MAKALAH BENCANA BARU

download MAKALAH BENCANA BARU

of 10

description

jjjjj

Transcript of MAKALAH BENCANA BARU

MAKALAH

MAKALAHKEPERAWATAN BENCANAANALISIS RESIKO BENCANA GUNUNG SLAMET

KELOMPOK 3DI SUSUN OLEH :

RATNA WIDYASTUTI

( 1111020129 )

LIA NURNANDIYAH

( 1111020134 )

GINANJAR PANGESTUTI

( 1111020173 )

RIZKI FATIMAH

( 1111020177 )

KURNIASIH DWI K.W

( 1111020189 )

AYU RAHMAWATI . U

( 1111020193 )PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2013/2014BAB1

PENDAHULUAN1. LATAR BELAKANG

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Contoh bencana alam antara lain antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah langsor. Sedangkan bencana non alam contohnya adalah konflik social, epidemi dan wabah penyakit.

Dilihat dari letak geologis, cuaca dan kondisi sosial, Indonesia rentan terhadap beragam bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, badai dan angin topan, wabah penyakit, kekeringan dan gunung api. Bencana muncul ketika ancaman alam (seperti gunung api) bertemu dengan masyarakat yang rentan (perkampungan di lereng gunung api) yang mempunyai kemampuan rendah atau tidak mempunyai kemampuan untuk menanggapi ancaman itu (tidak ada pelatihan atau pemahaman tentang gunung api atau tidak siap siaga). Dampak yang muncul adalah terganggunya kehidupan masyarakat seperti kehancuran rumah, kerusakan harta benda serta korban jiwa.

Karena umumnya bahaya bencana dapat terjadi di mana saja dengan sedikit atau tanpa peringatan, maka sangat penting bersiaga terhadap bahaya bencana untuk mengurangi risiko dampaknya. Melalui pendidikan masyarakat, dapat dilakukan beberapa hal untuk mengurangi risiko bencana. Selain itu, agar masyarakat mengetahui langkah-langkah penanggulangan bencana sehingga dapat mengurangi ancaman, mengurangi dampak, menyiapkan diri secara tepat bila terjadi ancaman, menyelamatkan diri, memulihkan diri, dan memperbaiki kerusakan yang terjadi agar menjadi masyarakat yang aman, mandiri dan berdaya tahan terhadap bencana

Gunung berapi meletus akibat magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi atau karena gerakan lempeng bumi, tumpukan tekanan dan panas cairan magma. Letusannya membawa abu dan batu yang menyembur dengan keras, sedangkan lavanya bisa membanjiri daerah sekitarnya. Akibat letusan tersebut bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar pada wilayah radius ribuan kilometer dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di bumi ini, seperti yang terjadi pada Gunung Pinatubo di Filipina dan Gunung Krakatau di Propinsi Banten, Indonesia.

Gunung Slamet (3.428 meter dpl.) adalah gunung berapi yang terdapat di Pulau Jawa. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah, dan merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Pulau Jawa. Kawah IV merupakan kawah terakhir yang masih aktif sampai sekarang, dan terakhir aktif hingga pada level SIAGA medio pertengahan 2009.

Gunung Slamet cukup populer sebagai sasaran pendakian meskipun medannya dikenal sulit. Di kaki gunung ini terletak kawasan wisata Baturraden yang menjadi andalan Kabupaten Banyumas karena hanya berjarak sekitar 15 km dari Purwokerto.

Sebagaimana gunung api lainnya di Pulau Jawa, Gunung Slamet terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia pada Lempeng Eurasia di selatan Pulau Jawa. Retakan pada lempeng membuka jalur lava ke permukaan. Catatan letusan diketahui sejak abad ke-19. Gunung ini aktif dan sering mengalami erupsi skala kecil. Aktivitas terakhir adalah pada bulan Mei 2009 dan sampai Juni masih terus mengeluarkan lava pijar.[1] Sebelumnya ia tercatat meletus pada tahun 1999.2. TUJUAN

Tujuan dari makalah ini yaitu :

Mengurangi jumlah kesakitan, resiko kecacatan dan kematian saat terjadi bencana.

Menjamin terlaksanaannya bantuan yang segerta dan memadai terhadap korban bencana.

Untuk mengetahui bagaimana cara menanggulangi bencana jika gunung slamet meletus. Mencapai pemulihan yang cepat dan efektif.BAB IIPEMBAHASAN

Gunung Slamet yang merupakan gunung api tipe A pernah mengalami letusan lumayan hebat pada 1988, ditandai dengan keluarnya abu vulkanik dan lava pijar dari kawah gunung. Namun tetap tidak bisa dibandingkan dengan letusan Merapi dan Kelud yang dahsyat. Aktivitas vulkanik gunung ini memang tidak menentu. Terkadang dalam setahun bisa beberapa kali menggeliat, namun dalam waktu lama seperti tertidur.

Gunung Slamet pertama kali meletus pada tanggal 11 12 Agustus 1772. Namun setelah itu, hampir setengah abad, Gunung Slamet terdiam cukup lama, sampai akhirnya meletus untuk kedua kalinya pada Oktober 1825. Ketika itu, gunung meletus dengan menyemburkan abu vulkanik.

Maret 2014 Gunung Slamet menunjukkan aktifitas dan statusnya menjadi Waspada. Berdasarkan data PVMBG, aktivitas vukanik Gunung Slamet masih fluktuatif. Setelah sempat terjadi gempa letusan hingga 171 kali pada Jumat 14 Maret 2014 dari pukul 00.00-12.00 WIB, pada durasi waktu yang sama, tercatat sebanyak 57 kali gempa letusan. Tercatat pula 51 kali embusan. Pemantauan visual, embusan asap putih tebal masih keluar dari kawah gunung ke arah timur hingga setinggi 1 km, dan saat ini status gunung slamet menjadi siaga ( level 3 )

UPAYA PENANGGULANGAN YANG DILAKUKAN UNTUK MENGURANGI TERJADINYA BENCANA GUNUNG MELETUS.1. Pencegahan

Membantu penataan kembali kawasan rawan bencana letusan gunungapi.

Membuat jalur evakuasi untuk penyelamatan dari bahaya letusan gunungapi.

Memasang rambu-rambu papan peringatan dan tanda bahaya letusan gunungapi di tempat-tempat rawan terkena bahaya langsung.

Mengembangkan dan memelihara sistem peringatan dini berbasis masyarakat.

Membentuk organisasi penanggulangan bencana di setiap gampong.

Mengadakan pelatihan bagi regu siaga bencana di tingkat gampong.

Mengembangkan pendidikan lingkungan dan kebencanaan di masyarakat.

Membantu instansi yang berwenang dalam menyosialisasikan tingkat isyarat/status gunung api (Aktif Normal, Waspada, Siaga, Awas).

Melakukan latihan simulasi penanggulangan bencana letusan gunungapi di tingkat gampong dan kemukiman.

Pejabat di tingkat gampong dan mukim membuat laporan situasi secara rutin.

Membentuk dana keadaan darurat untuk mendukung kesiapsiagaan, respon, dan pemulihan di tingkat gampong.

Berpartisipasi aktif dalam pemantauan dan evaluasi penanggulangan bencana.

2. Mitigasi

Membangun rumah bertiang penopang atap lebih rapat (dibantu dengan tiang diagonal), dianjurkan beratap seng agar tahan terhadap panas lontaran batu pijar, dan kemiringan atap 45 derajat.

Menyebarluaskan peta kerawanan bencana letusan gunungapi dan informasi terkait kepada masyarakat umum dan komunitas yang menghadapi risiko dengan menggunakan format yang sesuai dan dilakukan secara periodik.

Menyusun peta (sketsa) risiko bencana letusan gunungapi di tingkat gampong.

Berpartisipasi aktif dalam merencanakan dan membangun prasarana dan sarana pengungsian dan shelter ternak.

Melakukan penghutanan kembali untuk mengurangi risiko terjadinya banjir lahar, erosi, dan gerakan massa.

Mengadakan pelatihan cara pembuatan pakan ternak awetan karena besar kemungkinan hijauan makanan ternak tertutupi abu vulkanik.

Menguatkan kelembagaan di tingkat masyarakat sebagai bagian manajemen bencana berbasis masyarakat dengan dukungan pemerintah, dunia usaha, dan LSM.

Membuat peraturan adat/desa tentang penanggulangan bencana.

Menyusun petunjuk operasional penanggulangan bencana letusan gunungapi di tingkat gampong dan kemukiman.

Memperbaharui rencana kegawatdaruratan dengan gladi (latihan penyelamatan dan tanggap darurat) yang melibatkan masyarakat.

Melakukan koordinasi dengan semua pihak yang terkait secara rutin.

3. Kesiapsiagaan

Membuat rencana penyelamatan di tingkat keluarga. Menentukan bagaimana caranya dan dimana anggota keluarga akan berkumpul kembali, bila terpisah setelah terjadi bencana letusan gunungapi.

Menyiapkan prasarana dan sarana pengungsian dan shelter ternak.

Ikut melakukan patroli di daerah yang rawan bahaya letusan gunungapi.

Segera melapor kepada geuchik jika terjadi tanda-tanda adanya aktivitas gunungapi (munculnya mata air panas, perubahan suhu udara, hujan abu ringan, bau belerang, hewan di gunung mulai turun, dll).

Mengajak masyarakat untuk waspada dan/atau segera mengungsi seuai petunjuk/perintah pejabat yang berwenang (bupati, kepala BPBD, camat, geuchik). Membawa perlengkapan yang wajib dibawa pada saat mengungsi.

Menyiapkan pakan awetan untuk kebutuhan hewan ternak.

Mengungsikan hewan ternak (sapi, kerbau, kambing, dan lain-lain) dan menempatkannya pada shelter ternak.

4. Kejadian bencana

Mengurangi aktivitas di luar rumah dan/atau menggunakan penutup hidung (masker), kaca mata, dan baju lengan panjang pada saat banyak abu vulkanik.

Jika sedang berada di lembah aliran sungai yang berhulu di puncak, segera mencari tempat yang lebih tinggi.

Jika harus mengungsi, ikutilah petunjuk/perintah dari pejabat yang berwenang. Mendahulukan kelompok rentan (bayi, orangtua, ibu hamil, anak-anak, dan orang yang memiliki keterbatasan) .

Membantu tim SAR, medis, dan kepolisian melakukan pencarian, penyelamatan, dan evakuasi korban cedera dan meninggal dunia.

Membantu penyiapan kebutuhan dasar bagi korban berupa: air bersih dan sanitasi, pangan, sandang, dan layanan kesehatan.

Membantu penyiapan posko lapangan beserta kelengkapannya.

Membantu perbaikan prasarana dan sarana umum yang terkena dampak bencana untuk mendukung kegiatan tanggap darurat.

Bersikap tenang dan tidak mempercayai isu/kabar yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Mengikuti petunjuk/perintah pejabat yang berwenang dan sering mendengarkan radio untuk memperoleh berita/informasi penting.

5. Tanggap daruratTindakan tanggap darurat yait1. mengevaluasi laporan dan data 2. membentuk tim tanggap darurat3. mengirimkan tim ke lokasi4. melakukan pemeriksaan secara terpadu ( pelayanan kesehatan,sanitasi dan air bersih)5. penyelamatan korban bencana6. Pemulihan Kembali pulang ke rumah jika situasi dinyatakan aman oleh pejabat/instansi yang berwenang (gubernur, bupati, kepala BPBA/BPBD).

Memberikan informasi yang benar dalam penilaian tingkat kerusakan dan tingkat kebutuhan akibat bencana, yang dilakukan oleh sebuah tim yang dikoordinasikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Mengadakan musyawarah di tingkat gampong dan mukim untuk menyusun rencana pemulihan akibat bencana letusan gunungapi.

Membersihkan atap dari debu/abu vulkanik karena sifatnya yang sangat berat dapat meruntuhkan atap rumah.

Membantu memperbaiki prasarana dan sarana umum yang terkena dampak bencana untuk mendukung kegiatan pemulihan pascabencana.

Menjaga keutuhan dan persaudaraan (jika perlu lakukan rekonsiliasi dan resolusi konflik).

Memperbaiki lingkungan yang terkena dampak bencana dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi dan fungsi lingkungan sebagaimana keadaan sebelum terjadi bencana.

Menjaga keamanan dan ketertiban sebagaimana keadaan sebelum terjadi bencana dengan memfungsikan kembali lembaga-lembaga keamanan dan ketertiban di tingkat gampong.

Kembali melakukan aktivitas keseharian untuk memulihkan kondisi ekonomi, sosial, dan budaya.

Bergotong royong membantu perbaikan rumah yang mengalami kerusakan akibat bencana hingga layak huni.

Jika harus pindah/direlokasi, musyawarahkan dengan anggota keluarga dan pejabat di tingkat gampong untuk mendapatkan solusi terbaik.7. RekontruksiUpaya yang dilakukan pada tahap rekontruksi adalah pembangunan kembali sarana, prasarana serta fasilitas umum yang rusak dengan tujuan agar kehidupan masyarakat kembali berjalan normal. Biasanya melibatkan semua masyarakat, perwakilan lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha. Sasaran utama dari tahap ini adalah terbangunnya kembali masyarakat dan kawasan. Pendekatan pada tahap ini sedapat mungkin juga melibatkan masyarakat dalam setiap proses.BAB IIIPENUTUPUpaya penanggulangan yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya bencana gunung meletus antara lain :1. Pencegahan (prevention)

2. Mitigasi (mitigation)

3. Kesiagaan (preparedness)

4. Kejadian bencana

5. Tanggap darurat (acute response)

6. Pemulihan (recovery)

7. Rekonstruction development

DAFTAR PUSTAKAhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Slamet

http://adindasasvia.blogspot.com/2012/11/mitigasi-bencana-gunung-meletus.html

http://www.mediacenter.or.id/reports/view/406#.U2s1J1JnDp0