Pandangan islam terhadap bayi tabung wa ode piana AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasangan suami-istri yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi belum dapat dikaruniai anak. Mereka pun gelisah. Usia sudah semakin tua, tetapi belum mempunyai anak. Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar (usaha) serta bertawakkal dalam menggapai karunia Allah SWT. Allah telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi. Termasuk kesulitan dalam mempunyai keturunan (anak). Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang alami pula (hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk manusia. Akan tetapi pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud, misalnya karena rusaknya atau tertutupnya saluran indung telur (tuba Fallopii) yang membawa sel telur ke rahim, serta tidak dapat diatasi dengan cara membukanya atau mengobatinya. Atau karena sel sperma suami lemah atau tidak mampu menjangkau rahim isteri untuk bertemu dengan sel telur, serta tidak dapat diatasi dengan cara memperkuat sel sperma tersebut, atau mengupayakan sampainya sel sperma ke rahim isteri agar bertemu dengan sel telur di sana. Semua ini akan meniadakan kelahiran dan menghambat suami isteri untuk mempunyai anak. Padahal Islam telah menganjurkan dan mendorong hal tersebut dan kaum muslimin pun telah disunnahkan melakukannya. Namun dengan teknologi Sekarang ini sudah muncul berbagai kecanggihan yang dapat di gunakan untuk mengatasi kendala- kendala kehidupan terkhusus pada kesulitan mempunyai anak ii

Transcript of Pandangan islam terhadap bayi tabung wa ode piana AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA

Page 1: Pandangan islam terhadap bayi tabung wa ode piana AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA

BAB I

PENDAHULUAN

     A.    Latar Belakang

Pasangan suami-istri yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi belum dapat dikaruniai

anak. Mereka pun gelisah. Usia sudah semakin tua, tetapi belum mempunyai anak. Ajaran

syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan menganjurkan untuk

senantiasa berikhtiar (usaha) serta bertawakkal dalam menggapai karunia Allah SWT. Allah

telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi. Termasuk kesulitan dalam mempunyai

keturunan (anak).

Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang alami pula

(hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk manusia. Akan

tetapi pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud, misalnya karena rusaknya atau

tertutupnya saluran indung telur (tuba Fallopii) yang membawa sel telur ke rahim, serta tidak

dapat diatasi dengan cara membukanya atau mengobatinya. Atau karena sel sperma suami

lemah atau tidak mampu menjangkau rahim isteri untuk bertemu dengan sel telur, serta tidak

dapat diatasi dengan cara memperkuat sel sperma tersebut, atau mengupayakan sampainya sel

sperma ke rahim isteri agar bertemu dengan sel telur di sana. Semua ini akan meniadakan

kelahiran dan menghambat suami isteri untuk mempunyai anak. Padahal Islam telah

menganjurkan dan mendorong hal tersebut dan kaum muslimin pun telah disunnahkan

melakukannya.

Namun dengan teknologi Sekarang ini sudah muncul berbagai kecanggihan yang dapat di

gunakan untuk mengatasi kendala-kendala kehidupan terkhusus pada kesulitan mempunyai

anak dengan berbagai faktor penyebab, baik penyebab yang telah dipaparkan sebelumnya

ataupun yang dipengaru oleh faktor usia ataupun faktor-faktor penyebab lainnya. Dengan

kemajuan teknologi yang telah diciptakan oleh manusia itu sendiri pada bidang kedokteran

dan ilmu biologi moderen yang telah berhasil menciptakan teknologi yang disebut bayi

tabung/inseminasi buatan. Dengan cara inseminasi butan inilah pasangan yang telah menikah

bertahun-tahun dapat menggunakan inseminasi sebagai solusi untuk mendapatkan keturunan

(anak).

Pada dasarnya orang-orang memuji pada bidang teknologi tersebut. Namum mereka

belum tahu pasti apakah produk-produk teknologi yang dipergunakan tersebut dapat

dibenarkan menurut pandangan islam. Oleh karena hal tersebut diatas, untuk mengetahui

lebih banyak mengenai bayi tabung/inseminasi menurut pandangan islam. Maka akan

disajikan pembahasan bayi tabung tersebut dalam bentuk karya tulis ilmiah (makalah) yang di

beri judul Pandangan Islam terhadap Bayi Tabung. 

ii

Page 2: Pandangan islam terhadap bayi tabung wa ode piana AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA

       B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka permasalahan yang

muncul berkaitan dengan bayi tabung/inseminasi ini yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan bayi tabung/inseminasi buatan?

2. Bagaimanakah pandangan islam megenai bayi tabung/inseminasi buatan?

3. Apakah hukum bayi tabung menurut pandangan islam?

      C.     Tujuan Penulisan

Berdasarkan masalah yang muncul dalam pembahasan makalah ini maka tujuan dari

penulisan ini yaitu untuk mengetahui pandangan islam tentang bayi tabung

ii

Page 3: Pandangan islam terhadap bayi tabung wa ode piana AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan Proses Bayi Tabung/Inseminasi buatan

Teknologi kedokteran modern semakin canggih. Salah satu tren yang berkembang saat ini

adalah fenomena bayi tabung. Bayi tabung dikenal dengan istilah pembuahan in vitro atau

dalam bahasa Inggris dikenal sebagai in vitro fertilisation. Ini adalah sebuah teknik

pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita.

Bayi tabung adalah suatu istilah teknis. Istilah ini tidak berarti bayi yang terbentuk di

dalam tabung, melainkan dimaksudkan sebagai metode untuk membantu pasangan subur

yang mengalami kesulitan di bidang pembuahan sel telur wanita oleh sel sperma pria. Secara

teknis, dokter mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang disebut

“laparoscop” (temuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris).

Bayi tabung merupakan terjemahan dari artificial insemination. Artificial artinya buatan

atau tiruan secara teknologi bukan secara alamiah, sedangkan insemination berasal dari kata

latin “inseminatus” artinya pemasukan atau penyimpanan. Kata talqih yang sama

pengertiannya dengan inseminasi, diambil oleh dokter ahli kandungan bangsa Arab, dalam

upaya pembuahan terhadap wanita yang menginginkan kehamilan. Jadi dapat di katakan

bahwa bayi tabung merupakan bayi hasil konsepsinya (dari pertemuan antara sel telur dan

sperma) yang dilakukan dalam sebuah tabung yang dipersiapkan sedemikian rupa di

laboratorium. Didalam laboratorium tabung tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga

menyerupai  dengan tempat pembuahannya yang asli yaitu rahim ibu atau wanita. Dibuat

sedemikian rupa sehingga temperatur dan situasinya persis sama dengan aslinya. Prosesnya

mula-mula dengan suatu alat khusus semacam alat untuk laparoskopi dilakukan pengambilan

sel telur dari wanita yang baru saja mengalami ovulasi. Kemudian sel telur yang diambil tadi 

dibuahi dengan sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang suasananya dibuat persis

seperti dalam rahim. Setelah pembuahan hasil konsepsi tersebut dipelihara beberapa saat

dalam tabung tadi sampai pada suatu saat tertentu akan dicangkokan ke dalam rahim wanita

tersebut. Selanjutnya diharapkan embrio itu akan tumbuh sebagaimana layaknya di dalam

rahim wanita. Sudah tentu wanita tersebut akan mengalami kehamilan ,perkembangan selama

kehamilan seperti  biasa.

Bayi tabung pertama lahir ke dunia ialah Louise Brown. Ia lahir di Manchester, Inggris,

25 Juli 1978 atas pertolongan Dr. Robert G. Edwards dan Patrick C. Steptoe. Sejak itu, klinik

untuk bayi tabung berkembang pesat. Teknik bayi tabung ini telah menjadi metode yang

membantu pasangan subur yang tidak mempunyai anak akibat kelainan pada organ

reproduksi anak pada wanita. 

ii

Page 4: Pandangan islam terhadap bayi tabung wa ode piana AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA

B.     Jenis-Jenis Proses Bayi Tabung

1.      Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri.

Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami-istri dari pembuahan bakal anak.

Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa persetubuhan. Keterarahan

perkawinan kepada kelahiran baru sebagaimana diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi.

Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan menguasai hukum alam yang

terdapat dalam tubuh manusia pria dan wanita. Dengan pemisahan antara persetubuhan dan

pembuahan ini, maka bisa muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari

kemajuan ilmu kedokteran di bidang pro-kreasi manusia.

2.      Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak.

Ada kemungkinan bahwa benih dari suami-istri tidak bisa dipindahkan ke dalam rahim

sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan-alasan lain. Dalam kasus ini, maka

diperlukan seorang wanita lain yang disewa untuk mengandung anak bagi pasangan tadi.

Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan banyak persyaratan untuk melindungi

kepentingan semua pihak yang terkait. Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta

imbalan uang yang sangat besar. Suami-istri bisa memilih wanita sewaan yang masih muda,

sehat dan punya kebiasaan hidup yang sehat dan baik. praktik seperti ini biasanya belum ada

ketentuan hukumnya, sehingga kalau muncul kasus bahwa wanita sewaan ingin

mempertahankan bayi itu dan menolak uang pembayaran, maka pastilah sulit dipecahkan.

3.      Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.

Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam arti bahwa sel

telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih untuk pembuahan. Itu berarti bahwa

benih yang mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui seorang donor.

Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari

orang lain. Pertama, apakah pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma

dari orang lain sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau

wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi dengan orang

itu. Ketiga, apakah pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan.

Masih banyak masalah lain lagi yang bisa muncul.

4.      Munculnya Bank Sperma

Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank-bank sperma.

Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank-bank tersebut. Bahkan orang

bisa menjual-belikan benih-benih itu dengan harga yang sangat mahal misalnya karena benih

dari seorang pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek bank

sperma adalah akibat lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah

menyimpannya dan memperdagangkannya seolah-olah benih manusia itu suatu benda

ekonomis.

ii

Page 5: Pandangan islam terhadap bayi tabung wa ode piana AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA

Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non-komersial. Sementara itu bank-

bank sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat. Wanita yang menginginkan pembuahan

artifisial bisa memilih sperma itu dari banyak kemungkinan yang tersedia lengkap dengan

data mutu intelektual dari pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan dengan rapi dan tidak

diberitahukan kepada wanita yang mengambilnya, kepada penguasa atau siapapun.

C. Bayi Tabung dalam Pandangan Islam

          Masalah bayi tabung (Athfaalul Anaabib) ini menurut pandangan Islam termasuk

masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik di dalam Al-

Qur’an dan As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Oleh karena itu, dalam

menyelesaikan masalah ini hendak dikaji menurut Hukum Islam  dengan menggunakan

metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahidin), agar dapat

ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan As-Sunnah yang

merupakan sumber pokok hukum Islam. Namun, kajian masalah mengenai bayi tabung ini

sebaiknya menggunakan pendekatan multi disipliner oleh para ulama dan cendikiawan

muslim dari berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat diperoleh kesimpulan hukum

yang benar-benar proporsional dan mendasar. Misalnya menggunakan ahli kedokteran,

peternakan, biologi, hukum, agama dan etika.

Dua tahun sejak ditemukannya teknologi ini, para ulama di Tanah Air telah menetapkan

fatwa tentang bayi tabung/inseminasi buatan.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwany pada tanggal 13 Juni 1979 menetapkan

4 keputusan terkait masalah bayi tabung, diantaranya :

1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya

mubah (boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama. Asal

keadaan suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan

untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil

memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih

ات� �م�ح�ظ�و�ر� ال �ح� �ي �ب ت ة� و�ر� و�الض�ر� ة� و�ر� الض�ر� �ة� �ز�ل م�ن ��زل� �ن ت �ح�اج�ة� �ل ا

“Hajat (kebutuhan yang sangat penting) diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa.

Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehklan melakukan hal-hal yang terlarang”.

2. Sedangkan para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-

istri yang dititipkan di rahim perempuan lain dan itu hukumnya haram, karena dikemudian

hari hal itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan

(khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang

mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).

3. Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia

hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah. Sebab, hal ini akan menimbulkan

masalah yang pelik baik kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan.

ii

Page 6: Pandangan islam terhadap bayi tabung wa ode piana AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA

4. Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah hal

tersebut juga hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin antar

lawan jenis diluar pernikahan yang sah alias perzinahan.

Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah dalam Forum

Munas di Kaliurang, Yogyakarta pada tahun 1981. Ada 3 keputusan yang ditetapkan

ulama NU terkait masalah Bayi Tabung, diantaranya :

1.  Apabila mani yang ditabung atau dimasukkan kedalam rahim wanita tersebut ternyata

bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu didasarkan

pada sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak

ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan

dengan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) didalam rahim

perempuan yang tidak halal baginya.”

2.  Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya

tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. Mani Muhtaram adalah mani yang

keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara’. Terkait mani yang

dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul Akhyar

II/113. “Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan beronani)

dengan tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang tempat

atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang.”

 3.  Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri yang sah dan cara mengeluarkannya

termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung

menjadi mubah (boleh).

Berikut ini dalil-dalil syar’i yang dapat menjadi landasan hukum untuk mengharamkan

inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut:

Surat Al-Isra ayat 70 :

م� ل�ن�اه� و�ف�ض الطي�ب�ات م ن� ن�اه�م� ق� ز� و�ر� ر ال�ب�ح� و� ال�ب�ر� ف ي ل�ن�اه�م� م� و�ح� آد�م� ب�ن ي ن�ا م� ك�ر د� ل�ق� و�

ن�  ع�ل�ى& م م ك�ث ير(

يال+   ض ت�ف� ن�ا ل�ق� خ�

“Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan

dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka

dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.

Surat At-Tin ayat 4 :    

� �ق�و�يم ت �ح�س�ن� أ ف�ي ان� �س� �ن اإل� �ا �ق�ن ل خ� �ق�د� ل

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk

yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan

lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia

ii

Page 7: Pandangan islam terhadap bayi tabung wa ode piana AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA

bisa menghormati martabatnya sendiri dan juga menghormati martabat sesama manusia.

Sebaliknya inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat

manusia (human dignity) sejajar dengan hewan yang diinseminasi.

D. Manfaat Dan Akibat Bayi Tabung

            Maslahahnya dari bayi tabung adalah bias membantu pasangan suami istri yang

keduanya atau salah satu nya mandul atau ada hambatan alami pada suami atau istri

menghalangi bertemunya sel sperma dan sel telur.Misalnya karena tuba falopii terlalu sempit

atau ejakulasinya terlalu lemah.Namun akibat(mafsadah) dari bayi tabung adalah:

Percampuran Nasab,padahal Islam sangat menjaga kesucian / kehormatan kelamin

dan kemurnian nasab,karena ada kaitannya dengan kemahraman (siapa yang halal dan

haram dikawini) dan kewarisan.

Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.

Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena terjadi percampuran

sperma dengan ovum tanpa perkawinan yang sah.

Kehadiran anak hasil inseminasi  buatan bisa menjadi sumber konflik didalam rumah

tangga terutama bayi tabung dengan bantuan donor merupakan anak yang sangat unik

yang bisa berbeda sekali bentuk dan sifat-sifat fisik dan karakter/mental si anak

dengan bapak ibunya.

Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung yang percampuran nasabnya terselubung

dan sangat dirahasiakan donornya adalah lebih jelek daripada anak adopsi yang pada

umumnya diketahui asal dan nasabnya.

Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada bayi tabung

lewat ibu titipan yang harus menyerahkan bayinya pada pasangan suami istri yang

punya benihnya,sesuai dengan kontrak,tidak terjalin hubungan keibuan anatara anak

dengan ibunya secara alami

Surat Al-Lugman ayat 14

Mengenai status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum menurut hukum

islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi.UU Perkawinan pasal

42 No.1/1974:”Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat

perkawinan yang sah”maka memberikan pengertian bahwa bayi tabung dengan bantuan

donor dapat dipandang sah karena ia terlahir dari perkawinan yang sah.Tetapi inseminasi

buatan dengan sperma atau ovum donor tidak di izinkan karena tidak sesuai dengan

Pancasila,UUD 1945 pasal 29 ayat 1.

      Asumsi Menteri Kesehatan bahwa masyarakat Indonesia termasuk kalangan agama

nantinya bias menerima bayi tabung seperti halnya KB.Namun harus diingat bahwa kalangan

agama bias menerima KB karena pemerintah tidak memaksakan alat/cara KB yang

ii

Page 8: Pandangan islam terhadap bayi tabung wa ode piana AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA

bertentangan dengan agama.Contohnya : Sterilisasi,Abortus.Oleh karena itu pemerintah

diharapkan mengizinkan praktek bayi tabung yang tidak bertentangan dengan agama.

E.  Hukum-Hukum Tentang Bayi Tabung

Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan (Bayi Tabung):

·         Jika benihnya berasal dari suami istri

Jika benihnya berasal dari suami istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer embrio dan

diimplantasikan ke dalam rahim istri maka anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis

mempunyai status sebagai anak sah (keturunan genetik)dari pasangan tersebut. Akibatnya

memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya.

Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami, maka secara yuridis

status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan yang mempunyai

benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam hal ini suami dari

istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sahnya melalui tes golongan

darah atau dengan jalan tes DNA.

·         Jika salah satu benihnya berasal dari donor

Jika suami mandul dan istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer

embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur istri akan dibuahi dengan sperma dari

donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim

istri.

Jika embrio diimplantasikan  ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang

dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU

No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.

·         Jika semua benihnya dari donor

Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada perkawinan,

tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat dalam perkawinan

maka anak yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan suami istri tersebut karena

dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan yang sah.

F. Undang-Undang Bayi Tabung

Salah satu aturan tentang bayi tabung terdapat dalam pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992 tentang

kesehatan yang berbunyi:

Ayat 1

Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk membantu

uami istri mendapat keturunan

Ayat 2

Upaya  kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat

dilaksanakan oleh pasangan suami istri yang sah, dengan ketentuan:

ii

Page 9: Pandangan islam terhadap bayi tabung wa ode piana AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA

   1.  Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam

rahimistri darimana ovum itu berasal 

2 2. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu 

   3.  Ada sarana kesehatan tertentu

Ayat 3

Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan diluar cara alami sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditentukan dengan P.P 

G. Inseminasi Buatan di Pandang dari Aspek Medis, Legal,Etik dan HAM 

Aspek Medis

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang menyinggung

masalah ini. Dalam Undang-Undang No. 23 /1992 tenang Kesehatan, pada pasal 16

disebutkan, hasil pembuahan sperma dan sel telur di luar cara alami dari suami atau istri yang

bersangkutan harus ditanamkan dalam rahim istri dari mana sel telur itu berasal. Hal ini

menjawab pertanyaan tentang kemungkinan dilakukannya pendonoran embrio. Jika mengacu

pada UU No.23/1992 tentang Kesehatan, upaya pendonoran jelas tidak mungkin.

Aspek Legal

Jika salah satu benihnya berasal dari donor Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka

dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel

telur Istri akan dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi

pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak

sah dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami

tidak menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum ps.

250 KUHPer.

Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang

dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU

No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer Permasalahan mengenai inseminasi buatan dengan bahan

inseminasi berasal dari orang lain atau orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini

belum ada penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundang-

undangan yang secara khusus mengatur penerapan teknologi fertilisasi-in-vitro transfer

embrio ini pada manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah

yang dilarang

ii

Page 10: Pandangan islam terhadap bayi tabung wa ode piana AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA

BAB I

PENUTUP

A. Kesimpulan:

Inseminasi adalah teknik pembuahan (fertilisasi) antara sperma suami dan sel telur isteri

yang masing-masing diambil kemudian disatukan di luar kandungan (in vitro) – sebagai

lawan “di dalam kandungan” (in vivo).

Secara hukum, bayi yang dihasilkan dari inseminasi ini memiliki dua macam yakni

diperbolehkan dengan catatan sperma yang diambil merupakan sperma yang berasal dari

suami istri yang sah, dan ditanam dalam rahim istri tersebut (bukan rahim orang lain) dan

tidak diperbolehkan, jika seperma yang diambil berasal dari laki-laki lain begitu pula dari

wanita lain.

B. Saran:

Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nuthfah / Sperma dan Bank Ovum

untuk pembuatan bayi tabung, karena selain bertentangan denganPancasila dan

UUD 1945, juga bertentangan dengan norma agama dan moral,serta merendahkan harkat

manusia sejajar dengan hewan yang diinseminasitanpa perlu adanya perkawinan.

ii

Page 11: Pandangan islam terhadap bayi tabung wa ode piana AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Rahman, Roli. Khamza H. 2007. Menjaga Akidah dan Akhlak. Solo: PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri.

2. Fauziyah R.A, lilis. Setyawan, Andi. 2007. Kebenaran Al-qur’an dan hadis. Solo: PT

Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

3. http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/05/13/pandangan-islam-terhadap-bayi-

tabung/

4. http://keperawatanreligionnovihermawati.wordpress.com/

5. Ibrahim, Tatang. 1994. Fiqih. Bandung: CV. ARMICO.

6. Rahman, Abdul H. Rofiq, Ahmad. 1988. Fiqih. Bandung: CV. ARMICO .

ii

Page 12: Pandangan islam terhadap bayi tabung wa ode piana AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada sumber dari segala sesuatu yang bersifat mulia.

Sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, sang Maha Cahaya, penabur cahaya

ilham, pilar nalar kebenaran dan kebaikan, sang kekasih tercinta yang tak terbatas

pencahayaan cinta-Nya bagi umat, Allah SWT.

Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan serta

menyampaikan kepada kita semua ajaran Islam yang telah terbukti kebenarannya, serta makin

terus terbukti kebenarannya.

Dengan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan memberikan inspirasi kepada kami sehingga makalah yang berjudul

“Pandangan Islam terhadap bayi tabung” ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai

dengan apa yang diharapkan.

Dengan penuh kesadaran diri dan kerendahan hati, kami menyadari bahwa hanya

Allah-lah yang memiliki kesempurnaan, sehingga tentu masih banyak lagi rahasia-Nya yang

belum tergali dan belum kita ketahui. Oleh karenanya kami senantiasa mengharapkan kritik

dan saran membangun dari teman-teman dan pembaca sekalian sehingga mampu menjalin

sinergi yang pada akhirnya akan membuat pemikiran ini bisa lebih disempurnakan lagi

dimasa yang akan datang, bukan hanya untuk Islam namun juga untuk kemajuan umat

manusia.

Raha, November 2013

                    

                         Penyusun

ii

Page 13: Pandangan islam terhadap bayi tabung wa ode piana AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA

TUGAS : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MAKALAH

PANDANGAN ISLAM

TERHADAP BAYI TABUNG

OLEH:

NAMA : WA ODE WAHYUNI

NIM : 2013.IB.0043

TINGKAT : I A.

AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA

KABUPATEN MUNA

2013

DAFTAR ISI

ii

Page 14: Pandangan islam terhadap bayi tabung wa ode piana AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA

Kata Pengantar..................................................................................................................... i

Daftar Isi.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 2

C. Tujuan............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan proses bayi tabung................................................................................... 3

B. jenis jenis proses bayi tabung........................................................................................... 4

C. bayi tabung dalam pandangan islam............................................................................... 3

D. manfaat dan akibat bayi tabung.................................................................................... 7

E. hukum tentang bayi tabung............................................................................................ 8

F. udang-undang bayi tabung.................................................................................................8

G. inseminasi buatan dari aspek medis.................................................................................. 9

H. Nifas menurut islam........................................................................................................ 8

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN................................................................................................................10

3.2 SARAN............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11

ii