Teleskop Modern AS3200 Lab. Astronomi Dasar II Prodi Astronomi 2007/2008 B. Dermawan.
Makalah Astronomi Dan Astrologi Dalam Kacamata Islam
-
Upload
utami-widyaiswari -
Category
Documents
-
view
1.399 -
download
16
Transcript of Makalah Astronomi Dan Astrologi Dalam Kacamata Islam
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Astronomi dengan Astrologi sangatlah berbeda, meski keduanya sama-sama
mengkaji tentang langit dan benda-benda langit. Astrologi mempelajari hubungan
kedudukan rasi-rasi bintang (zodiak) terhadap karakter dan nasib seseorang.
Sementara Astronomi mempelajari langit demi pengembangan peradaban.
Dalam kacamata sains, perkembangan astronomi sudah banyak dikenal mulai
dari teori geosentris hingga teori heliosentris dalam penggambaran tata surya. Namun
ternyata, fakta bahwa dalam bumi mengelilingi matahari telah dibahas sejak jaman
Nabi SAW dan telah dijelaskan dalam Al-Qur’an berabad-abad sebelum Copernicus
bicara mengenai teori heliosentris.
Dalam Islam, Astronomi dikenal sebagai Ilmu Falak dan telah dimanfaatkan
untuk menentukan waktu-waktu Shalat, menentukan arah Kiblat, menentukan awal
Bulan Qamariyah, dan menentukan terjadinya gerhana.
Sedangkan Astrologi lebih banyak digunakan dalam mengungkapkan karakter
dan ramalan nasib hidup seseorang yang biasa disebut ramalan zodiak. Dalam
kacamata Islam, mempercayai ramalan seperti itu dilarang dan tidak dibenarkan.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini antara lain:
1. Masyarakat yang menganggap bahwa Astronomi dan Astrologi adalah sesuatu
yang sama.
2. Fakta haramnya Astrologi dalam Islam yang perlu diketahui masyarakat.
3. Kurang perhatiannya masyarakat dalam menanggapi pandangan Islam terhadap
Astrologi atau ilmu nujum.
4. Perlu diketahui apa manfaat dari ilmu Astronomi.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang mendasari penulisan makalah adalah sebagai berikut:
1. Apa perbedaan antara Astronomi dan Astrologi dalam kajian keilmuan?
2. Bagaimana Astronomi dalam pandangan Islam?
3. Apa manfaat Astronomi dalam Islam?
4. Apa pandangan Islam terhadap Astrologi?
1
D. Tujuan
Tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian Astronomi dan Astrologi serta perbedaannya dalam ranah
sains.
2. Mengetahui pandangan Islam terhadap Astronomi
3. Memahami pemanfaatan ilmu Astronomi dalam Islam
4. Mengetahui pandangan Islam terhadap kajian ilmu Astrologi.
E. Manfaat Penulisan
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
perbedaan Astronomi dan Astrologi dalam ranah sains dan dalam ranah agama Islam,
serta dapat mengetahui pemanfaatan ilmu Astronomi dalam agama Islam. Selain itu,
member pemahaman kepada pembaca mengenai kajian Astrologi yang tidak sesuai
dengan ajaran agama Islam serta bagaimana menyikapinya.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan
E. Manfaat Penulisan
F. Sistematika Penulisan
BAB II. DASAR TEORI
A. Konsep Dasar
B. Landasan Filosofis
C. Landasan Teologis
BAB III. ISI
Astronomi dan Astrologi dalam Kacamata Islam
A. Perbedaan Astronomi dan Astrologi dalam Kajian Ilmu
2
B. Pandangan Islam Terhadap Astronomi
C. Peran Astronomi dalam Islam
D. Pandangan Islam terhadap Astrologi
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran/Rekomendasi
3
BAB II. DASAR TEORI
A. Konsep Dasar
Astronomi yang secara etimologi berarti "ilmu bintang", adalah ilmu yang
melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan
atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi
benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang
melibatkan mereka.
Astrologi adalah ilmu yang mempelajari pergerakan planet, bulan, matahari,
dan bintang-bintang yang diyakini berkaitan dengan nasib manusia, baik secara
individu maupun masyarakat.
B. Landasan Filosofis
Banyak masyarakat yang masih berpikir dan beranggapan bahwa
Astronomi dan Astrologi adalah sama. Padahal, dari segi pengertian saja
Astronomi dan Astrologi sudah berbeda.
Oleh karena itu perlu diluruskan mengenai apa sebenarnya yang
membedakan Astronomi dan Astrologi sehingga tidak dapat dipersamakan.
Pembahasannya akan ditinjau dari segi keilmuan atau sains dan dari segi agama
Islam.
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan hukum mempelajari ilmu
perbintangan. Qatadah rahimahullah (seorang tabi’in) dan Sufyan bin Uyainah
(seorang ulama hadits, wafat pada tahun 198 H) mengharamkan secara mutlak
mempelajari ilmu falak. Sedangkan Imam Ahmad dan Ishaq rahimahullah
memperbolehkan dengan syarat tertentu. Menurut Syaikh Muhammad bin Abdil
Aziz As Sulaiman Al Qarawi, yang berusaha mengkompromikan perbedaan
pendapat para ulama di atas, bahwa:
1. Kafir bila meyakini bintang-bintang itu sendiri yang mempengaruhi segala
aktivitas makhluk di bumi.
2. Haram mempelajarinya untuk menentukan kejadian-kejadian yang ada, akan
tetapi semua itu diyakini karena takdir dan kehendak-Nya.
3. Diperbolehkan mempelajarinya untuk mengetahui arah kiblat, penunjuk jalan,
waktu.
4
C. Landasan Teologis
Dalam Islam, ilmu perbintangan yang tidak dikaitkan dengan nasib
seseorang atau yang termasuk Astronomi dimanfaatkan dalam penentuan awal
Bulan Hijriyah, menentukan arah kiblat, menentukan waktu Sholat, menentukan
waktu gerhana dan sebagainya.
Sedangkan mempercayai ramalan nasib dari Astrologi dan bergantung
padanya dilarang dalam Islam, karena sesungguhnya perkara-perkara ghaib
termasuk nasib seseorang hanyalah Allah yang tahu, seperti dijelaskan dalil-dalil
berikut:
“Dia mengetahui yang ghaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun
tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, maka
sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di
belakangnya.” (QS. Al Jin : 26-27)
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitakan bahwa penciptaan
bintang-bintang itu ialah untuk penerang, hiasan langit, penunjuk jalan, dan
pelempar setan yang mencuri wahyu yang sedang diucapkan di hadapan para
malaikat. Sebagaimana Dia firmankan:
“Dan sungguh, Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang
dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami
sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala .” (QS. Al Mulk: 5)
“Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang
itulah mereka (mendapat petunjuk).” (QS. An Nahl : 16).
5
Mempelajari ilmu perbintangan menjadi perdebatan karena Banyak hadits
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yang mengharamkan dan melarang
mempelajari ilmu nujum (perbintangan) dengan tujuan yang dilarang syariat,
seperti hadits:
“Barangsiapa mempelajari satu cabang dari cabang ilmu nujum (perbintangan)
sungguh ia telah mempelajari satu cabang ilmu sihir … .” (HR. Ahmad, Abu
Dawud, dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas)
Sementara Islam mengharamkan orang yang menyihir atau meminta sihir.
6
BAB III. ISI
Astronomi dan Astrologi dalam Kacamata Islam
A. Perbedaan Astronomi dan Astrologi dalam Kajian Ilmu
Dari segi pengertian, Astrologi adalah ilmu yang mempelajari pergerakan
planet, bulan, matahari, dan bintang-bintang yang diyakini berkaitan dengan nasib
manusia, baik secara individu maupun masyarakat. Sedangkan astronomi adalah
ilmu yang mempelajari kondisi fisik, kimiawi, dan evolusi benda-benda langit
tanpa kaitan dengan nasib manusia saat ini.
Astronomi berkembang menjadi cabang sains yang bukan hanya mengkaji
posisi dan pergerakan benda-benda langit, tetapi juga fisis dan evolusinya.
Perkembangannya demikian pesatnya yang menimbulkan lahirnya cabang-cabang
baru, misalnya astrofisika (menitikberatkan pada segi struktur dan komposisi fisis,
bukan lagi posisi dan pergerakan benda langit), kosmogoni (menitikberatkan pada
asal-usul dan evolusi tata surya), kosmologi (menitikberatkan pada asal-usul dan
evolusi alam semesta), dan yang baru adalah bioastronomi (menitik beratkan
kemungkinan adanya kehidupan di luar bumi). Teori-teorinya senantiasa
diperbarui bila ada bukti-bukti lain yang menyempurnakan atau menggugurkan
teori semula.
Sedangkan Astrologi relatif tidak berkembang. Ramalan-ramalannya belum
tentu tetap. Memang beberapa astrolog getol juga menyajikan “bukti-bukti”
statistik tentang kebanaran ramalannya. Namun, tidak satu pun yang bertahan bila
ditelaah lagi dengan kajian ilmiah. Menurut Abell dan Morrison, konsultan
astronomi pada jurnal Skeptical Enquirer, jurnal yang mengkhususkan pada kajian
ilmiah berbagai fenomena paranormal itu pernah menyajikan hasil telaah statistik
tentang ramalan astrologi. Kesimpulannya, astrologi tidak bisa dipakai sebagai
alat peramal, walaupun sekedar dalam wujud statistik.
Selain itu terdapat pula perbedaan tafsir antara Astronomi dan Astrologi.
Istilah superkonjungsi tidak dikenal astronomi, tetapi hanya ada dalam
terminologi astrologi. Konjungsi dalam pengertian astronomi adalah posisi dua
benda langit yang segaris bujur dalam penampakannya di langit. Dalam bahasa
hisab, dikenal ijtimak untuk konjungsi bulan dan matahari. Pada saat itu terjadi
bulan baru dan mungkin juga terjadi gerhana matahari. Secara astronomi mustahil
terjadi konjungsi yang melibatkan lebih dari dua benda langit.
7
Namun dalam pengertian astrologi, konjungsi tidak harus segaris bujur. Ada
toleransi (disebut “orb”) antara 8-9 derajat, mungkin juga lebih. Karenanya
pengelompokan dua planet atau lebih dalam sektor geosentik yang sempit sering
dianggap konjungsi. Bila melibatkan banyak planet disebut superkonjungsi.
Astrologi menafsirkan bahwa saat terjadi konjungsi, kehidupan manusia di
bumi mendapat pengaruh paling kuat dari benda-benda langit.
Sedangkan Superkonjungsi dalam terminologi astronomi lebih tepat disebut
pengelompokan planet-planet dalam suatu sektor tertentu. Dari segi astronomi,
tidak ada hal yang istimewa dengan berkelompoknya planet-planet tersebut.
Mungkin satu-satunya hal yang menarik adalah bila kejadiannya malam hari.
Pengelompokan banyak planet dalam satu wilayah langit yang sempit sangat
menarik bagi penggemar astrofotografi. Selain hal itu, sama sekali tidak ada
alasan logis yang bisa menjelaskan mekanisme kaitan antara susunan planet
tersebut dengan bencana di bumi.
B. Pandangan Islam Terhadap Astronomi
Perkembangan astronomi dimulai dari perkembangan pengetahuan
mengenai tata surya yang bermula dari teori geosentris dan sampai akhirnya
dikenal dan diakuinya teori heliosentris ternyata cocok dan sesuai dengan daluil
dalam Al-Qur’an yang membahas mengenai tata surya, seperti dalam QS. An
Naml ayat 88:
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu kamu sangka dia tetap ditempatnya, padahal
ia berjalan seperti jalannya awan, ...”
Dalil-dalil dalam Al-Qur’an yang juga membahas mengenai kajian ilmu astronomi
adalah surat Yasin ayat 38-40:
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah)
Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan tempat
peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang
terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi
matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-
masing beredar pada garis edarnya.”
Dari dalil-dalil tersebut, dapat terlihat bahwa terdapat hubungan dan integrasi
antara astronomi dan Islam
.
8
C. Peran Astronomi dalam Islam
Dalam Islam, Astronomi dikenal sebagai Ilmu Falak. 'Falak' memiliki
bentuk plural 'aflak' berarti ‘orbit’ atau ‘edar’nya benda-benda angkasa. Adapun
peranan ilmu Falak dalam Islam adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Waktu-Waktu Shalat
Firman Allah S.w.t dalam QS. An Nisa’:103; Al Isra’:78 dan HR. Muslim dari
Abdullah bin Umar menyatakan bahwa waktu shalat punya limit dan
ketentuan (awal dan akhir) yang berarti shalat tidak bisa dilakukan dalam
sembarang waktu, tetapi harus mengikuti atau berdasarkan dalil-dalil baik dari
Al Qur’an maupun Hadis terkait. Persoalannya adalah, baik Al Qur'an maupun
Hadits tidak memberi limit pasti awal dan akhir waktu-waktu shalat tersebut,
yang ada hanyalah "kitaban mauquta" (waktu yang sudah ditentukan) tanpa
ada penjelasan rinci dan mate-matis terhadap kalimat tersebut. Hal ini
membawa konsekuensi pada beragamnya penafsiran terhadap penetapan awal
dan akhir waktu-waktu tersebut, dan ilmu falak berperan besar dalam
persoalan ini.
2. Menentukan Arah Kiblat
Menghadap kiblat adalah satu syarat sah nya shalat yang dilakukan. Ulama
berbeda pendapat tentang kriteria dan urutan penentuan arah kiblat yang
berada jauh (tidak terlihat) dari Ka'bah. Dan Ilmu Falak atau Astronomi dapat
membantu memecahkan permasalahan tersebut. Dengan melakukan
perhitungan Astronomi, dapat diketahui arah kiblat, dan hasil pengukurannya
pun cukup akurat.
3. Menentukan Awal Bulan Qamariyah
Penetapan awal Ramadhan dan Syawal adalah persoalan ijtihad sehingga
sangat memungkinkan terjadinya perbedaan pandangan dan pendapat. Nabi
Muhammmad SAW. telah mengingatkan sekaligus menganjurkan untuk
memulai dan mengakhiri puasa dan hari raya dengan rukyat hilal, yaitu
melihat hilal secara langsung diakhir Sya’ban dan Ramadhan. Hal ini
berdasarkan hadits: “Puasalah kamu karena melihat hilal, dan berbukalah
(berhari raya-lah) karena melihat hilal, jika hilal tertutup awan maka
hitunglah (kadarkan-lah)”. HR.Bukhari-Muslim.
4. Menentukan terjadinya Gerhana
9
Gerhana adalah fenomena alamiah yang jarang terjadi. Dalam fikih Islam
dikenal/dianjurkan untuk melakukan shalat sunat Gerhana ketika terjadinya
fenomena ini. Ilmu falak berperan dalam menentukan kapan dan dimana
terjadinya Gerhana ini, baik Gerhana Matahari maupun Gerhana Bulan.
D. Pandangan Islam terhadap Astrologi
Jika Astronomi dapat dimanfaatan dalam Islam, berbeda hal nya dengan
Astrologi. Dalam Islam, mempercayai dan mempelajari Astrologi adalah haram
hukumnya. Karena sebagaiman telah dijelaskan sebelumnya bahwa Astrologi
bertujuan untuk meramalkan nasib kehidupan seseorang. Dan ramalan tersebut
merupakan salah satu bentuk sihir dan perdukunan yang dilarang dalam Islam.
Dalil-dalil diharamkannya astrologi atau ilmu nujum ini diantaranya:
1. Dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa mempelajari sebagian dari ilmu nujum, maka sesungguhnya ia
telah mempelajari cabang dari ilmu sihir, semakin bertambah (ilmunya)
semakin bertambah pula (dosanya), semakin bertambah (ilmunya) semakin
bertambah pula (dosanya)." (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah. Hadits
ini dishahihkan oleh al Albani)
2. Didalam riwayat lain dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw bersabda,
”Barangsiapa mempelajari satu bab dari ilmu nujum untuk hal-hal yang tidak
disebutkan Allah swt maka ia telah mempelajari satu cabang dari sihir. Ahli
nujum adalah dukun dan dukun adalah penyihir dan penyihir adalah kafir.”
3. Dari Abi Mihjan bahwa Nabi saw bersabda, ”Yang aku khawatirkan dari
umatku sepeninggalku adalah tiga: kesewenang-wenangan umatku,
mengimani (meyakini) ilmu nujum dan mendustakan takdir.” (HR. Ibnu
Asyakir dan Ibnu Abdil Barr di kitab “Jami’ Bayan al Ilmi” dan dishahihkan
oleh al Albani didalam “Shahih al Jami’” juz I hal 103)
4. Dari Abu Hurairoh dari Nabi saw bersabda, ”Barangsiapa yang mendatangi
seorang peramal lalu dia bertanya kepadanya tentang sesuatu maka tidak
diterima shalat darinya selama 40 hari.”
5. Dari Abu Hurairoh berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Barangsiapa
mendatangi seorang peramal atau dukun lalu dia membenarkan perkataannya
maka sungguh dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada
10
Muhammad.” (HR. Ashabus Sunan. Hadits ini shahih sebagaimana dikatakan
al Albani didalam “Shahih at Targhib wa at Tarhib” juz III hal 172)
Berdasarkan hadits keempat dan kelima, mendatangi dan bertanya kepada
ahli nujum sudah menjadikan seorang muslim mendapat sanksi tidak diterima
sholatnya selama empat puluh hari, dan bila dia membenarkan perkataannya maka
dirinya telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad.
Hal itu dikarenakan apa yang diturunkan kepada Muhammad adalah firman Allah
swt :
“Katakanlah: "tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang mengetahui
perkara yang ghaib, kecuali Allah. Dan mereka tidak mengetahui kapan mereka
akan dibangkitkan".” (QS. An Naml : 65).
“Dia mengetahui yang ghaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun
tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, maka
sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di
belakangnya.” (QS. Al Jin : 26 – 27).
11
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Astronomi dan Astrologi sangatlah berbeda meskipun kedua ilmu tersebut
mempelajari mengenai benda-benda langit. Karena tujuan keduanya sangat
berbeda. Astronomi bertujuan untuk mempelajari benda-benda langit untuk
kemaslahatan umat, sedangkan astrologi mempelajari benda-benda langit untuk
mengetahui dan meramalkan nesib kehidupan seseorang.
Astronomi dalam Islam dimanfaatkan dalam beberapa hal, diantaranya
menentukan awal bulan Hiijriyah, menentukan waktu sholat, emnentukan arah
kiblat, dan menentukan waktu gerhana.
Sedangkan Astronomi dalam kacamata Islam adalah haram hukumnya,
karena merupakan salah satu bentuk kemuysrikan. Selain itu, Astrologi atau ilmu
nujum merupakan salah satu bentuk sihir dan pedukunan yang dilarang dalam
Islam. Hal ini didukung oleh beberapa dalil dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Dari dalil dan Hadits yang telah disebutkan dalam isi makalah, dapat
disimpulkan bahwa mempelajari ilmu nujum atau astrologi adalah dilarang, begitu
pula jika bertanya kepada ahli nujum dan mempercayai kata-kata ahli nujum.
B. Saran/Rekomendasi
Setelah perbedaan antara Astronomi dan Astrologi dijelaskan dan diketahui,
maka sudah sepantasnya tidak lagi mempersamakan keduanya. Karena
bagaiamnapun bahasan, tujuan, dan kegunaan keduanya bertentangan.
Selain itu, setelah mengetahui bahwa astrologi atau yang biasa dikenal
sebagai zodiak tidak diperbolehkan untuk dipelajari dan diyakini dalam Islam,
bahkan diaharamkan, sebaiknya tindakan mempercayai dan mempelajari astrologi
dihindari.
12
DAFTAR PUSTAKA
Djamaluddin, Thomas. (2010). Astronomi Membantah Astrologi, [Online]. Tersedia:
http://tdjamaluddin.wordpress.com/2010/05/13/astronomi-membantah-astrologi/ [08
Maret 2012]
Djamaluddin, Thomas. (2010). Superkonjungsi: Bedakan Astronomi dan Astrologi, [Online].
Tersedia: http://tdjamaluddin.wordpress.com/2010/07/01/superkonjungsi-bedakan-
astronomi-dan-astrologi/ [08 Maret 2012]
Hamdani, Ahmad. (2006). Astrologi dalam Islam, [Online]. Tersedia:
http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=94 [08 Maret 2012]
Rakhmadi, Arwin Juli Butar-Butar. (2009). Astronomi dan Astrologi dalam Tinjauan Islam,
[Online]. Tersedia:
http://mtmcairo.multiply.com/journal/item/125/ASTRONOMI_ASTROLOGI_DAL
AM_TINJAUAN_ISLAM [13 Februari 2012]
Shanty. Pengertian Astronomi, [Online]. Tersedia:
http://blogastronomi.blogspot.com/2008/12/pengertian-astronomi.html [08 Maret
2012]
(2010). Percaya Ramalan Bintang atau Astrologi, (forum diskusi), [Online]. Tersedia:
http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/percaya-ramalan-bintang-
astrology.htm [08 Maret 2012]
13