Makalah Astronomi Dan Astrologi Dalam Kacamata Islam

19
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Astronomi dengan Astrologi sangatlah berbeda, meski keduanya sama-sama mengkaji tentang langit dan benda- benda langit. Astrologi mempelajari hubungan kedudukan rasi-rasi bintang (zodiak) terhadap karakter dan nasib seseorang. Sementara Astronomi mempelajari langit demi pengembangan peradaban. Dalam kacamata sains, perkembangan astronomi sudah banyak dikenal mulai dari teori geosentris hingga teori heliosentris dalam penggambaran tata surya. Namun ternyata, fakta bahwa dalam bumi mengelilingi matahari telah dibahas sejak jaman Nabi SAW dan telah dijelaskan dalam Al-Qur’an berabad-abad sebelum Copernicus bicara mengenai teori heliosentris. Dalam Islam, Astronomi dikenal sebagai Ilmu Falak dan telah dimanfaatkan untuk menentukan waktu-waktu Shalat, menentukan arah Kiblat, menentukan awal Bulan Qamariyah, dan menentukan terjadinya gerhana. Sedangkan Astrologi lebih banyak digunakan dalam mengungkapkan karakter dan ramalan nasib hidup seseorang yang biasa disebut ramalan zodiak. Dalam kacamata Islam, mempercayai ramalan seperti itu dilarang dan tidak dibenarkan. B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini antara lain: 1

Transcript of Makalah Astronomi Dan Astrologi Dalam Kacamata Islam

Page 1: Makalah Astronomi Dan Astrologi Dalam Kacamata Islam

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Astronomi dengan Astrologi sangatlah berbeda, meski keduanya sama-sama

mengkaji tentang langit dan benda-benda langit. Astrologi mempelajari hubungan

kedudukan rasi-rasi bintang (zodiak) terhadap karakter dan nasib seseorang.

Sementara Astronomi mempelajari langit demi pengembangan peradaban.

Dalam kacamata sains, perkembangan astronomi sudah banyak dikenal mulai

dari teori geosentris hingga teori heliosentris dalam penggambaran tata surya. Namun

ternyata, fakta bahwa dalam bumi mengelilingi matahari telah dibahas sejak jaman

Nabi SAW dan telah dijelaskan dalam Al-Qur’an berabad-abad sebelum Copernicus

bicara mengenai teori heliosentris.

Dalam Islam, Astronomi dikenal sebagai Ilmu Falak dan telah dimanfaatkan

untuk menentukan waktu-waktu Shalat, menentukan arah Kiblat, menentukan awal

Bulan Qamariyah, dan menentukan terjadinya gerhana.

Sedangkan Astrologi lebih banyak digunakan dalam mengungkapkan karakter

dan ramalan nasib hidup seseorang yang biasa disebut ramalan zodiak. Dalam

kacamata Islam, mempercayai ramalan seperti itu dilarang dan tidak dibenarkan.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini antara lain:

1. Masyarakat yang menganggap bahwa Astronomi dan Astrologi adalah sesuatu

yang sama.

2. Fakta haramnya Astrologi dalam Islam yang perlu diketahui masyarakat.

3. Kurang perhatiannya masyarakat dalam menanggapi pandangan Islam terhadap

Astrologi atau ilmu nujum.

4. Perlu diketahui apa manfaat dari ilmu Astronomi.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang mendasari penulisan makalah adalah sebagai berikut:

1. Apa perbedaan antara Astronomi dan Astrologi dalam kajian keilmuan?

2. Bagaimana Astronomi dalam pandangan Islam?

3. Apa manfaat Astronomi dalam Islam?

4. Apa pandangan Islam terhadap Astrologi?

1

Page 2: Makalah Astronomi Dan Astrologi Dalam Kacamata Islam

D. Tujuan

Tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian Astronomi dan Astrologi serta perbedaannya dalam ranah

sains.

2. Mengetahui pandangan Islam terhadap Astronomi

3. Memahami pemanfaatan ilmu Astronomi dalam Islam

4. Mengetahui pandangan Islam terhadap kajian ilmu Astrologi.

E. Manfaat Penulisan

Dengan pembuatan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami

perbedaan Astronomi dan Astrologi dalam ranah sains dan dalam ranah agama Islam,

serta dapat mengetahui pemanfaatan ilmu Astronomi dalam agama Islam. Selain itu,

member pemahaman kepada pembaca mengenai kajian Astrologi yang tidak sesuai

dengan ajaran agama Islam serta bagaimana menyikapinya.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Identifikasi Masalah

C. Rumusan Masalah

D. Tujuan

E. Manfaat Penulisan

F. Sistematika Penulisan

BAB II. DASAR TEORI

A. Konsep Dasar

B. Landasan Filosofis

C. Landasan Teologis

BAB III. ISI

Astronomi dan Astrologi dalam Kacamata Islam

A. Perbedaan Astronomi dan Astrologi dalam Kajian Ilmu

2

Page 3: Makalah Astronomi Dan Astrologi Dalam Kacamata Islam

B. Pandangan Islam Terhadap Astronomi

C. Peran Astronomi dalam Islam

D. Pandangan Islam terhadap Astrologi

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran/Rekomendasi

3

Page 4: Makalah Astronomi Dan Astrologi Dalam Kacamata Islam

BAB II. DASAR TEORI

A. Konsep Dasar

Astronomi yang secara etimologi berarti "ilmu bintang", adalah ilmu yang

melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan

atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi

benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang

melibatkan mereka.

Astrologi adalah ilmu yang mempelajari pergerakan planet, bulan, matahari,

dan bintang-bintang yang diyakini berkaitan dengan nasib manusia, baik secara

individu maupun masyarakat.

B. Landasan Filosofis

Banyak masyarakat yang masih berpikir dan beranggapan bahwa

Astronomi dan Astrologi adalah sama. Padahal, dari segi pengertian saja

Astronomi dan Astrologi sudah berbeda.

Oleh karena itu perlu diluruskan mengenai apa sebenarnya yang

membedakan Astronomi dan Astrologi sehingga tidak dapat dipersamakan.

Pembahasannya akan ditinjau dari segi keilmuan atau sains dan dari segi agama

Islam.

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan hukum mempelajari ilmu

perbintangan. Qatadah rahimahullah (seorang tabi’in) dan Sufyan bin Uyainah

(seorang ulama hadits, wafat pada tahun 198 H) mengharamkan secara mutlak

mempelajari ilmu falak. Sedangkan Imam Ahmad dan Ishaq rahimahullah

memperbolehkan dengan syarat tertentu. Menurut Syaikh Muhammad bin Abdil

Aziz As Sulaiman Al Qarawi, yang berusaha mengkompromikan perbedaan

pendapat para ulama di atas, bahwa:

1. Kafir bila meyakini bintang-bintang itu sendiri yang mempengaruhi segala

aktivitas makhluk di bumi.

2. Haram mempelajarinya untuk menentukan kejadian-kejadian yang ada, akan

tetapi semua itu diyakini karena takdir dan kehendak-Nya.

3. Diperbolehkan mempelajarinya untuk mengetahui arah kiblat, penunjuk jalan,

waktu.

4

Page 5: Makalah Astronomi Dan Astrologi Dalam Kacamata Islam

C. Landasan Teologis

Dalam Islam, ilmu perbintangan yang tidak dikaitkan dengan nasib

seseorang atau yang termasuk Astronomi dimanfaatkan dalam penentuan awal

Bulan Hijriyah, menentukan arah kiblat, menentukan waktu Sholat, menentukan

waktu gerhana dan sebagainya.

Sedangkan mempercayai ramalan nasib dari Astrologi dan bergantung

padanya dilarang dalam Islam, karena sesungguhnya perkara-perkara ghaib

termasuk nasib seseorang hanyalah Allah yang tahu, seperti dijelaskan dalil-dalil

berikut:

“Dia mengetahui yang ghaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun

tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, maka

sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di

belakangnya.” (QS. Al Jin : 26-27)

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitakan bahwa penciptaan

bintang-bintang itu ialah untuk penerang, hiasan langit, penunjuk jalan, dan

pelempar setan yang mencuri wahyu yang sedang diucapkan di hadapan para

malaikat. Sebagaimana Dia firmankan:

“Dan sungguh, Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang

dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami

sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala .” (QS. Al Mulk: 5)

“Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang

itulah mereka (mendapat petunjuk).” (QS. An Nahl : 16).

5

Page 6: Makalah Astronomi Dan Astrologi Dalam Kacamata Islam

Mempelajari ilmu perbintangan menjadi perdebatan karena Banyak hadits

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yang mengharamkan dan melarang

mempelajari ilmu nujum (perbintangan) dengan tujuan yang dilarang syariat,

seperti hadits:

“Barangsiapa mempelajari satu cabang dari cabang ilmu nujum (perbintangan)

sungguh ia telah mempelajari satu cabang ilmu sihir … .” (HR. Ahmad, Abu

Dawud, dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas)

Sementara Islam mengharamkan orang yang menyihir atau meminta sihir.

6

Page 7: Makalah Astronomi Dan Astrologi Dalam Kacamata Islam

BAB III. ISI

Astronomi dan Astrologi dalam Kacamata Islam

A. Perbedaan Astronomi dan Astrologi dalam Kajian Ilmu

Dari segi pengertian, Astrologi adalah ilmu yang mempelajari pergerakan

planet, bulan, matahari, dan bintang-bintang yang diyakini berkaitan dengan nasib

manusia, baik secara individu maupun masyarakat. Sedangkan astronomi adalah

ilmu yang mempelajari kondisi fisik, kimiawi, dan evolusi benda-benda langit

tanpa kaitan dengan nasib manusia saat ini.

Astronomi berkembang menjadi cabang sains yang bukan hanya mengkaji

posisi dan pergerakan benda-benda langit, tetapi juga fisis dan evolusinya.

Perkembangannya demikian pesatnya yang menimbulkan lahirnya cabang-cabang

baru, misalnya astrofisika (menitikberatkan pada segi struktur dan komposisi fisis,

bukan lagi posisi dan pergerakan benda langit), kosmogoni (menitikberatkan pada

asal-usul dan evolusi tata surya), kosmologi (menitikberatkan pada asal-usul dan

evolusi alam semesta), dan yang baru adalah bioastronomi (menitik beratkan

kemungkinan adanya kehidupan di luar bumi). Teori-teorinya senantiasa

diperbarui bila ada bukti-bukti lain yang menyempurnakan atau menggugurkan

teori semula.

Sedangkan Astrologi relatif tidak berkembang. Ramalan-ramalannya belum

tentu tetap. Memang beberapa astrolog getol juga menyajikan “bukti-bukti”

statistik tentang kebanaran ramalannya. Namun, tidak satu pun yang bertahan bila

ditelaah lagi dengan kajian ilmiah. Menurut Abell dan Morrison, konsultan

astronomi pada jurnal Skeptical Enquirer, jurnal yang mengkhususkan pada kajian

ilmiah berbagai fenomena paranormal itu pernah menyajikan hasil telaah statistik

tentang  ramalan astrologi. Kesimpulannya, astrologi tidak bisa dipakai sebagai

alat peramal, walaupun sekedar dalam wujud statistik.

Selain itu terdapat pula perbedaan tafsir antara Astronomi dan Astrologi.

Istilah superkonjungsi tidak dikenal astronomi, tetapi hanya ada dalam

terminologi astrologi. Konjungsi dalam pengertian astronomi adalah posisi dua

benda langit yang segaris bujur dalam penampakannya di langit. Dalam bahasa

hisab, dikenal ijtimak untuk konjungsi bulan dan matahari. Pada saat itu terjadi

bulan baru dan mungkin juga terjadi gerhana matahari. Secara astronomi mustahil

terjadi konjungsi yang melibatkan lebih dari dua benda langit.

7

Page 8: Makalah Astronomi Dan Astrologi Dalam Kacamata Islam

Namun dalam pengertian astrologi, konjungsi tidak harus segaris bujur. Ada

toleransi (disebut “orb”) antara 8-9 derajat, mungkin juga lebih. Karenanya

pengelompokan dua planet atau lebih dalam sektor geosentik yang sempit sering

dianggap konjungsi. Bila melibatkan banyak planet disebut superkonjungsi.

Astrologi menafsirkan bahwa saat terjadi konjungsi, kehidupan manusia di

bumi mendapat pengaruh paling kuat dari benda-benda langit.

Sedangkan Superkonjungsi dalam terminologi astronomi lebih tepat disebut

pengelompokan planet-planet dalam suatu sektor tertentu. Dari segi astronomi,

tidak ada hal yang istimewa dengan berkelompoknya planet-planet tersebut. 

Mungkin satu-satunya hal yang menarik adalah bila kejadiannya malam hari.

Pengelompokan banyak planet dalam satu wilayah langit yang sempit sangat

menarik bagi penggemar astrofotografi. Selain hal itu, sama sekali tidak ada

alasan logis yang bisa menjelaskan mekanisme kaitan antara susunan planet

tersebut dengan bencana di bumi.

B. Pandangan Islam Terhadap Astronomi

Perkembangan astronomi dimulai dari perkembangan pengetahuan

mengenai tata surya yang bermula dari teori geosentris dan sampai akhirnya

dikenal dan diakuinya teori heliosentris ternyata cocok dan sesuai dengan daluil

dalam Al-Qur’an yang membahas mengenai tata surya, seperti dalam QS. An

Naml ayat 88:

“Dan kamu lihat gunung-gunung itu kamu sangka dia tetap ditempatnya, padahal

ia berjalan seperti jalannya awan, ...”

Dalil-dalil dalam Al-Qur’an yang juga membahas mengenai kajian ilmu astronomi

adalah surat Yasin ayat 38-40:

“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah)

Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan tempat

peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang

terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi

matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-

masing beredar pada garis edarnya.”

Dari dalil-dalil tersebut, dapat terlihat bahwa terdapat hubungan dan integrasi

antara astronomi dan Islam

.

8

Page 9: Makalah Astronomi Dan Astrologi Dalam Kacamata Islam

C. Peran Astronomi dalam Islam

Dalam Islam, Astronomi dikenal sebagai Ilmu Falak. 'Falak' memiliki

bentuk plural 'aflak' berarti ‘orbit’ atau ‘edar’nya benda-benda angkasa. Adapun

peranan ilmu Falak dalam Islam adalah sebagai berikut:

1. Menentukan Waktu-Waktu Shalat

Firman Allah S.w.t dalam QS. An Nisa’:103; Al Isra’:78 dan HR. Muslim dari

Abdullah bin Umar menyatakan bahwa waktu shalat punya limit dan

ketentuan (awal dan akhir) yang berarti shalat tidak bisa dilakukan dalam

sembarang waktu, tetapi harus mengikuti atau berdasarkan dalil-dalil baik dari

Al Qur’an maupun Hadis terkait. Persoalannya adalah, baik Al Qur'an maupun

Hadits tidak memberi limit pasti awal dan akhir waktu-waktu shalat tersebut,

yang ada hanyalah "kitaban mauquta" (waktu yang sudah ditentukan) tanpa

ada penjelasan rinci dan mate-matis terhadap kalimat tersebut. Hal ini

membawa konsekuensi pada beragamnya penafsiran terhadap penetapan awal

dan akhir waktu-waktu tersebut, dan ilmu falak berperan besar dalam

persoalan ini.

2. Menentukan Arah Kiblat

Menghadap kiblat adalah satu syarat sah nya shalat yang dilakukan. Ulama

berbeda pendapat tentang kriteria dan urutan penentuan arah kiblat yang

berada jauh (tidak terlihat) dari Ka'bah. Dan Ilmu Falak atau Astronomi dapat

membantu memecahkan permasalahan tersebut. Dengan melakukan

perhitungan Astronomi, dapat diketahui arah kiblat, dan hasil pengukurannya

pun cukup akurat.

3. Menentukan Awal Bulan Qamariyah

Penetapan awal Ramadhan dan Syawal adalah persoalan ijtihad sehingga

sangat memungkinkan terjadinya perbedaan pandangan dan pendapat. Nabi

Muhammmad SAW. telah mengingatkan sekaligus menganjurkan untuk

memulai dan mengakhiri puasa dan hari raya dengan rukyat hilal, yaitu

melihat hilal secara langsung diakhir Sya’ban dan Ramadhan. Hal ini

berdasarkan hadits: “Puasalah kamu karena melihat hilal, dan berbukalah

(berhari raya-lah) karena melihat hilal, jika hilal tertutup awan maka

hitunglah (kadarkan-lah)”. HR.Bukhari-Muslim.

4. Menentukan terjadinya Gerhana

9

Page 10: Makalah Astronomi Dan Astrologi Dalam Kacamata Islam

Gerhana adalah fenomena alamiah yang jarang terjadi. Dalam fikih Islam

dikenal/dianjurkan untuk melakukan shalat sunat Gerhana ketika terjadinya

fenomena ini. Ilmu falak berperan dalam menentukan kapan dan dimana

terjadinya Gerhana ini, baik Gerhana Matahari maupun Gerhana Bulan.

D. Pandangan Islam terhadap Astrologi

Jika Astronomi dapat dimanfaatan dalam Islam, berbeda hal nya dengan

Astrologi. Dalam Islam, mempercayai dan mempelajari Astrologi adalah haram

hukumnya. Karena sebagaiman telah dijelaskan sebelumnya bahwa Astrologi

bertujuan untuk meramalkan nasib kehidupan seseorang. Dan ramalan tersebut

merupakan salah satu bentuk sihir dan perdukunan yang dilarang dalam Islam.

Dalil-dalil diharamkannya astrologi atau ilmu nujum ini diantaranya:

1. Dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Barangsiapa mempelajari sebagian dari ilmu nujum, maka sesungguhnya ia

telah mempelajari cabang dari ilmu sihir, semakin bertambah (ilmunya)

semakin bertambah pula (dosanya), semakin bertambah (ilmunya) semakin

bertambah pula (dosanya)." (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah. Hadits

ini dishahihkan oleh al Albani)

2. Didalam riwayat lain dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw bersabda,

”Barangsiapa mempelajari satu bab dari ilmu nujum untuk hal-hal yang tidak

disebutkan Allah swt maka ia telah mempelajari satu cabang dari sihir. Ahli

nujum adalah dukun dan dukun adalah penyihir dan penyihir adalah kafir.”

3. Dari Abi Mihjan bahwa Nabi saw bersabda, ”Yang aku khawatirkan dari

umatku sepeninggalku adalah tiga: kesewenang-wenangan umatku,

mengimani (meyakini) ilmu nujum dan mendustakan takdir.” (HR. Ibnu

Asyakir dan Ibnu Abdil Barr di kitab “Jami’ Bayan al Ilmi” dan dishahihkan

oleh al Albani didalam “Shahih al Jami’” juz I hal 103)

4. Dari Abu Hurairoh dari Nabi saw bersabda, ”Barangsiapa yang mendatangi

seorang peramal lalu dia bertanya kepadanya tentang sesuatu maka tidak

diterima shalat darinya selama 40 hari.”

5. Dari Abu Hurairoh berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Barangsiapa

mendatangi seorang peramal atau dukun lalu dia membenarkan perkataannya

maka sungguh dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada

10

Page 11: Makalah Astronomi Dan Astrologi Dalam Kacamata Islam

Muhammad.” (HR. Ashabus Sunan. Hadits ini shahih sebagaimana dikatakan

al Albani didalam “Shahih at Targhib wa at Tarhib” juz III hal 172)

Berdasarkan hadits keempat dan kelima, mendatangi dan bertanya kepada

ahli nujum sudah menjadikan seorang muslim mendapat sanksi tidak diterima

sholatnya selama empat puluh hari, dan bila dia membenarkan perkataannya maka

dirinya telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad.

Hal itu dikarenakan apa yang diturunkan kepada Muhammad adalah firman Allah

swt :

“Katakanlah: "tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang mengetahui

perkara yang ghaib, kecuali Allah. Dan mereka tidak mengetahui kapan mereka

akan dibangkitkan".” (QS. An Naml : 65).

“Dia mengetahui yang ghaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun

tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, maka

sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di

belakangnya.” (QS. Al Jin : 26 – 27).

11

Page 12: Makalah Astronomi Dan Astrologi Dalam Kacamata Islam

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Astronomi dan Astrologi sangatlah berbeda meskipun kedua ilmu tersebut

mempelajari mengenai benda-benda langit. Karena tujuan keduanya sangat

berbeda. Astronomi bertujuan untuk mempelajari benda-benda langit untuk

kemaslahatan umat, sedangkan astrologi mempelajari benda-benda langit untuk

mengetahui dan meramalkan nesib kehidupan seseorang.

Astronomi dalam Islam dimanfaatkan dalam beberapa hal, diantaranya

menentukan awal bulan Hiijriyah, menentukan waktu sholat, emnentukan arah

kiblat, dan menentukan waktu gerhana.

Sedangkan Astronomi dalam kacamata Islam adalah haram hukumnya,

karena merupakan salah satu bentuk kemuysrikan. Selain itu, Astrologi atau ilmu

nujum merupakan salah satu bentuk sihir dan pedukunan yang dilarang dalam

Islam. Hal ini didukung oleh beberapa dalil dalam Al-Qur’an dan Hadits.

Dari dalil dan Hadits yang telah disebutkan dalam isi makalah, dapat

disimpulkan bahwa mempelajari ilmu nujum atau astrologi adalah dilarang, begitu

pula jika bertanya kepada ahli nujum dan mempercayai kata-kata ahli nujum.

B. Saran/Rekomendasi

Setelah perbedaan antara Astronomi dan Astrologi dijelaskan dan diketahui,

maka sudah sepantasnya tidak lagi mempersamakan keduanya. Karena

bagaiamnapun bahasan, tujuan, dan kegunaan keduanya bertentangan.

Selain itu, setelah mengetahui bahwa astrologi atau yang biasa dikenal

sebagai zodiak tidak diperbolehkan untuk dipelajari dan diyakini dalam Islam,

bahkan diaharamkan, sebaiknya tindakan mempercayai dan mempelajari astrologi

dihindari.

12

Page 13: Makalah Astronomi Dan Astrologi Dalam Kacamata Islam

DAFTAR PUSTAKA

Djamaluddin, Thomas. (2010). Astronomi Membantah Astrologi, [Online]. Tersedia:

http://tdjamaluddin.wordpress.com/2010/05/13/astronomi-membantah-astrologi/ [08

Maret 2012]

Djamaluddin, Thomas. (2010). Superkonjungsi: Bedakan Astronomi dan Astrologi, [Online].

Tersedia: http://tdjamaluddin.wordpress.com/2010/07/01/superkonjungsi-bedakan-

astronomi-dan-astrologi/ [08 Maret 2012]

Hamdani, Ahmad. (2006). Astrologi dalam Islam, [Online]. Tersedia:

http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=94 [08 Maret 2012]

Rakhmadi, Arwin Juli Butar-Butar. (2009). Astronomi dan Astrologi dalam Tinjauan Islam,

[Online]. Tersedia:

http://mtmcairo.multiply.com/journal/item/125/ASTRONOMI_ASTROLOGI_DAL

AM_TINJAUAN_ISLAM [13 Februari 2012]

Shanty. Pengertian Astronomi, [Online]. Tersedia:

http://blogastronomi.blogspot.com/2008/12/pengertian-astronomi.html [08 Maret

2012]

(2010). Percaya Ramalan Bintang atau Astrologi, (forum diskusi), [Online]. Tersedia:

http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/percaya-ramalan-bintang-

astrology.htm [08 Maret 2012]

13