Makalah bayi tabung dalam sudut pandangan islam

24
MAKALAH BAYI TABUNG DALAM SUDUT PANDANGAN ISLAM KELOMPOK 4 Di susun oleh: 1. HIDAYATUL IQBAL 2. IKA USWATUN HASANAH 3. IKKA ESWA AYUNDA 4. KETI SUGIARTI 5. LOLITA SARI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA PURWOKERTO 2014/2015

Transcript of Makalah bayi tabung dalam sudut pandangan islam

Page 1: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

i

MAKALAH

BAYI TABUNG DALAM SUDUT

PANDANGAN ISLAM

KELOMPOK 4

Di susun oleh:

1. HIDAYATUL IQBAL

2. IKA USWATUN HASANAH

3. IKKA ESWA AYUNDA

4. KETI SUGIARTI

5. LOLITA SARI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA

PURWOKERTO

2014/2015

Page 2: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada sumber dari segala sesuatu yang bersifat

mulia. Sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, sang Maha Cahaya,

penabur cahaya ilham, pilar nalar kebenaran dan kebaikan, sang kekasih tercinta

yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi umat, Allah SWT. Shalawat serta

salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan serta

menyampaikan kepada kita semua ajaran Islam yang telah terbukti kebenarannya,

serta makin terus terbukti kebenarannya. Dengan ini pula kami mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan inspirasi

kepada kami sehingga makalah yang berjudul “Bayi Tabung dalam Sudut

Pandang Agama Islam” ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai dengan apa

yang diharapkan. Dengan penuh kesadaran diri dan kerendahan hati, kami

menyadari bahwa hanya Allah-lah yang memiliki kesempurnaan, sehingga tentu

masih banyak lagi rahasia-Nya yang belum tergali dan belum kita ketahui. Oleh

karenanya kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran membangun dari

teman-teman dan pembaca sekalian sehingga mampu menjalin sinergi yang pada

akhirnya akan membuat pemikiran ini bisa lebih disempurnakan lagi dimasa yang

akan datang, bukan hanya untuk Islam namun juga untuk kemajuan umat

manusia.

Page 3: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 20

A. Kesimpulan ................................................................................... 20

B. Saran .............................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21

Page 4: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasangan suami-istri yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi belum

dapat dikaruniai anak. Mereka pun gelisah. Usia sudah semakin tua, tetapi

belum mempunyai anak. Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak

boleh berputus asa dan menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar (usaha)

serta bertawakkal dalam menggapai karunia Allah SWT.

Allah telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi.Termasuk

kesulitan dalam mempunyai keturunan (anak). Pada dasarnya pembuahan

yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang alami pula (hubungan

seksual), sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk manusia.

Akan tetapi pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud, misalnya karena

rusaknya atau tertutupnya saluran indung telur (tuba Fallopii) yang membawa

sel telur ke rahim, serta tidak dapat diatasi dengan cara membukanya atau

mengobatinya.

Atau karena sel sperma suami lemah atau tidak mampu menjangkau

rahim isteri untuk bertemu dengan sel telur, serta tidak dapat diatasi dengan

cara memperkuat sel sperma tersebut, atau mengupayakan sampainya sel

sperma ke rahim isteri agar bertemu dengan sel telur di sana.Semua ini akan

meniadakan kelahiran dan menghambat suami isteri untuk mempunyai anak.

Padahal Islam telah menganjurkan dan mendorong hal tersebut dan kaum

muslimin pun telah disunnahkan melakukannya.

Namun dengan teknologi Sekarang ini sudah muncul berbagai

kecanggihan yang dapat di gunakan untuk mengatasi kendala-kendala

kehidupan terkhusus pada kesulitan mempunyai anak dengan berbagai faktor

penyebab, baik penyebab yang telah dipaparkan sebelumnya ataupun yang

dipengaru oleh faktor usia ataupun faktor-faktor penyebab lainnya.

Dengan kemajuan teknologi yang telah diciptakan oleh manusia itu

sendiri pada bidang kedokteran dan ilmu biologi moderen yang telah berhasil

Page 5: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

2

menciptakan teknologi yang disebut bayi tabung/inseminasi buatan. Dengan

cara inseminasi butan inilah pasangan yang telah menikah bertahun-tahun

dapat menggunakan inseminasi sebagai solusi untuk mendapatkan keturunan

(anak). Pada dasarnya orang-orang memuji pada bidang teknologi tersebut.

Namum mereka belum tahu pasti apakah produk-produk teknologi

yang dipergunakan tersebut dapat dibenarkan menurut pandangan islam. Oleh

karena hal tersebut diatas, untuk mengetahui lebih banyak mengenai bayi

tabung/inseminasi menurut pandangan islam. Maka akan disajikan

pembahasan bayi tabung tersebut dalam bentuk karya tulis ilmiah (makalah)

yang di beri judul Bayi Tabung dalam Sudut Pandang Agama Islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka

permasalahan yang muncul berkaitan dengan bayi tabung/inseminasi ini

yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan bayi tabung/inseminasi buatan?

2. Bagaimanakah pandangan islam megenai bayi tabung/inseminasi buatan?

3. Apakah hukum bayi tabung menurut pandangan islam?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian bayi tabung/inseminasi.

2. Untuk mengetahui pandangan islam megenai bayi tabung/inseminasi

buatan.

3. Untuk mengetahui hukum bayi tabung menurut pandangan islam.

4. Untuk menambah pengetahuan tentang bayi tabung/inseminasi.

Page 6: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bayi Tabung

1. Pengertian Bayi Tabung

Bayi tabung merupakan terjemahan dari artificial insemination.

Artificial artinya buatan atau tiruan, sedangkan insemination berasal dari

bahasa latin “inseminatus” yang artinya pemasukan atau penyimpanan.

Bayi tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro

Fertilization (IVF) adalah suatu upaya memperoleh kehamilan dengan

jalan mempertemukan sel sperma dan sel telur dalam suatu wadah khusus

tanpa melalui senggama (sexual intercourse). Pada kondisi normal,

pertemuan ini berlangsung di dalam saluran tuba.

Dalam proses bayi tabung atau IVF, sel telur yang sudah

matang diambil dari indung telur lalu dibuahi dengan sperma di dalam

sebuah medium cairan. Setelah berhasil, embrio kecil yang terjadi

dimasukkan ke dalam rahim dengan harapan dapat berkembang menjadi

bayi. Proses yang berlangsung di laboratorium ini dilaksanakan sampai

menghasilkan suatu embrio yang akan ditempatkan pada rahim ibu.

Embrio ini juga dapat disimpan dalam bentuk beku dan dapat digunakan

kelak jika dibutuhkan.

Bayi tabung merupakan pilihan untuk memperoleh keturunan bagi

ibu- ibu yang memiliki gangguan pada saluran tubanya. Pada kondisi

normal, sel telur yang telah matang akan dilepaskan oleh indung telur

(ovarium) menuju saluran tuba (tuba fallopi) untuk selanjutnya menunggu

sel sperma yang akan membuahi. Jika terdapat gangguan pada saluran tuba

maka proses ini tidak akan berlangsung sebagaimana mestinya.

Bayi tabung pertama lahir ke dunia ialah Louise Brown. Ia lahir di

Manchester, Inggris, 25 Juli 1978 atas pertolongan Dr. Robert G. Edwards

dan Patrick C. Steptoe. Sejak itu, klinik untuk bayi tabung berkembang

pesat. Teknik bayi tabung ini telah menjadi metode yang membantu

Page 7: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

4

pasangan subur yang tidak mempunyai anak akibat kelainan pada organ

reproduksi anak pada wanita.

Pengambilan sel telur dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a. Cara pertama: Indung telur di pegang dengan penjepit dan dilakukan

pengisapan. Cairan folikel yang berisi sel telur di periksa di mikroskop

untuk ditemukan sel telur.

b. Cara kedua: (USG) folikel yang tampak di layar ditusuk dengan jarum

melalui vagina kemudian dilakukan pengisapan folikel yang berisi sel

telur seperti pengisapan laparoskopi.

2. Jenis-Jenis Proses Bayi Tabung

a. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri.

Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami-istri dari

pembuahan bakal anak. Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat

dilakukan tanpa persetubuhan. Keterarahan perkawinan kepada

kelahiran baru sebagaimana diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi.

Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan menguasai

hukum alam yang terdapat dalam tubuh manusia pria dan wanita.

Dengan pemisahan antara persetubuhan dan pembuahan ini, maka

bisa muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari

kemajuan ilmu kedokteran di bidang pro-kreasi manusia.

b. Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak.

Ada kemungkinan bahwa benih dari suami-istri tidak bisa

dipindahkan ke dalam rahim sang istri, oleh karena ada gangguan

kesehatan atau alasan-alasan lain. Dalam kasus ini, maka diperlukan

seorang wanita lain yang disewa untuk mengandung anak bagi

pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan banyak

persyaratan untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terkait.

Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta imbalan uang yang

sangat besar. Suami-istri bisa memilih wanita sewaan yang masih

muda, sehat dan punya kebiasaan hidup yang sehat dan baik. praktik

Page 8: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

5

seperti ini biasanya belum ada ketentuan hukumnya, sehingga kalau

muncul kasus bahwa wanita sewaan ingin mempertahankan bayi itu

dan menolak uang pembayaran, maka pastilah sulit dipecahkan.

c. Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.

Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri

mandul; dalam arti bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak

mengandung benih untuk pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang

mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui seorang donor.

Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru,

yaitu benih dari orang lain. Pertama, apakah pembuahan yang

dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari orang lain sebagai

pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau

wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan

pribadi dengan orang itu. Ketiga, apakah pria pendonor itu perlu tahu

kepada siapa benihnya telah didonorkan. Masih banyak masalah lain

lagi yang bisa muncul.

d. Munculnya Bank Sperma Praktik bayi tabung membuka peluang pula

bagi didirikannya bank-bank sperma.

Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari

bank-bank tersebut. Bahkan orang bisa menjual-belikan benih-benih

itu dengan harga yang sangat mahal misalnya karena benih dari

seorang pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan

lain-lain. Praktek bank sperma adalah akibat lebih jauh dari teknik

bayi tabung. Kini bank sperma malah menyimpannya dan

memperdagangkannya seolah-olah benih manusia itu suatu benda

ekonomis.

3. Proses Pembuahan Bayi Tabung

Bayi tabung merupakan pilihan terakhir bagi mereka yang ingin

mendapatkan keturunan namun sampai saat ini belum juga mendapatkan

kehamilan. Di bawah ini akan dijelaskan proses dalam pembuatan bayi

tabung :

Page 9: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

6

a. Perjuangan Sperma Menembus Sel Telur

Langkah pertama dalam proses pembuatan bayi tabung ini

diperlukan adanya sperma. Untuk mendapatkan kehamilan, satu sel

sperma harus bersaing dengan sel sperma yang lain. Sel Sperma yang

kemudian berhasil untuk menerobos sel telur merupakan sel sperma

dengan kualitas terbaik saat itu.

b. Perkembangan Sel telur

Selama masa subur, wanita akan melepaskan satu atau dua sel

telur. Sel telur tersebut akan berjalan melewati saluran telur dan

kemudian bertemu dengan sel sperma pada kehamilan yang normal.

c. Injeksi

Dalam IVF, dokter akan mengumpulkan sel telur sebanyak-

banyaknya. Dokter kemudian memilih sel telur terbaik dengan

melakukan seleksi. Pada proses ini pasien disuntikkan hormon untuk

menambah jumlah produksi sel telur. Perangsangan berlangsung 5 – 6

minggu sampai sel telur dianggap cukup matang dan siap dibuahi.

Proses injeksi ini dapat mengakibatkan adanya efek samping.

d. Pelepasan Sel telur

Setelah hormon penambah jumlah produksi sel telur bekerja

maka sel telur siap untuk dikumpulkan. Dokter bedah menggunakan

laparoskop untuk memindahkan sel-sel telur tersebut untuk digunakan

pada proses bayi tabung (IVF) berikutnya.

e. Sperma beku

Sebelumnya suami akan menitipkan sperma kepada

laboratorium dan kemudian dibekukan untuk menanti saat ovulasi.

Sperma yang dibekukan disimpan dalam nitrogen cair yang dicairkan

secara hati-hati oleh para tenaga medis.

f. Menciptakan Embrio

Dalam menciptakan embrio ini, dokter akan menyatukan

sperma dan ovum yang telah dipilih sebelumnya. Pada sel sperma dan

sel telur yang terbukti sehat, akan sangat mudah bagi dokter untuk

Page 10: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

7

menyatukan keduanya dalam sebuah piring lab. Namun bila sperma

tidak sehat sehingga tidak dapat berenang untuk membuahi sel telur,

maka akan dilakukan teknik ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection).

Pada teknik ICSI ini dokter akan menyuntikkan satu sperma hidup ke

dalam sel telur.

g. Embrio Berumur 2 hari

Setelah sel telur dipertemukan dengan sel sperma, akan

dihasilkan sel telur yang telah dibuahi (disebut dengan nama embrio).

Embrio ini kemudian akan membelah seiring dengan waktu. Embrio

ini memiliki 4 sel, yang diharapkan mencapai stage perkembangan

yang benar.

h. Pemindahan Embrio

Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk ditransfer

yang diinjeksikan ke sistem reproduksi pasien (rahim ibu).

i. Implanted fetus

Setelah embrio memiliki 4 – 8 sel, embrio akan dipindahkan

kedalam rahim wanita dan kemudian menempel pada rahim.

Selanjutnya embrio tumbuh dan berkembang seperti layaknya

kehamilan biasa sehingga kehadiran bakal janin dapat dideteksi

melalui pemeriksaan USG

4. Manfaat Dan Akibat Bayi Tabung

Bisa membantu pasangan suami istri yang keduanya atau salah

satu nya mandul atau ada hambatan alami pada suami atau istri,

menghalangi bertemunya sel sperma dan sel telur. Misalnya karena tuba

falopii terlalu sempit atau ejakulasinya terlalu lemah.

Akibat(mafsadah) dari bayi tabung

Percampuran Nasab,padahal Islam sangat menjaga kesucian /

kehormatan kelamin dan kemurnian nasab,karena ada kaitannya dengan

kemahraman (siapa yang halal dan haram dikawini) dan kewarisan.

a. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.

Page 11: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

8

b. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena terjadi

percampuran sperma dengan ovum tanpa perkawinan yang sah.

c. Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik

didalam rumah tangga terutama bayi tabung dengan bantuan donor

merupakan anak yang sangat unik yang bisa berbeda sekali bentuk dan

sifat-sifat fisik dan karakter/mental si anak dengan bapak ibunya.

d. Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung yang percampuran nasabnya

terselubung dan sangat dirahasiakan donornya adalah lebih jelek

daripada anak adopsi yang pada umumnya diketahui asal dan

nasabnya.

e. Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada

bayi tabung lewat ibu titipan yang harus menyerahkan bayinya pada

pasangan suami istri yang punya benihnya, sesuai dengan kontrak,tidak

terjalin hubungan keibuan anatara anak dengan ibunya secara alami.

Surat Al-Lugman ayat 14 Mengenai status anak hasil inseminasi

dengan donor sperma atau ovum menurut hukum islam adalah tidak sah

dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi. UU Perkawinan pasal 42

No.1/1974:”Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau

sebagai akibat perkawinan yang sah”maka memberikan pengertian bahwa

bayi tabung dengan bantuan donor dapat dipandang sah karena ia terlahir

dari perkawinan yang sah.Tetapi inseminasi buatan dengan sperma atau

ovum donor tidak di izinkan karena tidak sesuai dengan Pancasila,UUD

1945 pasal 29 ayat 1. Asumsi Menteri Kesehatan bahwa masyarakat

Indonesia termasuk kalangan agama nantinya bias menerima bayi tabung

seperti halnya KB.Namun harus diingat bahwa kalangan agama bias

menerima KB karena pemerintah tidak memaksakan alat/cara KB yang

bertentangan dengan agama.

Contohnya : Sterilisasi,Abortus.Oleh karena itu pemerintah

diharapkan mengizinkan praktek bayi tabung yang tidak bertentangan

dengan agama.

Page 12: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

9

5. Efek Samping/komplikasi Bayi Tabung

Proses bayi tabung merupakan sebuah proses yang tidak alami dan

biasanya sesuatu yang tidak alami itu ada efek sampingnya.

a. Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS), merupakan komplikasi

dari proses stimulasi perkembangan telur dimana banyak folikel yang

dihasilkan sehingga terjadi akumulasi cairan di perut. Cairan bisa

sampai ke rongga dada dan yang paling parah harus masuk rumah

sakit karena cairan harus dikeluarkan dengan membuat lubang

dibagian perut. Kalau tidak dikeluarkan bisa menggangu fungsi tubuh

yang lain. Jangan takut dulu, OHSS yang parah ini hanya dialami oleh

sekitar 1% dari pasien.

b. Kehamilan kembar, bukan merupakan rahasia lagi kalau proses bayi

tabung bisa menghasilkan lebih dari satu bayi. Kelihatannya enak

punya anak kembar, tapi katanya resiko melahirkannya lebih tinggi

dari kalau hanya satu bayi. Tidak jarang bayinya bisa masuk ICU

karena prematur.

c. Keguguran. Ini memang bisa juga terjadi pada kehamilan normal.

Tingkat keguguran kehamilan bayi tabung sekitar 20%.

d. Kehamilan diluar kandungan atau kehamilan ektopik, kemungkinan

terjadi sekitar 5%.

e. Resiko pendarahan pada saat pengambilan sel telur (Ovum Pick Up),

sangat jarang terjadi. Karena prosedurnya menggunakan jarum khusus

yang dimasukkan ke dalam rahim, resiko pendarahan bisa terjadi yang

tentunya membutuhkan perawatan lebih lanjut.

6. Bayi Tabung dalam Pandangan Islam

Masalah bayi tabung (Athfaalul Anaabib) ini menurut pandangan

Islam termasuk masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat

hukumnya secara spesifik di dalam AlQur’an dan As-Sunnah bahkan

dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Oleh karena itu, dalam menyelesaikan

masalah ini hendak dikaji menurut Hukum Islam dengan menggunakan

metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahidin),

Page 13: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

10

agar dapat ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-

Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan sumber pokok hukum Islam.

Namun, kajian masalah mengenai bayi tabung ini sebaiknya

menggunakan pendekatan multi disipliner oleh para ulama dan

cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat

diperoleh kesimpulan hukum yang benar-benar proporsional dan

mendasar. Misalnya menggunakan ahli kedokteran, peternakan, biologi,

hukum, agama dan etika. Dua tahun sejak ditemukannya teknologi ini,

para ulama di Tanah Air telah menetapkan fatwa tentang bayi

tabung/inseminasi buatan.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwany pada tanggal 13

Juni 1979 menetapkan 4 keputusan terkait masalah bayi tabung,

diantaranya :

a. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang

sah hukumnya mubah (boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang

berdasarkan kaidah-kaidah agama. Asal keadaan suami istri yang

bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk

memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri

tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih

حا ا ةج او ةا لج ر و ةال لج ر و ة او ا ا ةا ر و

“Hajat (kebutuhan yang sangat penting) diperlakukan seperti

dalam keadaan terpaksa. Padahal keadaan darurat/terpaksa itu

membolehklan melakukan hal-hal yang terlarang”.

b. Sedangkan para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung

dari pasangan suami-istri yang dititipkan di rahim perempuan lain

dan itu hukumnya haram, karena dikemudian hari hal itu akan

menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan

(khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai

ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkannya, dan

sebaliknya).

Page 14: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

11

c. Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah

meninggal dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-

zari’ah. Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik baik

kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan.

d. Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan

suami-istri yang sah hal tersebut juga hukumnya haram. Alasannya,

statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis diluar

pernikahan yang sah alias perzinahan.

Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait

masalah dalam Forum Munas di Kaliurang, Yogyakarta pada tahun 1981.

Ada 3 keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait masalah Bayi

Tabung, diantaranya :

a. Apabila mani yang ditabung atau dimasukkan kedalam rahim wanita

tersebut ternyata bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung

hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada sebuah hadist yang

diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada

dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT,

dibandingkan dengan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan

spermanya (berzina) didalam rahim perempuan yang tidak halal

baginya.”

b. Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara

mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram.

Mani Muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara

yang tidak dilarang oleh syara’. Terkait mani yang dikeluarkan secara

muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul

Akhyar II/113. “Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan

spermanya (dengan beronani) dengan tangan istrinya, maka hal

tersebut diperbolehkan, karena istri memang tempat atau wahana

yang diperbolehkan untuk bersenang-senang.”

Page 15: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

12

c. Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri yang sah dan cara

mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam

rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh).

Dalil-dalil syar’i yang dapat dijadikan landasan menetapkan

hukum haram bayi tabung adalah :

a. Firman Allah SWT dalam surat Al-Isra:70 dan AT-Tin:4. Ayat-ayat

tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai

makhluk yang mempunyai keistimewaan sehingga melebihi

makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dalam hal ini bayi tabung dengan

donor pada hakikatnya dapat merendahkan harkat manusia sejajar

dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan.

b. Hadits Nabi SAW yang mengatakan, “Tidak halal bagi seseorang

yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya

(sperma) pada tanaman orang lain (istri orang lain).” (HR. Abu

Daud, Tirmidzi, dan dipandang Shahih oleh Ibnu Hibban).

Dalil lain untuk syarat kehalalan bayi tabung bagi manusia harus

berasal dari sperma dan ovum pasangan yang sah menurut syariah adalah

kaidah hukum fiqih yang mengatakan “Dar’ul mafsadah muqaddaam

‘ala jaibil mashlahah” (menghindari mafsadah atau mudharat) harus

didahulukan daripada mencari atau menarik maslahaan/kebaikan.

Pendapat Ulama

a. Ulama Yusuf Qardawi mengatakan dalam keadaan darurat atau hajat

melihat atau memegang aurat diperbolehkan dengan syarat keamanan

dan nafsu dapat dijaga. Hal ini sejalan dengan kaidah ushul fiqih:

“ Kebutuhan yang sangat penting itu diperlakukan seperti

keadaan terpaksa (darurat). Dan keadaan darurat itu membolehkan

hal-hal yang dilarang”.

Menurut hemat penulis adalah keadaan seperti ini di sebut

dengan keadaan darurat , dimana orang lain boleh melihat dan

memegang aurat besar wanita. Karena belum ditemukan cara lain dan

kesempatan unutuk melihat dan memegang aurat wanita itu ditujukan

Page 16: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

13

semata- mata hanya untuk kepentingan medis yang tidak

menimbulkan rangsangan.

b. Ulama Malikiyah, Syafi’iyah, Zaidiyah, mengharamkan secara

multak berdasarkan Al-Qur’an surat Al- Mu’minun ayat 5-7,

“dimana Allah telah memerintahkan manusia untuk menjaga

kehormatan kelamin dalam setiap keadaan, kecuali terhadap istri

dan budak’’.

c. Ulama Hanabilah mengharamkan onani, kecuali khawatir berbuat

zina atau terganggu kesehatannya, sedang ia tidak punya istri atau

tidak mampu kawin. Yusuf Qardawi juga sependapat dengan ulama

Hanabilah.

d. Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa istimna’ pada prinsipnya

diharamkan, namun istimna’ diperbolehkan dalam keadaan

tertentubahkan wajib, jika dikhawatirkan jatuh kepada perbuatan

zina. Hal ini didasari oleh kaidah ushul adalah:

“Wajib menempuh bahaya yang lebih ringan diantara dua bahaya”.

7. Bayi Tabung yang di Halalkan dan di Hramkan

Ada 2 hal yang menyebutkan bahwa bayi tabung itu halal, yaitu:

a. Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil

dari istrinya kemudian disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim

istrinya.

b. Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran

rahim istrinya atau langsung ke dalam rahim istrinya untuk

disemaikan.

Hal tersebut dibolehkan asal keadaan suami isteri tersebut benar-

benar memerlukan inseminasi buatan untuk membantu pasangan suami

isteri tersebut memperoleh keturunan.

Ada 5 hal yang membuat bayi tabung menjadi haram yaitu:

a. Sperma yang diambil dari pihak laki-laki disemaikan kepada indung

telur pihak wanita yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke

dalam rahim istrinya.

Page 17: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

14

b. Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada

sperma yang diambil dari pihak lelaki yang bukan suaminya

kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.

c. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari

sepasang suami istri, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita

lain yang bersedia mengandung persemaian benih mereka tersebut.

d. Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan

wanita lain kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si istri.

e. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari

seorang suami dan istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim

istrinya yang lain.

Jumhur ulama menghukuminya haram.Karena sama hukumnya

dengan zina yang akan mencampur adukkan nashab dan sebagai akibat,

hukumnya anak tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan

dengan ibu yang melahirkannya.Sesuai firman Allah dalam surat At-tin

ayat 4, yaitu :

Surat At-tin ayat 4

ا خةقا اال ا اأ ت خ اق و خ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya”.

Dan hadist Rasululloh Saw:

ا جا ا ي اا ا خ قال اا و ةأا يال ا ا ج أ ا غ ا

“Tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Alloh dan hari

akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina

istri orang lain). (Hadits Riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan hadits ini

dipandang shahih oleh Ibnu Hibban)”

Menurut sejumlah ahli, inseminasi buatan atau bayi tabung secara

garis besar dibagi menjadi dua menurut al-Majma' al-Fiqhi al- Islami (

Rabitahoh a l'Alam al Islami ) , Daurah ke 7, tanggal 11-16 Rabi ul Akhir

1404, dan Daurah ke-8 di Mekkah, tanggal 28 Rabi' ul Awal – 7 Jumadal

Ula 1405 / 19-27 Januari 1985

Page 18: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

15

Pertama : Pembuahan di dalam rahim. Bagian pertama ini

dilakukan dengan dua cara :

Cara pertama : Sel sperma laki-laki diambil, kemudian disuntikan

pada tempat yang sesuai dalam rahim sang istri sehingga sel sperma

tersebut akan bertemu dengan sel telur istri kemudian terjadi pembuahan

yang akan menyebabkan kehamilan. Cara seperti ini dibolehkan oleh

Syari'ah, karena tidak terjadi pencampuran nasab dan ini seperti kehamilan

dari hubungan seks antara suami dan istri.

Cara kedua : Sperma seorang laki-laki diambil, kemudian

disuntikan pada rahim istri orang lain, atau wanita lain, sehingga terjadi

pembuahan dan kehamilan. Cara seperti ini hukum haram, karena akan

terjadi percampuran nasab. Kasus ini serupa dengan adanya seorang laki-

laki yang berzina dengan wanita lain yang menyebabkan wanita tersebut

hamil.

Kedua : Pembuahan di luar rahim. Bagian kedua ini dilakukan

dengan lima cara :

Cara pertama : Sel sperma suami dan sel telur istrinya diambil dan

dikumpulkan dalam sebuah tabung agar terjadi pembuahan. Setelah dirasa

cukup, maka hasil pembuahan tadi dipindahkan ke dalam rahim istrinya

yang memiliki sel telur tersebut Hasil pembuahan tadi akan berkembang di

dalam rahim istri tersebut, sebagaimana orang yang hamil kemudian

melahirkan ana yang dikandungnya. Bayi tabung dengan proses seperti di

atas hukumnya boleh, karena tidak ada percampuran nasab. ( Dar al Ifta' al

Misriyah, Fatawa Islamiyah : 9/ 3213-3228 )

Cara kedua : Sel sperma seorang laki-laki dicampur dengan sel

telur seorang wanita yang bukan istrinya ke dalam satu tabung dengan

tujuan terjadinya pembuahan. Setelah itu, hasil pembuahan tadi

dimasukkan ke dalam rahim istri laki-laki tadi. Bayi tabung dengan cara

seperti ini jelas diharamkan dalam Islam, karena akan menyebabkan

tercampurnya nasab.

Page 19: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

16

Cara ketiga : Sel sperma seorang laki-laki dicampur dengan sel

telur seorang wanita yang bukan istrinya ke dalam satu tabung dengan

tujuan terjadinya pembuahan. Setelah itu, hasil pembuahan tadi

dimasukkan ke dalam rahim wanita yang sudah berkeluarga. Ini biasanya

dilakukan oleh pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak, tetapi

rahimnya masih bia berfungsi. Bayi tabung dengan proses seperti ini jelas

dilarang dalam Islam.

Cara keempat : Sel sperma suami dan sel telur istrinya diambil dan

dikumpulkan dalam sebuah tabung agar terjadi pembuahan. Setelah dirasa

cukup, maka hasil pembuahan tadi dipindahkan ke dalam rahim seorang

wanita lain. Ini jelas hukumnya haram. Sebagian orang menamakannya "

Menyewa Rahim ".

Cara kelima : Sperma suami dan sel telur istrinya yang pertama

diambil dan dikumpulkan dalam sebuah tabung agar terjadi pembuahan.

Setelah dirasa cukup, maka hasil pembuahan tadi dipindahkan ke dalam

rahim istri kedua dari laki-laki pemilik sperma tersebut. Walaupun istrinya

pertama yang mempunyai sel telur telah rela dengan hal tersebut, tetap saja

bayi tabung dengan proses semacam ini haram, (Majma' al Fiqh Al Islami,

Munadhomah al Mu'tamar al Islami, Mu'tamar ke-3 di Amman tanggal 8-

13 Shofar 1407 – Majalah Majma' al Fiqh al Islami, edisi : 3 : 1/515-516 )

hal itu dikarenakan tiga hal :

a. Karena bisa saja istri kedua yang dititipi sel telur yang sudah dibuahi

tersebut hamil dari hasil hubungan seks dengan suaminya, sehingga

bisa dimungkinkan bayi yang ada di dalam kandungannya kembar, dan

ketika keduanya lahir tidak bisa dibedakan antara keduanya, tentunya

ini akan menyebabkan percampuran nasab yang dilarang dalam Islam.

b. Seandainya tidak terjadi bayi kembar, tetapi bisa saja sel telur dari istri

pertama mati di dalam rahim istri yang kedua, dan pada saat yang sama

istri kedua tersebut hamil dari hubungan seks dengan suaminya,

sehingga ketika lahir, bayi tersebut tidak diketahui apakah dari istri

yang pertama atau istri kedua.

Page 20: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

17

c. Anggap saja kita mengetahui bahwa sel telur dari istri pertama yang

sudah dibuahi tadi menjadi bayi dan lahir dari rahim istri kedua, maka

masih saja hal tersebut meninggalkan problem, yaitu siapakah

sebenarnya ibu dari bayi tersebut, yang mempunyai sel telur yang

sudah dibuahi ataukah yang melahirkannya ? Tentunya pertanyaan ini

membutuhkan jawaban. Dalam hal ini Allah swt berfirman : " Ibu-ibu

mereka tidaklah lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka " ( Qs

Al Mujadilah : 2 )

Kalau kita mengikuti bunyi ayat di atas secara lahir, maka kita

akan mengatakan bahwa ibu dari anak yang lahir tersebut adalah istri

kedua dari laki-laki tersebut, walaupun pada hakekatnya sel telurnya

berasal dari istrinya yang pertama.

Dari ketiga alasan di atas, bisa disimpulkan bahwa proses

pembuatan bayi tabung yang sel telurnya berasal dari istri pertama dan

dikembangkan dalam rahim istri kedua, hukumnya tetap haram karena

akan menyebakan percampuran nasab sebagaimana yang dijelaskan di

atas.

8. Hukum Bayi Tabung

Jika benihnya berasal dari suami istri Jika benihnya berasal dari

suami istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer embrio dan

diimplantasikan ke dalam rahim istri maka anak tersebut baik secara

biologis ataupun yuridis mempunyai status sebagai anak sah (keturunan

genetik)dari pasangan tersebut. Akibatnya memiliki hubungan mewaris

dan hubungan keperdataan lainnya. Jika embrio diimplantasikan ke dalam

rahim wanita lain yang bersuami, maka secara yuridis status anak itu

adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan yang

mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250

KUHPer. Dalam hal ini suami dari istri penghamil dapat menyangkal anak

tersebut sebagai anak sahnya melalui tes golongan darah atau dengan jalan

tes DNA. · Jika salah satu benihnya berasal dari donor Jika suami mandul

dan istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer

Page 21: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

18

embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur istri akan dibuahi

dengan sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi

pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim istri. Jika embrio

diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak

yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut.

Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. · Jika semua

benihnya dari donor Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari

orang yang tidak terikat pada perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke

dalam rahim seorang wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak

yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan suami istri tersebut

karena dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan

yang sah.

Undang-Undang Bayi Tabung Salah satu aturan tentang bayi

tabung terdapat dalam pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan

yang berbunyi: Ayat 1 Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan

sebagai upaya terakhir untuk membantu suami istri mendapat keturunan

Ayat 2 Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam

ayat 1 hanya dapat dilaksanakan oleh pasangan suami istri yang sah,

dengan ketentuan:

a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan

ditanamkan dalam rahimistri darimana ovum itu berasal 2

b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan untuk itu

c. Ada sarana kesehatan tertentu Ayat 3 Ketentuan mengenai persyaratan

penyelenggaraan kehamilan diluar cara alami sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dan ayat (2) ditentukan dengan P.P G. Inseminasi

Buatan di Pandang dari Aspek Medis, Legal,Etik dan HAM Aspek

Medis Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan perundang-

undangan yang menyinggung masalah ini. Dalam Undang-Undang No.

23 /1992 tenang Kesehatan, pada pasal 16 disebutkan, hasil

pembuahan sperma dan sel telur di luar cara alami dari suami atau istri

Page 22: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

19

yang bersangkutan harus ditanamkan dalam rahim istri dari mana sel

telur itu berasal. Hal ini menjawab pertanyaan tentang kemungkinan

dilakukannya pendonoran embrio. Jika mengacu pada UU No.23/1992

tentang Kesehatan, upaya pendonoran jelas tidak mungkin. Aspek

Legal Jika salah satu benihnya berasal dari donor Jika Suami mandul

dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer

embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri akan

dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah

terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang

dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris

dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak

menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA.

Dasar hukum ps. 250 KUHPer. Jika embrio diimplantasikan ke dalam

rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang dilahirkan

merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum

ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer Permasalahan mengenai

inseminasi buatan dengan bahan inseminasi berasal dari orang lain atau

orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum ada

penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan

perundangundangan yang secara khusus mengatur penerapan teknologi

fertilisasi-in-vitro transfer embrio ini pada manusia mengenai hal-hal

apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang dilarang.

Page 23: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

20

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Inseminasi adalah teknik pembuahan (fertilisasi) antara sperma suami

dan sel telur isteri yang masing-masing diambil kemudian disatukan di luar

kandungan (in vitro) – sebagai lawan “di dalam kandungan” (in vivo). Secara

hukum, bayi yang dihasilkan dari inseminasi ini memiliki dua macam yakni

diperbolehkan dengan catatan sperma yang diambil merupakan sperma yang

berasal dari suami istri yang sah, dan ditanam dalam rahim istri tersebut

(bukan rahim orang lain) dan tidak diperbolehkan, jika seperma yang diambil

berasal dari laki-laki lain begitu pula dari wanita lain.

B. Saran

Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nuthfah / Sperma

dan Bank Ovum untuk pembuatan bayi tabung, karena selain bertentangan

dengan Pancasila dan UUD 1945, juga bertentangan dengan norma agama dan

moral,serta merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan yang

diinseminasitanpa perlu adanya perkawinan.

Page 24: Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam

21

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman, Roli. Khamza H. 2007. Menjaga Akidah dan Akhlak. Solo: PT

Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Fauziyah R.A, lilis. Setyawan, Andi. 2007. Kebenaran Al-qur’an dan hadis. Solo:

PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/05/13/pandangan-islam-terhadap-

bayitabung/

http://keperawatanreligionnovihermawati.wordpress.com/

Ibrahim, Tatang. 1994. Fiqih. Bandung: CV. ARMICO.

Rahman, Abdul H. Rofiq, Ahmad. 1988. Fiqih. Bandung: CV. ARMICO .