Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

45
PENGARUH STRUKTUR PASAR TERHADAP KINERJA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA (Studi Empiris per Kelompok Bank Berbasis Kepemilikan Modal) PROPOSAL TESIS CHAJAR MATARI FATH MALA 1406658660

Transcript of Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

Page 1: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

PENGARUH STRUKTUR PASAR TERHADAP KINERJA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA

(Studi Empiris per Kelompok Bank Berbasis Kepemilikan Modal)

PROPOSAL TESIS

CHAJAR MATARI FATH

MALA 1406658660

Page 2: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan data empiris dari Statistik Perbankan Indonesia, secara

keseluruhan kondisi industri perbankan mengalami kenaikan aset seiring dengan

menaiknya jumlah total deposit dan kredit selama periode 2001 hingga 2014. Secara

umum industri perbankan Indonesia bisa dikatakan mengalami kenaikan dan

pertumbuhan yang bagus ditinjau dari pasar aset, pasar deposit, dan pasar kredit

meskipun ada fluktuasi pada tahun-tahun tertentu selama tiga belas tahun. Tabel 1

memperjelas kenaikan aset, deposit, dan kredit pada perbankan Indonesia pada

periode 2001 hingga 2014.

Tabel 1. Pertumbuhan Total Aset, Total Deposito, dan Total Kredit pada Bank

Konvesional di Indonesia Periode 2001-2014 (Rp dalam jutaan dan %)

Tahun Total Aset Pertumbuhan Total Pertumbuhan Total Kredit Pertumbuhan

Aset Deposito Deposito Kredit

2001 1.009.699 797.362 316.059

2002 1.112.204 10,15 835.778 4,82 371.058 17.40

2003 1.213.518 9,11 888.576 6,32 440.068 18,60

2004 1.272.081 4,83 963.106 8,39 559.470 27,13

2005 1.469.827 15,54 1.127.937 17,12 695.648 24.34

2006 1.693.850 15.24 1.287.102 14,11 792.297 13,89

2007 1.986.501 17,28 1.510.834 17,38 1.002.012 26,47

2008 2.310.557 16,31 1.753.292 16,04 1.307.688 30,51

2009 2.534.106 9,67 1.950.712 11,26 1.437.930 9,96

2010 2.338.834 -7,71 2.338.824 19,90 1.746.845 21,49

2011 3.652.832 56,18 2.784.912 19,07 2.200.094 25,95

2012 4.262.587 16,69 3.225.198 15,81 2.707.860 23,08

2013 4.954.467 16,23 3.520.616 9,16 3.158.099 16,63

2014 5.661.150 13,34 3.943.697 12,02 3.526.364 11.66

Rerata 14,83 13,18 20,55

Page 3: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

Selama tiga belas tahun industri perbankan secara bersamaan mengalami

kenaikan total aset, deposit, dan kredit cukup besar meskipun pertumbuhannya

fluktuatif secara persentase. Namun secara rata-rata, pertumbuhan dari ketiga jalur

pasar tersebut bernilai positif dan di atas 10%. Fenomena kenaikan pertumbuhan ini

menunjukkan kinerja positif bank konvensional pada industri perbankan Indonesia

secara keseluruhan dalam menghimpun dana dan pembiayaan yang berdampak pada

kenaikan total aset.

Adanya hal positif juga ditunjukkan oleh indikator kesehatan industri

perbankan seperti ROA, CAR, LDR, dan BOPO yang menunjukkan kesehatan bank

di Indonesia. Tabel 2 menunjukkan tren perbankan dari sisi profitabilitas, solvabilitas,

efisiensi, dan likuiditas.

Tabel 2. Tren ROA, CAR, LDR, dan BOPO

pada Bank Konvensional di Indonesia (2001-2014)

Tahun ROA (%) CAR (%) LDR (%) BOPO (%)

2001 1,45 19,93 33,01 98,41

2002 1,96 22,44 38,24 94,76

2003 2.63 19,43 43,52 88,10

2004 3,46 19,42 49,95 76,64

2005 2,55 19,30 59,66 89,50

2006 2,64 21,27 61,56 86,98

2007 2,78 19,30 66,32 84,05

2008 2,33 16,76 74,58 88,59

2009 2,60 17,42 72,88 86,63

2010 2,86 17,18 75,21 86,14

2011 3,03 16,05 78,77 85,42

2012 3,11 17,43 83,58 74,10

2013 3,08 16,36 89,70 76,29

2014 2,85 18,01 89,42 74,08

(Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, diolah)

Page 4: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

Dari segi profitabilitas yang direpresentasikan oleh ROA, bank konvensional

mengalami penambahan ROA di setiap tahunnya meski mengalami sedikit penurunan

pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan pengembalian dari aset bank konvensional

sudah bagus. Sementara itu dari segi kepemilikan, rata-rata CAR menunjukkan

kondisi yang bagus karena berada di atas minimum yaitu 8%. Likuiditas perbankan

sendiri kenaikan signifikan menunjukkan fungsi intermediasi dari deposit menuju

kredit lebih baik di setiap tahunnya. Kemudian dari segi efisiensi, BOPO

memperlihatkan adaya penurunan beban dibandingkan dengan pendapatannya yang

menandakan efisiensi bank konvensional mengalami kenaikan.

Seiring dengan peran bank yang semakin penting dan regulasi tentang

pembiayaan dan juga beredarnya Pakto 88 tentang kemudahan mendirikan bank

swasta, cabang bank, dan juga bank perkreditan raktar, maka banyak bank-bank lain

bermunculan baik dalam berbagai kepemilikan yang bertujuan untuk menyediakan

jasa perantara menghimpun dana untuk melakukan pembiayaan sebagai penggerak

ekonomi. Dengan adanya hal ini maka memunculkan persaingan dalam industri

perbankan Indonesia.

Persaingan pada industri perbankan di Indonesia masih tergolong kompetitif,

hal ini ditambah dengan kondisi ekonomi Indonesia yang masih belum menguat

hingga akhir tahun 2015 dan proyeksi perlambatan ekonomi dari Bank Dunia. Level

kompetisi ditetapkan oleh struktur pasar, sementara itu dalam industri perbankan

struktur pasar yang ada berada pada jalur aset, deposit, dan kredit.

Struktur pasar monopoli pada industri perbankan menandakan adanya

kekuatan untuk mendominasi pasar industri dan akan menimbulkan efek negatif pada

bank-bank kecil. Menurut Cetorelli (2001), struktur pasar dan karakteristik-

karakteristik bank yang terkait mempunyai peran penting dalam menjaga

perekonomian. Sejak ada Pakto 88 tersebut, perkembangan bank Indonesia memang

semakin pesat. Namun dalam kurun waktu terakhir, seiring dengan kondisi ekonomi

yang melemah maka dampak persaingan akan semakin terasa pada bank-bank kecil.

Sementara itu bank-bank yang mendominasi pasar akan semakin memperluas

jaringannya dan tak jarang menyerap bank-bank kecil sehingga jumlah bank pada

Page 5: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

industri sendiri menurun setiap tahunnya. Untuk melihat lebih jelas mengenai

persaingan pada industri perbankan, gambar 1 memperlihatkan mengenai

perkembangan total bank dan total kantor cabang perbankan dari tahun 2001 sampai

tahun 2014.

Gambar 1. Total Bank dan Total Kantor Cabang Bank Konvensional

Industri Perbankan Indonesia (2001-2014)

160 25,000

140 20,000

120

100 15,000

80

60 10,000

40 5,000

20

0 -

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

Total Bank

Total Kantor Cabang

(Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, diolah)

Penurunan total bank selama tiga belas tahun dari 141 bank menjadi 119

menunjukkan adanya kompetisi yang ketat pada industri perbankan. Berita-berita

yang beredar menunjukkan adanya akuisisi dan merger yang dilakukan oleh beberapa

bank sehingga menyebabkan menurunnya jumlah bank pada industri. Namun

sebaliknya, kenaikan total cabang bank mengalami kenaikan yang cukup tajam

dimana hal tersebut menunjukkan fenomena yang kurang wajar dalam perkembangan

suatu industri. Penurunan total bank yang diiringi dengan kenaikan total cabang bank

menunjukkan bank-bank yang berhasil melewati kompetisi ketat atau sudah meraih

pangsa pasar industri semakin memperkuat posisinya dengan membuka banyak

kantor cabang di wilayah lain.

Dapat terlihat dengan jelas dalam kondisi struktur pasar oligopoli terdapat

kompetisi yang tidak menguntungkan bagi bank-bank yang memiliki pangsa pasar

kecil selama tiga belas tahun terakhir meskipun ada kenaikan pada kinerja dan

Page 6: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

karakteristik bank. Teori umum untuk menganalisa level struktur pasar adalah dengan

menggunakan konsentrasi pasar (market concentration) yang berarti kumpulan dari

presentase pangsa pasar terbesar di suatu industri. Penelitian-penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya mengenai struktur perbankan di Indonesia menyatakan kondisi

level kompetisi berada pada level oligopoli menuju monopoli dengan bank-bank

terbesar yang masih mendominasi industri perbankan.

Subandia (2006) menggunakan konsentrasi pasar untuk menentukan struktur

pasar pada penelitiannya yang menyimpulkan industri perbankan Indonesia berada

pada level oligopoli, begitu pula Maal Naylah (2010) dan Sutardjo, et al. (2010) yang

juga menyatakan industri perbankan ada pada level oligopoli.

Hubungan antara struktur dan kinerja tercantum pada teori structure-conduct-

performance (SCP) dimana paradigma Harvard menyatakan struktur adalah

determinator utama kinerja, namun paradigma Chicago menyebutkan bahwa efisiensi

dari setiap individu dalam suatu organisasi yang akan membuat bagusnya kinerja

perusahaan hingga akan berpengaruh pada strukturnya. Penelitian-penelitian

sebelumnya telah mempelajari dan mencaritahu hubungan antara struktur pasar dan

kinerja telah dilakukan di luar negeri dan dalam negeri. Teori umum yang

mewakilkan variabel struktur pasar yang menggambarkan kompetisi adalah pangsa

pasar (market share) individual dan konsentrasi pasar (market concentration) dari

jumlah empat pangsa pasar terbesar (Bikker dan Haff, 2002).

Pada kondisi industri perbankan di Jerman, Yu dan Neus (2005)

menggunakan konsentrasi pasar sebagai salah satu variabel penentu profitabilitas.

Penelitian tersebut menyimpulkan konsentrasi pasar mempunyai hubungan negatif

dan signifikan dengan profitabilitas yang diproksikan oleh ROA dan ROE. Vong dan

Chan (2006) juga menyimpulkan hal yang sama bahwa konsentrasi pasar mempunyai

hubungan negatif dan signifikan pada profitabilitas di industri perbankan Makau.

Namun di Cina, Wong et al. (2007) menemukan bahwa hubungan antara konsentrasi

pasar dan profitabilitas adalah positif dan tidak signifikan.

Sementara itu penelitian menyebutkan bahwa industri perbankan di U.S. telah

mengalami SCP efisiensi namun Bhatti (2010) menyatakan industri perbankan di

Page 7: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

Pakistan masih tergolong dalam SCP tradisional karena hubungan antara konsentrasi

pasar dan profitabilitas adalah signifikan sementara pangsa pasar individu tidak

signifikan. Di Indonesia, Naylah (2010) dan Jumono et al. (2016) juga menyimpulkan

bahwa industri perbankan Indonesia juga masih SCP tradisional dan belum dapat

mencapat efisiensi.

Perbedaan hasil antar penelitian ini terjadi karena adanya perbedaan sampel

mengenai jumlah dan karakteristik, maka penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan

hasil yang lebih baik mengenai hubungan antara struktur pasar dan kinerja dengan

memakai data di Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah pangsa pasar

dan konsentrasi pasar sebagai proksi dari struktur pasar sementara kinerja

direpresentasikan oleh basic earning point (BEP), sementara itu karakteristik bank

akan digunakan sebagai variabel kontrol yaitu capital adequacy ratio (CAR), non-

performing loan (NPL), dan loan to deposit ratio (LDR). Hal yang membedakan studi

ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah mengenai pembagian pada

industri bank dari segi kepemilikan. Selain mengetahui hubungan antara struktur

pasar dan profitabilitas dan tipe SCP secara keseluruhan industri dengan sampel

seluruh bank yang memenuhi kriteria purposive sampling, hubungan dan tipe SCP

tiap-tiap kelompok bank menurut kepemilikan juga akan diuji sehingga akan terlihat

jelas manakah kelompok bank yang yang sudah menganut SCP efisiensi dan mana

yang masih tradisional.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Jenis struktur pasar apakah yang ada pada industri perbankan Indonesia

selama periode 2001-2014?

2. Bagaimana pengaruh struktur pasar pada kinerja secara keseluruhan

selama periode 2001-2014?

Page 8: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

3. Bagaimana pengaruh struktur pasar pada kinerja pada industri perbakan

Indonesia ditinjau per kelompok kepemilikan modal selama periode 2001-

2014?

4. Tipe SCP (structure-conduct-performance) apakah yang dimiliki industri

perbankan Indonesia selama periode 2001-2014?

5. Tipe SCP (structure-conduct-performance) apakah yang dimiliki indusri

perbankan Indonesia ditinjau dari per kelompok kepemilikan modal

selama periode 2001-2014?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui jenis struktur pasar ada pada industri perbankan Indonesia

selama periode 2001-2014.

2. Mengetahui pengaruh struktur pasar pada kinerja secara keseluruhan

selama periode 2001-2014.

3. Mengetahui pengaruh struktur pasar pada kinerja pada industri perbakan

Indonesia ditinjau per kelompok kepemilikan modal selama periode 2001-

2014.

4. Mengetahui tipe SCP (structure-conduct-performance) yang dimiliki

industri perbankan Indonesia selama periode 2001-2014.

5. Mengetahui tipe SCP (structure-conduct-performance) yang dimiliki

indusri perbankan Indonesia ditinjau dari per kelompok kepemilikan

modal selama periode 2001-2014.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademisi

Memberi informasi mengenai jenis struktur pasar yang ada pada industri

perbankan Indonesia di setiap tahunnya selama periode 2001-2014 dengan

rentang waktu yang rentang waktu yang lama untuk mengevaluasi level

kompetisi kondisi perbankan Indonesia. Dapat juga digunakan untuk

menjadi referensi penilitian selanjutnya.

Page 9: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

2. Bagi Praktisi Industri Perbankan

Informasi struktur pasar dapat digunakan sebagai dasar pembuat kebijakan

mengenai campur tangan bank sentral untuk mengatur persaingan industri.

Pengetahuan mengenai efisien atau tidaknya industri perbankan Indonesia

ditinjau dari teori structure-conduct-performance sebagai bahan evaluasi

maupun tindakan lanjutan mengenai diferensiasi produk dari individual

bank.

1.5. Batasan Penelitian

1. Pangsa pasar yang juga akan digunakan sebagai konsentrasi pasar dalam

penelitian ini adalah jalur aset, sehingga belum diketahui bagaimana

pengaruh pangsa pasar pada jalur deposito dan jalur kredit.

2. Penelitian ini menggunakan tiga karakteristik bank sebagai variabel

kontrol, dimana masih ada variabel-variabel lain yang masih dapat

mempengaruhi kinerja bank.

1.6. Sistematika Penulisan

1. Bab 1 Pendahuluan

Bab pertama dalam penelitian ini member penjelasa tentang latar belakang

yang akan menghasilkan perumusan masalah dan untuk dijadikan tujuan

penelitian. Poin-poin tentang batasan penelitian dan sistematika penulisan

juga dijabarkan dalam bab ini.

2. Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas tentang teori-teori serta penelitian-penelitian

sebelumnya yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

3. Bab 3 Metode Penelitian

Bab ini menjabarkan tentang data, populasi, dan sampling serta alat

analisis yang digunakan untuk memecahkan rumusan masalah yang

diuraikan dalam bab pertama.

Page 10: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

4. Bab 4 Pembahasan

Bab ini akan membahas mengenai analisis hasil dari pengolahan dari

berdasarkan cara dan alat analisi dari apa yang telah dilakukan pada bab

sebelumnya. 5. Bab 5 Kesimpulan dan Saran

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari analisis yang telah

dijabarkan serta memberikan saran dari hasil evaluasi tersebut.

Page 11: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

BAB 2

TINJUAN PUSTAKA

2.1. Struktur-Perilaku-Kinerja (SCP Theory)

Edward S. Mason dari Universitas Harvard adalah seorang ekonom yang

mengembangkan kerangka formal mengenai variabel pasar pada tahun 1930 dan

diteliti lebih lanjut oleh para ekonom setelahnya. Kerangka yang digunakan untuk

menjelaskan kejadian dan proses yang terjadi pada pasar atau industri. Model tersebut

selanjutnya lebih terkenal sebagai kerangka dari structure-conduct-performance (SCP) dan menjadi suatu alat untuk menganalisa ekonomi industri.

Kerangka pasar yang dimasukkan pada kerangka analisis adalah kondisi dasar

pasar, struktur pasar, perilaku, dan kinerja. Para ekonom di ekonomi industri

mempercayai variabel-variabel tersebut sebagai alat analisis mereka. Namun

beberapa argumen dari para ekonom tersebut muncul mengenai hubungan antar

variabel, yaitu variabel apa yang menyebabkan apa, variabel apa yang mempunyai

peran paling penting, variabel apa yang tidak bisa dipengaruhi oleh perusahaan, dan

beberapa pertanyaan lain mengenai hubungan antar variabel. Perbedaan dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut membawa ekonom menghasillkan

beberapa paradigma..

Pembahasan argumen ini sudah terjadi sudah sejak sangat lama, dan secara

kronologis SCP dapat dibagi menjadi dua paradigma. Yaitu SCP tradisional dari

paradigma Harvard dan SCP efisiensi dari paradigma Chicago.

2.1.1. Paradigma Harvard (SCP Tradisional)

Menurut paradigma ini, SCP tradisional berpendapat bahwa struktur pasar

akan mempengaruhi perilaku dalam mengambil keputusan untuk berkompetisi dan

berkolusi hingga akan menentukan kinerjanya. Kinerja yang bagus akan muncul dari

struktur pasar yang besar dan perilakunya. Pola hubungan SCP tradisional adalah

linier sederhana yang mennyimpulkan struktur pasar sebagai pengaruh terbesar akan

Page 12: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

keberhasilan kinerja suatu industri. Maka para ekonom yang mengikuti SCP

tradisional terkenal sebagai ekonom struktural.

Hubungan kausal dalam paradigma ini diformulasikan menggunakan struktur

pasar sebagai variabel independen dan kinerja sebagai variabel dependen.

= ( , , )

Untuk mengukur kinerja, variabel yang digunakan adalah proftabilitas.

Struktur pasar diproksikan oleh level konsentrasi pasar dan hambatan masuk pasar,

sementara itu kondisi dasar direpresentasikan oleh permintaan pasar, pertumbuhan

ekonomi, dan lain-lain. Variabel perilaku biasanya tidak pernah dan jarang

dimasukkan ke dalam formula karena variabel ini, contohnya harga dan kolusi, susah

untuk diukur. Menurut Jacquemin (2000), formulasi dari SCP tradisional lebih

melihat hubungan antara struktur pasar dan kinerjanya dan meminimalkan variabel

perilaku dengan anggapan setiap perusahaan mempunyai tujuan yang sama dan

menyesuaikan individualnya dengan kondisi industri.

2.1.2. Paradigma Chicago (SCP Efisiensi)

Paradigma ini mengembangkan teorisasi ekonim yang dipelajari melalui

ekonomi mikro. Sampai pertengahan tahun 1970, paradigma ini mendominasi

kebijakan ekonomi pemerintahan Amerika Serikat. SCP tradisional menyimpulkan

struktur pasar sebagai pengaruh utama pada kinerja sehingga dari sudut sosial

ketidakseimbangan kekuatan pasar akan menyebabkan kinerja yang buruk. Struktur

pasar yang terkonsentrasi akan menyebabkan terjadinya kekuatan monopoli dan

perusahaan-perusahaan di industri akan cenderung mencegah datangnya para

pendatang baru guna mempertahankan kekuasaannya untuk mengatur harga. Hal ini

memerlukan campur tangan pemerintah untuk mengatur dan mencegah perilaku tidak

sehat tersebut pada suatu industri.

Sedangkan paradigma Chicago berkebalikan dengan paradigma Harvard

dimana kekuatan pasar didapat dari campur tangan pemerintah yang dapat mencegah

Page 13: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

perilaku tidak sehat perusahaan-perusahaan tersebut. Kekuatan pasar yang bersifat

monopoli sekalipun tidak berarti negatif karena paradigma ini menyebutkan monopoli

muncul karena efisiensi dari proses produksinya. Efisiensi dari perusahaan tersebut

akan menghasilkan kinerja yang bagus hingga menghasilkan pangsa pasar dan

struktur pasar yang lebih besar. Maka secara formula, hubungan SCP efisiensi

berlawanan dengan SCP tradisional, yaitu:

= ( , , )

Demsetz melakukan penelitian pada tahun 1973, 1974, dan 1976 yang

menyimpulkan bahwa keuntungan di atas normal terjadi bukan karena adanya kolusi

di suatu industri, tetapi disebabkan oleh efisiensi perusahaan. Hal ini berbeda dengan

SCP tradisional yang menyebutkan keuntungan atau kinerja dari suatu perusahaan

terjadi karena adanya struktur pasar yang besar dan bisa juga dengan kolusi.

2.2. Struktur Pasar Industri

Definisi struktur pasar adalah lingkungan industri dari suatu perusahaan

melakukan operasionalnya. Struktur pasar merupakan karakteristik dari dampak yang

persaingan strategis dan harga penentuan dari pasar. Struktur pasar juga dapat dikenal

sebagai bagian strategis yang relatif permanen dari lingkungan perusahaan yang dapat

mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perilaku dan kinerja di pasar. Maka dapat

disimpulkan struktur pasar bisa mempengaruhi perilaku perusahaan dalam pasar yang

pada kelanjutannya juga akan mempengaruhi kinerja.

Berdasarkan level kekuatan pasarnya dalam mempengaruhi harga, struktur

pasar dibagi menjadi pasar persaingan sempurna, pasar persaingan monopolistis,

pasar oligopoli,dan pasar monopoli.

2.2.1. Struktur Pasar Persaingan Sempurna

Kondisi pasar persaingan sempurna termasuk dalam kondisi lingkungan

ekstrim dari suatu industri karena banyaknya jumlah perusahaan yang menyebabkan

Page 14: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

pengaruh setiap perusahaan kepada harganya sangat kecil. Perusahaan di sini

berperan sebagai price-taker dimana pembeli yang menjadi penentu harga sementara

perusahaan tidak dapat menentukan harga. Selain hal tersebut ,ada ciri-ciri lain dari

pasar persaingan sempurna.

Ciri pertama adalah kondisi struktur pasar ini mempunyai banyak penjual dan

pembeli dimana diasumsikan output dari satu perusahaan lebih kecil dibandingkan

dengan output pasarnya. Ciri kedua adalah dalam kondisi persaingan sempurna maka

produk-produk dari suatu perusahaan berjenis homogen dari segi kualitas maupun

karakteristik, dalam hal ini pembeli tidak mempedulikan faktor produsen karena tidak

ada perbedaan dari produk-produk yang diproduksi.

Yang ketiga adalah bebas keluar dan bebas masuk dari pasar, kondisi ini tidak

mempersulit individual perusahaan yang ingin masuk ataupun keluar dari segi biaya

ataupun tenaga kerja. Jika perusahaan merasa industri menguntungkan maka

dibebaskan untuk masuk namun jika industri merugikan maka perusahaan juga bebas

untuk keluar. Ciri terakhir dari kondisi pasar ini adalah informasi yang sempurna

antara konsumen dan produsen mengenai harga produk dan input.

Meskipun industri dengan ciri-ciri tersebut tidak mungkin ada, namun masih

ada beberapa industri yang mendekati, misalnya saja industri percetakan.

2.2.2. Struktur Pasar Monopoli

Ciri khas utama dalam lingkungan seperti ini adalah single firm atau hanya

terdapat satu penjual di suatu industri, tidak ada pesaing secara langsung dan tidak

langsung karena tingginya hambatan teknis atau hambatan legalitas untuk memasuki

suatu pasar monopoli. Hambatan teknis untuk memasuki pasar monopoli bisa terjadi

karena adanya tingkat efisien yang tinggi yang menyebabkan penurunan kurva biaya,

ataupun bisa karena mempunyai kekuasaan khusus dalam faktor sumber daya yang

berkualitas. Sementara itu, hambatan legalitas disebabkan oleh undang-undang dan

hal khusus yang mengakibatkan hanya ada satu perusahaan yang berkuasa pada satu

area, misalnya seperti peraturan pada BUMN.

Page 15: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

Adapun ciri-ciri struktur pasar monopoli selain single firm, yang pertama

adalah barang yang diproduksi oleh perusahaan tunggal tersebut tidak mempunyai

barang pengganti maupun barang yang mirip pengganti dari fungsinya. Yang kedua

adalah perusahaan tunggal tersebut mempunyai kuasa penuh dalam menentukan

harga karena tidak mempunyai pesaing dan konsumen tergantung oleh perusahaan

tersebut. Yang terakhir adalah tidak diperlukannya promosi karena konsumen akan

selalu membutuhkan barang yang diproduksi oleh perusahaan tunggal tersebut.

2.2.3. Struktur Pasar Persaingan Monopolistik

Pada struktur pasar inilah yang paling dekat dengan pasar persaingan

sempurna, namun perusahaan-perusahaan dalam industri bukan hanya sebagai price-

taker namun juga dapat menentikan harga untuk setiap produksinya dikarenakan

barang produksinya heterogen. Adapun ciri-ciri pasar persaingan monopolistik, yang

pertama adalah banyaknya penjual yang ada di dalam industri tersebut hingga ukuran

pangsa pasar dari suatu perusahaan cukup kecil. Yang kedua adalah produk yang

heterogen atau adanya diferensiasi produk dan menyebabkan selera konsumen

terhadap produk tertentu hingga konsumen mau membayar lebih mahal untuk

mendapatkan produk tersebut. Yang ketiga adalah kebebasan untuk masuk dan keluar

dari industri, dimana karakteristik ini mirip dengan struktut pasar persaingan

sempurna.

Diferensiasi produk menjadi perbedaan utama antara pasar persaingan

monopolistik dan pasar persaingan sempurna dan setiap perusahaan memiliki sedikit

kekuasaan untuk memberikan pengaruh harga.

2.2.4. Struktur Pasar Oligopoli

Pada kondisi industri pasar oligopoli, terdapat adanya sedikit perusahaan yang

ada di suatu industri hingga persentase pangsa pasar dari beberapa perusahaan cukup

besar. Jumlah perusahaan ini dikategorikan lebih sedikit daripada struktur persaingan

sempurna atau struktur pasar persaingan monopolistik karena adanya hambatan untuk

masuk ke dalam industri. Ciri berikutnya adalah berbeda dengan struktur pasar

Page 16: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

persaingan sempurna atau pasar persaingan monopolistis yang tergantung oleh level

permintaan dan biaya produksi di industrinya, struktur pasar oligopi mempunyai

ktergantungan pada level perilaku perusahaan yang ada dalam suatu industri.

2.3. Pangsa Pasar

Persentase nilai jual atau membeli barang atau jasa yang dikendalikan oleh

bisnis untuk pasar bersangkutan dalam satu tahun kalender tertentu yang spesifik

adalah yang disebut dengan pangsa pasar. Nilai ini adalah hal yang penting untuk

mencaritahu level dominasi perusahaan pada suatu industri. Dalam Undang-Undang

Persaingan Jerman, suatu perusahaan bisa dikatakan melakukan monopoli jika pangsa

pasar yang dimiliki lebih dari 33,3%. Berbeda dengan Jerman, menurut Undang-

Undang Persaingan Cekoslowakia dan Spanyol, praktik monopoli dari suatu

perusahaan adalah jika perusahaan tersebut mempunyai pangsa pasar sebesar 40%.

Sementara itu dalam Pasal 25 ayat 2 UU No. 5/1999, suatu perusahaan dicap

melakukan monopoli jika kekuasaannya mempunyai pangsa pasar sebesar 50%. Dua

atau tiga perusahaan mempunyai posisi dominan jika jumlah pangsa pasar mereka

sebesar 75%. Penentu posisi dominan tentang kontrol pangsa pasar membutuhkan

usaha yang memiliki posisi dominan dapat mendistorsi pasar baik secara langsung

maupun tidak langsung. Hal ini ditentukan dalam Pasal 25 ayat 2 UU No. 5/1999

yang ditentukan bisnis dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung

maupun tidak langsung untuk: a. Menentukan persyaratan perdagangan untuk mencegah dan/atau menghalangi

konsumen memperoleh barang dan/atau jasa; atau b. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi; atau c. Menghambat usaha lain yang memiliki potensi untuk menjadi pesaing untuk

memasuki pasar bersangkutan.

2.4. Konsentrasi Pasar

Konsentrasi adalah jumlah pangsa pasar perusahaan besar atau oligopolistik

dimana terdapat ketergantungan antar perusahaan. Untuk alasan ini, perusahaan

Page 17: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

biasanya bekerja sama satu sama lain untuk membentuk sebuah organisasi rahasia

untuk mempertahankan pangsa pasar yang berwenang. Perusahaan-perusahaan

oligopolistik biasanya terdiri dari empat atau sepuluh perusahaan terbesar di industri

yang sama. Kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan ini akan

membangun tingkat konsentrasi di pasar. Dari penjelasan tersebut, definisi

konsentrasi berkaitan erat dengan pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan dalam

suatu industri karena konsentrasi adalah jumlah total pangsa pasar yang berwenang

terhadap total pangsa pasar dari perusahaan terbesar. Semakin tinggi pangsa pasar

resmi dari perusahaan terbesar, semakin tinggi tingkat konsentrasi industri.

Secara umum, ada dua metode untuk mengukur konsentrasi pasar:

1. Rasio Konsentrasi (CRn)

Rasio konsentrasi menghitung pangsa pasar secara agregat dari perusahaan

dalam suatu industri. Biasanya rasio ini menggunakan pangsa pasar tiga

(CR3), atau empat (CR4), atau lima (CR5) perusahaan terbesar dalam

industri. Sebagai contoh, rasio konsentrasi tiga perusahaan terbesar,

masing-masing memiliki pangsa pasar 15%, maka akan menghasilkan

45% dari CR3. Secara khusus, kriteria CR4 seperti yang dinyatakan

sebagai berikut:

Jika CR4 kurang dari 40, pasar memiliki konsentrasi yang cukup

rendah dan harus cukup kompetitif.

Jika CR4 adalah antara 40 dan 60, ada oligopoli longgar yang mungkin

tidak akan menghasilkan latihan yang signifikan dari kekuatan pasar

oleh penjual.

Jika CR4 di atas 60, maka ada oligopoli ketat yang memiliki potensi

signifikan untuk pelaksanaan kekuasaan penjual.

Jika CR1 atas, satu perusahaan akan menjadi pemimpin yang jelas dan

dapat berfungsi secara efektif sebagai monopoli.

Page 18: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

2. Herfinfahl-Hirschman Index (HHI)

HHI menghitung kuadrat pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan dalam

suatu industri. HHI menggambarkan jumlah total usaha di pasar dan

pangsa pasar mereka. Nilai HHI adalah berbagai dari 0 sampai 10.000

yang akan terjadi jika hanya ada satu bisnis yang memberikan

kewenangan 100% dari pangsa pasar.

2.5. Perilaku

Perilaku mengacu pada tindakan perusahaan dalam pasar, keputusan mereka

membuat dan juga cara di mana keputusan ini diambil. Pembelajaran utama dari

perilaku perusahaan adalah cara bagaimana perusahaan bereaksi terhadap kondisi

struktur pasar dan interaksi pesaing. Perilaku juga biasanya berbeda dalam industri

(Baye, 2010). Beberapa industri mengenakan markup yang lebih tinggi dan lebih

rentan terhadap merger atau pengambilalihan dari industri lain. Selain itu, jumlah

biaya iklan dan pengembangan penelitian juga berbagai industri. • Dalam perilaku harga, perusahaan di beberapa industri biaya mark-up lebih tinggi

daripada perusahaan dari perusahaan di industri lain. Untuk fakta ini, ada Lerner

Index yang memberikan ukuran berapa banyak perusahaan dalam industri mark-

up harga mereka atas biaya marjinal. Semakin tinggi indeks Lerner, semakin

besar markup perusahaan. Ketika perusahaan ketat bersaing untuk penjualan

konsumen dengan mencoba untuk mengisi harga termurah di pasar, indeks Lerner

mendekati nol. Sementara itu ketika perusahaan tidak ketat bersaing melalui

persaingan harga, indeks Lerner lebih dekat ke 1. • Dalam integrasi dan aktivitas merger, aksi juga berbeda di beberapa industri.

Integrasi dapat terjadi melalui merger dengan menyatukan sumber daya produktif.

Merger dapat membuat perusahaan mengurangi biaya transaksi, mengambil

ekonomi skala dan lingkup, kekuatan peningkatan pasar, dan mendapatkan akses

yang lebih baik ke pasar modal. Merger terjadi karena manajemen suatu

perusahaan tidak memadai untuk mengelola perusahaan, misalnya ini banyak

Page 19: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

manajer takut merger dan akuisisi karena mereka tidak yakin dampak merger

pada posisi mereka.

• Dalam penelitian dan pengembangan, perbedaan terjadi karena beragam teknologi

untuk menghasilkan barang dan jasa. Salah satu cara perusahaan mendapatkan

keuntungan dari teknologi ini dengan terlibat dalam penelitian dan pengembangan

dan memperoleh paten. Jumlah biaya yang optimal dihabiskan untuk penelitian

dan pengembangan tergantung dengan karakteristik industri di mana perusahaan

beroperasi. • Dalam iklan, ada variasi dalam perusahaan dalam tingkat iklan dimanfaatkan.

Setiap perusahaan memiliki jumlah biaya yang optimal sendiri iklan dan jenis

iklan untuk memanfaatkannya.

2.5. Kinerja

Kinerja adalah hasil atau implikasi tentang bagaimana perilaku pasar dan

menggambarkan seberapa baik suatu perusahaan melakukan dalam suatu industri.

Kinerja mengacu pada keuntungan dan kesejahteraan sosial di industri (Baye, 2010).

Keuntungan akan menyajikan seberapa jauh kemampuan perusahaan untuk

mendapatkan pendapatan, keuntungan yang lebih tinggi berarti baik kinerja

perusahaan untuk mencapai tujuannya. Selain itu, keuntungan yang tinggi akan

berusaha investor karena memiliki tingkat pengembalian yang tinggi.

Kesejahteraan sosial menunjukkan jumlah surplus konsumen dan produsen yang

dihasilkan di pasar. Di sini, ada indeks kinerja Dansby-Willig untuk mengukur

seberapa kesejahteraan sosial banyak akan memperbaiki jika perusahaan dalam

industri akan meningkatkan jika output meningkat sebesar jumlah yang kecil.

Ketika indeks lebih dari nol, kesejahteraan sosial akan meningkatkan jika

keluaran industri diperluas.

2.6. Perbankan

Menurut Bank Indonesia, perbankan semua hal yang berkaitan dengan

perbankan, termasuk lembaga, kegiatan usaha, dan proses selama melakukan

Page 20: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

aktivitasnya. Perbankan menggunakan demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian

dalam melakukan fungsinya. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai

compiler dan distributor dana publik dan bertujuan untuk mendukung pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan

hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan

rakyat standard hidup. Perbankan juga memiliki posisi strategis, yaitu untuk

mendukung kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan

pencapaian stabilitas sistem keuangan, oleh karena itu perlu untuk memiliki

perbankan yang sehat, transparan, dan akuntabel.

Definisi bank itu sendiri adalah badan usaha yang merakit dana dari

masyarakat dalam bentuk tabungan dan mendistribusikannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat. Secara khusus, kegiatan bank umum sebagian besar mengumpulkan dana dari

masyarakat dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,

dan/atau bentuk lainnya yang. Bank umum juga memiliki peran untuk memberikan

kredit bagi masyarakat yang termasuk sebagai satu unit defisit dan memberikan jasa

bank lainnya. Definisi dari dua daerah yang disebutkan di atas sebagai berikut: a. Kredit.

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1 ayat

11, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu,

berdasarkan kesepakatan tentang pinjaman-dan-kesejahteraan dipinjamkan antara

Bank dan pihak lain yang membutuhkan pemberi pinjaman untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. b. Deposit

Deposit adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank

berdasarkan perjanjian tentang dana deposito yang merupakan kewajiban bank

kepada masyarakat di mana dana/deposito dapat ditarik/dicairkan oleh publik

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Page 21: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

2.7. Penelitian Sebelumnya

Hubungan antara struktur-perilaku-kinerja telah diteliti di banyak negara,

termasuk di Indonesia. Hasil dari penelitian-penelitian tersebut disajikan dengan

variabel bebas dan terikat yang berbeda. Ringkasan Penelitian ini dijabarkan dalam

tabel berikut:

Tabel 3. Penelitian-penelitian Sebelumnya (Catatan: N = Negatif ; P = Positif ; NS = Negatif Sigmifikan ; PS = Positive Signifikan) Lima Variabel Terkait yang Digunakan

No. Judul Jurnal dan Alat Analisis Dependen Untuk Penelitian

Nama Peneliti

Variabel

MS MC CAR LDR NPL

1 Samy Ben Naceur and Regresi Panel NIM NS PS

Mohamed Goaied

(2003) The

Determinant of The

Tunisian Banking

Industry Profitability:

Panel Evidence (Table

3, NIM as Dependent

Variable)

Samy Ben Naceur Regresi Panel ROA N PS

(2003) The

Determinant of The

Tunisian Banking

Industry Profitability:

Panel Evidence (Table

3, ROA as Dependent

Variable)

2 Peiyi Yu and Werner Regresi Panel ROE NS PS

Neus (2005) Market

Structure, Scale

Efficiency and Risk as

Determinants of

German Banking

Profitability (ROE as

Dependent Variable)

Peiyi Yu and Werner Regresi Panel ROA NS PS

Neus (2005) Market

Structure, Scale

Efficiency and Risk as

Determinants of

German Banking

Page 22: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

Profitability (ROA as

Dependent Variable)

3 Eralp Bektas (2006), Regresi Panel ROA PS NS P PS

Test of Market

Structure and

Profitability in

Liberalizing the

Deposit Market: The

Case of North Cyprus

(REM1)

4 Anna P. I. Vong and Regresi Panel ROA NS PS NS

Hoi Si Chan (2006)

Determinants of Bank

Profitability in Macao

(Column 3)

5 Jim Wong, Tom Fong, Regresi Panel ROA P P P

Eric Wong (2007)

Determinants of the

performance of banks

in Hong Kong (ROA

as Dependent

Variable)

6 Liu Jian, Zhang Jing Regresi Panel ROA N N PS

(2008), An Empirical

Research on the

Relationships among

Market Structure,

Efficiency and

Performance of

Chinese Banking

Industry (State owned

commercial banks.

Model B4)

Liu Jian, Zhang Jing Regresi Panel ROA PS PS N

(2008), An Empirical

Research on the

Relationships among

Market Structure,

Efficiency and

Performance of

Chinese Banking

Industry (Joint-stock

commercial banks.

Model C4)

10 Dirk Czarnitzki and Ordered ROS (PM) PS PS

Kornelius Kraft (2010), Probit

On the Profitability of

Innovative Assets (All Regression

Firms, Heterost

Model)

Dirk Czarnitzki and Ordered ROS (PM) P P

Kornelius Kraft (2010),

Page 23: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

On the Profitability of Probit

Innovative Assets Regression

(Western German

Firms, Heterost

Model)

11 Ghulam Ali Bhatti Regresi Panel ROA NS PS PS NS

(2010), Evidence on

Structure Conduct

Performance

Hypothesis in Pakistani

Commercial Banks

(ROA as Dependent

Variable)

Ghulam Ali Bhatti Regresi Panel ROE NS PS NS N

(2010), Evidence on

Structure Conduct

Performance

Hypothesis in Pakistani

Commercial Banks

(ROE as Dependent

Variable)

Ghulam Ali Bhatti Regresi Panel ROC NS PS PS NS

(2010), Evidence on

Structure Conduct

Performance

Hypothesis in Pakistani

Commercial Banks

(ROC as Dependent

Variable)

12 Dinesh Prasad Gajurel Regresi Panel ROA NS PS

and Prof. Radhe Shyam

Pradhan, Ph.D. (2010)

Structure-Performance

Relation in Nepalese

Banking Industry (Eq.

1)

13 Maal Naylah (2010) Regresi Panel ROA NS PS PS N

Pengaruh Struktur

Pasar Terhadap

Kinerja Industri

Perbankan Indonesia

(Studi Empiris pada

Bank Umum yang

Listing di BEI 2005-

2009) [Third

Regression]

Page 24: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

14 Tiara Kusuma Hapsari Regresi ROA N N PS N (2011), Analisis

Linier

Pengaruh CAR, NPL,

BOPO, LDR, GWM,

dan Rasio Konsentrasi

Terhadap ROA (Studi

Empiris Pada Bank

Umum yang Listing di

BEI 2005-2009)

17 Ali Mirzaei, Guy Liu, AR (Arelano- ROAA P NS PS

and Tomoe Moore Bond) Model

(2011), Does Market

Structure Matter on Regression

Banks’ Profitability and

Stability? Emerging

versus Advanced

Economies. (Bank in

Emergency Economics

- Panel ROAA) – Eq.1

Ali Mirzaei, Guy Liu, AR (Arelano- ROAA PS P PS

and Tomoe Moore Bond) Model

(2011), Does Market

Structure Matter on Regression

Banks’ Profitability and

Stability? Emerging

versus Advanced

Economies. (Bank in

Advanced Economics

- Panel ROAA) – Eq.

3

Ali Mirzaei, Guy Liu, AR (Arelano- ROAE P NS P

and Tomoe Moore Bond) Model

(2011), Does Market

Structure Matter on Regression

Banks’ Profitability and

Stability? Emerging

versus Advanced

Economies. (Bank in

Emergency Economics

- Panel ROAE) – Eq. 5

Ali Mirzaei, Guy Liu, AR (Arelano- ROAE PS P PS

and Tomoe Moore Bond) Model

(2011), Does Market

Structure Matter on Regression

Banks’ Profitability and

Stability? Emerging

Page 25: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

versus Advanced

Economies. (Bank in

Advanced Economics

- Panel ROAE) – Eq. 7

18 Imad Z. Ramadan, Qais Regresi Panel ROA NS PS

A. Kilani, Thair A.

Kaddumi (2011)

Determinant of Bank

Profitability: Evidance

from Jordan (ROA

Panel, 3)

Imad Z. Ramadan, Qais Regresi Panel ROE NS NS

A. Kilani, Thair A.

Kaddumi (2011)

Determinant of Bank

Profitability: Evidance

from Jordan (ROE

Panel, 3)

19 MD Mostak Ahmed Regresi Panel ROA NS PS PS N

(2012) Market

Structure and

Performance of

Bangladesh Banking

Industry: A Panel Data

Analysis (CR Aset

Panel, 7,8,9)

MD Mostak Ahmed Regresi Panel ROA NS PS PS N

(2012) Market

Structure and

Performance of

Bangladesh Banking

Industry: A Panel Data

Analysis (CR Deposit

Panel, 7,8,9)

MD Mostak Ahmed Regresi Panel ROA NS PS PS NS

(2012) Market

Structure and

Performance of

Bangladesh Banking

Industry: A Panel Data

Analysis (CR Credit

Panel, 7,8,9)

21 Maja Pervan, Marijana GMM ROA PS

Ćurak, Klime Poposki, Arellano-

(2012), Industrial

Concentration and Bond

Bank Performance in

an Emerging Market:

Evidence from Croatia

Page 26: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

(Panel 2)

22 Suminto Sastrosuwito Regresi Panel ROA PS PS

and Yasushi Suzuki

(2012), The

Determeninats of Post-

Crisis Indonesian

Banking System

Profitability

23 Sapto Jumono, Noer A. Regresi Panel ROE N PS P NS Achsani, Dedi B.

Hakim, dan Muhamad

Fidaus (2016), The

Effect of Loan Market

Concentration on

Banking

Rentability: A Study of

Indonesian Commercial

Banking,

Dynamics Panel Data

Regression Approach

Page 27: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

2.8. Hipotesis

2.8.1. Hipotesis Pengaruh Konsentrasi Pasar Sebagai Proksi Struktur Pasar

pada Profitabilitas

Konsentrasi pasar adalah salah satu faktor penentu profitabilitas yang dapat

ditunjukkan oleh Konsentrasi Rate (CR) dan Herfindahl-Hirscdman Index (HHI).

Tingkat konsentrasi dihitung dengan menjumlahkan pangsa pasar aset, deposito, dan

kredit dari bank atas industri perbankan apakah itu akan CR4 (empat sepuluh bank)

atau CR10 (sepuluh bank), sementara HHI dihitung dengan mengkuadratkan masing-

masing bank persentase pangsa pasar dan menjumlahkan bank atas kuadrat pangsa

pasar. Dengan kata lain, konsentrasi pasar menunjukkan kekuatan bank atas

kekuasaan dalam industri perbankan. Hubungan antara konsentrasi pasar dan

profitabilitas dapat bernilai positif dan negatif tetapi lebih diharapkan menjadi positif

karena konsentrasi pasar yang tinggi biasanya juga akan berdampak profitabilitas

tinggi karena bank kekuatan untuk mendapatkan deposito dan kredit.

Penelitian sebelumnya yang menyatakan hubungan positif signifikan antara

konsentrasi pasar dan profitabilitas adalah dari Peiyu dan Neus (2005) dalam

penelitian industri perbankan pada Jerman, Czarnitzki dan Kraft (2010), Davydenko

(2010) darinya penelitian perbankan Ukraina, Bakti (2010) dalam penelitian

perbankan Pakistan nya, Gajurel dan Pradhan (2010), Jumono et al. (2016) dalam

penelitian perbankan di Indonesia, Ahmed (2012) dalam penelitian di Bangladesh,

dan terakhir dari Maja Pervan, Marijana Ćurak, Klime Poposki (2012) di penelitian

perbankan Kroasia mereka. Sementara itu hubungan yang negative signifikan antara

konsentrasi pasar dan profitabilitas berasal dari riset perbankan di Tunisia oleh

Naceur (2003), penelitian emergency economy bank dengan ROAE sebagai variabel

dependen oleh Mirzei, Liu, dan Moore (2010), dan penelitian di perbankan Jornadia

dari Ramadan, Kilani, dan Kaddumi (2011). Jalur pasar dan variabel yang dipilih

pada mereka penelitian sebelumnya bervariasi hingga menimbulkan perbedaan hasil.

Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya yang, hipotesis dapat ditarik

sebagai berikut:

Page 28: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

H1: Konsentrasi pasar berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan

2.8.2. Hipotesis Pengaruh Pangsa Pasar Sebagai Proksi Struktur Pasar pada

Profitabilitas

Pangsa pasar menunjukkan berapa besar kekuasaan masing-masing bank di

seluruh industri perbankan. Hubungan pangsa pasar dan profitabilitas dapat positif

dan negatif tetapi secara logis pangsa pasar akan berdampak hubungan yang positif

karena ketika bank kewenangan industri perbankan dengan usaha sendiri sehingga

profitabilitas akan meningkat.

Penelitian yang digunakan pangsa pasar sebagai determinator profitabilitas

juga memiliki berbagai hasil. Sebuah signifikan positif hubungan pangsa pasar dan

profitabilitas yang dihasilkan oleh Jian dan Jing (2008) dalam saham gabungan

perbankan komersial Cina mereka, Czarnitzki dan Kraft (2010) dalam profibaility

mereka dalam penelitian aset yang inovatif, dan yang terakhir adalah penelitian

ekonomi perbankan dikembangkan daerah menggunakan kedua ROAA dan ROAE

dari Mirzei, Liu, dan Moore (2011). Hasil lainnya adalah hubungan signifikan positif

dari pangsa pasar dan profitabilitas, datang dari penelitian Hong Kong oleh Jim

Wong, Tom Fong, Eric Wong, dan Ka-fai Choi (2007), hasil yang sama juga

ditemukan oleh Mirzei, Liu, dan Moore (2011) di negara berkembang daerah

penelitian ekonomi perbankan menggunakan kedua ROAA dan ROAE. Sementara itu

negatif signifikan pangsa pasar terhadap profitabilitas yang dihasilkan dari Peiyu dan

Neus (2005) di Jerman penelitian perbankan mereka, Anna Vong dan Hoi Chan

(2006) dalam penelitian Macao perbankan mereka, Gajurel dan Pradhan (2010) dalam

penelitian perbankan Nepal mereka, Maal Naylah (2010) dalam penelitian perbankan

Indonesia, dan Mostak Ahmed dalam penelitiannya pada perbankan Bangladesh.

Hubungan signifikan negatif juga ditemukan oleh Jian dan Jing (2008) di bidang bank

umum milik negara Cina. Mirip dengan konsentrasi pasar, pasar yang dipilih pada

mereka penelitian sebelumnya juga berbagai. Untuk pangsa pasar, penelitian ini juga

menggunakan dua saluran pasar yang pasar deposito dan kredit pasar karena saluran

tersebut adalah saluran utama industri perbankan.

Page 29: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya yang, hipotesis kedua dapat

ditarik sebagai berikut:

H2: Pangsa pasar individu berpengaruh positif pada kinerja perbankan

2.9. Model Penelitian

Berdasarkan hipotesis dan melihat penelitian-penelitian sebelumnya,

penelitian ini merujuk pada model dari Jumono et al. (2016) yang menggunakan basic

earning power (BEP) sebagai variabel terikat, pangsa pasar individu dan konsentrasi

pasar sebagai variabel bebas, dan variabel kontrol meliputi CAR, LDR, dan NPL.

Model penelitian ini akan diaplikasikan dalam keseluruhan industri, maupun per

kelompok bank berdasarkan kepemilikan.

Gambar 2. Model Penelitian

Variabel Bebas: Struktur Pasar

- Pangsa Pasar Individu (Market Share – MS) - Konsentrasi Pasar

(Concentration Ratio – CR4)

Variabel Kontrol: Karakteristik Bank

- Capital Adequacy Ratio (CAR) - Loan to Deposit Ratio (LDR) - Non performing Loan (NPL)

Variabel Terikat: Kinerja

Profitabilitas: Basic Earning Power

Page 30: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

3.1.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi empiris pada bank konvensional di Indonesia

menurut Bank Indonesia pada periode 2001-2014. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari dua variabel dependen dan lima

variabel independen. Variabel dependen adalah basic earning point (BEP) sebagai

proksi dari profitabilitas. Variabel independen adalah tingkat konsentrasi pasar dan

pangsa pasar individu, sedangkang variabel kontrol adalah, LDR, CAR, dan NPL.

3.1.2. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel dimana adalah

kombinasi data time series dan cross sectional dari Januari 2001 sampai dengan

Desember 2014.

3.1.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang

merupakan Statistik Bank Indonesia dan diaudit laporan tahunan bank komersial

selama 2002-2014. Statistik Bank Indonesia yang dikumpulkan dari situs Bank

Indonesia (http://bi.go.id) dan laporan tahunan yang telah diaudit dikumpulkan dari

masing-masing website Bank.

3.1.4. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah bank di Indonesia yang beroperasi secara

konvensional, sementara menurut teknik pemilihannya adalah purposive sampling

dengan kriteria sebagai berikut:

Page 31: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

Tabel 4. Pemilihan Sampling

No. Sampling Informasi

1 Populasi Bank konvensional di Indonesia yang terdaftar

di Bank Indonesia pada periode 2001-2014.

2 Teknik Sampling Purposive sampling

3 Kriteria Pemilihan - Bank di Indonesia yang beroperasi secara

Samping konvensional.

- Bank konvensional di Indonesia yang

mempunyai data lengkap selama 2001-2014.

- Laporan keuangan yang diteliti mempunyai

data variabel-variabel yang akan diteliti

untuk tujuan penelitian.

3.2. Definisi Operasional Variabel

3.2.1. Variabel Dependen

Penelitian ini menggunalan kinerja yang diproksikan sebagai profitabilitas

sebagai variabel dependen. Profitabilitas mempunyai beberapa macam rasio,

diantaranya return on assets, return on equity, profit margin, dan lain-lain. Namun

penelitian ini memilih basic earning power (BEP) sebagai variabel dependen karena

laba sebelum bunga sebelum pajak adalah tingkat pengembalian yang sebenarnya,

dibagi dengan total aset karena jalur yang digunakan dalam penelitian ini adalah jalur

pasar aset.

3.2.1.1. Basic Earning Power (BEP)

Rasio basic earning power menggambarkan kemampuan tingkat

pengembalian laba operasi dari pengelolaan aset. Menaiknya rasio ini semakin

menandakan semakin baik manajemen dalam mengelola aset unyuk manghasilkan

laba bersih. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut:

Page 32: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

Laba Operasi =

3.2.2. Variabel Bebas

Total Aset

Penelitian ini akan menggunakan konsentrasi pasar (CR4) dan pangsa pasar

(MS) sebagai variabel bebas.

3.2.2.1. Konsentrasi Pasar (Market Concentration Ratio – CR4)

Definisi operasional konsentrasi pasar mengacu pada tingkat produksi dari

pasar atau industri yang fokus kepada satu atau beberapa perusahaan besar.

Konsentrasi adalah saham gabungan pasar dari besar yang akan menetapkan tingkat

konsentrasi di pasar. Ada tiga pasar yang bisa menjadi saluran untuk menghitung

rasio konsentrasi pasar, yang pasar aset, pasar deposito, dan pasar kredit. Secara

umum, ada dua metode untuk mengukur konsentrasi pasar, yang Konsentrasi Ratio

(CR) and Herfinfahl-Hirschman Index (HHI). Namun, dalam penelitian ini hanya

menggunakan CR4 yang merupakan gabungan dari sepuluh bank terbesar di

perbankan Indonesia melalui deposito saluran dan kredit. Rumus dinyatakan sebagai

berikut:

CR4 = Total Aset dari 4 Bank Terbesa Total Aset dari Seluruh Bank Konvensional

3.2.2.2. Pangsa Pasar (Market Share - MS)

Definisi operasional pangsa pasar adalah persentase nilai jual atau membeli

barang atau jasa yang dikendalikan oleh bisnis untuk pasar bersangkutan dalam satu

tahun kalender tertentu yang spesifik. Variabel ini penting untuk menentukan posisi

individual bank, apakah bank memiliki otorisasi besar menuju industri perbankan

atau tidak.

Page 33: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

Pangsa Pasar Aset = Total Aset Individual Bank Total Aset Bank Konvensional

3.2.3. Variabel Kontrol (Karakteristik Bank)

3.2.3.1. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio - CAR)

Rasio Kecukupan Modal (CAR) menunjukkan kemampuan bank dalam

solvabilitas. CAR akan menentukan kapasitas bank dalam memenuhi kewajiban

waktu dan risiko lainnya seperti risiko kredit untuk melindungi deposan bank dan

pemberi pinjaman lainnya.

Berdasarkan Surat Edaran BI Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, CAR

dihitung dengan membagi aset modal dan risiko tertimbang. CAR yang tinggi

menunjukkan manajemen yang baik dalam menjaga modal.

CAR = Capital Risk Weighted Assets

3.2.3.2. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to deposit ratio (LDR) menunjukkan fungsi intermediasi bank dalam

menyalurkan kredit pada deposit. Berdasarkan Surat Edaran Nomor 6/23 / DPNP

tanggal 31 Mei 2004, rumus untuk menghitung LDR adalah dengan membagi total

kredit terhadap total dana pihak ketiga (deposito). Dana Pihak Ketiga terdiri dari giro,

tabungan dan deposito (tidak termasuk antar bank)

LDR = Total Loans Total Third Party Funds (Deposits)

3.2.3.3. Non-performing Loan (NPL)

Non-performing loan (NPL) adalah kredit yang berubah menjadi kredit tak

berjalan. Menurut untuk Dana Moneter Internasional, pinjaman yang bermasalah saat

pembayaran bunga dan pokok yang jatuh tempo dengan 90 hari atau lebih, atau

setidaknya 90 hari dari pembayaran bunga telah dikapitalisasi, dibiayai atau tertunda

Page 34: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

oleh perjanjian, atau pembayaran kurang dari 90 hari terlambat, tetapi ada alasan lain

untuk meragukan bahwa pembayaran akan dilakukan secara penuh.

Berdasarkan Surat Edaran Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, kredit

bermasalah dihitung dengan membagi kredit yang sub-standar, diraguka,n dan macet

dibagi dengan total kredit keseluruhan.

NPL = Credit that are substandard, doubtfull, and loss

Total Credits

3.3. Teknik Analisis Data

3.3.1. Analysis Model

Menurut teori structure-conduct-performance, kinerja adalah fungsi dari

struktur dan perilaku. Secara matematis, dalam diformulasikan sebagai berikut:

= ( , )

Penjelasan:

P: Kinerja (performance)

S: Struktur Pasar (Market Structure)

C: Perilaku (Conduct)

Penelitian ini akan mengimplementasikan formula di atas, kecuali variabel

perilaku akan digantikan menjadi karakteristik bank. Kinerja akan diproksikan

dengan Basic Earning Power (BEP), struktur pasar akan diproksikan oleh pangsa

pasar (MS) dan konsentrasi pasar dari empat bank terbesar (CR4), sementara itu

karakteristik bank akan diproksikan dengan CAR, LDR, dan NPL. Jalur yang

digunakan adalah jalur pasar aset dan akan formulasi yang digunakan juga pada setiap

keseluruhan bank umum dan juga bank-bank dari setiap kepemilikannya. Berdasarkan

penjelasan tersebut, dapat diformulasikan sebagai berikut:

= + 1 4 + 2 + 3 + 4 + 5

Page 35: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

i = individual bank (sample)

t = time period yearly

Penjelasan:

: Basic Earning Power

CR4: Concentration Ratio

MS: Market Share

LDR: Loan to Deposit Ratio

CAR: Capital Adequacy Ratio

NPL: Non-performing Loan

Berdasarkan Bhatti (2010) pada penelitiannya pada industri bank di Pakistan,

adanya signfikansi atau tidak signifikansinya pengaruh konsentrasi pasar dan pangsa

pasar terhadap kinerja akan menentukan jenis SCP pada industri tersebut. Jika

konsentrasi rasio signifikan dan pangsa pasar tidak signifikan, maka keadaan ini

adalah SCP tradisional (paradigma Harvard).

a1 > 0, a2 = 0.

Sedangkan SCP efisiensi (paradigma Chicago) akan ditunjukkan dengan

konsentrasi rasio yang tidak signifikan sementara pangsa pasar signifikan terhadap

kinerja.

a1 = 0, a2< 0.

Maka, a1 > 0 dan β2 = 0 mendukung SCP tradisional sementara a1 = 0 dan a2

> 0 mendukung SCP efisiensi. Namun, ada juga kondisi dimana ada kejadian

konsentrasi pasar dan pangsa pasar signifikan.

a1 > 0, a2> 0.

Hal ini berarti suatu industri mendapat keuntungan dari pasar yang

terkonsentrasi dan juga dari masing-masing individualnya.

Page 36: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

3.4. Regresi Data Panel

Penelitian ini menggunakan regresi data panel yang menggabungkan data

cross section dan time series untuk mengakomodasi perbedaan pengamatan antara

individu bank dan waktu data pengamatan. Data panel adalah laporan keuangan

tahunan bank komersial di Indonesia pada periode 2001-2014. Regresi data panel ini

dugunakan untuk mengetahui apakah struktur memiliki hubungan yang signifikan

dengan profitabilitas atau tidak. Ada tiga metode data panel yang digunakan: pool

least square, fixed effect model, dan random effect model. 1. Pool least square. Efek independen variabel pada variabel dependen digambarkan

konstan untuk setiap cross dan times. Namun batasan dari model ini terdapat pada

asumsi klasik. Asumsi slope dan intercept selalu konstan dalam setiap waktu

dianggap tidak realistis dalam menggambarkan kenyataan aktual yang dinamis 2. Fixed effect (FE). Pada metode ini, ada beberapa asumsi yang bisa digunakan

mengenai koefisien slope dan interceptnya pada cross section dan time series,

keduanya bisa sama-sama konstan atau salah satunya konstan dan yang lain bisa

bervariasi serta dua-duanya bervariasi 3. Efek acak metode (RE). Metode ini muncul karena variasi nilai dan korelasi

antara variabel dapat diasumsikan sebagai acak tetapi ditentukan dalam bentuk

kesalahan eksplisit. Model ini menggabungkan error yang dihasilkan oleh data

cross section dan time series. Jika model efek tetap memiliki nilai intercept yang

pasti dalam seluruh penampang, model efek acak merupakan nilai rata-rata di

seluruh intercept baik pada cross section atau time series.

Penelitian ini akan menggunakan salah satu dari ketiga model tersebut yang

beberapa pengujian yang diperlukan untuk mengetahui model mana yang paling

terbaik. Menurut Suwardi (2011), cata untuk menentukan metode yang paling baik

untuk regresi data panel adalah dengan mengikuti diagram ini:

Page 37: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

Gambar 3. Memilih Model Regresi Panel

(Sumber: Akbar Suwardi, 2011)

3.4.1. Memilih Model Regresi Data Panel: Pool Least Square vs Fixed Effect

(Chow Test)

Tujuan dari tes ini adalah untuk memilih antara pool least square dan fixed

effect model. Hipotesis untuk penetuan pengambilan mode adalah adalah:

Ho : PLS Model

H1 : Fixed Effects Model

Ho akan ditolak jika P probability < alpha.

3.4.2. Memilih Model Regresi Data Panel: Pool Least Square vs Random Effect

(Lagrange Multiplier Test)

Setelah mengetahui model yang terbaik antara pool least square dan fixed

effect, maka perlu diketahui juga model yang terbaik antara pool least square dan

Page 38: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

random effect menggunakan Lagrange Multiplier Test dengan menggunakan hipotesis

sebagai berikut:

Ho :PLS Model

H1 :Random Effects Model

Jika P Probability < alpha, Ho akan ditolak.

3.4.3. Memilih Model Regresi Data Panel: Fixed Effect vs Random Effect

(Hausman Test)

Jika hasil dari Chow Test dan LM Test menghasilkan fixed effect dan random

effect sebagai model yang terbaik, maka untuk memilih antara dua model tersebut

digunakan Hausman Test dengan hipotesis sebagai berikut::

Ho : Random Effects Model

H1 : Fixed Effects Model

Ketika P probability < alpha, Ho akan ditolak.

3.4.4. BLUE Test

Hauuman Test akan memberikan hasil akhir model data panel yang terbaik

antara fixed effect model dan random effect model. BIRU Uji akan menjadi ujian

berikutnya yang bertujuan untuk mendeteksi multikolinearitas, heteroskedastisitas,

dan autokorelasi masalah dalam model tersebut. 1. Multikolinearitas

Untuk mengetahui masalah multikolinearitas, penelitian ini menggunakan VIF

Uji di STATA 10 sebagai alat deteksi. Jika hasilnya menunjukkan VIF> 10, itu

berarti bahwa variabel masih memiliki multikolinearitas.

Page 39: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

2. Heteroskedastisitas dan autokorelasi

Random effect model tidak harus diuji lagi untuk heteroskedastisitas dan

autokorelasi karena STATA 10 telah diproses dalam waktu GLS-regresi dalam tes

sebelumnya. Langkah yang harus dilakukan dalam bagian ini adalah melihat

probabilitas P dalam model random dan hipotesis ini dinyatakan di bawah:

Ho: Tidak ada Heterocesdasticity

H1: Heterocesdacity

Ho: Tidak ada Autokorelasi

H1: Autokorelasi.

Ketika P probabilitas > alpha berarti Ho ditolak.

3.4.5. Robust Test

BLUE Test telah memberikan hasil yang menyatakan bahwa model yang

dipilih masih memiliki multikolinearitas, heterodescasticity, dan masalah

autokorelasi. Langkah terakhir untuk mengatasi masalah ini adalah dengan

melakukan tes kuat dalam STATA 10. Meskipun efek random Model tidak perlu diuji

oleh yang kuat karena GLS-regresi telah diproses dalam tes sebelumnya, tes namun

kuat masih yang terbaik dilakukan karena output tes ini akan digunakan sebagai

model akhir terbaik.

3.4.6. Interpretasi Hasil Regresi

Setelah mendapatkan model panel terbaik (dari proses seleksi PLS, FE, dan

RE) dan uji BLUE sudah dilakukan, regresi output dapat diinterpretasikan sebagai

berikut: 1. Uji global (F-Stat)

Page 40: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

Tes ini adalah untuk menguji apakah model yang dipilih dapat digunakan atau

tidak. Jika hasil Probabilitas F-Stat kurang dari alpha, maka model dapat

digunakan. 2. T-test (T-Stat)

Tes ini adalah untuk menguji apakah setiap variabel independen dapat secara

signifikan mempengaruhi variabel dependen atau tidak. Jika Probabilitas T-Stat

kurang dari alpha, sehingga variabel independen dapat secara signifikan

mempengaruhi variabel dependen.

3. Melihat R2

Dalam output, R2 menunjukkan berapa banyak semua variabel independen

mempengaruhi variabel dependen. Jika model yang terpilih adalah PLS, melihat

R2. Jika model fixed effect, lihat R

2 within. Sementara jika model yang dipilih

adalah efek acak, lihat R2 overall.

Page 41: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, MD Mostak. 2012. Market Structure and Performance of Bangladesh

Banking Industry: A Panel Data Analysis. Bangladesh Development Studies

Vol. XXXV, September 2012, No. 3

Alper, Deger. Anbar Adam. 2011. Bank Specific and Macroeconomic Determinants

of Commercial Bank Profitability: Empirical Evidence From Turkey. Business

and Economics Research Journal. Vol. 2 . No. 2 . 2011. pp. 139-152

Alyadi, Nesrine and YounèsBoujelbene. 2012. The Determinants of the Profitability

of the Tunisian Deposit Banks.IBIMA Business Review. Vol. 2012 (2012),

Article ID 165418

Atthoilah, Moh. 2010. Struktur Pasar Industri Perbankan Indonesia: Rosse-Panzar

Test. Journal of Indonesian Applied Economics. Vol 4 No. 1. May 2010. Pp. 1-

10.

Azam, Muhammad. Siddiqui, Sana. 2012. Domestic and Foreign Banks’

Profitability: Differences and Their Determinant. International Journal of

Economics and Financial Issues. Vol. 2, No. 1, 2012, pp.33-40

Bank Indonesia. 2004. Data of Indonesian Banking. Data of Indonesian

Banking.DirektoratPerizinandanInformasiPerbankan. Jakarta. Available online

at http://www.bi.go.id/web/id

Bank Indonesia. 2008. Indonesian Banking Statistic. Indonesian Banking Statistics.

Volume 6, No 2, January 2008, Available online at http://www.bi.go.id/web/id

Page 42: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

Bank Indonesia. 2013. Indonesian Banking Statistisc. Indonesian Banking Statistics.

Vol. 11, No. 4, March 2013, Available online at http://www.bi.go.id/web/id

Bektas, Eralp. 2006. Test of Market Structure and Profitability in Liberalizing the

Deposit Market: The Case of North Cyprus. Problems and Perspectives in

Management Journal.Vol. 4, Issue 2, 2006.

Bikker, JA. 2002. Competition, Concentration, and Their Relationship: An Empirical

at The Banking Industry, Journal of Banking and Finance. 26(11) 2002.

Czarnitzki, Drik and Kornelius Kraft. 2004. On the Profitability of Innovative Assets.

ZEW Discussion Paper No. 04-38.

Davydenko, Antonina. 2010. Determinants of Bank Profitability in Ukraine.

Undergraduate Economic Review.Vol. 7.Issue 1.Article 2.

Dietricha, Andreas. Wanzeriedb, Gabrielle. 2009. What Determines the Profitability

of Commercial Banks? New Evidence from Switzerland.IFZ Working Paper No.

0010/2009.http://www.hslu.ch/ifz_workingpaperno10_what_determines_the_pr

ofitability_of_commercial_banks-2.pdfaccesed July 21, 2013.

Gajurel, Dinesh Prasad and Prof. RadheShyamPradhan, Phd. 2010.Structure-

Performance Relation in Napalese Banking Industry.IPEDR Vol. 2 (2011).

(2011) IAC S IT Press, Manila, Philippines.

Ghulam, Ali Batti. 2010. Evidence on Structure Conduct Performance Hypothesis in

Pakistani Commercial Banks.International Journal of Business and

Management.Vol 5, No. 9; September 2010

Page 43: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics, 4th Edition. McGraw-Hill. New

York.

Jian, LIU and ZHANG Jing. 2008. An Empirical Research on the Relationship

among Market Structure, Efficiency, and Performance of Chinese Banking

Industry.http://www.seiofbluemountain.com/upload/product/201002/1265702453a

ai4xl0q.pdf accessed July 21, 2013

Jumono, Sapto, et al. "The Effect of Loan Market Concentration on Banking

Rentability: A Study of Indonesian Commercial Banking, Dynamics Panel Data

Regression Approach." International Journal of Economics and Financial Issues

6.1 (2016): 207-213.

Kuncoro, Mudrajad. 2011. Survery Perkembangan Indikator Kinerja.Jurnal

Megadigma. Vol 4.No. 3. September 2011.

Lubis, Andi Fahmi, et al. 2009. Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks.

ROV Creative Media. Jakarta: 2009.

Mirzaei, Ali, Guy Liu, and Tomoe Moore. 2011. Does Market Structure Matter on

Banks’ Profitability and Stability? Emerging versus Advanced

Economics.Economics and Finance Working Paper Series. No. 11-12.

Naceur, Sammy Ben. Goaied, Mohamed.The Determinants of Commercial Bank

Interest Margin and Profitability: Evidence From Tunisia. SSRN Working

Paper Series. http://www.lefa-ihec.com/Publications/24.pdf accessed July 23,

2013.

Naylah, Maal. 2010. Pengaruh Struktur Pasar Terhadap Kinerja Industri Perbankan

Indonesia. Thesis. Faculty of Economy.Diponegoro University. Semarang.

Page 44: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

Pervan, Maja., Curak, Marijana. Poposki, Klime. 2012. Industrial Concentration and

Bank Performance in an Emerging Market: Evidence from Croatia.

http://www.wseas.us/e-library/conferences/2012/Zlin/FAA/FAA-61.pdf

accessed July, 2013

Ramadan, Imam Z., Qais A. Kilani, Thair A. Kaddumi. 2011. Determinant of Bank

Profitability: Evidence From Jordan. International Journal of Academic

Research.Vol 3.No. 4. July, 2011, Part I.

Rika, Kartika. 2008. Pengaruh NPL, CAR, LDR, dan KAP TerhadapProfitabilitas di

SektorPerbankan. Thesis.Faculty of Economics.Widyatama University.

Bandung.

Riyadi, Selamet. Drs., M.Si. 2006. Banking Assets and Liability Management,

EdisiKetiga. LembagaPenerbitFakultasEkonomiUniversitas Indonesia.Salemba.

Sastrosuwito, Suminto and Yasuhi Suzuki. 2012. The Determinant of Post-Crisis

Indonesian Banking System Profitability. Economics and Finance Review Vol.

1(11) pp. 48 – 57, January, 2012.

Subanidja, Steph. 2006. Struktur Pasar, Karakteristik, dan Kinerja Bank Umum di

Indonesia. Akuntabilitas.Vol 1.No. 1.Pp 14-21.

Sutardjo, Daryanto, Arifin. 2011. Struktur Pasar Persaingan Perbankan Indonesia

DalamPeriodeKonsilidasi.JurnalManajemen&Agribisnis.Vol. 8. No. 2 Oktober

2011.

Suwardi, Akbar. 2011. STATA: TAHAPAN DAN PERINTAH (SYNTAX) DATA

PANEL. EDISI: 2011. Web. Accessed August 25, 2013.

Page 45: Proposal_(Chajar Matari Fath Mala)

Vong, Anna P.I. and Hoi Si Chan. 2006.Determinants of Bank Profitability in

Macao.http://umir.umac.mo/jspui/handle/123456789/12719 accessed July 20,

2013.

Wong, Jim, Tom Fong, Eric Wong. 2007. Determinants of ThePerformance of Banks

In Hong-Kong. Hong Kong Monetary Authority Quarterly Bulletin. Sep 2007.

Yu, Peiyu and Warner Neus. 2005. Market Structure, Scale Efficiency and Risk as

Determinants of German Banking

Profitability.http://www.econbiz.de/Record/market-structure-scale-efficiency-

and-risk-as-determinants-of-german-banking-profitability-peiyi/10009149232