan pangsa pasar
(MS) sebagai variabel bebas.
3.2.2.1. Konsentrasi Pasar (Market Concentration Ratio – CR4)
Definisi operasional konsentrasi pasar mengacu pada tingkat produksi dari
pasar atau industri yang fokus kepada satu atau beberapa perusahaan besar.
Konsentrasi adalah saham gabungan pasar dari besar yang akan menetapkan tingkat
konsentrasi di pasar. Ada tiga pasar yang bisa menjadi saluran untuk menghitung
rasio konsentrasi pasar, yang pasar aset, pasar deposito, dan pasar kredit. Secara
umum, ada dua metode untuk mengukur konsentrasi pasar, yang Konsentrasi Ratio
(CR) and Herfinfahl-Hirschman Index (HHI). Namun, dalam penelitian ini hanya
menggunakan CR4 yang merupakan gabungan dari sepuluh bank terbesar di
perbankan Indonesia melalui deposito saluran dan kredit. Rumus dinyatakan sebagai
berikut:
CR4 = Total Aset dari 4 Bank Terbesa Total Aset dari Seluruh Bank Konvensional
3.2.2.2. Pangsa Pasar (Market Share - MS)
Definisi operasional pangsa pasar adalah persentase nilai jual atau membeli
barang atau jasa yang dikendalikan oleh bisnis untuk pasar bersangkutan dalam satu
tahun kalender tertentu yang spesifik. Variabel ini penting untuk menentukan posisi
individual bank, apakah bank memiliki otorisasi besar menuju industri perbankan
atau tidak.
Pangsa Pasar Aset = Total Aset Individual Bank Total Aset Bank Konvensional
3.2.3. Variabel Kontrol (Karakteristik Bank)
3.2.3.1. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio - CAR)
Rasio Kecukupan Modal (CAR) menunjukkan kemampuan bank dalam
solvabilitas. CAR akan menentukan kapasitas bank dalam memenuhi kewajiban
waktu dan risiko lainnya seperti risiko kredit untuk melindungi deposan bank dan
pemberi pinjaman lainnya.
Berdasarkan Surat Edaran BI Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, CAR
dihitung dengan membagi aset modal dan risiko tertimbang. CAR yang tinggi
menunjukkan manajemen yang baik dalam menjaga modal.
CAR = Capital Risk Weighted Assets
3.2.3.2. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to deposit ratio (LDR) menunjukkan fungsi intermediasi bank dalam
menyalurkan kredit pada deposit. Berdasarkan Surat Edaran Nomor 6/23 / DPNP
tanggal 31 Mei 2004, rumus untuk menghitung LDR adalah dengan membagi total
kredit terhadap total dana pihak ketiga (deposito). Dana Pihak Ketiga terdiri dari giro,
tabungan dan deposito (tidak termasuk antar bank)
LDR = Total Loans Total Third Party Funds (Deposits)
3.2.3.3. Non-performing Loan (NPL)
Non-performing loan (NPL) adalah kredit yang berubah menjadi kredit tak
berjalan. Menurut untuk Dana Moneter Internasional, pinjaman yang bermasalah saat
pembayaran bunga dan pokok yang jatuh tempo dengan 90 hari atau lebih, atau
setidaknya 90 hari dari pembayaran bunga telah dikapitalisasi, dibiayai atau tertunda
oleh perjanjian, atau pembayaran kurang dari 90 hari terlambat, tetapi ada alasan lain
untuk meragukan bahwa pembayaran akan dilakukan secara penuh.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, kredit
bermasalah dihitung dengan membagi kredit yang sub-standar, diraguka,n dan macet
dibagi dengan total kredit keseluruhan.
NPL = Credit that are substandard, doubtfull, and loss
Total Credits
3.3. Teknik Analisis Data
3.3.1. Analysis Model
Menurut teori structure-conduct-performance, kinerja adalah fungsi dari
struktur dan perilaku. Secara matematis, dalam diformulasikan sebagai berikut:
= ( , )
Penjelasan:
P: Kinerja (performance)
S: Struktur Pasar (Market Structure)
C: Perilaku (Conduct)
Penelitian ini akan mengimplementasikan formula di atas, kecuali variabel
perilaku akan digantikan menjadi karakteristik bank. Kinerja akan diproksikan
dengan Basic Earning Power (BEP), struktur pasar akan diproksikan oleh pangsa
pasar (MS) dan konsentrasi pasar dari empat bank terbesar (CR4), sementara itu
karakteristik bank akan diproksikan dengan CAR, LDR, dan NPL. Jalur yang
digunakan adalah jalur pasar aset dan akan formulasi yang digunakan juga pada setiap
keseluruhan bank umum dan juga bank-bank dari setiap kepemilikannya. Berdasarkan
penjelasan tersebut, dapat diformulasikan sebagai berikut:
= + 1 4 + 2 + 3 + 4 + 5
i = individual bank (sample)
t = time period yearly
Penjelasan:
: Basic Earning Power
CR4: Concentration Ratio
MS: Market Share
LDR: Loan to Deposit Ratio
CAR: Capital Adequacy Ratio
NPL: Non-performing Loan
Berdasarkan Bhatti (2010) pada penelitiannya pada industri bank di Pakistan,
adanya signfikansi atau tidak signifikansinya pengaruh konsentrasi pasar dan pangsa
pasar terhadap kinerja akan menentukan jenis SCP pada industri tersebut. Jika
konsentrasi rasio signifikan dan pangsa pasar tidak signifikan, maka keadaan ini
adalah SCP tradisional (paradigma Harvard).
a1 > 0, a2 = 0.
Sedangkan SCP efisiensi (paradigma Chicago) akan ditunjukkan dengan
konsentrasi rasio yang tidak signifikan sementara pangsa pasar signifikan terhadap
kinerja.
a1 = 0, a2< 0.
Maka, a1 > 0 dan β2 = 0 mendukung SCP tradisional sementara a1 = 0 dan a2
> 0 mendukung SCP efisiensi. Namun, ada juga kondisi dimana ada kejadian
konsentrasi pasar dan pangsa pasar signifikan.
a1 > 0, a2> 0.
Hal ini berarti suatu industri mendapat keuntungan dari pasar yang
terkonsentrasi dan juga dari masing-masing individualnya.
3.4. Regresi Data Panel
Penelitian ini menggunakan regresi data panel yang menggabungkan data
cross section dan time series untuk mengakomodasi perbedaan pengamatan antara
individu bank dan waktu data pengamatan. Data panel adalah laporan keuangan
tahunan bank komersial di Indonesia pada periode 2001-2014. Regresi data panel ini
dugunakan untuk mengetahui apakah struktur memiliki hubungan yang signifikan
dengan profitabilitas atau tidak. Ada tiga metode data panel yang digunakan: pool
least square, fixed effect model, dan random effect model. 1. Pool least square. Efek independen variabel pada variabel dependen digambarkan
konstan untuk setiap cross dan times. Namun batasan dari model ini terdapat pada
asumsi klasik. Asumsi slope dan intercept selalu konstan dalam setiap waktu
dianggap tidak realistis dalam menggambarkan kenyataan aktual yang dinamis 2. Fixed effect (FE). Pada metode ini, ada beberapa asumsi yang bisa digunakan
mengenai koefisien slope dan interceptnya pada cross section dan time series,
keduanya bisa sama-sama konstan atau salah satunya konstan dan yang lain bisa
bervariasi serta dua-duanya bervariasi 3. Efek acak metode (RE). Metode ini muncul karena variasi nilai dan korelasi
antara variabel dapat diasumsikan sebagai acak tetapi ditentukan dalam bentuk
kesalahan eksplisit. Model ini menggabungkan error yang dihasilkan oleh data
cross section dan time series. Jika model efek tetap memiliki nilai intercept yang
pasti dalam seluruh penampang, model efek acak merupakan nilai rata-rata di
seluruh intercept baik pada cross section atau time series.
Penelitian ini akan menggunakan salah satu dari ketiga model tersebut yang
beberapa pengujian yang diperlukan untuk mengetahui model mana yang paling
terbaik. Menurut Suwardi (2011), cata untuk menentukan metode yang paling baik
untuk regresi data panel adalah dengan mengikuti diagram ini:
Gambar 3. Memilih Model Regresi Panel
(Sumber: Akbar Suwardi, 2011)
3.4.1. Memilih Model Regresi Data Panel: Pool Least Square vs Fixed Effect
(Chow Test)
Tujuan dari tes ini adalah untuk memilih antara pool least square dan fixed
effect model. Hipotesis untuk penetuan pengambilan mode adalah adalah:
Ho : PLS Model
H1 : Fixed Effects Model
Ho akan ditolak jika P probability < alpha.
3.4.2. Memilih Model Regresi Data Panel: Pool Least Square vs Random Effect
(Lagrange Multiplier Test)
Setelah mengetahui model yang terbaik antara pool least square dan fixed
effect, maka perlu diketahui juga model yang terbaik antara pool least square dan
random effect menggunakan Lagrange Multiplier Test dengan menggunakan hipotesis
sebagai berikut:
Ho :PLS Model
H1 :Random Effects Model
Jika P Probability < alpha, Ho akan ditolak.
3.4.3. Memilih Model Regresi Data Panel: Fixed Effect vs Random Effect
(Hausman Test)
Jika hasil dari Chow Test dan LM Test menghasilkan fixed effect dan random
effect sebagai model yang terbaik, maka untuk memilih antara dua model tersebut
digunakan Hausman Test dengan hipotesis sebagai berikut::
Ho : Random Effects Model
H1 : Fixed Effects Model
Ketika P probability < alpha, Ho akan ditolak.
3.4.4. BLUE Test
Hauuman Test akan memberikan hasil akhir model data panel yang terbaik
antara fixed effect model dan random effect model. BIRU Uji akan menjadi ujian
berikutnya yang bertujuan untuk mendeteksi multikolinearitas, heteroskedastisitas,
dan autokorelasi masalah dalam model tersebut. 1. Multikolinearitas
Untuk mengetahui masalah multikolinearitas, penelitian ini menggunakan VIF
Uji di STATA 10 sebagai alat deteksi. Jika hasilnya menunjukkan VIF> 10, itu
berarti bahwa variabel masih memiliki multikolinearitas.
2. Heteroskedastisitas dan autokorelasi
Random effect model tidak harus diuji lagi untuk heteroskedastisitas dan
autokorelasi karena STATA 10 telah diproses dalam waktu GLS-regresi dalam tes
sebelumnya. Langkah yang harus dilakukan dalam bagian ini adalah melihat
probabilitas P dalam model random dan hipotesis ini dinyatakan di bawah:
Ho: Tidak ada Heterocesdasticity
H1: Heterocesdacity
Ho: Tidak ada Autokorelasi
H1: Autokorelasi.
Ketika P probabilitas > alpha berarti Ho ditolak.
3.4.5. Robust Test
BLUE Test telah memberikan hasil yang menyatakan bahwa model yang
dipilih masih memiliki multikolinearitas, heterodescasticity, dan masalah
autokorelasi. Langkah terakhir untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
melakukan tes kuat dalam STATA 10. Meskipun efek random Model tidak perlu diuji
oleh yang kuat karena GLS-regresi telah diproses dalam tes sebelumnya, tes namun
kuat masih yang terbaik dilakukan karena output tes ini akan digunakan sebagai
model akhir terbaik.
3.4.6. Interpretasi Hasil Regresi
Setelah mendapatkan model panel terbaik (dari proses seleksi PLS, FE, dan
RE) dan uji BLUE sudah dilakukan, regresi output dapat diinterpretasikan sebagai
berikut: 1. Uji global (F-Stat)
Tes ini adalah untuk menguji apakah model yang dipilih dapat digunakan atau
tidak. Jika hasil Probabilitas F-Stat kurang dari alpha, maka model dapat
digunakan. 2. T-test (T-Stat)
Tes ini adalah untuk menguji apakah setiap variabel independen dapat secara
signifikan mempengaruhi variabel dependen atau tidak. Jika Probabilitas T-Stat
kurang dari alpha, sehingga variabel independen dapat secara signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
3. Melihat R2
Dalam output, R2 menunjukkan berapa banyak semua variabel independen
mempengaruhi variabel dependen. Jika model yang terpilih adalah PLS, melihat
R2. Jika model fixed effect, lihat R
2 within. Sementara jika model yang dipilih
adalah efek acak, lihat R2 overall.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, MD Mostak. 2012. Market Structure and Performance of Bangladesh
Banking Industry: A Panel Data Analysis. Bangladesh Development Studies
Vol. XXXV, September 2012, No. 3
Alper, Deger. Anbar Adam. 2011. Bank Specific and Macroeconomic Determinants
of Commercial Bank Profitability: Empirical Evidence From Turkey. Business
and Economics Research Journal. Vol. 2 . No. 2 . 2011. pp. 139-152
Alyadi, Nesrine and YounèsBoujelbene. 2012. The Determinants of the Profitability
of the Tunisian Deposit Banks.IBIMA Business Review. Vol. 2012 (2012),
Article ID 165418
Atthoilah, Moh. 2010. Struktur Pasar Industri Perbankan Indonesia: Rosse-Panzar
Test. Journal of Indonesian Applied Economics. Vol 4 No. 1. May 2010. Pp. 1-
10.
Azam, Muhammad. Siddiqui, Sana. 2012. Domestic and Foreign Banks’
Profitability: Differences and Their Determinant. International Journal of
Economics and Financial Issues. Vol. 2, No. 1, 2012, pp.33-40
Bank Indonesia. 2004. Data of Indonesian Banking. Data of Indonesian
Banking.DirektoratPerizinandanInformasiPerbankan. Jakarta. Available online
at http://www.bi.go.id/web/id
Bank Indonesia. 2008. Indonesian Banking Statistic. Indonesian Banking Statistics.
Volume 6, No 2, January 2008, Available online at http://www.bi.go.id/web/id
Bank Indonesia. 2013. Indonesian Banking Statistisc. Indonesian Banking Statistics.
Vol. 11, No. 4, March 2013, Available online at http://www.bi.go.id/web/id
Bektas, Eralp. 2006. Test of Market Structure and Profitability in Liberalizing the
Deposit Market: The Case of North Cyprus. Problems and Perspectives in
Management Journal.Vol. 4, Issue 2, 2006.
Bikker, JA. 2002. Competition, Concentration, and Their Relationship: An Empirical
at The Banking Industry, Journal of Banking and Finance. 26(11) 2002.
Czarnitzki, Drik and Kornelius Kraft. 2004. On the Profitability of Innovative Assets.
ZEW Discussion Paper No. 04-38.
Davydenko, Antonina. 2010. Determinants of Bank Profitability in Ukraine.
Undergraduate Economic Review.Vol. 7.Issue 1.Article 2.
Dietricha, Andreas. Wanzeriedb, Gabrielle. 2009. What Determines the Profitability
of Commercial Banks? New Evidence from Switzerland.IFZ Working Paper No.
0010/2009.http://www.hslu.ch/ifz_workingpaperno10_what_determines_the_pr
ofitability_of_commercial_banks-2.pdfaccesed July 21, 2013.
Gajurel, Dinesh Prasad and Prof. RadheShyamPradhan, Phd. 2010.Structure-
Performance Relation in Napalese Banking Industry.IPEDR Vol. 2 (2011).
(2011) IAC S IT Press, Manila, Philippines.
Ghulam, Ali Batti. 2010. Evidence on Structure Conduct Performance Hypothesis in
Pakistani Commercial Banks.International Journal of Business and
Management.Vol 5, No. 9; September 2010
Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics, 4th Edition. McGraw-Hill. New
York.
Jian, LIU and ZHANG Jing. 2008. An Empirical Research on the Relationship
among Market Structure, Efficiency, and Performance of Chinese Banking
Industry.http://www.seiofbluemountain.com/upload/product/201002/1265702453a
ai4xl0q.pdf accessed July 21, 2013
Jumono, Sapto, et al. "The Effect of Loan Market Concentration on Banking
Rentability: A Study of Indonesian Commercial Banking, Dynamics Panel Data
Regression Approach." International Journal of Economics and Financial Issues
6.1 (2016): 207-213.
Kuncoro, Mudrajad. 2011. Survery Perkembangan Indikator Kinerja.Jurnal
Megadigma. Vol 4.No. 3. September 2011.
Lubis, Andi Fahmi, et al. 2009. Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks.
ROV Creative Media. Jakarta: 2009.
Mirzaei, Ali, Guy Liu, and Tomoe Moore. 2011. Does Market Structure Matter on
Banks’ Profitability and Stability? Emerging versus Advanced
Economics.Economics and Finance Working Paper Series. No. 11-12.
Naceur, Sammy Ben. Goaied, Mohamed.The Determinants of Commercial Bank
Interest Margin and Profitability: Evidence From Tunisia. SSRN Working
Paper Series. http://www.lefa-ihec.com/Publications/24.pdf accessed July 23,
2013.
Naylah, Maal. 2010. Pengaruh Struktur Pasar Terhadap Kinerja Industri Perbankan
Indonesia. Thesis. Faculty of Economy.Diponegoro University. Semarang.
Pervan, Maja., Curak, Marijana. Poposki, Klime. 2012. Industrial Concentration and
Bank Performance in an Emerging Market: Evidence from Croatia.
http://www.wseas.us/e-library/conferences/2012/Zlin/FAA/FAA-61.pdf
accessed July, 2013
Ramadan, Imam Z., Qais A. Kilani, Thair A. Kaddumi. 2011. Determinant of Bank
Profitability: Evidence From Jordan. International Journal of Academic
Research.Vol 3.No. 4. July, 2011, Part I.
Rika, Kartika. 2008. Pengaruh NPL, CAR, LDR, dan KAP TerhadapProfitabilitas di
SektorPerbankan. Thesis.Faculty of Economics.Widyatama University.
Bandung.
Riyadi, Selamet. Drs., M.Si. 2006. Banking Assets and Liability Management,
EdisiKetiga. LembagaPenerbitFakultasEkonomiUniversitas Indonesia.Salemba.
Sastrosuwito, Suminto and Yasuhi Suzuki. 2012. The Determinant of Post-Crisis
Indonesian Banking System Profitability. Economics and Finance Review Vol.
1(11) pp. 48 – 57, January, 2012.
Subanidja, Steph. 2006. Struktur Pasar, Karakteristik, dan Kinerja Bank Umum di
Indonesia. Akuntabilitas.Vol 1.No. 1.Pp 14-21.
Sutardjo, Daryanto, Arifin. 2011. Struktur Pasar Persaingan Perbankan Indonesia
DalamPeriodeKonsilidasi.JurnalManajemen&Agribisnis.Vol. 8. No. 2 Oktober
2011.
Suwardi, Akbar. 2011. STATA: TAHAPAN DAN PERINTAH (SYNTAX) DATA
PANEL. EDISI: 2011. Web. Accessed August 25, 2013.
Vong, Anna P.I. and Hoi Si Chan. 2006.Determinants of Bank Profitability in
Macao.http://umir.umac.mo/jspui/handle/123456789/12719 accessed July 20,
2013.
Wong, Jim, Tom Fong, Eric Wong. 2007. Determinants of ThePerformance of Banks
In Hong-Kong. Hong Kong Monetary Authority Quarterly Bulletin. Sep 2007.
Yu, Peiyu and Warner Neus. 2005. Market Structure, Scale Efficiency and Risk as
Determinants of German Banking
Profitability.http://www.econbiz.de/Record/market-structure-scale-efficiency-
and-risk-as-determinants-of-german-banking-profitability-peiyi/10009149232